Anda di halaman 1dari 16

TUGAS AKHIR MATA KULIAH

INVESTASI PASAR MODAL


ANALISIS HARGA WAJAR SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN
METODE DIVIDEND DISCOUNT MODEL (DDM), DISCOUNTED CASH
FLOW (DCF), DAN PRICE TO EARNING RATIO

Oleh:

FAKULTAS EKONOMI & BSNIS


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK

2017

Statement of Authorship
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir
adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya
gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk


makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa
saya menyatakan dengan jelas bahwa saya menyatakan menggunakannya.

Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Nama :

NPM : 1206266971

Tandatangan :

Mata ajaran : Investasi Pasar Modal

Judul makalah/tugas : Tugas Paper Ujian Akhir Semester

Tanggal : 29 Mei 2017

Dosen : Sidharta/ Darminto

1. PENDAHULUAN
Seiring berkembangnya perekonomian dan tingkat pendidikan, kesadaran masyarakat
Indonesia akan pentingnya sebuah investasi pun semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan
Bursa Efek Indonesia yang terus berkembang seiring bertambahnya usia. Perkembangan BEI
ini menandakan bahwa jenis investasi saham merupakan salah satu jenis investasi seiring
perkembangan waktu, peminatnya semakin banyak. Berdasarkan pada data, pertumbuhan
investor lokal yang aktif bertansaksi saham di bursa efek yang terus mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Menurut Prasetyo (Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Bursa
Efek Indonesia) saat ini keikutsertaan investor lokal dalam pasar modal telah meningkat
menjadi 40% dibanding sebelumnya hanya 20% (www.liputan6.com)

Hukum permintaan dan penawaran merupakan hal yang paling mendasar dalam
mempengaruhi pergerakan harga saham di bursa. Secara teori, harga saham akan bergerak
naik apabila permintaan dari saham tersebut meningkat dan harga saham akan bergerka turun
apabila permintaan dari saham tersebut menurun. Pada intinya, harga suatu saam di bursa
ditentukan oleh para investor yang bertransaksi di sana. Hal yang mempengaruhi investor
untuk berinvestasi pada saham adalah untuk mendapatkan keuntungan dari saham tersebut.
Baik itu berupa capital gain atau pun dividen. Capital Gain mrupakan keuntungan yang
diperoleh ketika investor menjual sahamnya dengan harga yang lebih tinggi dari harga
belinya sementara dividen merupakan sebagian keuntungan perusahaan yang dibagikan
kepada para pemegang saham pada suatu periode tertentu.

Seperti investasi pada umumnya, investasi dalam saham mengandung beberapa risiko.
Salah satu risikonya dalah terjadinya missprice antara nilai interinsik saham dengan nilai
pasarnya. Harga saham terkadang (dan bahkan seringkali) banyak ditentukan oleh faktor
spekulasi dan estimasi prospek perusahaan yang terlalu berlebih. Hal ini menyebabkan harga
suatu saham bisa naik sangat tinggi dari harga nilai bukunya.

Solusi untuk meminimalisir bahkan menghilangkan risiko-risiko tersebut adalah


melakukan valuasi saham yang bertujuan untuk mencari nilai saham sebenarnya. Dengan
melakukan analisis valuasi saham, investor akan dapat mengetahui berapa nilai sebenarnya
dari suatu saham sehingga dapat menghindari risiko misprice. Dalam valuasi ini kami
menggunakan tiga metode untuk menilai kewajaran pada suatu harga saham yaitu dengan
Metoded Dividend Discount Model (DDM) pertumbuhan konstan, Discounted Cash-flow dan
Metode Price Earning Ratio (PER).

2. LANDASAN TEORI
2.1 Valuasi Saham

Valuasi saham adalah tata cara/metode/prosedur untuk mendapatkan nilai atas saham dari
suatu perusahaan. Menurut Zainul (2008:8) secara umum nilai dari surat berharga terbagi
menjadi dua, yaitu nilai interinsik yaitu nilai sekuritas yang seharusnya dimiliki berdasarkan
seluruh faktor penilaian dan nilai pasar yang merupakan harga pasar pada saat aktiva
diperdagangkan. Tujuan dari valuasi saham ini adalah untuk menafsir nilai suatu saham
kemudian membandingkannya dengan nilai pasar saat ini. Nilai interinsik yang didapat akan
menunjukan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut.

