Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA PENGOBATAN DASAR (F6)


TENSION TYPE HEADACHE

Pendamping:
dr. Riyono

Disusun Oleh:
dr. Imam Khoirul Fajri, M.M

PUSKESMAS SALAMAN I
KABUPATEN MAGELANG
2017

No. ID dan Nama Peserta :dr. Imam Khoirul Fajri, M.M


No. ID dan Nama Wahana : Puskesmas Salaman I
Tanggal (kasus) : 28 Desember 2016
Nama Pasien : Ny. T
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Riyono
Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan
Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Tujuan :
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
Bahasan : Pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
Membahas : diskusi
Data Pasien : Nama : Ny.T Usia : 28 tahun
Nama Klinik: Balai Pengobatan telp : Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / gambaran klinis :
Pasien datang ke Pukesmas dengan keluhan nyeri kepala. Keluhan ini dialami sejak 2
minggu yang lalu. Keluhan dialami secara tiba-tiba saat pasien sedang beraktivitas. Keluhan
nyeri kepala dirasakan memberat di kepala bagian belakang. Pasien merasakan berat dan
berdenyut terutama di kepala belakang sampai dengan leher belakang. Nyeri kepala dirasakan
menyeluruh di bagian kepala belakang. Kadang pasien merasakan pandangan berkunang-kunang
dan badan terasa lemah. Keluhan nyeri kepala tidak memberat jika pasien terkena kilatan cahaya.
Keluhan ini dirasakan hilang timbul sejak 2 bulan, dan mulai sering timbul dan mengganggu
sejak 2 minggu. Keluhan lain seperti demam, pandangan kabur, mual dan muntah tidak pernah
dirasakan pasien. Pasien sebelumnya hanya mengkonsumsi obat yang di beli sendiri untuk
menghilangkan rasa nyeri di kepala. Dengan obat tersebut keluhan dirasakan membaik. Namun
sejak 2 minggu ini keluhan dirasakan makin memberat dan tidak membaik dengan obat yang
biasanya, sehingga pasien memeriksakan diri ke puskesmas. Pasien merupakan ibu rumah tangga.
Pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Sehari-hari pasien mengurus keperluan rumah.

2. RPD :
Riwayat sakit serupa diakui.
Riwayat mondok disangkal.
Riwayat alergi disangkal.
Riwayat trauma disangkal.
3. Riwayat keluarga :
Riwayat sakit serupa (+)

1
Riwayat alergi disangkal.
4. Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang berusia 28 tahun. Pasien tinggal bersama suami
berusia 30 tahun, dua orang anak perempuan berusia 7 tahun dan 4 tahun. Pasien tinggal disebuah
rumah di desa Nyamok. Rumah pasien bersih, lantai rumah bersih, jendela terbuka, tetapi jendela
kamar pasien sering tertutup, sumber air sumur. Pasien berobat dengan menggunakan BPJS.
Daftar Pustaka

1. Anugro, D. Tension Type Headache. Cermin Dunia Kedokteran-214/ vol. 41 no. 3 :2014

2. Konsesus Nasional II Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri Kepala. 2005.Kelompok Studi Nyeri
Kepala Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).
3. Akbar, M. Nyeri Kepala. Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran UNHAS. 2010
4. ISH Classification ICHD II (International Classification of Headache Disorder). Diambil dari
http://ihs-classification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc. Diakses pada tanggal 15
Januari 2017.

Hasil Pembelajaran :
1. Penegakan diagnosis dengan urutan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi penyakit tension headache pada pasien.
3. Melakukan home visit untuk mengetahui kondisi lingkungan dan perkembangan penyakit pasien.
4. Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga.
1. Subyektif :
Pasien datang ke Pukesmas dengan keluhan nyeri kepala. Keluhan ini dialami sejak 2
minggu yang lalu. Keluhan dialami secara tiba-tiba saat pasien sedang beraktivitas. Keluhan
nyeri kepala dirasakan memberat di kepala bagian belakang. Pasien merasakan berat dikepala
belakang sampai dengan leher belakang. Kadang pasien merasakan pandangan berkunang-
kunang dan badan terasa lemah. Keluhan ini dirasakan hilang timbul sejak 2 bulan, dan mulai
sering timbul dan mengganggu sejak 2 minggu. Pasien sebelumnya hanya mengkonsumsi obat
yang di beli sendiri untuk menghilangkan rasa nyeri di kepala. Dengan obat tersebut keluhan
dirasakan membaik. Namun sejak 2 minggu ini keluhan dirasakan makin memberat dan tidak
membaik dengan obat yang biasanya, sehingga pasien memeriksakan diri ke puskesmas. Pasien
menyangkal adanya riwayat alergi, baik pada makanan ataupun obat-obatan. Riwayat penyakit
kronis seperti hipertensi dan diabetes juga disangkal.

