SOLUSI BISNIS
Double Handling
(ditangani lebih
dari 1 supply)
Rekomendasi
Tangki Timbun tdk
perubahan TT di
mencukupi thruput
depot dan
(DOT) / demand
instalasi
Meningkatnya
freight cost BBM
57
3.2. Metodologi Solusi Bisnis
Sebuah perusahaan akan mencapai competitive advantage jika perusahaan
tersebut lebih produktif, lebih efisien, dan dapat lebih memuaskan komsumen
dibandingkan pesaingnya. Salah satu alasan pengurangan cycle time adalah agar
produksi dapat berubah dari make-to-forecast menjadi make-to-order, namun syaratnya
komsumen tidak boleh menunggu terlalu lama antara waktu pemesanan dan waktu
penerimaan .
Proyek akhir ini ditujukan untuk mengefisienkan serta mengefektifkan kinerja
depot depot dan jalur rantai pasok di Indonesia. Pada hakekatnya tujuan dari proyek
akhir ini adalah untuk:
1. Membandingkan ongkos distribusi eksisting dengan distribusi envelope.
2. Membuat alternatif solusi pola distribusi dengan berpedoman kepada konsep
envelope yang sekarang telah dijadikan master program dan akan direalisasikan
dalam waktu dekat.
3. Membuktikan bahwa dengan menggunakan distribusi pola envelope dapat
menurunkan biaya operasional distribusi dan menghasilkan kepastian rute pada
kapal-kapal yang dimiliki oleh PT PERTAMINA (Persero) .
4. Memberikan kepastian volume produk premium, kerosene dan solar (PKS) yang
diangkut oleh suatu kapal pada rute yang telah ditentukan.
5. Merekomendasikan perubahan atau penambahan volume tanki timbun depot.
6. Memberikan kepastian jumlah volume BBM yang harus diimpor dengan
berpedoman pada supply kilang dalam negeri, sehingga diharapkan akan
menghilangkan atau setidaknya mengurangi pembelian BBM impor diharga spot.
7. Memberikan alternatif solusi tempat penyimpanan atau penimbunan BBM yang
berfungsi sebagai barrier envelope untuk mengatasi depot-depot yang mengalami
kondisi kritis dengan menggunakan pendekatan landed cost di envelope masing-
masing.
8. Menghindari terjadinya penumpukan antrian kapal akibat tidak tersedianya supply
dari kilang dan penyimpanan BBM impor yang terpusat di satu tempat
Metodologi proyek akhir dibuat dengan tujuan agar proyek akhir dapat berlangsung
secara sistematis dan mampu menghasilkan solusi yang tepat dan bermanfaat bagi PT
PERTAMINA (Persero). Gambar 3.2 menunjukan diagram alir tahapan metode
pemecahan masalah yang akan dilakukan pada proyek akhir ini.
58
STUDI
KONDISI
PERUSAHAAN
PENGENALAN
SISTEM DITRIBUSI
EKSISTING
IDENTIFIKASI STUDI
KONSEP ENVELOPE LITERATUR
PENENTUAN
METODE
SOLUSI MASALAH
SEWA,
DAYA ANGKUT KONDISI TRHUPUT
&JENIS KAPAL GEOGRAFIS HARIAN
USULAN
RUTE
PEN GOL A HA N
DA T A & A N A L I SA
COST / KL /
LT
RENCANA
IMPLEMENTASI
Penjelasan tahapan proyek akhir pada Gambar 3.1 adalah sebagai berikut:
59
Pengenalan kondisi perusahaan ini dilakukan selama masa internship, dengan waktu
tiga bulan dari bulan Februari 2008 sampai Mei 2008.
60
maka arus material diatur sedemikian rupa agar bagian-bagian dari satu lokal dapat
bergerak dalam koordinasi yang teratur. Istilah yang sering digunakan ialah
synchronous. (Knill, 1992).
Ditinjau dari sisi inventory cost, pengurangan inventory cost akan berpengaruh
terhadap peningkatan kinerja keuangan dan operasional perusahaan, namun hal ini dapat
dilakukan selama tidak terjadi kondisi stock-out. Kesimpulannya pengurangan cycle
time dan inventory cost hanya dapat dilakukan jika tidak terjadi pengurangan kepuasan
pelanggan.