Hasil dari valuasi dapat berupa nilai interinsik lebih besar, sama, atau lebih kecil dari
nilai pasar. Nilai interinsik yang lebih besar dari nilai pasar menunjukan bahwa saham
tersebut undervalue atau dengan kata lain harga saham tersebut terlalu murah. Begitu pula
sebaliknya, jika nilai interinsik yang lebih kecil dari nilai pasar menunjukan bahwa saham
tersebut overvalue atau dengan kata lain harga saham tersebut terlalu mahal atau tinggi..
Namun jika nilai interinsik sama dengan nilai pasar, hal itu menunjukan bahwa harganya
wajar.

Nilai suatu aset seperti yang dapat kita ketahui dalam laporan keuangan, merupakan
present value dari expected cashflow. Selama investor memiliki saham suatu perusahaan
maka investor tersebut dapat menerima aliran kas dari perusahaan yang sahamnya ia miliki.
Investor lalu harus mendiskontokan aliran cashflow dengan tingkat bunga yang diinginkan
investor agar aliran cashflow tersebut dapat menjadi sebuah nilai saham.

Ada dua estimasi utama dalam melakkan proses valuasi sebuah saham yaitu perkiraan
aliran arus kas (the steam of expected cashflow) dan tingkat return yang diinginkan (required
rate of return) dari sebuah investasi.

2.2 Proses Valuasi


Terdapat tiga hal menurut Porman (2008, 72) yang harus dianalisis oleh seorang
investor sebagai bagian proses valuasi sebelum memutuskan untuk berinvesatsi dalam sebuah
saham, yaitu

1. Perekonomian
2. Industri
3. Analisis Perusahaan
Setelah dilakukan analisa yang berbentuk makroekonomi, selanjutnya adalah
menganalisis serta membandngkan kinerja dari perusahaan yang ingin kita
berinvestasi pada sahamnya dengan perusahaan sejenis atau rata-rata industrinya
menggunakan rasio-rasio keuangan dan risiko sistematis. Rasio-rasio keuangan
yang dapat kita gunakan antara lain
I. Rasio Aktiva
Rasio rata-rata umur piutang
Rasio rata-rata umur persediaan
Rasio perputaran aktiva tetap
Rasio perputaran total aktiva
II. Rasio Profotabilitas
Net profit margin (NPV)
Return on asset (ROA)
Return on equity
Return on invesment
III. Rasio Likuiditas
Rasio lancar (current ratio)
Quick Ratio
IV. Rasio Solvibilitas
Debt ratio
Debt to equity ratio (DER)
Ratio time interest earned (TIE ratio)
V. Rasio Pasar
Earning per share (EPS)
Price earning ratio (PE ratio)
Dividen payout ratio (DPR)
Book value per share (BVS ratio)
Price to book ratio (PBV ratio)

Dalam penelitian ini, kami menggunakan IHSG untuk mencari return pasar yang
datanya kami peroleh dari reuters.com. Kami memlikih IHSG sebagai return pasar karena
menurut kami jika dibandingkan dengan indeks LQ 45, IHSG lebih mencangkup semua
saham yang ada di BEI. Pemilihan dari indeks ini pun meurut Jogiyanto (2003:204) tidak
tergantung paa suatu teori namun lebih tergantung dari hasil empirisnya. Untuk data return
saham, kami juga menggunakan data dari reuters.com.
Di lantai bursa, masing-masing saham mempunyai respon sensitivitas tersendiri atas
pergerakan pasar. Ada jenis saham yang sensitif dengan perubahan pasar, ada yang lambat
dalam merespon perubahan pasar, dan bahkan ada yang merespon berkebalikan dengan
perubahan pasar. Untuk mengetahui tingkat sensitivitas suatu saham terhadap pergerakan
pasar, kita perlu mencari koefisien beta. Beta merupakan pengukuran risiko sistematik dari
suatu sekuritasdan juga merupakan ukuran angka koefisien yang menggambarkan sensitivitas
atau respon dari suatu saham terhadapt pergerakan pasar. Suatu saham dengan nilai beta satu
menggambarkan bahwa saham tersebut bergerak searah dengan pergerakan pasar, saham
dengan beta kuang dari satu menggambarkan bahwa saham tersebut bergerak lebih lambat
dari pergerakan pasar, dan saham yang lebih dari satu menggambarkan bahwa saham tersebut
bergerak lebih flutuatif dibanding pasar.

