Bab I
Bab I
STATUS PENDERITA
1
3 bulan yang lalu Os tinggal di rumah orang tuanya. Keluhan masih
dirasakan.
2 bulan yang lalu suami Os menceraikannya, karena Os tidak
kunjung membaik. Os tidak menerima perceraian tersebut dan keadaannya
semakin memburuk. Os merasa frustasi, sedih dan kadang menangis sendiri.
Os tidak bergaul dengan tetangganya. Tidak nafsu makan, tidak bisa tidur,
tidak bisa merawat diri. Os tidak mau mandi dan mengganti pakaiannya bila
belum dipaksa orangtuanya. Cara bicara Os melantur dan mudah marah. Os
mengeluh pusing, dan tidaknyamanan pada telinganya. Os mengeluh
mendengar suara. Os tidak bisa melihat bayangan hitam atau sesuatu yang
tidak bisa dilihat orang lain. Os menyangkal memiliki ide untuk bunuh diri.
1 hari yang lalu keadaan Os semakin memburuk sehingga keluarga
membawa Os ke UGD rumah sakit Ernaldi Bahar.
2
1.4 RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1.4.1 Riwayat Premorbid
3
Os beragama islam
1 Penampilan
Os berjenis kelamin perempuan berusia 28 tahun dengan
penampilan kurang terawat. Pada saat wawancara Os mengenakan
baju tidur. Rambut panjang terurai, tidak diikat. Ekspresi wajah penuh
kesedihan dan cemas.
1 Mood : disforik
2 Afek : tumpul
3 Emosi lain : ansietas (+)
4 Keserasian : ekspresi emosional sesuai dengan isi pikiran
1.5.3. Pembicaraan
4
1.5.4. Gangguan Persepsi
1.5.5. Pikiran
5
1.5.7. Pengendalian Impuls
Impulsivitas (-)
6
- Abdomen : datar, lemas, nyeri epigastrium (-), BU (+) normal
Pembesaran hepar dan lien (-)
- Ekstremitas : hangat, edema (-), sianosis (-)
GCS: 15
E : membuka mata spontan (4)
V : berbicara spontan (5)
M : gerakan sesuai perintah (6)
Fungsi sensorik : tidak terganggu
Fungsi motorik : kekuatan otot tonus otot
5 5
N N5
5
N N
Ekstrapiramidal sindrom :
Tidak ditemukan gejala ekstrapiramidal seperti tremor (-),
bradikinesia (-), dan rigiditas (-).
Refleks fisiologis : normal
Refleks patologis : tidak ditemukan refleks patologis
7
Pada pemeriksaan status mental, Os berjenis kelamin perempuan berusia
28 tahun dengan penampilan kurang terawat. Pada saat wawancara Os
mengenakan baju tidur. Rambut panjang terurai, tidak diikat. Ekspresi wajah
penuh kesedihan dan cemas.
Suasana mood penderita didapatkan disforik dengan afek labil. ekspresi
emosional sesuai dengan isi pikiran. Selama pembicaraan Os tidak menjawab
semua pertanyaan yang diajukan, Os lebih banyak diam (miskin bicara),
inkoherensi (-). Terdapat gangguan persepsi seperti halusinasi auditorik. Proses
kontinu. Gangguan pikiran pada penderita ditemukan, yaitu terdapat waham
paranoid.
Dalam pertimbangan tilikan terhadap penyakit, termasuk tilikan
derajat 3 yakni, Sadar bahwa dirinya sakit tetapi menyalahkan orang lain, atau
faktor dari luar atau faktor organik sebagai penyebabnya. Selama wawancara
psikiatri, penjelasan yang diberikan penderita cukup dapat dipercaya.
Aksis I :
Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan,
pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang
secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan
hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian
berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami
suatu gangguan jiwa.
Selain itu, berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis. Riwayat
trauma kapitis, asma, kejang, hipertensi, alergi atau penyakit lainnya tidak
ditemukan. Tetapi os memiliki riwayat gastritis. Oleh karenanya, gangguan
mental organik dapat disingkirkan (F00-09).
Pada penderita tidak didapatkan riwayat penggunaan alkohol atau zat
psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang menyebabkan perubahan
fisiologis otak, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental dan
perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan (F10-19).