Distribusi adalah ibarat urat nadi suatu perusahaan, kecepatan dan standar
service level yang baik sangat diperlukan dalam situasi bisnis yang kompetitif. PT
PERTAMINA (Persero) sebagai pemain sumber energi yang paling lama di dalam
negeri sudah tentu memilki jaringan distribusi yang luas, dan infrastruktur yang handal,
tetapi apakah kedua hal tersebut akan terus menjamin PT PERTAMINA (Persero)
sebagai market leader di Indonesia.
Sistem distribusi yang baik adalah sistem distribusi yang fleksibel dan dinamis
sesuai dengan strategi perusahaan serta keinginan konsumen (consumer centris). Sistem
distribusi yang efektif dan efisien mencerminkan citra dan keunggulan perusahaan
dalam pengelolaan manajemen operasi perusahaan yang profesional, handal dan
berorientasi pada profit.
Studi literatur yang dilakukan pada proyek akhir ini terkait dengan optimasi dan
evaluasi eksisting yang sedang dan telah dilakukan. Studi literatur ini dilakukan untuk
mengetahui tentang kondisi ideal supply dan distribusi yang berlandaskan pada teori.
Kesenjangan antara teori dan kondisi realisasi di lapangan akan dijadikan titik tolak
dalam merumuskan kebijakan perbaikan sistem distribusi yang akan diterapkan dan
langkah implementasi apa yang harus dilakukan oleh perusahaan.
61
wilayah Indonesia. Diharapkan dengan mewawancarai para stakeholders yang
berpengalaman, solusi masalah yang dihasilkan akan mendekati kondisi sebenarnya.
Wawancara dilakukan dengan beberapa key person yang terkait dengan manajemen
supply and distribution, antara lain:
1. Manajer Evaluasi dan Pendukung (Manager Support and Evaluation)
2. Manajer Perencanaan dan Operasional (Manager Planning and Operation)
3. Asisten Manajer Evaluasi dan Pendukung (Asisten Manager Support and
Evaluation)
4. Asisten Manajer Perencanaan dan Operasional (Asisten Manager Planning and
Operation)
62
perusahaan yang sudah mengakar berpuluh-puluh tahun. Rencana Implementasi secara
detail akan dijelaskan pada Bab IV.
Jarak antar lokasi adalah tahapan selanjutnya untuk mengevaluasi saving matix.
63
Rute pengiriman dapat diidentifikasi dari urutan tiap lokasi yang dikunjungi oleh moda
angkutan, sebagai contoh: rute dari DC (Depot Utama) depot penyalur x DC
(Depot Utama). Berawal dari depot utama ke depot penyalur x. Penghematan dapat
diidentifikasi dari koordinat S(x,y) jarak dapat dihemat bila rute perjalanan dari depot
utama depot penyalur x depot penyalur y depot utama yang dihasilkan dan
dikombinasikan dari satu rute perjalanan. Penghematan ini dapat diformulasikan sebagai
berikut:
64
Nearest Insert (sisipan terdekat)
Penentuan jalur distribusi (termasuk penentuan distribusi langsung dari
DC/depot utama) kepada setiap depot penyalur. Sisipan terdekat bertujuan untuk
meminimalisasi peningkatan jarak pengiriman, cara meminimalisasi hal tersebut adalah
dengan menyisipkan demand yang potensial pada jalur distribusi, dengan pertimbangan
menyisipkan demand yang terdekat untuk menghindari pembuatan rute baru dan tidak
terlayaninya demand. Proses tersebut dilanjutkan sampai dengan semua demand
terlayani dan masuk ke dalam jalur distribusi.
Sweep (menjalar)
Pada prosedur sweep, demand yang ada pada grid terpilih (biasanya sumber itu
sendiri) dan menjalar. Jalur distribusi dibangun oleh demand beruntun dalam proses
order (Chopra and Meindl, 2004:443).
Pola multy-port yang dipakai dalam proyek akhir ini merupakan penggabungan
beberapa teori di atas.
65
asumsi jika pemenuhan demand depot dilakukan dengan pola point-to-point, hal ini
dilakukan untuk menguji kelayakan pola multy-port yang dibuat.