Pada analisa ini, kami akan menggunakan tiga jenis penilian dalam valuasi saham
yaitu

1. Discounted cash-flow technique


Menurut Zainul (2008) dalam Putra (2009), metode discounted cash-flow
merupakan metode penilaian saham yang dilakukan dengan menilai cash flow
yang diterima di masa depan menjadi nilai yang diterima di masa kini sesuai
dengan tingkat bunga yang diharapkan oleh investor.

2. Dividen Discount Model


Dividend Discount Model (DDM) adalah salah satu metode klasik yang digunakan
untuk menentukan harga wajar saham. Idenya sederhana, harga wajar dari suatu
saham merupakan present value dari seluruh dividen yang akan didapatkan di
masa datang.

3. Price to Earning Ratio


PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan,
dimana harga saham sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih yang
dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun. Karena yang menjadi fokus
perhitungannya adalah laba bersih yang telah dihasilkan perusahaan, maka dengan
mengetahui PER sebuah emiten, kita bisa mengetahui apakah harga sebuah saham
tergolong wajar atau tidak secara real dan bukannya secara future alias perkiraan
3. METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini mengambil PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sebagai objek
karena perusahaan ini merupakan perusahaan yang tergolong kedalam sektor industri barang
konsumsi (consumer goods) yang lisiting di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, alasan kami
memilih INDF karena saham ini termasuk saham bluechip dan perdagannya liquid serta
bisnisnya sudah berada dalam tahap mature dan secara historis, dividen yang dibagikan
cukup konsisten baik dalam jumlah maupun pertumbuhannya.

3.2 Data Penelitian

Data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder yang didapatkan
dan bersifat kuantitatif. Data diperoleh dari Referensi Pasar Modal di Reuters.com yang
meliputi harga saham individual, Indeks Harga Saham Gabungan, koefisien beta, serta tingkat
pertumbuhan jangka panjang. Selain itu kami juga memperoleh data dari Laporan Keuangan
Tahunan PT Indofood periode 2012-2016 yang datanya kami peroleh dari situs Bursa Efek
Indonesia (www.idx.co.id).

3.3 Tahapan Penelitian

Sebelum melakukan analisis atau valuasi nilai interinsik/harga wajar dari sebuah
saham, perlu dilakukan pegamatan dan analisis pada kondisi perekonomian secara global dan
nasional, kondisi sektor industri dimana perusahaan berada, serta kondiisi perusahaan.
Kondisi perekonomian secara global dan nasional bisa melihat pada tingkat suku bunga,
tingkat inflasi, dan harga minyak dunia. Kondisi industri dapat dilihat pada pertumbuhan rata-
rata industri dan estimasi permintaan produk. Kondisi perusahaan dapat dilihat melalui
perhitungan rasio-rasio yang berpengaruh terhadap harga saham seperti EPS, ROA, ROE,
DPR, dan DER/ Setelah kondisi ekonomi, industri, dan perusahaan diketahui maka proses
valuasi bisa dilanjutkan ketahap perhitungan.

3.4 Alat Analisis

Untuk valuasi atau menentukan harga wajar dari INDF, kami akan menggunakan tiga
pendekatan, yaitu:

1. Discounted cash-flow technique

Rumus yang digunakan dalam penghitungan ini adalah sebagai berikut.


D1 D2 D +P
V 0= + 2
+ + n nn
1+k (1+k ) ( 1+ k )

di mana:
V 0=nilai intrinsik

D= Dividen
k= Required rate of return
Pn= harga final

Apabila tingkat pertumbuhan dividen bersifat konstan, dividen dapat


ditentukan dengan rumus berikut.
n
Dn=D0 ( 1+g )

di mana g adalah tingkat pertumbuhan dividen.

Adapun RRR didapat dari rumus berikut ini.


k =Rf + (RmRf )

2. Dividend Discount Model

Formula DDM adalah sebagai berikut:

V = Harga wajar suatu saham


D0 = Dividen tahun sebelumnya
g =long term growth
k = cost of equity (return minimal yang diharapkan oleh pemegang saham)

Untuk cost of equity sendiri bisa didapatkan dengan menggunakan formula


CAPM:

k = cost of equity
Rf = risk free rate (biasanya menggunakan BI rate).
RM = return pasar (dalam hal ini adalah IHSG)
= beta (sensitivitas perubahan harga saham terhadap perubahan pasar).

