PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Asthma Bronchial merupakan kelainan saluran napas kronik yang merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini dapat terjadi pada berbagai usia, naik laki-laki
maupun perempuan. Dalam decade terakhir ini prevalensi Asthma Bronchial cenderung
meningkat, sehingga masalah penanggulangan asthma menjadi masalah yang menarik. (Fazidah
Aguslina Di Akses Tanggal 19/09/2012).
Angka kejadian asthma bervariasi diberbagai Negara, tetapi terlihat kecenderungan bahwa
penderita penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun belakangan ini obat-obat Asthma banyak
dikembangkan. Dinegara maju angka kesakitan dan kematian karena asthma juga terlihat
meningkat. Tanggal 04 Mei 2004 ditetapkan oleh Global Initiavite In Asthma (GINA) sebagai
World Asthma Day (Hari Asthma se-Dunia). Menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO),
penyandang Asthma di dunia mencapai 100-150 juta orang. Jumlah ini diduga terus bertambah
sekitar 180 ribu orang per tahun.
Peningkatan penderita Asthma Bronchial juga terjadi di Indonesia, penelitian pada anak sekolah
usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (international Study On Asthma And
Allergy In Children) Tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asthma masih 2,1%, dan meningkat
tahun 2003 menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%.(Arief.B Di Akses Tanggal 19/09/2012).
Asthma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total.
Kesembuhan dari satu serangan asthma tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari
ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta faktor
ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergi yang menjadi penyebab
serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa diatasi oleh
penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama,
sering menjadi problem tersendiri. Adapun dampak yang ditimbulkan akibat penyakit Asthma
Adalah Gagal Nafas, Pneumotoraks, Atelektasis, Emfisema, Bronkitis, Hipoksemia.
Menurut Data Dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli pada tahun 2011 Adapun jumlah
penyakit asthma adalah 582 jiwa, Tahun 2012 terjadi peningkatan penyakit Asthma Bronchial
865 jiwa. Khususnya Untuk wilayah Puskesmas Galang pada tahun 2010 penyakit Asthma
Bronchial 349 jiwa, Tahun 2011 terjadi peningkatan penyakit Asthma Bronchial 422 jiwa, dan
pada tahun 2012 Periode Januari sampai Juni jumlah penderita Asthma Bronchial 146 jiwa.
Dari uraian tersebut di atas dan masih tingginya prevalensi penyakit Asthma Bronchial secara
Global terus meningkat sehingga penulis tertarik untuk mengangkat judul Asuhan
Keperawatan Keluarga pada Bapak L dengan kasus Asthma Bronchial di Dusun Talamandu
Desa Lalos Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli sebagai Karya Tulis Ilmiah.
1. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
Bagaimana Gambaran Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Bapak L
Dengan Kasus Asthma Bronchial Di Dusun Talamandu Desa Lalos Kecamatan Galang
Kabupaten Tolitoli.
1. C. Tujuan Penulisan
2. Tujuan Umum
1. Tujuan Khusus
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga Bapak L dengan masalah Penyakit
Asthma Bronchial dalam bidang kesehatan Meliputi :
5. D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah Adalah dengan cara Deskritif
atau dengan cara menggambarkan suatu keadaan kondisi berdasarkan data fakta yang diperoleh
melalui Study Kasus dengan Teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Wawancara
Teknik pengumpulan data dalam komunikasi yang didapatkan secara langsung dari keluarga dan
Tim Kesehatan
1. Observasi
Observasi teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan Pemeriksaan keadaan keluarga
secara Head To Toe.
1. Studi Kepustakaan (Literatur) tehnik yang dapat melalui referensi (Sumber) untuk
mendapatkan keterangan secara tertulis berkaitan dengan kasus yang disajikan langsung
sesuai kondisi yang objektif
1. E. Manfaat Penelitian
2. Bagi Penulis
Menambah informasi dan pengetahuan kepada Keluarga Tentang Penyakit Asthma Bronchial
sehingga di harapkan dapat meningkatkan kesadaran keluarga untuk memantau dan
memeriksakan kesehatannya.
1. Bagi Puskesmas
Menjadi Bahan Informasi Bagi wilayah kerja Puskesmas Galang Kabupaten Tolitoli dalam
meningkatkan promosi kesehatan keluarga mengenai penyakit Asthma Bronchial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. A. Penyakit Asthma Bronchial
2. 1. Pengertian
1. Asthma Adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dalam keadaan dimana Asthma
adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah disingkirkan.
(Arief Mansjoer.2000)
2. 2. Etiologi
Sampai saat ini Etiologi Asthma Bronchial belum diketahui dengan pasti namun suatu hal yang
sering kali terjadi pada semua panderita Asthma Adalah FenomenaI Hiperaktivitas Bronkus
penderita Asthma sangat peka terhadap rangsangan Imunologi maupun Nonimunologi karna sifat
tersebut maka rangsangan Asthma bisa terjadi akibat berbagai rangsangan baik fisik,
metabolisme kimia. Alergen, infeksi dan sebagainya. Faktor penyebab yang sering menimbulkan
Asthma perlu diketahui dan dapat mungkin dihindarkan factor-faktor tersebut adalah :
1. Alergen Utama : debu rumah, spora jamur dan tepung sari rerumputan.
6. Lingkungan kerja
7. Obat-obatan
Belum diketahui, Faktor pencetus adalah allergen, infeksi (terutama saluran napas bagian atas)
iritan, cuaca , kegiatan Jasmani, Refluks Gastroesofagus dan Psikis. (Arief Mansjoer.2000)
1. 3. Manifestasi Klisnis
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat Hiperaktivitas Bronkus.