2. Obyektif :
Hasil Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum/ Kesadaran

2
KU : Baik
Kesadaran : Compos Mentis ( GCS 15 : E4 V5 M6 )
2) Vital Sign
Tekanan darah : 120/80
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 16x/ menit
Suhu : afebris
3) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala:
konjungtiva anemis (-/-)
sklera ikterik tidak ditemukan
nafas cuping hidung tidak ditemukan.
b. Leher :
retraksi supra sternal tidak ditemukan,
deviasi tracheal tidak ditemukan,
peningkatan JVP tidak ditemukan,
pembesaran kelenjar limfe tidak ditemukan
c. Toraks
Pulmo : simetris, gerak dada kanan dan kiri sama, retraksi intercostals (-/-), SD
vesikuler, Wheezing : -/- , Rhonki: -/-
Jantung : Bunyi jantung I-II regular, bising jantung tidak ditemukan.
d. Abdomen :
Inspeksi : perut tampak datar,simetris
Palpasi : nyeri tekan (-), lien dan hepar tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
e. Status Neurologis
Meningeal sign : (-)
Nervus Cranialis : dalam batas normal

a. Assessment :
Dari anamnesis didapatkan keluhan utama pada pasien ini adalah nyeri kepala, keluhan ini
dialami hilang timbul sejak 2 minggu. Awalnya keluhan di rasakan hilang timbul sejak 2 bulan,
kemudian sejak 2 minggu keluhan dirasakan semakin sering muncul dan memberat. Keluhan

3
demam, penurunan visus, mual dan muntah tidak ditemukan. Riwayat penyakit kronis seperti
hipertensi dan diabetes mellitus juga tidak di dapatkan. Dari anamnesis ini diketahui bahwa keluhan
nyeri kepala yang dirasakan pasien bukan dari penyakit sekunder lainnya.
Penderita merasakan berat dikepala belakang sampai dengan leher belakang, kepala terasa
berat, berdenyut, dan terasa menyeluruh. Jika melihat kilatan cahaya tidak dirasakan memberat.
Kadang pasien merasakan pandangan berkunang-kunang dan badan terasa lemah. Berdasarkan
kepustakaan disebutkan bahwa TTH dirasakan di kedua sisi kepala sebagai nyeri tumpul yang
menetap atau konstan, dengan intensitas bervariasi, juga melibatkan nyeri leher. Nyeri kepala ini
terkadang dideskripsikan sebagai ikatan kuat di sekitar kepala. Nyeri kepala dengan intensitas
ringan-sedang (nonprohibitive) dan kepala terasa kencang. Kualitas nyerinya khas, yaitu menekan
(pressing), mengikat (tightening), tidak berdenyut (nonpulsating). Rasa menekan, tidak enak, atau
berat dirasakan di kedua sisi kepala (bilateral), juga di leher, pelipis, dahi. Leher dapat terasa kaku.
TTH tidak dipengaruhi aktivitas fisik rutin. Dapat disertai anorexia, tanpa mual dan muntah. Dapat
disertai photophobia (sensasi nyeri/tidak nyaman di mata saat terpapar cahaya) atau phonophobia
(sensasi tak nyaman karena rangsang suara).
Pada pemeriksaan fisik didapati pada status generalis yang menunjukkan bahwa pasien dalam
keadaan afebris kemudian dari status internal didapati pada pemeriksaan kepala/leher, thorax,
abdomen dan ekstermitas tidak diapatkan kelainan. Pada pemeriksaan neurologis yang bertujuan
untuk menyingkirkan penyebab lain dari intrakranial dan ekstrakranial juga tidak ditemukan
kelainan..
Diagnosis banding dari Tension type headache adalah nyeri kepala pasca trauma, clauster
headache, migrain, nyeri kepala akibat peningkatan tekanan intrakranial, dan nyeri kepala pada
penyakit kardiovaskuler.
Jadi, berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dapat diambil kesimpulan bahwa
diagnosis akhir pada pasien ini adalah Cephalgia Jenis: Tension Type Headache.
b. Plan :
Medikamentosa:
Asam Mefenamat 500 mg. Dosis pemberian : 3 x 500 mg/hari.

Vitamin B Complex. Dosis pemberian : 2 x /hari.

Non medikamentosa:
Menjelaskan pada penderita tentang penyakit penderita tentang penyakit yang sedang
dialaminya agar tidak terjadi beban psikis terhadap penyakit yang dialami.

4
Menjelaskan kepada penderita agar memeriksakan keadaannya secara rutin serta
meenghindari konsumsi obat yang berlebihan tanpa pengawasan.
Menjelaskan pada penderita untuk selalu menjaga pikiran untuk tetap tenang agar mengurangi
faktor pemberat dari psikologis penderita.
Menjelaskan kepada orang terdekat penderita untuk memberikan secara moril terhadap
penyembuhan penyakit pasien.
Penatalaksanaan:
Tujuan penatalaksanaan adalah reduksi frekuensi dan intensitas nyeri kepala
(terutama TTH). Terapi dapat dimulai lagi bila nyeri kepala berulang. Masyarakat sering
mengobati sendiri TTH dengan obat analgesik yang dijual bebas, produk berkafein, pijat,
atau terapi chiropractic. Terapi TTH episodik pada anak: parasetamol, aspirin, dan kombinasi
analgesik. Parasetamol aman untuk anak. Asam asetilsalisilat tidak direkomendasikan pada
anak berusia kurang dari 15 tahun, karena kewaspadaan terhadap sindrom Reye. Pada
dewasa, obat golongan anti-infl amasi non steroid efektif untuk terapi TTH episodik. Hindari
obat analgesik golongan opiat (misal: butorphanol). Pemakaian analgesik berulang tanpa
pengawasan dokter, terutama yang mengandung kafein atau butalbital, dapat memicu
rebound headaches.
Beberapa obat yang terbukti efektif: ibuprofen (400 mg), parasetamol (1000 mg),
ketoprofen (25 mg). Ibuprofen lebih efektif daripada parasetamol. Kafein dapat
meningkatkan efek analgesik. Analgesik sederhana, nonsteroidal anti-infl ammatory drugs
(NSAIDs), dan agen kombinasi adalah yang paling umum direkomendasikan.
Intervensi nonfarmakologis misalnya: latihan relaksasi, relaksasi progresif, terapi
kognitif, biofeedback training, cognitive-behavioural therapy, atau kombinasinya. Solusi lain
adalah modifi kasi perilaku dan gaya hidup. Misalnya,istirahat di tempat tenang atau ruangan
gelap. Peregangan leher dan otot bahu 20-30 menit, idealnya setiap pagi hari, selama
minimal seminggu. Hindari terlalu lama bekerja di depan komputer, beristirahat 15 menit
setiap 1 jam bekerja, berselang-seling, iringi dengan instrumen musik alam/klasik. Saat tidur,
upayakan dengan posisi benar, hindari suhu dingin. Bekerja, membaca, menonton TV dengan
pencahayaan yang tepat.
Menuliskan pengalaman bahagia, terapi tawa, Salat dan berdoa serta pendekatan
multidisiplin lainnya adalah strategi efektif mengatasi TTH. Edukasi baik untuk anak dan
dewasa, disertai intervensi nonfarmakologis dan dukungan psikososial amat diperlukan.

5
Salaman, Januari 2017
Dokter Internship Dokter Pendamping

dr. Imam Khoirul Fajri, M.M dr. Riyono


NIP. 197110132010011001

Anda mungkin juga menyukai