Anda di halaman 1dari 23

Presentasi Kasus

REHABILITASI MEDIK

SEORANG LAKI-LAKI 25 TAHUN DENGAN


PYOPNEUMOTHORAKS DEXTRA ET CAUSA
TB PARU BTA (+)

Oleh :
Fitri Firdausiya
G9911112070

Pembimbing
Dr. dr. Hj. Noer Rachma, Sp.RM
dr. Hj. Tri Lastiti W., Sp. KFR, M. Kes.
dr. Desy Kurniawati Tandiyo, Sp. KFR.

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2012

1
STATUS PENDERITA

I. ANAMNESIS

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. MT
Umur : 25 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Ringin 02/03 Pamotan Rembang
Pekerjaan : Buruh
Status : Belum menikah
Tanggal Masuk : 23 Oktober 2012
Tanggal Periksa : 17 November 2012
No RM : 01157410

A. Keluhan Utama :
Batuk darah

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluh batuk darah kurang lebih 5 hari SMRS. Batuk
berwarna merah segar, berbuih (+) sebanyak kurang lebih 100 cc.
Pasien mengeluh batuk tidak sembuh-sembuh sejak 1 bulan SMRS,
dahak (+). Batuk berdahak (+), dahak kuning encer. Pasien
mengeluhkan sesak untuk aktifitas dan berkurang untuk istirahat sejak
1 bulan SMRS. Pasien tidur dengan 1 bantal, tidak sering terbangun di
tengah malam., tidak mengi, tidak demam, pasien mengeluhkan sering
keluar keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Nyeri dada (+), nafsu
makan turun (-), BB turun (+), BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Pasien merupakan rujukan dari RSUD Rembang, opname 2
hari dan mendapatkan terapi Ceftriaxon 2g/24 jam, ambroxol 3x1,
pamol 3x1.

2
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat DM : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat HT : disangkal
Riwayat OAT : 2 bulan yang lalu dan berhenti
sendiri bulan September 2012
Riwayat opname : (+) 1 tahun yang lalu di
puskesmas karena malaria
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat DM : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit serupa : disangkal.
F. Riwayat Kebiasaan dan gizi
Pasien makan 3 kali sehari dengan sepiring nasi dan lauk pauk berupa
tempe, tahu, sayur dan kadang daging. Penderita jarang makan buah-
buahan dan tidak minum susu.
- Riwayat merokok : (+) sejak 8 tahun yang lalu, sehari rata-rata
menghabiskan 12 batang rokok
- Riwayat minum alkohol : disangkal
- Riwayat olah raga : tidak rutin
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang laki-laki yang bekerja sebagai buruh dan
berobat dengan menggunakan fasilitas JAMKESMAS.

II. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 17 November 2012

1. STATUS GENERALIS
A. Keadaan Umum
Keadaan umum sakit sedang, kompos mentis, gizi kesan kurang

3
B. Tanda Vital
Tekanan darah : 110/80mmHg
Nadi : 84 kali/mnt,isi cukup, irama teratur, simetris
Respirasi : 24 kali/mnt, irama teratur, tipe thorakoabdominal
Suhu : 36,50C per aksiler
C. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-),
spider nevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-).
D. Kepala
Bentuk mesocephal, luka (-), rambut putih, tidak mudah rontok, dan
sukar dicabut, turgor kulit dahi baik, atrofi otot (-).
E. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), cekung (-/-), refleks cahaya
langsung dan tak langsung (+/+), pupil anisokor (3mm/4mm), udem
palpebra (-/-), sekret (-/-).
F. Telinga
Bentuk normal, darah (-/-), sekret (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-)
G. Hidung
Bentuk normal, nafas cuping hidung (-), darah (-/-), sekret (-/-),
epistaksis (-)
H. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-) stomatitis (-), mukosa pucat
(-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-), lidah tremor (-), gigi karies
(-)
I. Tenggorokan
Tonsil hipertrofi (-), faring hiperemis (-)
J. Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak
membesar, tiroid tidak membesar, pulsasi a. karotis tidak tampak, nyeri
tekan (-)