Obstruksi jalan nafas dapat Reversibel secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala
Asthma antara lain:
4. Sesak Napas
(Arief Mansjoer.1999)
Status
Ringan Sedang Berat
Asmmatikus
1. 5. Jenis-jenis Asthma
a) Asthma Alergik disebabkan oleh alergen atau alergen-alergen yang dikenal (misalnya serbuk
sari, binatang, amarah, makanan dan jamur). Kebanyakan Alergen terdapat di udara dan
musiman. Pasien dengan Asthma Alergik biasanya mempunyai riwayat keluarga yang Alergik
dan riwayat medis masa lalu Eczema atau Rhinitis Alergik.
b) Asthma Idiopatik atau Nonalergik tidak berhubungan dengan Alergen Spesifik. Faktor-faktor,
seperti Common cold, infeksi Traktus Respiratorius, latihan, emosi dan Polutan lingkungan dapat
mencetuskan serangan. Beberapa agens Farmakologi, seperti Aspirin dan Agens Anti Inflamasi
Nonsteroid lain, pewarna rambut, Antagonis Beta-Adrenergik dan Agens Sulfit (pengawet
makanan), juga mungkin menjadi Faktor.
c) Asthma Gabungan adalah bentuk Asthma yang paling umum. Asthma ini mempunyai
karateristik dari bentuk Alergik maupun bentuk Idiopatik atau nonalergik. (Brunner dan
Suddarth.2001)
1. 6. Patofisiologi
Asthma adalah Obstruksi jalan nafas Difus Reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih
dari yang berikut ini :
Selain itu, otot-otot Bronchial dan Kelenjar Mukosa membesar; Sputum yang kental, banyak
dihasilkan dan Alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru.
Mekanisme yang pasti dari perubahan ini tidak diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah
keterlibatan sistem imunologis dan sistem saraf Otonom.
Beberapa individu dengan Asthma mengalami respons Imun yang buruk terhadap lingkungan
mereka. Antibodi yang dihasilkan kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru . Pemajanan
ulang terhadap Antigen mengkibatkan Ikatan Antigen dengan Antibodi, menyebabkan pelepasan
produk sel-sel mast (disebut Mediator) seperti Histamin, Bradikinin, dan Prostaglandin serta
Anafilaksis dari Substansi yang bereaksi lambat. Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru
mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan Bronkospasme, pembengkakan
membran mukosa, dan pembentukan mucus yang sangat banyak.
Sistem Saraf Otonom mempersarafi paru. Tonus otot Bronchial diatur oleh Impuls Saraf Vagal
melalui sistem parasimpatis. Pada Asthma Idiopatik atau Nonalergi, ketika ujung saraf pada
jalan napas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi, dan Polutan,
jumlah Asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan Asetilkolin ini secara langsung
menyebabkan Bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang dibahas
di atas. Individu dengan Asthma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respons
parasimpatis. (Brunner Dan Suddarth.2001)
1. 7. Komplikasi
1) Atelektasis : pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara
atau akibat pernafasan yang sangat dangkal
2) Pneumothoraks : terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
3) Gagal nafas : ketidak mampuan sistem untuk mempertahankan oksigenasi darah normal
(PaO2) eliminasi karbon dioksida
4) Bronkhitis atau radang paru-paru : Kondisi di mana lapisan bagian dalam dari saluran
pernapasan di paru-paru yang kecil (bronchiolis) mengalami bengkak.
5) Emfisema : penyakit saluran pernafasan yang berdiri sesak nafas terus menerus yang
menghebat pada waktu pengeluaran tenaga dan sering kali dengan perasaan letih atau baha
latinnya paru-paru basah
1. 8. Pemeriksaan Diagnosis
Diagnosis Asthma berdasarkan :
2. Pemeriksaan Fisik
4. Tes Fungsi Paru dengan Spirometri atau Peak Flow Meter untuk menentukan adanya
Obstruksi Jalan napas. (Arief Mansjoer.1999)
5. 9. Penatalaksanaan
1) Pemberian Penyuluhan
3) Pemberian Cairan
10. Pengobatan
1. Pengobatan Farmakologik :
Bronkodilator : Obat Yang melebarkan Saluran Nafas. Terbagi dalam 2 golongan yaitu
Simptomatik / Andrenergik (Adrenalin Dan Efedrin) Dan Nama Obat :
1) Orsiprenalin (Alupent)
2) Fenoterol (Berotec)
3) Teofilin (Amilex)
Efek Dari Teofilin sama dengan obat golongan Simptomatik tetapi cara kerjanya berbeda.
Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan Efeknya saling memperkuat cara pemakaian :
Bentuk suntikan Teofilin/Aminofilin dipakai pada serangan Asthma akut, dan disuntikan
perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet
atau sirupnya sebaliknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai
sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk
Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal ini tidak dapat minum Teofilin
(Misalnya muntah atau lambungnya kering)
1. c. Kromalin
Kromalin bukan Bronkodilator tetapi merupakan obat pencegahan serangan Asthma. Manfaatnya
adalah untuk penderita Asthma Yang dihirup (Ventolin Diskhaler Dan BricAsthma Turbuhaler)
atau Cairan Bronkodilator (Alupent, Berotec, BrivAsthma serta Ventolin) yang oleh alat khusus
diubah menjadi Aerosol (Partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya dihirup.
1. d. Ketofelin
Mempunyai Efek pencegahan terhadap Asthma seperti Kromalin. Biasanya diberikan dengan
dosis dua kali 1 mg / hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
11. Pencegahan
Pasien dengan Asthma Kambuhan harus menjalani pemeriksaan Mengidentifikasi subtansi yang
mencetuskan terjadinya Serangan, penyebab yang mungkin dapat saja bantal, kasur, pakaian
jenis tertentu, hewan pemeliharaan, kuda, Detergen, sabun, makanan tertentu, jamur dan serbuk
sari, jika serangan berkaitan dengan musim, maka serbuk sari dapat menjadi dugaan kuat, upaya
harus di buat bentuk menghindari agen penyebab kapan saja memungkinkan. (Brunner dan
Suddarth 1999).
2. 1. Pengertian
Menurut Departemen Kesehatan RI 1988, Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Santun Setiawati,2008)
Menurut Helvie 1981, Keluarga Adalah sekolompok manusia yang tinggal dalam satu rumah
tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat. (Setiadi.2008)
Menurut Friedman 1998, Keluarga Adalah Kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang
bagian dari keluarga. (Suprajitno, S.Kep.2004)
1. 2. Tipe Keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan.