Informasi yang akurat tentang kondisi dan kapabilitas depot di lapangan sangat
multak diperlukan dalam pembuatan pola multy-port, karena jika terjadi kesalahan
dalam penjadwalan di salah satu depot saja, maka akan mengakibatkan keterlambatan di
depot tujuan berikutnya. Pola yang dipakai dalam multy-port menggunakan sistem
berantai seri (bukan pararel), sehingga dengan mempertimbangkan tingkat keakuratan
dan kedetailan informasi di lapangan, diharapkan pola multy-port yang dibuat benar-
benar optimal.
66
DATA LOKASI &
KOORDINAT
Saving Matrix
Identifikasi Jarak
Faktor pertimbangan
JENIS KAPAL TANKER 1. Kondisi Geografis
2. Tanki Timbun Eksisting
3. Kesesuaian demand dgn TT
67
distribusi dan jenis kapal tanker yang akan digunakan dengan mempertimbangkan
besaran kapasitas tanki timbun di masing-masing depot.
Tahapan penentuan rute distribusi dan jenis kapal tanker menghasilkan
komposisi produk BBM yang akan dibawa dan banyaknya frekuensi pemberangkatan
kapal dalam satu bulan atau satu periode. Pola rute yang buat menggunakan asumsi
bahwa satu rute alur distribusi dari lokasi sumber supply ke lokasi depot penyalur hanya
ditangani oleh kapal tanker yang sama dan tidak berubah-ubah, atau dengan kata lain
setiap kapal hanya memiliki satu rute perjalan, kecuali jika sisa utilitas atau waktu luang
kapal pada suatu rute masih cukup besar, sehingga dimungkinkan untuk melayani rute
lainnya yang berdekatan.
Faktor pertimbangan yang digunakan dalam penentuan jenis kapal adalah medan
yang akan dilalui, kapasitas tanki timbun eksisting dan kesesuaian karakteristik demand
dengan tanki timbun di masing-masing depot. Faktor pertimbangan terakhir dipakai
ketika akan menentukan pola multy-port, pertimbangan terkahir ini diambil karena
tingkat efektivitas dan efisiensi pola multy-port dalam suatu rantai distribusi belum
tentu selalu lebih unggul, hal ini terjadi ketika tanki timbun yang dimiliki oleh suatu
depot sangat minim, jika dibandingkan dengan demand yang dimilikinya. Untuk
memperjelas cara perhitungan dan contoh kasus dapat dilihat pada penjelasan solusi rute
di envelope yang menggunakan pola campuran multy-port dan point-to-point.
Hasil akhir yang ingin dicapai dalam proyek akhir ini adalah penghematan
ongkos distribusi dan rekomendasi perubahan atau penambahan komposisi tanki
timbun, serta penentuan titik lokasi cadangan yang berfungsi sebagai buffer di masing-
masing envelope. Ongkos distribusi yang dimaksud adalah berupa freight cost atau
ongkos total per-kilo liter atau per-liter dari satu lokasi sumber supply ke lokasi depot
penyalur. Sedangkan rekomendasi penambahan tanki timbun di buat jika waktu buffer
yang miliki suatu depot kurang dari waktu tempuh yang dapat dicapai dari supply point
terdekatnya, sehingga depot tersebut rentan terhadap kondisi kritis. Walaupun demikian
jalur rute yang dibuat pada proyek tugas akhir ini sudah dapat dijalankan tanpa adanya
penambahan kapasitas tanki timbun di depot. Penentuan titik lokasi cadangan buffer
envelope dibuat untuk menangani kekurangan supply yang disebabkan oleh kilang
shutdown, ataupun masalah lain seperti kerusakan pompa dan cuaca. Besarnya kapasitas
timbun produk yang harus dimiliki oleh masing-masing depot dapat dilihat pada bagian
Lampiran A E.
68
3.6 Ongkos per KL (Freight cost)
Pemerintah bersama jajarannya meminta PT PERTAMINA (Persero) untuk
membuat kepastian ongkos di masing-masing rute, tetapi sampai sekarang freight cost
yang diinginkan tersebut sulit untuk diketahui secara pasti karena pola distribusi yang
berjalan masih bersifat acak, sehingga ongkos yang diketahui hanya berupa agregat
secara keseluruhan.