4
K. Thorak
Normochest, simetris, retraksi (+), spider nevi (-), venektasi (-),
L. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler, bising (-)
M. Paru
Depan
Inspeksi : pengembangan dada kanan < kiri
Palpasi : fremitus raba kanan < kiri
Perkusi : redup SIC V / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+ SIC V / +), ST (-/-)
Belakang
Inspeksi : pengembangan dada kanan < kiri
Palpasi : fremitus raba kanan < kiri
Perkusi : redup SIC V / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+ SIC V / +), ST (-/-)
N. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut // dinding dada,spider nevi(-),venektasi (-)
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani, pekak beralih (-)
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
O. Punggung
Vulnus ekskoriasi (-), kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri tekan (-)
P. Pinggang
Bulging (-), ballotement (-), nyeri ketok kostovertebral (-)
Q. Ekstremitas

Oedem - - Akral Dingin - -


- - - -

5
2. STATUS PSIKIATRI
Deskripsi umum
Penampilan : Laki-laki, tampak sesuai umur, perawatan diri baik
Kesadaran : compos mentis
Pembicaraan : koheren
Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif, kontak mata (+)
Afek dan Mood
Afek : Appropiate
Mood : Baik
Ganguan persepsi
Halusinasi (-), ilusi (-)
Proses berpikir
Bentuk : realistik
Isi : waham (-)
Arus : koheren
3. STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : GCS E4V5M6
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : iv line, WSD
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi Motorik dan Reflek
Kekuatan : 5 5
5 5

Tonus : N N
N N

Reflek Fisiologis : +2 +2
+2 +2

Reflek Patologis : - -

6
- -
Nervus Cranialis :
Nn III : pupil isokor (3mm/3mm), Reflek cahaya (+/+)
Nn VII : dalam batas normal
Nn. XII : dalam batas normal

Range of Motion (ROM)

NECK ROM ROM Aktif


Pasif
Fleksi 0 - 70 normal
Ekstensi 0 - 40 normal
Lateral bending kanan 0 - 60 normal
Lateral bending kiri 0 - 60 normal
Rotasi kanan 0 - 90 normal
Rotasi kiri 0 - 90 normal

Ekstremitas Superior ROM AKTIF ROM pasif


Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Shoul Fleksi 0-180 0-180 0-180 0-180
der
Ekstensi 0-30 0-30 0-30 0-30
Abduksi 0-150 0-150 0-150 0-150
Adduksi 0-75 0-75 0-75 0-75
External Rotasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Internal Rotasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Elbow Fleksi 0-150 0-150 0-150 0-150
Ekstensi 0-150 0-150 0-150 0-150
Pronasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Supinasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Wrist Fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
Ekstensi 0-70 0-70 0-70 0-70
Ulnar deviasi 0-30 0-30 0-30 0-30
Radius deviasi 0-30 0-30 0-30 0-30
Finger MCP I fleksi 0-50 0-50 0-50 0-50
MCP II-IV 0-90 0-90 0-90 0-90
fleksi

7
DIP II-V fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
PIP II-V fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
MCP I ekstensi 0-90 0-90 0-90 0-90

Manual Muscle Testing (MMT)

NECK
Fleksor M. 5
Sternocleidomastoideum
Ekstensor M. 5
Sternocleidomastoideum

TRUNK
Fleksor M. Rectus Abdominis sde
Thoracic group sde
Ektensor
Lumbal group sde
Rotator M. Obliquus Eksternus sde
Abdominis
Pelvic Elevation M. Quadratus Lumbaris sde

Ekstremitas Superior Dextra Sinistra


Shoulder Fleksor M Deltoideus 5 5
anterior
M Biseps 5 5
Ekstensor M Deltoideus 5 5
anterior
M Teres mayor 5 5
Abduktor M Deltoideus 5 5
M Biceps 5 5
Adduktor M Lattissimus 5 5
dorsi
M Pectoralis 5 5
mayor
Internal M Lattissimus 5 5
Rotasi dorsi
M Pectoralis 5 5
mayor

8
Eksternal M Teres mayor 5 5
Rotasi M Infra supinatus 5 5
Elbow Fleksor M Biceps 5 5
M Brachialis 5 5
Ekstensor M Triceps 5 5
Supinator M Supinator 5 5
Pronator M Pronator teres 5 5
Wrist Fleksor M Fleksor carpi 5 5
radialis
Ekstensor M Ekstensor 5 5
digitorum
Abduktor M Ekstensor 5 5
carpi radialis
Adduktor M ekstensor carpi 5 5
ulnaris
Finger Fleksor M Fleksor 5 5
digitorum
Ekstensor M Ekstensor 5 5
digitorum