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga ini bertambah Anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah (Kakek-nenek, paman- Bibi). (Suprajitno,
S.Kp.2004)
Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan dan tugas perkembangan keluarga, untuk
memberikan pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan kebutuhan promosi kesehatan
keluarga serta untuk memberikan dukungan pada keluarga untuk kemajuan dari satu tahap ke
tahap berikutnya. Tahap perkembangan keluarga Menurut Duvall Dan Miller (1985); Carter dan
Mc Goldrick (1988), mempunyai tugas perkembangan yang berbeda seperti :
Pasangan Baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga Pemula
antara lain : membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina
hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial, persiapan menjadi orang tua,
1. b. Keluarga sedang mengasuh anak (Anak tertua bayi sampai umur 30 bulan) (Child
Bearing)
Tugas Keluarga ini Adalah adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, Interaksi, Seksual dan
kegiatan), mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan, Menata ruang untuk
anak, Biaya/Dana, dan mengadakan kebiasaan keagaamaan secara rutin. (Setiadi.2008)
1. c. Keluarga Dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)
Tugas Perkembangan keluarga saat ini adalah Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga,
membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi,
pembagian waktu, individu, pasangan dan anak, pembagian tanggung jawab.
1. Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah (Anak tertua Usia 6-13 tahun).
Tugas Perkembangan keluarga Pada Tahap ini Adalah : Mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan dengan teman sebaya, membiasakan belajar
teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah. (Ns. Komang Ayu Henny Achjar,
SKM, MKep, SpKom. 2011)
Menurut Duvall Pada tahap Ini : tahap yang paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan
mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiaanya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua
orang tua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orang tua dengan
anak perlu dipelihara dan dikembangkan. (Drs. Nasrul Efiendy.1998)
1. f. Keluarga Yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai
anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tugas Perkembangan Pada Tahap Ini : Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dan arti para orang tua dan lansia, memperkokoh
hubungan perkawinan dan merencanakan kegiatan yang akan datang, tetap menjaga komunikasi
dengan anak-anak. (Ns. Komang Ayu Henny Achjar, SKM, MKep, SpKom. 2010)
Tugas Perkembangan pada Tahap ini adalah Menerima kematian pasangan, kawan dan
mempersiapkan kematian, penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup,
mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat, dan melakukan Life Review masa
lalu. (Setiadi,2008)
1. 4. Struktur Keluarga
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
1. 2. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
1. 3. Matrilokal
1. 4. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
1. 5. Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa anak saudara
yang menjadi bagian keluarga karena adanyan hubungan dengan suami atau istri. (Setiadi.2008)
1. 1. Fungsi Afektif
Menurut Friedman (1998), fungsi Afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. (Setiadi.2008)
1. 2. Fungsi Biologis
1. 3. Fungsi Psikologis
Memberikan kasih sayang dan rasa aman, Memberikan perhatian diantara anggota keluarga,
Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga, Memberikan identitas keluarga. (Drs.
Nasrul Efiendy.1998)
1. 4. Fungsi Sosialisasi
Fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan
keluarga merupakan tempat individu untuk belajar. (Santun Setiawati. 2008)
1. 5. Fungsi Ekonomi
1. 6. Fungsi Pendidikan
Pengertian sistem yang paling umum adalah kumpulan beberapa bagian fungsional yang saling
berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
1. Keluarga mempunyai subsistem : Anggota, fungsi, peran, aturan, budaya dan lainnya
yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan.
3. Merupakan unit (bagian) terkecil dari masyarakat yang dapat mempengaruhi supra-
sistemnya.
Keluarga merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan
segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya
dan dana karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.
Perubahan sekecil perubahan yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar perubahannya.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai
dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi.
Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi.
Tugas Keluarga merupakan Pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga, mencantumkan lima
tugas keluarga sebagai paparan sebagai Etiologi/Penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat
penjajakan tahap II. Bila ditemui data maladaptive pada keluarga lima tugas keluarga yang
dimaksud adalah :
7. Takut dari akibat tindakan, Sikap negatif terhadap masalah kesehatan, Fasilitas kesehatan
tidak terjangkau
4. Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnya : keuangan, anggota
keluarga yang bertanggung jawab, fasilitas fisik untuk perawatan.
6) Ketidakkompakkan keluarga, karena sifat mementingkan diri sendiri, tidak ada kesepakatan,
acuh terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah.
1. Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada, Tidak memahami keuntungan yang
diperoleh
2. 1. Pengkajian
Pengkajian Suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus
tentang keluarga yang dibinanya. (Suprajitno, S.Kp)
1. 2. Tahap-tahap Pengkajian
1. Penjajakan I
Data Umum, Riwayat tahapan perkembangan, Lingkungan, Struktur Keluarga, Fungsi Keluarga,
Strees dan koping keluarga, Harapan keluarga, Data tambahan, Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pengumpulan data tersebut maka akan dapat didentifikasi masalah kesehatan yang
dihadapi keluarga. Contoh:
2. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan Kehamilan resiko Tinggi, Anggota keluarga
dengan masalah kesehatan Malnutrisi
5. Penjajakan II
Diagnosa Keperawatan keluarga merupakan kumpulan pernyataan, uraian dari hasil wawancara,
pengamatan langsung dan pengukuran dengan menunjukkan status kesehatan mulai dari
potensial, resiko tinggi, sampai masalah aktual. (Santun Setiawati 2008)
1. 4. Analisa Data
Setelah data terkumpul (Dalam Format Pengkajian) maka selanjutnya dilakukan analisa data
yaitu mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk
membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga.
1. Validasi data yaitu meneliti kembali data yang terkumpul dalam format pengkajian.
Rumusan masalah kesehatan keluarga dappat menggambarkan keadaan kesehatan dan status
kesehatan keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran dan pertimbangan yang mendalam
tentang situasi kesehatan lingkungan, norma, nilai, kultur yang dianut oleh keluarga tersebut .
(Drs. Narsul Efiendy.2008)
1. a. Masalah (Problem)
Adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan masalah (tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar keluarga dan anggota keluarga) yang di dentifikasi oleh perawat melalui pengkajian tujuan
penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan
keluarga secara jelas dan sesingkat mungkin daftar diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan
NANDA 1995 adalah sebagai berikut :
a) Isolasi Social
1. b. Penyebab (Etiologi)
3. Memberikan keperawatan dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda
5. c. Tanda (Sign)
Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari
keluarga yang mendukung masalah dan penyebab perawat hanya boleh mendokumentasikan
tanda dan gejala yang paling signifikan perumusan diagnosis keperawatan keluarga sama dengan
diagnosa diklinik yang dapat dibedakan menjadi 5 (lima) kategori yaitu :
Diagnosa keperawatan aktual memiliki tiga komponen diantaranya adalah problem etiologi dan
simpton.