PT PERTAMINA (Persero) menggunakan firing sytem dalam mendistribusikan
BBM, atau sistem dadakan ketikan terjadi indikasi depot kekurangan supply atau kilang
bermasalah. Walaupun flow of material produk sudah dibuat, pengambilan supply BBM
untuk depot kritis seringkali dilakukan dengan mengambil persediaan dari depot lain
yang masih memiliki cadangan cukup besar, padahal kegiatan tersebut dapat
menyebabkan berubahnya arus distribusi dan sistem inventory depot yang bersangkutan,
serta berimbas pada perubahan jadwal rute kapal. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya pergerakan kapal tanker dari barat ke timur Indonesia yang dirasakan kurang
efektif dan efisien.
Freight cost adalah Round Trip Days (RTD) dikali dengan sewa kapal ditambah
biaya operasional dan biaya pelabuhan. Ongkos dan formula perhitungan distribusi
point-to-point dan multy-port memiliki perbedaan dalam hal cakupan depot yang akan
dilalui oleh suatu kapal tanker. Formula yang dipakai dalam perhitungan pola point-to-
point adalah sebagai berikut:
Formula yang dipakai dalam perhitungan pola multy-port adalah sebagai berikut:
69
Komposisi produk BBM yang dibawa oleh setiap kapal tanker disesuaikan
dengan tanki timbun eksisting yang dimiliki masing-masing depot. Karena berbagai
keterbatasan data yang diperoleh dari perusahaan, maka perhitungan freight cost masih
menggunakan beberapa asumsi dalam perhitungannya. Asumsi-asumsi tersebut adalah:
1. Biaya sewa dan kecepatan kapal tanker untuk masing-masing jenis diwakili oleh
satu buah kapal yang dianggap dapat mengambarkan populasi jenis kapal
tersebut. Kecepatan kapal (knot) menggunakan kecepatan rata-rata kapal
tersebut.
2. Berat jenis produk premium, kerosene dan solar diwakili oleh produk solar yang
mempunyai berat jenis tertinggi.
3. Jarak dihitung dengan satuan mil laut.
4. Konversi mata uang rupiah memakai indeks Rp 9300,00 per 1 $ US.
5. Kekosongan data waktu loading dan unloading kapal di depot-depot atau lokasi
lainnya diasumsikan dengan menggunakan standar waktu yang telah ditetapkan
oleh PT PERTAMINA (Persero).
6. Hanya ada satu nilai freight cost untuk setiap rute baik untuk rute yang
menggunakan point-to-point maupun multy-port.
70
8. Karakteristik inventory dan demand di masing-masing depot (diperlukan
dalam menentukan pola multy-port).
Tabel 3.1 Demand, Produksi Kilang dan Kebutuhan Impor BBM (dalam KL)
71
Jika menganalogikan pemenuhan kebutuhan BBM depot berdasarkan pada
kecukupan dan kedekatan supply point disuatu daerah maka untuk daerah Kalimantan,
Sulawesi, Irian Jaya dan Kupang, tidak memerlukan tambahan BBM dari impor, karena
produksi Kilang Balikpapan cukup besar untuk memenuhi demand keempat daerah di
atas. Untuk daerah envelope 2 dan 3 yang mendapat tambahan impor adalah daerah
pesisir utara Pulau Jawa, hal ini dilakukan karena pertimbangan jarak tempuh dan
ongkos yang lebih dekat dan murah jika pengiriman dilakukan dari Singapore. Untuk
wilayah Sumatera atau envelope 1, supply impor dilakukan pada beberapa daerah di
bagian pesisir barat Sumatera yang terbentang dari Daerah Istimewa Aceh sampai
Provinsi Lampung.
Berdasarkan perimbangan perhitungan demand dan produksi kilang, maka BBM
impor untuk produk premium di transfer ke daerah envelope 1, 2 dan 3, sedangkan
untuk produk kerosene dan solar di transfer ke daerah envelope 1 dan 3. Produk solar
merupakan produk impor terbesar. Untuk memperjelas gambaran di atas dapat dilihat
pada Gambar 3.4.