8
Os sering terlihat sedih dan kadang-kadang menangis sendiri.
melamun, menyendiri, sedih, berbicara melantur, tidak nafsu makan, tidak
bisa tidur. tidak bisa merawat diri. Os tidak mau mandi dan mengganti
pakaiannya bila belum dipaksa orangtuanya. Os mengeluh mendengar suara.
tetapi tidak bisa melihat bayangan hitam atau sesuatu yang tidak bisa dilihat
orang lain. Hal serupa pernah dialami OS 13 tahun yang lalu. Berdasarkan
PPDGJ III ditegakkan diagnosis untuk aksis I adalah F33.3 Gangguan
depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik.
Aksis II
Berdasarkan anamnesis, Os ini adalah orang yang periang dan banyak
teman. Berdasarkan PPDGJ III ditegakkan diagnosis untuk aksis II adalah
tidak ada
Aksis III
Pada penderita ini berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa Os
memiliki riwayat penyakit gastritis sehinggga untuk aksis III Penyakit
Sistem Pencernaan
Aksis IV
2 bulan yang lalu os bercerai dari suaminya. untuk aksis IV yaitu
Masalah berkaitan dengan keluarga.
Aksis V
GAF scale 60-51
9
Aksis I : F33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan
gejala psikotik
Aksis II tidak ada
Aksis III : Penyakit Sistem Pencernaan
Aksis IV : Masalah dengan keluarga
Aksis V : GAF Scale 60-51
1.11. PROGNOSIS
Trihexylphenidil 2 x 2 mg
Merlopam 2 x 0,5 mg
10
1.12.2. Psikoterapi
1 Terhadap penderita
2 Terhadap keluarga
a. Membantu keluarga dan pasien untuk memahami dan
mempelajari tentang depresi serta harus menganjurkan diskusi
mengenai gejala psikotik serta peristiwa yang mengarah kesana.
b. Mengarahkan terapi berorientasi keluarga menuju penerapan
jangka panjang, mengenai bagaimana strategi mengatasi
masalah dan mengurangi stress serta menuju reintegrasi
bertahap pasien ke kehidupan sehari-hari.
c. Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran
keluarga pada perjalanan penyakit dan proses penyembuhan
penyakit pada penderita.
11
BAB II
DISKUSI
Pada penderita ini juga diberikan terapi lain berupa psikoterapi. Dalam
perspektif dalam bahasa kata psikoterapi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa
dan hati. Sedangkan dalam bahasa Inggris bermakna pengobatan dan
penyembuhan. Sedangkan menurut bahasa Arab kata terapi sepadan dengan
12
Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh untuk penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman (percaya dan yakin). (QS. Yunus : 57)
Dalam hal ini diberikan edukasi terhadap penderita agar memahami
gangguannya lebih lanjut, cara pengobatan dan penanganannya, efek samping
yang dapat muncul, serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan dalam minum
obat, akan tetapi saat melakukan edukasi penderita acuh tak acuh dengan apa yang
disampaikan.
Keluarga penderita juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk psiko-
edukasi dengan menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai berbagai
kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan yang dapat
dilakukan sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi penderita.
Islam juga menganjurkan umatnya untuk berobat dan mendatangi dokter
spesialis. Hal ini tercermin dari nasihat Rasulullah kepada Saad bin Abi Waqash
ketika menderita sakit untuk mendatangkan seorang dokter Arab, yaitu Al-Harist
bin Kaldah. Nabi kemudian berkata kepada Saad bin Abi Waqash:
Sesunggunya engkau terkena penyakit, maka datangkanlah Al-Harist bin
Kaldah, saudara bani Tsaqif, karenadia sesungguhnya dokter yang pandai memilih
pengobatan (HR. Abu Daud).
Prognosis penderita ini adalah dubia ad bonam karena tidak ada riwayat
gangguan psikiatri dalam keluarga dan tidak ada gangguan premorbid. Bila
penderita taat menjalani terapi, adanya motivasi penderita untuk sembuh, serta
adanya dukungan dari keluarga yang cukup maka akan membantu perbaikan
penderita.
13