1. Problem yang mengacu pada permasalahan yang dihadapi klien contoh problem :
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan pada balita (anak M) Keluarga bapak T
2. Etiologi (Faktor yang berhubungan ) merupakan etiologi atau Faktor penyebab yang
dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan Faktor ini mengacu pada 5 tugas
keluarga contoh. Etiologi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga dengan gangguan nutrisi
3. Simpton (Batasan Karateristik) yang mengacu pada petunjuk klinis tanda subjektif dan
objektif jadi syarat diagnosa aktual adalah harus ada PES (Problem + Etiologi+Sympton)
Contoh Diagnosa Aktual:
a) Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan pada balita (anak M) keluarga bapak T.
Berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan gangguan
nutrisi.
b) Bersihan jalan nafas tidak efektif pada ibu T berhubungan dengan kurangnya kemampuan
keluarga bapak T merawat anggota keluarga yang sakit.
Diagnosa keperawatan resiko memiliki dua komponen diantaranya adalah problem dan etiologi
ciri diagnosa resiko adalah sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan
contoh:
2. Resiko tinggi terhadap penularan TBC Paru pada anggota keluarga yang lain yang
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal gangguan kesehatan setiap
anggotannya.
Adalah keputusan klinik tentang kesehatan keluarga dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu
ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan : Contoh
pernyataan diagnosa keperawatan sejahteraan:
1. Prilaku mencari bantuan kesehatan yang berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang peran sebagai orang baru (Linda Jual Carpenito, 1995)
2. Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil (ibu N) keluarga Bapak F.
4) Sindrom
Adalah Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa actual dan resiko tinggi yang diperkirakan
akan muncul karena suatu kejadian/situasi tertentu menurut NANDA ada 2 diagnosa yaitu :
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga yang ditemukan di hitung
dengan menggunakan skala prioritas skala Baylon dan Maglaya) sebagai Berikut :
No
Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
1
Skala : Tidak / kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtra 1
Sebagian 1
Tidak dapat 0
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjol masalah
1
Skala : masalah berat, harus segera di 2
ganti ada masalah, tetap tidak perlu di
ganti masalah tidak di rasakan. 1
1. Kriteria I Yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat yaitu tidak/kurang sehat karena
memerlukan tindakan segera dan disadari dan dirasakan oleh keluarga untuk mengetahui
sifat masalah ini mengacu pada tipologi masalah kesehatan yang terdiri dari 3 kelompok
besar yaitu :
Yaitu keadaan yang memungkinkan keadaan terjadinya penyakit, kecelakaan dan kegagalan
dalam mencapai potensi kesehatan.
Keadaan yang disebut dalam ancaman kesehatan antara lain adalah :
2. Anggota Keluarga ada yang menderita penyakit menular, seperti TBC, Gonore, Hepatitis
dan sebagainya.
3. Jumlah anggota terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan sumber daya keluarga
4. Resiko terjadi kecelakaan seperti tangga rumah terlalu curam, benda tajam diletakkan
disembarangan tempat.
Hubungan keluarga tidak harmonis, Hubungan orang tua dan anak yang tegang, Orang tua yang
tidak dewasa
1. Sanitasi Lingkungan
Ventilasi kurang baik, Sumber air Minum tidak memenuhi syarat, Polusi udara, Tempat
pembuangan sampah yang tidak sesuai dengan syarat
2. Gagal dalam pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan
normal.
c) Situasi Krisis
Perkawinan, Kehamilan, Persalinan, Masa nifas, Menjadi orang tua, Abortus, Anak remaja, Anak
masuk sekolah, Kehilangan pekerjaan, Kematian Anggota keluarga
d) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan sokongan
masyarakat.
b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada.
c) Adanya Kelompok High Risk atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk
mencegah masalah.
Perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.
Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai skor tertinggi dan didusun
berurutan sampai skor terendah.
Perencanaan adalah bagian dari fase perorganisasian dalam proses keperawatan keluarga yang
meliputi penentuan tujuan Perawatan (jangka Panjang/Pendek), penetapan standart dan kreteria
serta menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga.
1. Penetapan Tujuan
Adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosa keperawatan keluarga. Bila
dilihat dari sudut jangka waktu, maka tujuan perawatan keluarga dapat dibagi menjadi :
Menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada kemampuan mandiri. Dan lebih
baik ada batas waktunya, misalnya dalam waktu 2 hari. Pencatuman jangka waktu ini adalah
untuk mengarahkan evaluasi pencapaian pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Contoh :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 hari seluruh keluarga Bapak Jumain dapat
merawat anggota keluarga yang sakit dan dapat mencegah penularan penyakit.
a) Keluarga Bapak Jumain Dapat mengenal Dampak permasalahan penyakit Ibu Romlah
dengan menjelaskan akibat yang terjadi bila penyakit Ibu Romlah Tidak segera Diobati.
b) Bayi Yang belum Diimunisasi dari keluarga tersebut harus segera diberi imunisasi BCG,
DPT, dan Polio.
c) Harus objektif atau merupakan tujuan operasional langsung dari kedua belah pihak (keluarga
dan perawat)
Merupakan Standart evaluasi yang merupakan gambaran tentang factor-faktor yang dapat
member petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan digunakan dalam membuat pertimbangan
bentuk dari standar dan Kriteria ini adalah penyataan Verbal (Pengetahuan, Sikap, Dan
Psikomotor)
No Kriteria Standar
1 Pengetahuan
1. Keluarga Mampu menyatakan pengertian
Asthma secara umum
2 Sikap
1. Keluarga mampu memutuskan untuk
membuat rencana control setiap 1 bulan
sekali kepuskesmas
3 Psikimotor
1. Keluarga bisa menyediakan buah buahan
yang banyak mengandung Vitamin C.
Intervensi Keperawatan adalah suatu tindakan langsung kepada keluarga yang dilaksanakan oleh
perawat yang ditujukan kepada kegiatan yang berhubungan dengan promosi mempertahankan
dalam menentukan rencana tindakan adalah :
3. Tuliskan harus jelek, spesifik dapat diukur dan Kriteria hasil sesuai dengan indentifikasi
masalah.
