Oleh:
2017
Statement of Authorship
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir
adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya
gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Nama :
NPM : 1206266971
Tandatangan :
1. PENDAHULUAN
Seiring berkembangnya perekonomian dan tingkat pendidikan, kesadaran masyarakat
Indonesia akan pentingnya sebuah investasi pun semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan
Bursa Efek Indonesia yang terus berkembang seiring bertambahnya usia. Perkembangan BEI
ini menandakan bahwa jenis investasi saham merupakan salah satu jenis investasi seiring
perkembangan waktu, peminatnya semakin banyak. Berdasarkan pada data, pertumbuhan
investor lokal yang aktif bertansaksi saham di bursa efek yang terus mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Menurut Prasetyo (Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Bursa
Efek Indonesia) saat ini keikutsertaan investor lokal dalam pasar modal telah meningkat
menjadi 40% dibanding sebelumnya hanya 20% (www.liputan6.com)
Hukum permintaan dan penawaran merupakan hal yang paling mendasar dalam
mempengaruhi pergerakan harga saham di bursa. Secara teori, harga saham akan bergerak
naik apabila permintaan dari saham tersebut meningkat dan harga saham akan bergerka turun
apabila permintaan dari saham tersebut menurun. Pada intinya, harga suatu saam di bursa
ditentukan oleh para investor yang bertransaksi di sana. Hal yang mempengaruhi investor
untuk berinvestasi pada saham adalah untuk mendapatkan keuntungan dari saham tersebut.
Baik itu berupa capital gain atau pun dividen. Capital Gain mrupakan keuntungan yang
diperoleh ketika investor menjual sahamnya dengan harga yang lebih tinggi dari harga
belinya sementara dividen merupakan sebagian keuntungan perusahaan yang dibagikan
kepada para pemegang saham pada suatu periode tertentu.
Seperti investasi pada umumnya, investasi dalam saham mengandung beberapa risiko.
Salah satu risikonya dalah terjadinya missprice antara nilai interinsik saham dengan nilai
pasarnya. Harga saham terkadang (dan bahkan seringkali) banyak ditentukan oleh faktor
spekulasi dan estimasi prospek perusahaan yang terlalu berlebih. Hal ini menyebabkan harga
suatu saham bisa naik sangat tinggi dari harga nilai bukunya.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Valuasi Saham
Valuasi saham adalah tata cara/metode/prosedur untuk mendapatkan nilai atas saham dari
suatu perusahaan. Menurut Zainul (2008:8) secara umum nilai dari surat berharga terbagi
menjadi dua, yaitu nilai interinsik yaitu nilai sekuritas yang seharusnya dimiliki berdasarkan
seluruh faktor penilaian dan nilai pasar yang merupakan harga pasar pada saat aktiva
diperdagangkan. Tujuan dari valuasi saham ini adalah untuk menafsir nilai suatu saham
kemudian membandingkannya dengan nilai pasar saat ini. Nilai interinsik yang didapat akan
menunjukan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut.
Hasil dari valuasi dapat berupa nilai interinsik lebih besar, sama, atau lebih kecil dari
nilai pasar. Nilai interinsik yang lebih besar dari nilai pasar menunjukan bahwa saham
tersebut undervalue atau dengan kata lain harga saham tersebut terlalu murah. Begitu pula
sebaliknya, jika nilai interinsik yang lebih kecil dari nilai pasar menunjukan bahwa saham
tersebut overvalue atau dengan kata lain harga saham tersebut terlalu mahal atau tinggi..
Namun jika nilai interinsik sama dengan nilai pasar, hal itu menunjukan bahwa harganya
wajar.
Nilai suatu aset seperti yang dapat kita ketahui dalam laporan keuangan, merupakan
present value dari expected cashflow. Selama investor memiliki saham suatu perusahaan
maka investor tersebut dapat menerima aliran kas dari perusahaan yang sahamnya ia miliki.
Investor lalu harus mendiskontokan aliran cashflow dengan tingkat bunga yang diinginkan
investor agar aliran cashflow tersebut dapat menjadi sebuah nilai saham.
Ada dua estimasi utama dalam melakkan proses valuasi sebuah saham yaitu perkiraan
aliran arus kas (the steam of expected cashflow) dan tingkat return yang diinginkan (required
rate of return) dari sebuah investasi.
1. Perekonomian
2. Industri
3. Analisis Perusahaan
Setelah dilakukan analisa yang berbentuk makroekonomi, selanjutnya adalah
menganalisis serta membandngkan kinerja dari perusahaan yang ingin kita
berinvestasi pada sahamnya dengan perusahaan sejenis atau rata-rata industrinya
menggunakan rasio-rasio keuangan dan risiko sistematis. Rasio-rasio keuangan
yang dapat kita gunakan antara lain
I. Rasio Aktiva
Rasio rata-rata umur piutang
Rasio rata-rata umur persediaan
Rasio perputaran aktiva tetap
Rasio perputaran total aktiva
II. Rasio Profotabilitas
Net profit margin (NPV)
Return on asset (ROA)
Return on equity
Return on invesment
III. Rasio Likuiditas
Rasio lancar (current ratio)
Quick Ratio
IV. Rasio Solvibilitas
Debt ratio
Debt to equity ratio (DER)
Ratio time interest earned (TIE ratio)
V. Rasio Pasar
Earning per share (EPS)
Price earning ratio (PE ratio)
Dividen payout ratio (DPR)
Book value per share (BVS ratio)
Price to book ratio (PBV ratio)
Dalam penelitian ini, kami menggunakan IHSG untuk mencari return pasar yang
datanya kami peroleh dari reuters.com. Kami memlikih IHSG sebagai return pasar karena
menurut kami jika dibandingkan dengan indeks LQ 45, IHSG lebih mencangkup semua
saham yang ada di BEI. Pemilihan dari indeks ini pun meurut Jogiyanto (2003:204) tidak
tergantung paa suatu teori namun lebih tergantung dari hasil empirisnya. Untuk data return
saham, kami juga menggunakan data dari reuters.com.
Di lantai bursa, masing-masing saham mempunyai respon sensitivitas tersendiri atas
pergerakan pasar. Ada jenis saham yang sensitif dengan perubahan pasar, ada yang lambat
dalam merespon perubahan pasar, dan bahkan ada yang merespon berkebalikan dengan
perubahan pasar. Untuk mengetahui tingkat sensitivitas suatu saham terhadap pergerakan
pasar, kita perlu mencari koefisien beta. Beta merupakan pengukuran risiko sistematik dari
suatu sekuritasdan juga merupakan ukuran angka koefisien yang menggambarkan sensitivitas
atau respon dari suatu saham terhadapt pergerakan pasar. Suatu saham dengan nilai beta satu
menggambarkan bahwa saham tersebut bergerak searah dengan pergerakan pasar, saham
dengan beta kuang dari satu menggambarkan bahwa saham tersebut bergerak lebih lambat
dari pergerakan pasar, dan saham yang lebih dari satu menggambarkan bahwa saham tersebut
bergerak lebih flutuatif dibanding pasar.
Pada analisa ini, kami akan menggunakan tiga jenis penilian dalam valuasi saham
yaitu
Penelitian ini mengambil PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sebagai objek
karena perusahaan ini merupakan perusahaan yang tergolong kedalam sektor industri barang
konsumsi (consumer goods) yang lisiting di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, alasan kami
memilih INDF karena saham ini termasuk saham bluechip dan perdagannya liquid serta
bisnisnya sudah berada dalam tahap mature dan secara historis, dividen yang dibagikan
cukup konsisten baik dalam jumlah maupun pertumbuhannya.
Data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder yang didapatkan
dan bersifat kuantitatif. Data diperoleh dari Referensi Pasar Modal di Reuters.com yang
meliputi harga saham individual, Indeks Harga Saham Gabungan, koefisien beta, serta tingkat
pertumbuhan jangka panjang. Selain itu kami juga memperoleh data dari Laporan Keuangan
Tahunan PT Indofood periode 2012-2016 yang datanya kami peroleh dari situs Bursa Efek
Indonesia (www.idx.co.id).
Sebelum melakukan analisis atau valuasi nilai interinsik/harga wajar dari sebuah
saham, perlu dilakukan pegamatan dan analisis pada kondisi perekonomian secara global dan
nasional, kondisi sektor industri dimana perusahaan berada, serta kondiisi perusahaan.
Kondisi perekonomian secara global dan nasional bisa melihat pada tingkat suku bunga,
tingkat inflasi, dan harga minyak dunia. Kondisi industri dapat dilihat pada pertumbuhan rata-
rata industri dan estimasi permintaan produk. Kondisi perusahaan dapat dilihat melalui
perhitungan rasio-rasio yang berpengaruh terhadap harga saham seperti EPS, ROA, ROE,
DPR, dan DER/ Setelah kondisi ekonomi, industri, dan perusahaan diketahui maka proses
valuasi bisa dilanjutkan ketahap perhitungan.
Untuk valuasi atau menentukan harga wajar dari INDF, kami akan menggunakan tiga
pendekatan, yaitu:
di mana:
V 0=nilai intrinsik
D= Dividen
k= Required rate of return
Pn= harga final
k = cost of equity
Rf = risk free rate (biasanya menggunakan BI rate).
RM = return pasar (dalam hal ini adalah IHSG)
= beta (sensitivitas perubahan harga saham terhadap perubahan pasar).
3.5 Hipotesis
a. Jika nilai interinsik lebih kecil dari nilai pasar maka harga terlalu mahal / tinggi)
(NI < MP = Overvalued)
b. Jika nilai interinsik sama dengan nilai pasar maka harga wajar
(NI = MP = Overvalued)
c. Jika nilai interinsik lebih besar dari nilai pasar maka harga terlalu murah / rendah
(NI > MP = Undervalued)
4. PEMBAHASAN
4.1.2 Industri
44.3 Perusahaan
Kami memprediksi permintaan untuk produk makanan dan minuman kemasan selama
puasa tahun ini meningkat sekitar 20%. Dengan kondisi ekonomi global dan nasional yang
semain membaik, pendapatan PT Indofood Sukses Makmur Tbk akan meningkat 9% pada
2016 dibanding tahun sebelumnya. Yaitu sekitar 70 triliun. Kenaikan pendapatan sebesar 9%
itu diperkirakan akan konsisten dalam dua tahun ke depan. Dibanding pada 2015, prediksi
pendapatan tahun ini cukup optimistis. Tahun lalu, emiten ini mengantongi pendapatan Rp
64 triliun.
Kini rupiah sudah relatif stabil. Dan rencana Indofood untuk ekspansi, dengan membangun
pabrik mi instan di luar negeri, akan membuat perseroan tampil menjadi produsen mi instan
terbesar di dunia. diperkirakan, laba per lembar saham dari Indofood meningkat 50%
Keuntungan INDF akan terbantu oleh kenaikan pesat net profit dari sektor agribisnis.
4.2 Valuasi Saham
1. DDM
Berdasarkan perhitungan, g adalah sebesar 7,9%, yang diperoleh dari perkalian antara
ROE sebesar 11% dan dividend payout ratio (DPR) sebesar 28%.
Untuk Risk Free kami mengambil dari Sertifikat Bank Indonesia sebesar 7,64% dan
untuk risk market kami mengambil dari IHSG sebesar 2,11%
Maka perhitungannya adalah:
Maka, nilai intrinsik dari saham INDF adalah Rp7.746,48. Apabila dibandingkan dengan
harga jualnya di Bursa Efek Indonesia per Juni 2017, saham INDF mengalami overvalued
sebesar Rp 1028,333 karena dijual senilai Rp 8.775,00.
2. Discounted Cashflow
Berdasarkan perhitungan, g adalah sebesar 7,9%, yang diperoleh dari perkalian antara
ROE sebesar 11% dan dividend payout ratio (DPR) sebesar 28%.
D1 D2 D3 D4 D 5+ P n5
V 0= + + + +
1+k (1+k )2 (1+ k)3 (1+k )4 (1+ k )5
2
D 2=D 0 ( 1+ g ) = 195,59
3
D 3=D0 ( 1+g ) = 211,04
4
D 4 =D 0 ( 1+ g ) = 227,72
5
D 5=D0 ( 1+g ) = 245,71
6
D 5=D 0 ( 1+ g ) = 265,11
D6 265,11
P5= = =11.329,49
k g 0,10240,079
Maka, nilai intrinsik dari saham INDF adalah Rp7.746,48 atau setara Rp7.746,00. Apabila
dibandingkan dengan harga jualnya di Bursa Efek Indonesia per Juni 2017, saham INDF
mengalami overvalued sebesar Rp 1028,52 karena dijual senilai Rp 8.775,00
Kesimpulan
SARAN
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi rujukan dan bahan pertimbangan investasi bagi
investor. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, penulis menyarankan kepada para investor
hendaknya berinvestasi saham yang masih masuk ke dalam kategori undervalue. Hal ini
dikarenakan saham dengan kondisi undervalue memiliki prospek jangka panjang yang cukup
baik dan saham dengan kondisi undervalue merupakan saham yang tergolong murah. Selain
itu, saham yang overvalue adalah saham yag mengandung rusuko yang cukup besar.
DAFTAR PUSTAKA
Bodie, Zvie, Alex Kane, dan Alan J. Marcus. 2014. Manajemen Portofolio dan Investasi
Investments. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Index Consumer Goods, Manufaktur Dan Property. http://www.bi.go.id (26 Mei 2017)
Indofoof Stock Review Periode Mei 2017. http://www.reuters.com (26 Mei 2017)
Index Harga Saham Gabungan Periode Mei 2017. http://www.reuters.com (26 Mei 2017)
Laporan Keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk Tahun 2012-2017.
http://www.idx.co.id (1 Juni 2016)
Tingkat Inflasi Indonesia Periode Juni-Mei 2017. http://www.bi.go.id (26 Mei 2017)
Darma Putra, I Putu. 2009. Analisis Valuasi Saham Pada PT Indofood Sukses Makmur TBK,
PT Gudang Garam TBK, dan PT Unilever TBK -- 2009. http://gunadarma.ac.id (12 Mei
2017)
Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE Yogya.
Husman, saud. 2007. Dasar-dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas. Jakarta: Graha
Ilmu.
Porman, Tumbuan Andi. 2008. Menilai Harga Wajar Saham. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Pratama, Rendy., Topowijono., dan Achmad Husaini. (2014). Analisis Fundamental Untuk
Menilai Kewajaran Harga Saham Dengan Dividend Discount Model (DDM) Dan Price
Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Investasi. Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB) Vol. 17 No. 1. Universitas Brawijaya.