310.885
Import
128.637 Lokal
KRUENG RAYA
SIBOLGA
BITUNG
TJ.UBAN
SINTANG MOUTONG
Solar
TT. TLK. PONTIANAK SAMARINDA
DONGGALA SUBUNG PABUHA BIAK
KABUNG P. SAMBU
JAMBI SORONG
BALIKPAPAN POSO
MANOKWARI
PARIGI LUWUK
CILIK RIWUT SANANA TT. SERUI
SAMPIT KOLONDALE WAY AME
ENVEPOPE 4
BULA
PALOPO JAYAPURA
BENGKULU BANGGAI
UP. III - PLAJU PKL.BUN P. PISANG NAMLEA NABIRE
KENDARI MASOHI
BANJARMASIN PARE - PARE
STS KOTA BARU FAK - FAK
KAIMANA
KOLEKA
ENVEPOPE 2 PANJANG
KOTA BARU
RAHA
BAU -BAU
T. SEMANGKA UJ. PANDANG
DOBO
TUAL
PLUMPANG
TT.
TG. GEREM/MERAK SEMARANG CAMPLONG ENVEPOPE 5
SURABAYA
STS KALBUT
MENENG MERAUKE
UP. IV BADUNG MAUMERE
KALABAHI
CILACAP REO
59.412 AMPENAN L. TUKA
SAUMLAKI
TT. TLK BIMA ENDE DILI
MANGGIS
ATAPUPU
ENVEPOPE 3
WAINGAPU
KUPANG
226.720 232.318
56.409
72
3.9 Rantai Pasok Supply dan Distribusi Envelope Satu
3.9.1 Demand dan Supply Envelope Satu
Demand BBM envelope satu berada diperingkat ke-dua dari 5 envelope yang ada
di Indonesia, demand BBM envelope ini memiliki prosentase sebesar 26% dari demand
BBM nasional. Jumlah total demand envelope satu adalah 1.041.546 KL per-bulan yang
terdiri dari 329.773 Kl premium (32%), kerosene 156.099 KL (15%) dan solar 555.674
KL (53%).
Sebagian besar demand envelope satu dipenuhi oleh 2 buah kilang di Sumatera,
yaitu Kilang Dumai dan Kilang Plaju, sedangkan Kilang Brandan sudah ditutup, karena
dianggap sudah tidak produktif. Kedua kilang ini memproduksi BBM sebesar 630.953
KL yang terdiri dari premium 204.792 Kl, kerosene 169.667 KL dan solar 256.494 KL.
Jumlah produksi kedua kilang yang masih produktif di atas hanya mampu menutupi
61% kebutuhan BBM di envelope satu. Kekurangan BBM berada pada produk premium
sebesar 124.981 KL (38%) dan produk solar sebesar 299.180 KL (54%), sedangkan
produk kerosene mengalami kelebihan produksi sebesar 13,568 KL.
Langkah pertama untuk mempermudah penempatan produk BBM lokal dan
impor di envelope satu adalah dengan melakukan pembagian wilayah envelope satu
dalam beberapa sub area yang berdasarkan pada kedekatan lokasi depot dan kedekatan
supply point. Dari hasil pengolahan dihasilkan 3 buah sub area di envelope satu yaitu di
bagian utara Pulau Sumatera, tengah Pulau Sumatera dan selatan Pulau Sumatera.
Pembagian ketiga sub area tersebut menghasilkan pola distribusi supply utama
untuk depot utama, instalasi atau terminal transit yang berfungsi mentransfer BBM ke
depot-depot penyalur. Sub area satu terdiri dari 13 titik observasi yang terdiri dari 8
buah sea depot, 3 buah inland depot dan 2 buah instalasi. Tiga belas titik observasi
tersebut tersebar dalam 3 wilayah kecil yaitu:
1. Wilayah Kabung/Bungus terdiri dari: Depot Meulaboh, Depot Sibolga, Depot
G.Sitoli dan Terminal Transit Kabung/Bungus.
2. Wilayah Dumai terdiri dari: Depot Dumai dan Depot Siak.
3. Wilayah Medan terdiri dari: Depot Lhokseumawe, Depot Sabang, Depot
Kruengraya, Instalasi Medan, Depot Pematangsiantar dan Depot Kisaran.