3. Price to Earning Ratio

PER = Harga Saham / EPS (Earning Per Share)

Ket: Earning Per Share (Laba Bersih Per Saham)

3.5 Hipotesis

a. Jika nilai interinsik lebih kecil dari nilai pasar maka harga terlalu mahal / tinggi)
(NI < MP = Overvalued)
b. Jika nilai interinsik sama dengan nilai pasar maka harga wajar
(NI = MP = Overvalued)
c. Jika nilai interinsik lebih besar dari nilai pasar maka harga terlalu murah / rendah
(NI > MP = Undervalued)
4. PEMBAHASAN

4.1 Analisis Faktor Fundamental


4.1.1 Perekonomian
Perekonomian Indonesia menurut Bank Dunia (2017) di tahun 2016
mengalami penurunan PDB akibat defisit anggaran, tetapi Indonesia diprediksi
mampu menghadapi gejolak perekonomian global karena telah memiliki fondasi
ekonomi yang kuat dan adanya perbaikan dalam aspek berikut.
1. Tingkat inflasi.
2. Kredibilitas fiskal dan komposisi belanja pemerintah.
3. Konsumsi swasta.
4. Defisit anggaran, utang pemerintah, dan defisit transaksi berjalan.
Berdasarkan laporan Doing Business Bank Dunia (2017), Indonesia termasuk
dalam 10 negara yang memiliki peningkatan ekonomi terbesar di dunia karena adanya
pembukuan mengenai reformasi dalam memulai usaha, membayar pajak, pendaftaran
properti, memperoleh pinjaman, kontrak, serta perdagangan lintas batas. Kebijakan
amnesti pajak yang diterapkan pada pertengahan tahun 2016 juga membantu dalam
pengurangan defisit anggaran sehingga berpengaruh pada performa perekonomian
dalam negeri.
Akan tetapi, adapun risiko yang dihadapi di perekonomian Indonesia adalah
sebagai berikut.
1. Ketidakpastian perekonomian global.
2. Perlambatan ekonomi negara maju.
3. Berlanjutnya gejolak perekonomian dan finansial.
Aspek-aspek tersebut tentunya berpengaruh bagi harga saham. Gejolak
perekonomian dan finansial tentunya akan berpengaruh pada penurunan harga saham,
tetapi signifikansi penurunannya masih dipengaruhi oleh risiko industri.

4.1.2 Industri

Indofood bergerak di industri consumer goods, khususnya di bidang


produksi pangan. Barang produksi consumer goods pada umumnya
dibutuhkan oleh masyarakat kapanpun, baik di situasi perekonomian
boom, normal, maupun resesi. Oleh karenanya, apabila terjadi
guncangan ekonomi, harga saham Indofood akan mengalami
penurunan, tetapi tidak sesignifikan harga saham perusahaan yang
berisiko tinggi, seperti bidang konstruksi.

44.3 Perusahaan

Kami memprediksi permintaan untuk produk makanan dan minuman kemasan selama
puasa tahun ini meningkat sekitar 20%. Dengan kondisi ekonomi global dan nasional yang
semain membaik, pendapatan PT Indofood Sukses Makmur Tbk akan meningkat 9% pada
2016 dibanding tahun sebelumnya. Yaitu sekitar 70 triliun. Kenaikan pendapatan sebesar 9%
itu diperkirakan akan konsisten dalam dua tahun ke depan. Dibanding pada 2015, prediksi
pendapatan tahun ini cukup optimistis. Tahun lalu, emiten ini mengantongi pendapatan Rp
64 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2017, PT Indofood mecatatkan kenaikan pendapatan


sebesar 9,99% menjasi Rp 16,52 triliun. Sedangkan laba bersih yang diraih naik 24,8%
menjadi Rp 1,08 triliun. Pada momen lebaran, diperkirakan pendapatan Indofood pada
kuartal II lebih besar lagi dan tentu laba yang diraih pun akan meningkat. Kondisi meningkat
seperti ini akan terus terjadi hingga akhir tahun, sehingga perkiraan pendapata sebesar Rp 70
triliun akan tercapai. Tahun lalu, pendapatan perseroan meningkat. Hanya dari sisi net profit
terjadi penurunan. Hal itu terjadi karena faktor kurs rupiah yang mengalami pelemahan.
Apalagi, bahan baku utama (seperti gandum) masih harus diimpor.