5. Gunakan pena tinta dalkam menulis untuk mencegah penghapusan tulisan atau tidak
jelasnya tulisan.
6. Menggunakan kata kerja rencana kegiatan harus secara jelas menjabarkan setiap
kegaiatan sehingga perlu menggunakan kata kerja yang mudah misalnya ajarkan cara
perawatan luka
9. Mempertimbangkan latar belakang budaya dan agama, lingkungan sumber daya dan
fasilitas yang tersedia.
1) Menstimulasi kesadarn atau penerima keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan
dengan cara :
3. Mendorong sikap emosi yang sehat yang mendukung upaya kesehatan masalah.
4. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan keluarga yang tepat, dengan
cara :
2) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota yang sakit dengan cara :
4) Memotivasi Keluarga untuk memanfaatkan Fasilitas kesehatan yang ada dengan cara :
Saat menyusun rencana intervensi sebaiknya perawat harus melibatkan keluarga secara katif
untuk memudahkan pelaksanaan tindakan dan ini merupakan salah satu cara untuk menghormati
dan menghargai keluarg. Efektifitas yang akan diperoleh perawat yaitu ada efek positif terhadap
interaksi dengan keluarga karena keluarga tidak menentang, karena selalu dilibatkan
sebelumnya, dan akhirnya keluarga cenderung bertanggung jawab. (Setiadi.2008)
1. 9. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perecanaan pada tahap ini, perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja
sendiri, tetapi perlu melibatkan secara Integrasi semua kesehatan yang menjadi tim perawatan
kesehatan di rumah.
1. Tahap 1 : Persiapan
1) Kontrak dengan keluarga (Kapan dilaksanakan, beberapa lama waktunya, materi yang akan
didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapatkan informasi)
1. Tahap 2 : Intervensi
Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara
professional adalah :
1. Independent
Adalah suatu kegiatan yang dilaksankan oleh perawat sesuai dengan kompetensi keperawatan
tanpa petunjuk dan perintah dari tenaga kesehatan lainnya.
1. Interdependent
Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya,
misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter dan yang lainnya.
1. Tahap 3 : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat suatu
kejadian dalam proses keperawatan. (Setiadi.2008)
10. Evaluasi
Tahap Penilaian atau evaluasi Adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan tahapan dengan sumatif
(dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif yaitu dengan proses dan evaluasi
akhir. (Setiadi.2008)
2. a. Persiapan
1. Siapkan peralatan seperti baju Periksa, selimut, Stetoskop, senter pena, dan penggaris.
4. Anjurkan Pasien menanggalkan baju sampai pinggang dan mengenakan baju periksa
5. Pastikan ruang periksa sukup terang dan hangat serta bebas dari gangguan lingkungan.
3. Pasien mungkin akan batuk dan bersin selama pemeriksaan, maka gunakan universal
precautions.
1. c. Langkah-langkah Pemeriksaan
1. 1. Pengkajian Awal
2. Inspeksi penampilan umum yang terlihat secara keseluruhan serta amati posisi tubuh
pasien. Beri perhatikan khusus terhadap usaha bernapas, warna kulit wajah, ekspresi,
bibir, otot-otot yang digunakan, dan pergerakan dada pada tiga bagian toraks (Anterior,
Posterior, Lateral).
3. 2. Inspeksi Toraks
Hal yang perlu dilakukan perawat saat inpeksi toraks adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan dimulai dengan memposisikan pasien pada posisi duduk dengan pakaian dibuka
sampai pinggang.
Pastikan warna kulit dada (anterior, posterior, dan lateral, konsisten) dengan warna tubuh bagian
tubuh lainnya.
Pemeriksa berdiri dibelakang pasien dan gambarkan garis imaginer sepanjang batas superior
scapula dari akromion kanan sampai akromion kiri.
1) Minta pasien untuk fleksi leher (menunduk), sampai processus spinalis cervical ke-7 akan
terlihat
2) Bila pemeriksaan memindahkan tangan sedikit ke kiri dan kanan dari processus, pemeriksa
akan merasakan tulang rusuk pertama
3) Hitung tulang rusuk dan sela interkostal dan tetap dekat pada garis vertebrae.
Fremitus adalah vibrasi yang dirasakan di luar dinding dada saat pasien bicara. Vibrasi paling
besar dirasakan di daerah saluran napas berdiameter besar (Trachea) dan hampir tidak ada pada
Alveoli paru-paru.
Prosedur Auskultasi Toraks posterior yang dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut :
Auskultasi Paru-paru
a) Auskultasi dilakukan dengan pola yang sama seperti yang digunakan pada perkusi Paru-paru
b) Mulai Auskultasi pada bagian apeks paru-paru kiri dan lanjutkan seperti pola perkusi.
c) Dengarkan pula suara-suara tambahan yang mendahului pada siklus inspirasi dan ekspirasi.
1. Perkusi Toraks
Prosedur perkusi toraks anterior yang dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut :
1. Mulailah perkusi pada daerah apeks dan lanjutan sampai setinggi diafragma
2. Pastikan Jari-jari tangan yang tidak dominan berada pada celah interkostal sejajar dengan
tulang rusuk
3. Jika pasien wanita memiliki payudara yang besar, mintalah pasien untuk memindahkan
payudaranya ke samping (mengatur posisi) selama prosedur ini. (Irman Somatri.2008)
BAB III
2. 1. Data Umum
1. Nama : Bapak L
2. Umur : 72 Tahun
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Tani
9. Komposisi Keluarga :
Struktur dan Peran setiap anggota Keluarga Bapak L yang di dapat saat kunjungan yang ke dua
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Hub.
Pendidika
No Nama JK Umur dengan Pekerjaan Status
n Riwayat
KK
Imunisasi
1. Genogram
Keterangan Gambar :
1. Tipe Keluarga
1. Suku Bangsa
Semua anggota Keluarga bapak L berasal dari suku bugis, bahasa sehari-hari menggunakan
bahasa bugis dan Indonesia
1. Agama
Bapak L Mengatakan Bahwa mereka tidak pernah rekreasi, keluarga hanya menonton TV
dirumah dan berkumpul bersama keluarga
a) Keluarga bapak L mempunyai anak delapan orang, yang sementara tinggal bersama bapak L
Adalah Anak ke delapan. Anak Bapak L mempunyai Anak dua orang. Anak Pertama Yang
berumur 10 tahun masih duduk dibangku SD, dan anak kedua berumur 9 tahun masih duduk
dibangku SD. Keluarga ini termasuk dalam tahap perkembangan dengan Usia Lanjut.
1) Bapak L
Bapak L Mengatakan sudah menderita Asthma sejak 2 tahun yang lalu. Gejala yang timbul
berupa batuk berlendir, sesak nafas, Lemah, dan kekuatan fisik yang menurun. Bila terkena
serangan asthma berat baru dibawah ke puskesmas, jika terkena asthma ringan hanya dibelikan
obat batuk diwarung.
2) Ibu M
Ibu M bekerja sebagai ibu Rumah Tangga dan dalam keadaan sehat. Ibu M Mengatakan Tidak
pernah sakit ataupun menderita penyakit yang serius, dan tidak ada penyakit keturunan dan
menular.
3) Ibu D
Ibu D bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dan dalam keadaan sehat.
4) Bapak R
5) Anak U
6) Anak
1. Keadaan Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Rumah Bapak L semi permanen dan milik sendiri Luas rumah yang di tempati kurang lebih 10 x
7 m2 (Lebar 7, panjang 10), terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, dan wc yang
menyatu dengan rumah, Bentuk bangunan rumah persegi panjang, lantai rumah terbuat dari
karpet plastik dan penataan perabot rumah tangga tidak tertata dengan rapi, penerangan dan
ventilasi <10% luas lantai, khususnya penerangan ventilasi dalam kamar tidak ada yang masuk,
Pembuangan limbah hanya di buang dibelakang rumah.
Keterangan Gambar:
1. Kamar Tidur 1
2. Kamar Tidur 2
3. Kamar Tidur 3
4. Ruang Tamu
5. Ruang makan
6. Dapur
7. Kamar Wc
1. Pengolahan Sampah
Keluarga Bapak L tidak mempunyai tempat pembuangan sampah yang terbuat dari kayu, namun
cara pengelolaan sampah dengan cara dibakar dibelakang rumah.
Sumber air minum yang digunakan oleh Bapak L untuk memenuhi kebutuhan sehari hari seperti
memasak, mencuci, dan mandi adalah air PDAM, sebelum diminum air dimasak terlebih dahulu.
1. Jamban/WC
Keluarga Bapak L memiliki WC dan kamar mandi, didalam rumah tipe WC yang digunakan
jenis Leher Angsa.
Keluarga Bapak L tidak mempunyai saluran pembuangan air. Aktivitas didalam rumah hanya
dibuang dibelakang rumah.
1. Sosial
Bapak L telah 30 tahun tinggal di Desa Lalos Dusun Talamandu, sejak menikah tidak pernah
berpindah tempat.
1. Struktur Keluarga
Pola Komunikasi yang digunakan oleh Bapak L adalah komunikasi tertutup, bahasa yang
digunakan adalah bahasa indonesia kadang-kadang menggunakan bahasa bugis, jika ada masalah
dalam keluarga Bapak L Komunikasi diselesaikan dengan musyawarah.
Dukungan dan motivasi yang kuat dari anggota keluarga dan ditanamkannya sikap saling
menyayangi dan saling membantu sangat menunjang keluarga dalam menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga.
1. Struktur Peran
Peran Bapak L adalah mencari nafkah dan menghidupi seluruh anggota keluarga. Peran Ibu M
adalah mengurus rumah tangga. Dan Anak Bapak L berperan sebagai Merawat dan Menjaga
Anak-anaknya.
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai agama islam dan
norma yang berlaku dilingkungannya.
1. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
1. Fungsi Sosialisasi
Interaksi antara sesama dalam keluarga Bapak L cukup baik, karena Bapak L dan Ibu M
mengajarkan bagaimana cara berperilaku yang sesuai dengan ajaran agama islam dalam
kehidupan sehari hari baik dalam rumah maupun dilingkungan tempat tinggal
Ibu M tidak begitu mengetahui dan paham cara merawat dan mengobati penyakit yang diderita
suaminya
Keluarga bapak L memahami bahwa Lingkungan sehat dan bersih dalam rumah dapat mencegah
penyakit Bapak L.
Keluarga bapak L mengetahui ada tempat pelayanan kesehatan terdekat dari rumahnya
(PUSKESMAS), sehingga bila ada anggota keluarga yang sakit akan dibawa ketempat pelayanan
kesehatan.
1. Fungsi Ekonomi
Ibu M mengatakan bahwa penghasilan suaminya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Stress yang dirasakan ibu M adalah karena bapak L sakit-sakitan, penghasilannya sudah mulai
berkurang sehingga ibu M cemas tidak ada lagi dana yang tersimpan untuk keluarga.
Bila ada anggota keluarga yang sakit, keluarga secepatnya dibawa ke Puskesmas.
Penyakit ini dialami sudah cukup lama, Bapak L Kalau Ada masalah, kadang-kadang diam dan
tidak terbuka dan tidak mau dibicarakan kepada anaknya.
Pemeriksaan Fisik setiap Anggota Keluarga Bapak L yang didapat saat kunjungan ke-2 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Pemeriks
Tn. L Ny. M Ny. D Tn. R An. U
aan Fisik
Tanda- TD : TD : TD : 110/80 TD : ND : 88
tanda Vital 130/80 120/70 mmhg 120/80 x/m
mmhg mmhg mmhg
ND : 86 RR : 20
ND : 88 ND : 80 x/m ND : 96 x/m
x/m x/m x/m
RR : 20 SB : 36 O C
RR : 26 RR : 22 x/m RR : 20
x/m x/m x/m
SB : 37 O C
SB : 36,5 O SB : 36 O C SB : 36 O C
C
Kaki Kuku Kaki Kuku Kaki Kuku Kaki Kuku Kaki Kuku Kaki
Nampak Nampak Nampak Nampak Nampak
Bersih, Bersih, Bersih, Bersih, Bersih,
kekuatan kekuatan kekuatan kekuatan kekuatan
Otot Otot Otot Otot Otot
Normal, Normal, Normal, Normal, Normal,
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
pembengka pembengka pembengka pembengka
kan kan kan kan
Keadaan
Umum
Keluarga sangat mengharapkan bapak L agar cepat sembuh dari penyakitnya dan keluarga
berharap kepada petugas kesehatan agar mampu memberikan pelayanan yang baik dan tepat
pada siapa saja yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
1. B. Klasifikasi Data
Data Subyek Obyektif yang didapat pada Keluarga Bapak L saat Kunjungan 2 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
1. Analisa Data
Data Subjektif dan Data Objektif yang didapat dari keluarga Bapak L pada kunjungan ke Dua
dapat di lihat pada Tabel di bawah ini :
4. Bapak L juga
Mengatakan bahwa
sudah 2 tahun menderita
Asthma dan sering
kumat-kumatan.
5. Ibu M Mengatakan
bahwa suaminya bila
terkena serangan asthma
berat baru dibawah ke
puskesmas, jika terkena
asthma ringan hanya
dibelikan obat batuk
diwarung.
6. Ibu M mengatakan
merasa ibah apabila
melihat Bapak L,
terserang sesak.
Data Obyektif :
1. Sesak Napas
2. Batuk Berlendir
3. Gelisah, Berkeringat
Dingin
4. Tanda-tanda Vital :
TD : 130/80 mmhg, ND : 88
x/m, RR : 26 x/m, SB : 36,5 oC.
2. Ibu M Mengatakan
membuang air limbah
disembarang tempat.
4. Bapak L Mengatakan
suasana rumahnya
pengap,
Data Obyektif :
2. Sampah berserakan
dimana-mana
Penilaian Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Pada Keluarga Bapak L dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Skor
1. Resiko Tinggi Terjadi Kekambuhan penyakit berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat
Penilaian Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Pada Keluarga Bapak L dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Skor
Penilaian Skoring Diagnosa Keperawatan pada Keluarga Bapak L dapat di lihat pada Tabel di
bawah ini :
No Diagnosa Skoring
1. Implementasi
Pelaksanaan yang di lakukan pada keluarga Bapak L pada kunjungan ke Empat dapat di lihat
pada Tabel di bawah ini :
2. Motivasi keluarga
untuk menyebutkan
18.50 tanda dan gejala
penyakit Asthma
Bronchial
3. Dorong keluarga
untuk menyebutkan
19.00 pencegahan dan
perawatan penyakit
Asthma Bronchial
4. Jelaskan pada
keluarga akibat lanjut
apabila Asthma
Bronchial tidak di
19.10 obati
5. Beri Reincforment
positif atas usaha
yang telah dilakukan
keluarga
19.25
6. Ajarkan teknik
pengobatan
tradisional ( obat
pelega tenggorokan)
19.40
2 Resiko Tinggi Minggu, 19.50
terjadi 15/07/2012 1. Gali Pengetahuan keluarga
Kekambuhan Mengenai Penyakit Asthma
penyakit pada yang diderita bapak L
bapak L
berhubungan 2. Motivasi keluarga untuk
dengan 20.00 mengidentifikasi tanda-tanda
ketidakmampuan serangan Asthma
keluarga dalam
memodifikasi 3. Beri Reincforment positif
lingkungan yang atas usaha yang telah
sehat. dilakukan
20.03
4. Diskusikan Alternatif yang
dapat dilakukan keluarga
untuk mencegah serangan
20.18 berulang
20.25 1. Evaluasi
Hasil Akhir yang di dapat pada keluarga Bapak L pada hari ke Lima dapat di lihat pada Tabel di
bawah ini :
1 Minggu, 15 21.30 S:
1 Juli 2012 Wita
1. Keluarga menjawab salam
O:
P:
2 Minggu, 15 22.00 S:
2 Juli 2012
1. Ibu M menyebutkan tanda-tanda
penyakit Asthma bronchial seadanya
P:
3. Catatan Perkembangan
Perkembangan keluarga Bapak L setelah di lakukan Asuhan Keperawatan Keluarga dapat di lihat
pada Tabel di Bawah ini :
No
Hari/Tgl Dx Jam SOAPIER
Senin, 16 1 09.45 S :
1.Juli 2012
1. Keluarga Menjawab Salam
O:
1. Keluarga Bapak L dan Ibu M
Kooperatif dan aktif saat di jelaskan,
keluarga berusaha menjawab setiap
pertanyaan yang diajukan.
P:
I:
R:-
Selasa, 17 1 09.30 S :
1.Juli 2012
1. Keluarga Menjawab Salam
O:
P:
I:
R:-
Lanjutan Catatan Perkembangan
Rabu, 18 2 09.40 S :
1.Juli 2012 Wita
1. Keluarga Menjawab Salam
P:
I:
1. Mengingatkan kembali tentang hal hal
yang telah disampaikan dari petugas
kesehatan
R:-
BAB IV
1. A. Hasil
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian dan pengumpulan data, informasi yang di lakukan pada tanggal 12 sampai
dengan 14 Juli 2012 dengan menggunakan format Pengkajian Keluarga Bapak L yang
berdomisili di Dusun Talamandu Desa Lalos Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli dengan
Kasus Penyakit Asthma Bronchial pada Bapak L. Adapun data yang di dapatkan di lapangan
sebagai berikut :
1. Data Subyektif
1. Ibu M Mengatakan bahwa suaminya bila terkena serangan asthma berat baru
dibawah ke puskesmas, jika terkena asthma ringan hanya dibelikan obat batuk
diwarung, Ibu M Mengatakan akan merasa ibah apabila melihat Bapak L,
terserang sesak, ibu M Mengatakan karena sudah tua, tidak mampu dan
mempunyai waktu untuk membersihkan rumah dan dilingkungan rumah, Ibu M
Mengatakan membuang air limbah sembarang tempat.
1. Anak Bapak L Mengatakan apabila musim dingin, Bapak L sering batuk berlendir dan
sesak napas, sesak akan bertambah bila Melakukan aktifitas yang berlebihan dan
terkena debu. Bapak L juga Mengatakan bahwa sudah 2 tahun menderita Asthma dan
sering kumat-kumatan. Dokter mengatakan bahwa bapak L divonis menderita penyakit
Asthma Kronik.
2. Data Obyektif
1. B. Diagnosa Keperawatan
Perumusan Diagnosa Keperawatan dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga.
Komponen diagnosa keperawatan meliputi masalah / problem , penyebab / etiologi , dan atau
tanda / sign. (Suprajitno, S,Kp ). Perumusan diagnosa keperawatan keluarga sama dengan
diagnosa diklinik yang dapat dibedakan menjadi 5 (lima) kategori yaitu actual, resiko, wellness,
dan sindrom. ( Setiadi 2008 ) . Dan Data Subjektif maupun Objektif, yang diperoleh perawat
dari keluarga secara langsung, setelah data tersebut dikumpulkan, pada tahap ini data dianalisa,
di buatkan prioritas masalah maka di tegakanlah Diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah
yang ada dalam keluarga pada Bapak L sebagai berikut :
1. Intervensi
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan keluarga
penetapan standart dan Kriteria serta menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah
keluarga. (Setiadi 2008) Adapun rencana intervensi yang di berikan pada Bapak L berdasarkan
masing-masing Diagnosa. Intervensi Diagnosa 1 Adalah 1. Diskusikan bersama keluarga
pengertian penyakit Asthma Bronchial dengan menggunakan Leaflet, 2. Motivasi keluarga untuk
menyebutkan tanda dan gejala penyakit Asthma Bronchial, 3. Dorong keluarga untuk
menyebutkan pencegahan dan perawatan penyakit Asthma Bronchial, 4. Jelaskan pada keluarga
akibat lanjut apabila Asthma Bronchial tidak di obati, 5. Beri Reincforment positif atas usaha
yang telah dilakukan keluarga, 6. Ajarkan teknik pengobatan tradisional (obat pelega
tenggorokan), 7. Tekan pada keluarga untuk mengontrol secara aktif dipuskesmas, Intervensi
Diagnosa 2 adalah : 1. Gali Pengetahuan keluarga Mengenai Penyakit Asthma yang diderita
bapak L, 2. Motivasi keluarga untuk mengidentifikasi tanda-tanda serangan Asthma, 3. Beri
Reincforment positif atas usaha yang telah dilakukan, 4. Diskusikan Alternatif yang dapat
dilakukan keluarga untuk mencegah serangan berulang, 5. Beri Reincforment positif atas usaha
yang telah dilakukan, 6. Anjurkan keluarga untuk membersihkan lingkungan rumah. Intervensi
yang diberikan pada keluarga bapak L sesuai dengan rencana yang telah disepakati oleh
keluarga.
1. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perecanaan, perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi
perlu melibatkan secara Integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim kesehatan di rumah.
(Setiadi.2008). Adapun implementasi yang diberikan pada keluarga Bapak L pada hari Minggu,
tanggal 15 Juli 2012 Jam (18.30 sampai dengan selesai).
3. Evaluasi
Evaluasi Adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan keluarga dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan. (Setiadi.2008). Adapun
hasil Evaluasi keseluruhan merupakan tahap akhir dalam penilaian keberhasilan tindakan
keperawatan dengan menggunakan standar SOAP. Selama 4 hari kunjungan, maka pada tanggal
16 Juli 2012 Penulis mengevaluasi Keberhasilan yang mengacu pada 5 tugas keluarga di bidang
kesehatan yaitu :
1. Keluarga mau dan akan merawat anggota keluarga yang sakit, namun tindakan keluarga
belum sepenuhnya untuk mengatasi masalah Bersihan Jalan Nafas kembali Efektif.
walaupun sudah diberikan penyuluhan dan informasi yang cukup, tentang bagaimana
cara merawat anggota keluarga yang sakit khususnya yang menderita penyakit Asthma
Bronchial.
2. Keluarga sudah cukup mengenal tentang resiko yang akan terjadi/gangguan kesehatan
setiap anggota keluarga, karena keluarga sudah menunjukkan sikap dan pemahamannya
tentang penyakit Asthma Bronchial, namun pola pikir keluarga untuk memodifikasi
lingkungan dan melakukan tindakan yang tepat, belum ada.
BAB V
Penutup
1. A. Kesimpulan
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan serta pembahasan kasus pada keluarga Bapak L,
dengan Kasus Asthma Bronchial maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengkajian melalui Observasi, Wawancara, dan pemeriksaan fisik maka di
dapatkan data baik Subjektif maupun Objektif yang menyimpang dan menunjang
masalah Keperawatan pada keluarga Bapak L.
2. Dari data-data dan hasil skoring yang sudah terkumpul maka dapat di rumuskan masalah
selanjutnya menetapkan Diagnosa pada keluarga Bapak L yaitu Diagnosa Aktual dan
Diagnosa Resiko.
3. Perencanaan keperawatan yang dibuat oleh penulis meliputi prosedur dan tindakan serta
pendidikan kesehatan kepada keluarga berupa pemberian Penyuluhan dan demonstrasi.
5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan dari hasil pelaksanaan yaitu keluarga dapat
menjelaskan seadanya mengenai pengertian, cara Penularan dan pencegahan, serta
keluarga mampu mendemonstrasikan cara membuat obat tradisional pelega tenggorokan.
1. B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka beberapa saran yang dibuat penulis adalah sebagai
berikut :
1. Di harapkan kepada pasien dan keluarga memahami factor yang menyebabkan serangan
atau memperberat serangan.
3. Perlu dilakukan sosialisai serta penyuluhan yang lebih terintegrasi dalam penanggulangan
Penyakit Asthma di masyarakat.
4. Kepada petugas kesehatan setempat, untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat khususnya keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dengan
melakukan kunjungan rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Effendiy, Nasrul Drs, Dasar dasar keperawatan kesehatan, Masyarakat Edisi 2, EGC.
Jakarta : 1998
Ekasari Fatma, Mia S. kep Ns et. all, .panduan pengalaman belajar lapangan. EGC . Jakarta :
2006
Iqbal Mubarak Wahit et all, ilmu keperawatan komunitas 2, EGC. Jakarta : 2006
Mansjoer, Arief et all. kapita selekta kedokteran, jilid 2 Media Aesculaisus Jakarta : 2000
Ns Achjar Heny ayu komang Ns SKM, Mkep, Sp kom Asuhan Keperawatan keluarga, Sagung
Seto . Jakarta : 2010
Setiawati santun et all, Asuhan keperawatan keluarga, Agung wijaya, Jakarta : 2008
www.arief.b.Penyakit.Asthma.Bronchial.com/19/09/2012).