Ekstremitas inferior Dextra Sinistra


Hip Fleksor M Psoas mayor 5 5
Ekstensor M Gluteus 5 5
maksimus
Abduktor M Gluteus medius 5 5
Adduktor M Adduktor longus 5 5
Knee Fleksor Harmstring muscle 5 5
Ekstensor Quadriceps femoris 5 5
Ankle Fleksor M Tibialis 5 5
Ekstensor M Soleus 5 5

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Pemeriksaan Laboratorium Darah 9 November 2012

9
Hb : 10,7 g/dl Albumin : 3,0 g/dl
Hct : 37 % Kreatinin : 0,6 mg/dl
Lekosit : 14,8 ribu/uL Ureum : 45 mg/dl
Trombosit : 470 ribu/uL Na : 136 mmol/L
Eritrosit : 4,53 juta/uL K : 4,2 mmol/L
GDS : 238 mg/dl Cl : 98 mmol/L
SGOT : 20 u/L
SGPT : 17 u/L
- Pemeriksaan Sputum tanggal 27 September 2012
BTA (+)
- Foto Rontgen Thorak (10 November 2012)

Kesan : hidropneumothoraks dextra

IV. ASSESSMENT

1. Pyopneumothoraks dextra et causa TB paru dengan pemasangan WSD


hari ke 25

10
2. TB paru BTA (+)

VI. DAFTAR MASALAH


1. Problem Medis
- Pyopneumothoraks dextra et causa TB paru dengan pemasangan
WSD hari ke 25

2. Problem Rehabilitasi Medik


Fisioterapi : Gangguan pernapasan dan pengeluaran dahak
Terapi Wicara : tidak ada
Terapi Okupasi : gangguan dalam melaksanakan aktifitas sehari-
hari (ADL)
Sosiomedik : tidak ada
Ortesa-protesa : tidak ada
Psikologis : beban pikiran akibat penyakit yang dideritanya
VI. PENATALAKSANAAN
A. Terapi Medikamentosa
- O2 3 lpm
- inf RL 20 tpm
- Cefadroxyl tab 2x 500 mg
- Metronidazole tab 3x 500 mg
- Dexametason tab 3x1
- Glyseril Guaiacolat tab 3x100 mg
- Vit Bplex tab 3x1
- OBH syr 3x1C
B. Terapi Rehabilitasi Medik
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit Pyopnuemothoraks
dan TB paru serta penularan dan pencegahannya.
- Fisioterapi :
Chest physical therapy (Breathing exercise)
Postural Drainage

11
- Terapi okupasi :
latihan dalam melakukan kegiatan sehari-hari (ADL)
- Sosiomedik :
motivasi dan konseling keluarga pasien untuk selalu berusaha
menjalankan home program maupun program di Rumah Sakit
- Psikologi :
memberikan motivasi kepada pasien agar selalu melaksanakan
program rehabilitasi
VI. IMPAIRMENT, DISABILITY DAN HANDICAP
Impairment : sesak nafas
Disability : gangguan fungsi pernapasan
Handicap : keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari dan
kegiatan sosial
VII. TUJUAN
Memperbaiki kondisi umum
Mencegah dan mengurangi pengumpulan sputum pada saluran napas
(membersihkan saluran napas)
Mengajarkan batuk yang efektif
Mengurangi spasme otot-otot dinding thoraks
Mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk keadaan
penderita
Meminimalkan impairment, disability dan handicap yang dialami
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

12
TINJAUAN PUSTAKA

HIDROPNEUMOTHORAKS DAN PYOPNEUMOTHORAKS

I. Definisi

Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan


cairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru.
Cairan ini bisa juga disertai dengan nanah (empiema) dan hal ini dinamakan
dengan piopneumotoraks. Hidropneumotoraks diakibatkan oleh infeksi, yang
mana infeksinya ini berasal dari mikroorganisme yang membentuk gas atau dari
robekan septik jaringan paru atau esofagus ke arah rongga pleura. Kebanyakan
adalah dari robekan abses subpleura dan sering membuat fistula bronkopleura.
Jenis kuman yang sering terdapat adalah Stafilokokus aureus, Klebsiela,
mikobakterium tuberkulosis dan lain-lain.
Etiologi piopneumotoraks biasanya berasal dari paru seperti pneumonia,
abses paru, adanya fistula bronkopleura, bronkiektasis, tuberkulosis paru,
aktinomikosis paru, dan dari luar paru seperti trauma toraks, pembedahan toraks,
torakosentesis pada efusi pleura, abses sub phrenik dan abses hati amuba.
Patofisologi dari empiema itu sendiri yaitu akibat invasi kuman piogenik ke
pleura. Hal ini menyebabkan timbuk keradangan akut yang diikuti dengan
pembentukan eksudat serous. Dengan bertambahnya sel-sel PMN, baik yang
hidup ataupun yang mati dan peningkatan kadar protein didalam cairan pleura,
maka cairan pleura menjadi keruh dan kental. Endapan fibrin akan membentuk
kantung-kantung yang akhirnya akan melokalisasi nanah tersebut.