Kini rupiah sudah relatif stabil. Dan rencana Indofood untuk ekspansi, dengan membangun
pabrik mi instan di luar negeri, akan membuat perseroan tampil menjadi produsen mi instan
terbesar di dunia. diperkirakan, laba per lembar saham dari Indofood meningkat 50%
Keuntungan INDF akan terbantu oleh kenaikan pesat net profit dari sektor agribisnis.
4.2 Valuasi Saham

1. DDM
Berdasarkan perhitungan, g adalah sebesar 7,9%, yang diperoleh dari perkalian antara
ROE sebesar 11% dan dividend payout ratio (DPR) sebesar 28%.

Untuk Risk Free kami mengambil dari Sertifikat Bank Indonesia sebesar 7,64% dan
untuk risk market kami mengambil dari IHSG sebesar 2,11%
Maka perhitungannya adalah:

k =7,64 + (1,232,11 )=10,24

Jadi, value dari unilever adalah

= 168 (1+ 7,9%) / (10,24%-7,9%) = 7746,667

Maka, nilai intrinsik dari saham INDF adalah Rp7.746,48. Apabila dibandingkan dengan
harga jualnya di Bursa Efek Indonesia per Juni 2017, saham INDF mengalami overvalued
sebesar Rp 1028,333 karena dijual senilai Rp 8.775,00.

2. Discounted Cashflow
Berdasarkan perhitungan, g adalah sebesar 7,9%, yang diperoleh dari perkalian antara
ROE sebesar 11% dan dividend payout ratio (DPR) sebesar 28%.

RRR dari INDF adalah sebagai berikut.

k =7,64 + (1,232,11 )=10,24


Berikut ini merupakan penghitungan nilai atas nilai saham INDF.

D1 D2 D3 D4 D 5+ P n5
V 0= + + + +
1+k (1+k )2 (1+ k)3 (1+k )4 (1+ k )5

D 1=D 0 (1+ g) = 181,27

2
D 2=D 0 ( 1+ g ) = 195,59

3
D 3=D0 ( 1+g ) = 211,04

4
D 4 =D 0 ( 1+ g ) = 227,72

5
D 5=D0 ( 1+g ) = 245,71

6
D 5=D 0 ( 1+ g ) = 265,11

D6 265,11
P5= = =11.329,49
k g 0,10240,079

181.27 195.59 211.04 227.72 245.71+11,329.49


V 0= + + + + =7.746,48
1.1024 (1.1024) (1.1024 ) (1.1024)4
2 3
(1.1024)
5

Maka, nilai intrinsik dari saham INDF adalah Rp7.746,48 atau setara Rp7.746,00. Apabila
dibandingkan dengan harga jualnya di Bursa Efek Indonesia per Juni 2017, saham INDF
mengalami overvalued sebesar Rp 1028,52 karena dijual senilai Rp 8.775,00

3. Price to Earning Ratio

Harga saham indofood per 28 Juni 2017 = Rp 8.775,00


Rata-rata P/E Industri Makanan dan Minuman per 28 Juni 2017 = 22,65%
EPS Indofood per 28 Juni 2017 = 456,01
(sumber data reuters.com)

P/E Indofood = 8775 / 456,01 = 19,243


P/E dari saham Indofood 19,243 yang artinya dibawah rata-rata industri makanan dan
minuman yang terdapat di IHSG. Maka, Apabila dibandingkan dengan harga jualnya di Bursa
Efek Indonesia per Juni 2017, saham INDF mengalami overvalued

4.3 Dampak Valuasi Saham


Dampak dari valuasi saham ini akan berguna bagi investor yang mempunyai
kecenderungan sifat menghindari risiko (risk averse) karena saham indofood setelah
dianalisa dan divaluasi sahammnya menggunakan tiga metode valuasi yaitu
discounted cashflow, dividen discount model, dan price to earning ratio hasilnya
adalah overvalued. Itu juga menandakan bahwa saham indofood mempunyai risiko
yang cukup besar bila seorang investor menginvestasikan dananya di sana. Bagi
investor yang mempunyai kecenderungan risk averse maka ia tidak akan membeli
saham dari indofood