73
Tabel 3.2 Pembagian Sub Daerah Envelope Satu
SUB AREA 1 SUB AREA 2 SUB AREA 3
1 Depot Lhok Seumawe 1 Depot Kertapati 1 Depot BATAM
2 Depot Krueng Raya 2 Depot Pangkal Balam 2 Depot Natuna Group
3 Depot Meulaboh 3 Depot Baturaja 3 TT T. Uban
4 Depot Sabang 4 Depot Lahat 4 TT P. Sambu
5 Inst. Medan Group 5 Depot Lubuk Linggau 5 Depot Tembilahan
6 Depot Dumai 6 Tg. Pandan P (JOBER)
7 Depot Sibolga 7 Depot Jambi
8 Depot P. Siantar 8 Depot Pontianak
9 Depot Kisaran 9 Depot Sintang
10 Depot P. Brandan
11 Depot G. Sitoli
12 TT Teluk Kabung
13 Depot Siak
Sub area dua meliputi 9 depot yang terbagi dari 4 inland depot dan 5 sea depot
yang salah satunya merupakan jobber. Sub area tiga terdiri dari 3 depot dan 2 terminal
transit. Terminal Transit Tanjung Uban dan Pulau Sambu pada sub area tiga merupakan
terminal transit utama yang mensupply kebutuhan BBM impor ke envelope-envelope
lain, selain itu ke dua terminal transit ini berfungsi sebagai tanki timbun BBM impor
yang dipasok dari Singapore.
74
ditambah dengan demand depot penyalur di sekitarnya adalah 135.694 KL BBM yang
terdiri dari 53.601 KL premium, 22.681 KL kerosene dan 59.411 KL solar.
Sabang
Premium
Solar
Kruengraya Kerosine
Lhokseumawe PKS
Meulaboh
Natuna
MEDAN SNG
P. Siantar Kisaran
Sintang
Tembilahan
TT, BUNGUS
Jambi Pkl Balam
Tj Pandan
Lubuk Linggau
PLAJU
Lahat
Baturaja
Gambar 3.5 Flow of Material BBM untuk Depot Utama dan Instalasi
Sumber: Hasil Pengolahan
75
Sabang
Premium
Solar
Kruengraya Kerosine
Lhokseumawe PKS
Meulaboh
Natuna
MEDAN
P. Siantar Kisaran
Sintang
Tembilahan
TT, BUNGUS
Jambi Pkl Balam
Tj Pandan
Lubuk Linggau
PLAJU
Lahat
Baturaja
TJ PRIOK
Baturaja
Sub area tiga yaitu Terminal Transit Pulau Sambu, Depot Tembilahan, Depot
Batam dan Depot Natuna memperoleh pasokan BBM dari Terminal Transit Tanjung
Uban berupa premium, kerosene dan solar. Jumlah demand sub area tiga adalah 138.817
KL yang terdiri dari 19.596 KL premium, 12.073 KL kerosene dan 107.148 KL solar.
Seluruh produk BBM di TT Tanjung Uban berasal dari Singapore.
Sub area dua meliputi Depot Kertapati, Depot Pangkalan Balam, Depot
Baturaja, Depot Lahat, Depot Lubuklinggau, Depot Jambi, Depot Pontianak, Depot
Sintang dan Jobber Tanjung Pandan. Demand total BBM yang dibutuhkan sub area dua
adalah 324.924 KL yang terdiri dari: 101.338 KL premium, 48.882 KL kerosene dan
174.705 KL solar. Depot Kertapati merupakan tanki timbun Kilang Plaju yang dikelola
oleh Unit Pengolahan III. Produksi Kilang Plaju sebesar 255.071 KL BBM yang terbagi
dari 104.993 KL premium, 74.818 KL kerosene dan 174.705 KL solar. Jika melihat
perbandingan antar demand sub area dua dan produksi yang dihasilkan Kilang Plaju,
maka terlihat terjadinya kelebihan stock untuk produk premium dan kerosene,
sedangkan untuk produk solar mengalami kekurangan yang cukup besar yaitu 99.445
KL. Kekurangan produk solar ini di penuhi dengan tambahan supply dari Terminal
76
Transit Tanjung Uban ke beberapa sea depot yang berada pada sub area dua, sedangkan
kelebihan produk premium dan kerosene di transfer ke Depot Plumpang yang masuk
dalam wilayah envelope dua.