13
Pencatatan tentang insiden dan prevalensi hidropneumothorak belum
ada dilakakukan, namun insiden dan prevalensi pneumotoraks berkisar antara 2,4
- 17,8 per 100.000 penduduk per tahun. Menurut Barrie dkk, seks ratio laki-laki
dibandingkan dengan perempuan 5:1. Ada pula peneliti yang mendapatkan 8:1.

Diagnosis
Anamnesis
Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada
seperti ditusuk, disertai sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan batuk
batuk. Rasa nyeri dan sesak nafas ini makin lama dapat berkurang atau bertambah
hebat. Berat ringannya perasaan sesak nafas ini tergantung dari derajat
penguncupan paru, dan apakah paru dalam keadaan sakit atau tidak. Pada
penderita dengan COPD, pneumotoraks yang minimal sekali pun akan
menimbulkan sesak nafas yang hebat. Sakit dada biasanya datang tiba-tiba seperti
ditusuk-tusuk se tempat pada sisi paru yang terkena, kadang-kadang menyebar ke
arah bahu, hipokondrium dan skapula. Rasa sakit bertambah waktu bernafas dan
batuk. Sakit dada biasanya akan berangsur-angsur hilang dalam waktu satu sampai
empat hari. Batuk-batuk biasanya merupakan keluhan yang jarang bila tidak
disertai penyakit paru lain, biasanya tidak berlangsung lama dan tidak produktif.
Keluhan tersebut di atas dapat terjadi bersama-sama atau sendiri sendiri, bahkan
ada penderita pneumotoraks yang tidak mempunyai keluhan sama sekali. Pada
penderita pneumotoraks ventil, rasa nyeri dan sesak nafas ini makin lama makin
hebat, penderita gelisah, sianosis, akhirnya dapat mengalami syok karena
gangguan aliran darah akibat penekanan udara pada pembuluh darah
dimediastinum.
Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi, mungkin terlihat sesak nafas, pergerakan dada berkurang, batuk
batuk, sianosis serta iktus kordis tergeser kearah yang sehat.

14
b) Palpasi, mungkin dijumpai spatium interkostalis yang melebar Stem fremitus
melemah, trakea tergeser ke arah yang sehat dan iktus kordis tidak teraba atau
tergeser ke arah yang sehat.
c) Perkusi; Mungkin dijumpai sonor, hipersonor sampai timpani.
d) Auskultasi; mungkin dijumpai suara nafas yang melemah, sampai menghilang.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan Rontgen foto toraks. Pada
rontgen foto toraks P.A akan terlihat garis penguncupan paru yang halus seperti
rambut. Apabila pneumotoraks disertai dengan adanya cairan di dalam rongga
pleura, akan tampak gambaran garis datar yang merupakan batas udara dan caftan.
Sebaiknya rontgen foto toraks dibuat dalam keadaan ekspirasi maksimal.
Komplikasi
1. Infeksi sekunder sehingga dapat menimbulkan pleuritis, empiema ,
hidropneumotoraks.
2. Gangguan hemodinamika. Pada pneumotoraks yang hebat, seluruh
mediastinum dan jantung dapat tergeser ke arah yang sehat dan mengakibatkan
penurunan kardiak "output", sehingga dengan demikian dapat menimbulkan syok
kardiogenik.
3. Emfisema; dapat berupa emfisema kutis atau emfisema mediastinalis
Diagnosa Banding
1. Emfisema pulmonum
2. Kavitas raksasa
3. Kista paru
4. Infark jantung
5. Infark paru
6. Pleuritis
7. Abses paru dengan kavitas
Penatalaksanaan
Setelah diagnosis pneumotoraks dapat ditegakkan, langkah selanjutnya
yang terpenting adalah melakukan observasi yang cermat. Oleh karena itu
penderita sebaiknya dirawa di rumah sakit, mengingat sifat fistula pneumotoraks
dapat berubah sewaktu-waktu yaitu dari pneumotoraks terbuka menjadi tertutup

15
ataupun ventil. Sehingga tidak jarang penderita yang tampaknya tidak apa-apa
tiba-tiba menjadi gawat karena terjadi pneumotoraks ventil atau perdarahan yang
hebat. Kalau kita mempunyai alat pneumotoraks, dengan mudah kita dapat
menentukan jenis pneumotoraks apakah terbuka, tertutup, atau ventil. Apabila
penderita datang dengan sesak nafas, apalagi kalau sesak nafas makin lama makin
bertambah kita harus segera mengambil tindakan. Tindakan yang lazim dikerjakan
ialah pemasangan WSD (Water Seal Drainage). Apabila penderita sesak sekali
sebelum WSD dapat dipasang, kita harus segera menusukkan jarum ke dalam
rongga pleura. Tindakan sederhana ini akan dapat menolong dan menyelamatkan
jiwa penderita. Bila alat-alat WSD tidak ada, dapat kita gunakan infus set, dimana
jarumnya ditusukkan ke dalam rongga pleura ditempat yang paling sonor waktu
diperkusi. Sedangkan ujung selang infus yang lainnya dimasukkan ke dalam botol
yang berisi air.
Pneumotoraks tertutup yang tidak terlalu luas (Kurang dari 20% paru
yang kolaps) dapat dirawat secara konservatif, tetapi pada umumnya untuk
mempercepat pengembangan paru lebih baik dipasang WSD. Pneumotoraks
terbuka dapat dirawat secara konservatif dengan mengusahakan penutupan fistula
dengan cara memasukkan darah atau glukosa hipertonis kedalam rongga pleura
sebagai pleurodesi. Ada juga para ahli yang mengobati pneumotoraks terbuka
dengan memasang WSD disertai penghisap terus menerus.

BREATHING EXERCISE
A. Definisi
Breathing exercise merupakan suatu kegiatan pelatihan pernafasan,
termasuk otot otot pernafasan, serta otot bagian tubuh lain yang dapat
memfasilitasi kemampuan pernafasan dengan baik. Breathing exercise
didesain untuk memperbaiki fungsi otot respirasi, meningkatkan ventilasi,
serta oksigenisasi. Biasanya program latihan ini ditujukan untuk
meningkatkan status pulmonal, endurance, serta peningkatan fungsi ADL.
Pemberian terapi BE ini harus dilakukan kepada semua pasien yang menjalani
kegiatan pengobatan di rumah sakit, yaitu pasien yang mondok dengan

16
kondisi apapun, tetapi yang paling di utamakan adalah pasien yang mengalami
gangguan saluran pernafasan atau yang mengalami tirah baring lama (sebagai
presdeposisi terjadinya pneumonia ortostatik).
BE sering kali bukan merupakan terapi tunggal, tetapi dikombinasikan
dengan pengobatan, postural drainage, dan program program lain yang
berhubungan dengan kondisi pasien. Pelatihan exercise aktif ROM pada
shoulder dan trunk akan membantu ekspansi thorak, memfasilitasi deep
breathing, dan sering dapat membantu reflex batuk, sehingga pelatihan aktif
ROM shoulder dan trunk juga perlu untuk menunjang BE yang efektif.
B. Indikasi Breathing Exercise
1. Penyakit paru akut atau kronis
a. Penyakit paru obstruktif kronis
b. Pneumonia
c. Atelectasis
d. Emboli pulmo
e. Gangguan respirasi akut.
2. Nyeri pada area thorax dan abdomen setelah pembedahan atau trauma.
3. Obstruksi jalan nafas akibat bronchospasme atau menahan sekresi.
4. Penyakit CNS yang mengarah kepada kelemahan otot :
a. High spinal cord injury.
b. Myophatic progresif akut dan kronik atau penyakit nurophatic.
5. Abnormalitas orthopedic berat yang mempengaruhi fungsi respirasi seperti
scoliosis dan kiposis.
6. Penanganan stress
C. Tujuan Breathing Exercise
1. Meningkatkan ventilasi.
2. Meningkatkan efektifitas mekanisme batuk.
2. Mencegah atelektasis
3. Meningkatkan kekuatan, daya tahan dan koordinasi otot-otot respirasi.
4. Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas chest dan thoracal spine.
5. Koreksi pola-pola nafas yang tidak efisien dan abnormal.
6. Meningkatkan relaksasi.

17
7. Mengajarkan pasien bagaimana melakukan tindakan bila terjadi gangguan
nafas
D. Prinsip Umum Mengajarkan Breathing Exercise
Bila memungkinkan lakukan ditempat yang tenang tanpa banyak
gangguan.
1. Jelaskan kepada pasien tujuan dan rasionalisasi breathing exercise.
2. Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman, posisi rileks
3. Observasi dan evaluasi pola napas normal pasien saat istirahat dan
melakukan aktifitas.
4. Bila perlu ajarkan teknik relaksasi kepada pasien.
5. Tunjukkan pola yang diinginkan kepada pasien.
6. Minta pasien untuk melakukan pola bernapas yang tepat dalam berbagai
posisi baik istirahat maupun saat melakukan aktifitas.
E. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
1. Pasien tidak boleh melakukan force expiration.
2. Pasien tidak boleh melakukan prolonged expiration.
3. Hindari penggunaan accessory muscles saat mengawali inspirasi.
4. Minta pasien untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi sebanyak 3 atau 4
kali dalam satu sesi.
F. Jenis-Jenis Breathing Exercise
1. Diaphragmatic Breathing
2. Segmental Breathing
a. Lateral costal expansion
b. Posterior basal expansion
c. Right middle lobe
d. Pursed lip breathing
G. Aktifitas Tambahan
1. Koreksi Postur
2. Streching manual pada trunk
3. ROM exercise untuk menjaga dan meningkatkan gerakan sendi.
H. Teknik Breathing Exercise
1. Diaphragmatic
breathing exercise
Penggunaan diafragma dalam menunjang pernafasan, berguna untuk :
Menguatkan diafragma

18
Mengurangi kerja paru dalam pernafasan, serta menurunkan laju
pernafasan (tanpa mengurangi supply oksigen ke dalam tubuh)
Penurunan kebutuhan oksigen tubuh
Mengurangi penggunaan energy dalam bernafas

Cara kerja:

a. Pasien tidur
dikasur atau dipermukaan yang keras, kepala dan lutut bagian
popliteal diganjal bantal. Letakan 1 buah tangan diatas dada, dan 1
tangan lainya dibawah arcus costa.

b. Bernafas perlahan
melalui hidung, dan rasakan pengembangan dinding perut. Tangan
yang berada di dada, dipertahankan didada.

c. Kencangkan otot perut anda, dan lakukan ekspirasi melalui mulut


(seperti pursed lip breathing), dan rasakan tangan yang berada
dibawah arcus costae ikut mengempis. Tangan yang berada pada
dada, tetap diperhatankan pada posisi semula.

19
Lakukan latihan ini 5-10 menit, 3-4 kali perhari, dan secara
perlahan tingkatkan waktu latihan. Dapat pula diletakan beban
pada perut (biasanya buku) untuk menganti beban tangan.

2. Lateral costal expansion

a. Pasien dapat duduk atau pada posisi setengah duduk


b. Letakan tangan pada bagian terbawah dari costa pasien
c. Minta pasien untuk bernafas, dan rasakan pengembangan dan
pengempisan diding thorak
d. Ketika pasien ekspirasi, gunakan telapak tangan untuk menekan
costa kedalam secara perlahan dan halus
e. Ketika pasien inspirasi, berikan regangan kedalam kebawah
pada dada (membantu menguatkan kontraksi dari otot
intecostalis)
f. Minta pasien untuk mengekspansi rongga dada
g. Lanjutkan terapi seperti yang diatas.

3. Posterior basal expansion

a. Pasien posisi duduk


b. Letakan posisi tangan pada bagian posterior dari costa
c. Prosedur yang lain, sama seperti lateral costal expansion

4. Pursed lip breathing technique

a. Relaksasikan otot leher dan shoulder

b. Bernafas perlahan melalui hidung dalam 2 hitungan, pertahankan


mulut dalam keadaan tertutup. Jangan melakukan inspirasi dalam.

20
21
c. Kerutkan bibir anda, seperti keadaan bersiul

d. Buang nafas secara perlahan melalui mulut dalam 4 hitungan

22
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff H, Mukti A. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University


Press.edisi 2. Surabaya: 2002
Amirulloh R. Penatalaksanaan Pneumotoraks di dalam Praktek. http://www.
kalbe.co.id. (diakses 16 November 2012)
Putau J, dkk. Piopneumotoraks dengan Bronkopleura. Laporan Kasus.
http://www. med UNHAS. ac. id.[diakses tanggal 16 November
2012]
Syaffiuddin T. Pemasangan Selang Toraks. Maj Dokter Keluarga 1992; 11
(10): 67-70

23

Anda mungkin juga menyukai