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan valuasi dengan menggunakan metode discounted cashflow, dividen


discount model, dan price to earning ratio hasilnya adalah overvalued hasilnya adalah bahwa
saham PT Indofood (INDF) adalah overvalued. Pada perhitungan dengan discounted
cashflow saham INDF seharusnya bernilai Rp7.746,48 apabila dibandingkan dengan harga
jualnya di Bursa Efek Indonesia per Juni 2017, saham INDF mengalami overvalued sebesar
Rp 1028,333 karena dijual senilai Rp 8.775,00. Dengan menggunakan metode dividen
diccount model. Maka, nilai intrinsik dari saham INDF adalah Rp7.746,48 atau setara
Rp7.746,00. Apabila dibandingkan dengan harga jualnya di Bursa Efek Indonesia per Juni
2017, saham INDF mengalami overvalued sebesar Rp 1028,52 karena dijual senilai Rp
8.775,00. Dan apabila menggunakan metode price to earning ratio maka P/E dari saham
Indofood adalah 19,243 yang artinya dibawah rata-rata industri makanan dan minuman yang
terdapat di IHSG. Maka, Apabila dibandingkan dengan harga jualnya di Bursa Efek Indonesia
per Juni 2017, saham INDF mengalami overvalued
Ketiga metode tersebut merupakan metode yang saling melengkapi sehingga tidak dapat
dibandingkan mana yang lebih baik. Ketiga metode tersebut memiliki kekurangan masing-
masing. Namun semuanya membuktikan bahwa harga saham dari INDF adalah overvalued

SARAN

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi rujukan dan bahan pertimbangan investasi bagi
investor. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, penulis menyarankan kepada para investor
hendaknya berinvestasi saham yang masih masuk ke dalam kategori undervalue. Hal ini
dikarenakan saham dengan kondisi undervalue memiliki prospek jangka panjang yang cukup
baik dan saham dengan kondisi undervalue merupakan saham yang tergolong murah. Selain
itu, saham yang overvalue adalah saham yag mengandung rusuko yang cukup besar.

DAFTAR PUSTAKA

BI Rate peroide Juni 2017. http://www.bps.go.id (26 Mei 2017)

Bank Dunia. Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia Januari 2017 Menjaga


Momentum Reformasi
(http://www.worldbank.org/in/country/indonesia/publication/indonesia-economic-
quarterly-january-2017). Diakses 29 Mei 2017.

Bodie, Zvie, Alex Kane, dan Alan J. Marcus. 2014. Manajemen Portofolio dan Investasi
Investments. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Index Consumer Goods, Manufaktur Dan Property. http://www.bi.go.id (26 Mei 2017)

Indofoof Stock Review Periode Mei 2017. http://www.reuters.com (26 Mei 2017)

Index Harga Saham Gabungan Periode Mei 2017. http://www.reuters.com (26 Mei 2017)
Laporan Keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk Tahun 2012-2017.
http://www.idx.co.id (1 Juni 2016)

Tingkat Inflasi Indonesia Periode Juni-Mei 2017. http://www.bi.go.id (26 Mei 2017)

Darma Putra, I Putu. 2009. Analisis Valuasi Saham Pada PT Indofood Sukses Makmur TBK,
PT Gudang Garam TBK, dan PT Unilever TBK -- 2009. http://gunadarma.ac.id (12 Mei
2017)

Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE Yogya.

Husman, saud. 2007. Dasar-dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas. Jakarta: Graha
Ilmu.

Parahita. 2008. Bagaimana Cara Menentukan Harga Wajar Saham.


http://parahita.wordpress.com (11 Juni 2009)

Porman, Tumbuan Andi. 2008. Menilai Harga Wajar Saham. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

Zainul, Agus. 2008. Penilaian Saham. http://pksm.mercubuana.ac.id (3 Juni 2009)

Pratama, Rendy., Topowijono., dan Achmad Husaini. (2014). Analisis Fundamental Untuk
Menilai Kewajaran Harga Saham Dengan Dividend Discount Model (DDM) Dan Price
Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Investasi. Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB) Vol. 17 No. 1. Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai