Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FARMAKOEPIDEMIOLOGI

Pengaruh Waktu Pemberian Obat Lisinopril Kepada Pasien


Hipertensi Terhadap Efektivitas Terapi

Oleh :

I Made Yoghi Sudipa (162200005/ B-1)

JURUSAN FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI KLINIS

INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI

2016
Hipertensi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat
sampai jaringan yang membutuhkannya. Menurut WHO batas tekanan darah
seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg pada orang yang tidak menderita diabetes melitus,
sedangkan pada penderita diabetes melitus dan jantung tekanan darah penderita
hipertensi dibawah 130/90 mmHg (Ignatavicius & Workman, 2010). The Seventh
of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) mendefinisikan hipertensi sebagai
tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai
derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi
sampai hipertensi maligna (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, & Setiati,
2006).

Insiden hipertensi dihampir semua negara menunjukkan angka yang cukup


tinggi. Di dunia pada tahun 2010 terdapat 285 juta penderita hipertensi, Pada
tahun 2000 kejadian hipertensi mencapai 639 juta dan tahun 2025 diperkirakan
1,15 milyar kasus (Armilawaty, Amalia & Amirudin, 2007). Di Indonesia menurut
hasil survey kesehatan rumah tangga tahun 2004 menunjukkan prevalensi
hipertensi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1000 anggota rumah tangga.
Sedangkan menurut The International Clinical Epidemiology Network (INCLN)
prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 23% (Sharma, et al., 2011).
Prevalensi pada tahun 2004 di Pulau Jawa 41,9%, Sumatera Barat 17,8%, dan
prevalensi terendah terdapat di Papua yaitu 0,6% (Setiawan, 2004).

Penatalaksanaan hipertensi bertumpu pada pilar pengobatan standar dan


merubah gaya hidup yang meliputi mengatur pola makan, mengatur koping stress,
mengatur pola aktivitas, menghindari alkohol, dan rokok (Dalimartha, dkk, 2008).
Apabila dengan perubahan lifestyle tidak tercapai target tekanan darah yang
diinginkan (tekanan darah < 140/90 mmHg pada pasien tanpa riwayat diabetes/
penyakit ginjal kronis dan tekanan darah <130/80 mmHg pada seseorang dengan
diabetes/penyakit ginjal kronis), maka selanjutnya kita mulai terapi inisial dengan
obat anti hipertensi oral. Pada pasien hipertensi tanpa kondisi medis yang
memaksa, penatalaksanaan obat anti hipertensi dibagi berdasarkan derajat tekanan
darahnya. Pada hipertensi derajat 1 regimen pengobatan dilakukan dengan
menggunakan diuretik jenis Thiazid untuk sebagian besar kasus, dan dapatt
dipertimbangkan ACEI, ARB, BB, CCB, atau kombinasi.

lisinopril telah menjadi obat pilihan dalam terapi pasien dengan hipertensi.
Lisinopril merupakan senyawa yang memiliki efek menurunkan tekanan darah
dengan mekanisme menghambat kerja dari angiotensin-converting enzyme
(ACE). ACE berperan penting dalam produksi angiotensin II yang berfungsi
mengatur keseimbangan tekanan darah. ACE tersebar di banyak jaringan dan juga
terdapat di berbagai macam sel, dan terpusat di sel endotelial sehingga produksi
tertinggi dari angiotensin II berada di pembuluh darah, bukan di ginjal. Obat-obat
anti-hipertensi golongan penghambat ACE (ACE-inhibitor) menghambat
perubahan dari angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II merupakan
vasokonstriktor sekaligus stimulant sekresi aldosteron pada kelenjar adrenal.
Inilah yang menyebabkan lisinopril menjadi salah satu pilihan utama pada terapi
hipertensi (Wells dkk., 2008).

Aturan konsumsi obat selama ini hanya didasarkan pada perhitungan


perhitungan farmakokinetik yang dapat memperkirakan kisaran konsentrasi obat
dalam darah dan menjaga agar kadar obat dalam darah tetap berada dalam rentang
terapetik tanpa mempertimbangkan faktor diurnal dan nokturnal dari sistem dalam
tubuh pasien. Berdasarkan penelitian penelitian mengenai pengaruh ritme
sirkadian, telah dibuktikan bahwa efektivitas pemberian beberapa obat mengalami
peningkatan yang cukup signifikan apabila waktu pemberiannya disesuaikan
dengan waktu aktivasi dari target kerja suatu obat.

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk melihat


pengaruh dari penyesuaian waktu pemberian lisinopril sesuai ritme sirkadian
terhadap efektivitas terapi yaitu control yang lebih baik terhadap tekanan darah
dengan sampel pasien yang memperoleh terapi lisinopril di Instalasi rawat jalan di
RS.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah eksperimen randomized control trial (RCT). Kriteria


inklusi sampel meliputi: terdiagnosa hipertensi grade 1 berdasarkan ESC guideline
dengan tekanan darah 140-159/90-99 mmHg, bersedia menjadi subjek penelitian, dan
mendapatkan terapi lisinopril. Kriteria ekslusinya, yaitu pasien hipertensi yang bukan
termasuk grade 1, pasien dengan AMI dan gagal jantung, pasien menolak menjadi
subjek penelitian, mengalami penyakit kronis, dan pasien yang tidak mendapatkan

efektivitas obat tinggi


intervensi :
pemberian obat
lisinopril pada malam
hari sebelum tidur
efekivitas obat rendah
include :
hipertensi grade 1
pasien hipertensi
terapi lisinopril

efektifitas obat tinggi

kontrol :
pemberian obat
lisinopril pada pagi hari

efektivitas obat rendah

terapi lisinopril. Penentuan kelompok kontrol dan intervensi dilakukan randomisasi


menggunakan program komputer.
Daftar Pustaka

Ignatavicius, D.D. & Workman, M.L. (2010). Medical surgical nursing: Patient-centered
collaborative care (6th Ed.). St Louis: Saunders Elsevier.

Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.G., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2006). Ilmu
penyakit dalam (Edisi V). Jakarta: Badan Penerbit Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran UI.

Armilawaty, Amalia, H., & Amiruddin, R. (2007). Hipertensi dan faktor risikonya dalam
kajian epidemologi. New Paradigma Pub Health. Diperoleh dari:
http://ridwanamiruddin.com/ 2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-risikonya-dalam-kajian-
epidemiologi.

Sharma, S.K., Ghimire, A., Radhakrishnan, J., Thapa, L., Shrestha, N.R., & Paudel, N.
(2011). Prevalence of hypertension, obesity, diabetes, and metabolic syndrome in Nepal.
International Journal of Hypertension, 821971. doi: 10.4061/2011/821971.

Dalimartha, S., Purnama, B.T., Sutarina, N., Mahendra, & Darmawan, R. (2008). Care
your self hipertensi. Depok: Penerbit Plus+.

DiPiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G. & Posey, L.
M., 2008, Pharmacotherapy : a Pathophysiologic Approach, hal : 2036, Mc-Graw
Hill Company, New York.

Anda mungkin juga menyukai