Sie Siak
Sabang Meulaboh
Siantar
Kisaran
Tembilahan
PREMIUM STS
T.T Tj Uban Natuna
KEROSINE SEA DEPOT
SOLAR RTW
PIPA T.T P Sambu Batam/Kijang
PKS
KILANG JOBBER
Pkl. Balam
Pontianak Sintang
UP III
KILANG PLAJU
Tjg. Pandan Baturaja
Kertapati Lahat
Lubuklinggau
Depot Kertapati memasok kebutuhan BBM inland depot yang berada di selatan
Pulau Sumatera yaitu Depot Baturaja, Depot Lahat dan Depot Lubuklinggau. Jumlah
demand inland depot yang ada di sub area dua berjumlah 124.939 KL yang terdiri dari
45.525 KL premium, 21.469 KL kerosene dan 57.945 KL solar. Walaupun produk solar
di Depot Utama Kertapati merupakan produk utama, produk premium di tiga inland
depot penyalur sekitarnya mempunyai jumlah demand terbesar. Kebutuhan BBM
keempat inland depot ini dipenuhi seluruhnya oleh produksi Kilang Plaju.
Sea depot yang berada di sub area dua adalah Depot Pangkalan Balam, Depot
Jambi, Depot Pontianak, Depot Sintang dan Jobber Tanjung Pandan. Jumlah kebutuhan
77
BBM sea depot yang berda pada sub area dua berjumlah 199,985 KL yang terdiri dari
55.813 KL premium, 27,413 KL kerosene dan 116.759 KL solar. Hampir 60% demand
BBM pada sea depot sub area dua merupakan produk solar. Produk premium dan
kerosene untuk Depot Jambi, Depot Pangkalan Balam, Depot Pontianak dan Depot
Sintang diperoleh dari Kilang Plaju, sedangkan produk solar sepenuhnya di supply dari
TT Tanjung Uban. Demand BBM Jobber Tanjung Pandan di supply seluruhnya dari
Kilang Plaju. Depot Pontianak merupakan depot utama yang mensupply kebutuhan
BBM untuk Depot Sintang.
78
kapal jenis MR adalah $ 4,58 per-kilo liter dan $ 6,02 per-kilo liter untuk kapal jenis GP
atau Rp 43,- dan Rp 56,- per-liter.
Kapal tanker tipe kecil seperti SMALL 2, SMALL 1 dan LIGHTER digunakan
untuk mendistribusikan prodok BBM ke depot-depot penyalur. Untuk mendistribusikan
BBM ke Depot Jambi, Depot Tembilahan dan Depot Sintang harus melalui medan
sungai, sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan tipe kapal tanker yang besar
dan sistem distribusi yang digunakan adalah sistem point-to-point. Rute nomor 8 yaitu
Depot Meulaboh Depot Sabang Depot Meulaboh merupakan rute termahal yang ada
di envelope satu, dengan ongkos $15,86 perKL atau Rp 120,- per liter.
Instalasi Medan mendapat pasokan kerosene sebesar 18.945 KL dan solar
sebesar 5.148 KL dari Kilang Dumai dengan menggunakan kapal jenis GP. Sisa demand
Instalasi Medan ditutupi oleh TT Tanjung Uban menggunakan 1 kapal jenis SMALL 2
dengan frekuensi 4 kali dan 1 kapal jenis GP dengan frekuensi 3 kali dari Singapore.
Kapal GP mengangkut 3 jenis BBM dengan jumlah 44.694 KL yang terdiri dari 21.500
KL premium, 1.694 KL kerosene dan 21.500 KL solar, sedangkan kapal jenis SMALL
2 mengangkut premium 3.626 KL dan solar 2.977 KL.
Sabang MR
GP
Kruengraya SMALL 2
Lhokseumawe SMALL 1
LIGHTER
Meulaboh 6
Natuna
MEDAN SNG
2 P. Siantar Kisaran
4
1 Sibolga
DUMAI
Uban & Sambu
G Sitoli
Pontianak
Siak
Batam
5 Sintang
Tembilahan
TT, BUNGUS
Jambi Pkl Balam
Tj Pandan
Lubuk Linggau
PLAJU
Lahat
Baturaja
SBY + KALBUT
TJ PRIOK
TJ GEREM
TSEMARANG
Gambar 3.8 Rute Supply dan Distribusi BBM Depot Utama Envelope Satu
Sumber: Hasil Pengolahan
79
Tabel 3.3 Rute Supply dan Distribusi Envelope Satu
NO ROUTE P K S TOTAL OC Type RTD frek TOTAL $/KL Rp/Lt UTILITAS
1 DUMAI Teluk Kabung DUMAI 16,322 7,095 17,037 40,454 90% MR 10.44 2 20.88 4.58 35 20.88
2 DUMAI Teluk Kabung DUMAI 8,161 3,547 8,519 20,227 81% GP 10.44 2 20.88 6.02 46 20.88
3 Teluk Kabung G. Sitoli Sibolga Teluk Kabung 2,098 1,446 2,795 6,340 98% SMALL 2 6.25 5 31.26 5.67 43 31.26
4 DUMAI Inst. Medan DUMAI 18,945 5,148 24,093 96% GP 5.72 3 17.15 2.53 19 17.15
5 T. Uban Inst. Medan T. Uban 21,500 1,694 21,500 44,694 99% MR 7.14 4 28.56 2.76 21 28.56
6 T. Uban Inst. Medan T. Uban 3,626 2,977 5,587 86% SMALL 2 5.54 5 27.69 5.61 42 27.69
7 Inst. Medan Lhokseumawe Kruengraya Inst. Medan 2,444 1,174 2,485 6,103 94% (2) SMALL 2 7.44 8 59.52 7.35 56 29.76
8 Sabang Meulaboh Sabang 662 200 1,186 2,047 58% SMALL 1 5.00 6 30.00 15.86 120 30.00
9 T. Uban Siak T. Uban 3,182 3,182 91% SMALL 1 4.07 3 12.20 5.26 40 12.20
10 DUMAI Siak DUMAI 823 542 1,869 3,234 92% (3) SMALL 1 3.53 17 60.07 4.48 34 18.73
11 T. Uban Natuna Group T. Uban 393 376 1,238 2,007 57% SMALL 1 4.18 1 4.18 8.69 66
12 T. Uban BATAM T. Uban 1,387 416 1,433 3,236 92% SMALL 1 2.41 8 19.27 4.54 34 19.27
13 T. Uban Tembilahan T. Uban 336 1,140 1,421 2,896 83% SMALL 1 3.49 4 13.97 5.03 38 18.00
14 PLAJU Jambi PLAJU 2,600 970 3,570 102% SMALL 1 4.11 7 28.76 4.86 37 28.76
15 T. Uban Jambi T. Uban 2,370 2,370 68% (2) SMALL 1 4.09 12 49.10 7.37 56 24.55
16 PLAJU Pangkal Balam PLAJU 1,889 419 2,308 66% SMALL 1 3.82 6 22.90 6.81 51 22.90
17 T. Uban Pangkal Balam T. Uban 6,083 6,083 94% SMALL 2 4.33 4 17.30 3.92 30 17.30
18 PLAJU Tg. Pandan PLAJU 868 294 1,870 3,032 87% SMALL 1 4.53 3 13.60 8.27 62 13.60
19 PLAJU Pontianak PLAJU 3,945 2,871 6,816 105% SMALL 2 5.02 6 30.09 4.96 38 30.09
20 T. Uban Pontianak T. Uban 5,837 5,837 90% (2) SMALL 2 4.98 10 49.77 4.83 36 24.89
21 Pontianak Sintang Pontianak 318 234 641 1,193 95% (2) LIGTER 4.67 12 56.00 1.38 10 28.00
22 Inst. Medan Sabang Inst. Medan 817 253 1,498 2,568 73% SMALL 1 4.31 6 25.85 7.01 53 25.85
TOTAL 71,372 41,615 85,909 197,879 115 134 639 128 966
RATA-RATA 86% 5 6 29 6 44 77%
80
Envelope satu menggunakan 27 buah kapal untuk melayani 22 buah rute. Dua
puluh tujuh kapal tersebut terdiri dari 2 buah kapal tipe MR, 2 buah kapal tipe GP, 8
buah kapal tipe SMALL 2, 13 buah kapal tipe SMALL 1 dan 2 buah kapal tipe
LIGHTER. Dari data di atas terlihat bahwa sebagian besar rute envelope satu
menggunakan jenis kapal kecil seperti SMALL 1 dan SMALL 2. Kapal yang dapat
digunakan pada jalur Depot Pontianak Depot Sintang hanya tipe LIGHTER, karena
terbatas pada kondisi geografis yang harus melalui sungai. Kapal tipe kecil biasanya
digunakan dengan 3 alasan, alasan pertama digunakan untuk depot-depot dengan
demand yang tidak terlalu besar, alasan kedua karena diakibatkan kondisi geografis
yang tidak memungkinkan dan yang ketiga terbatas pada kapasitas tanki timbun depot
tujuan. 11 rute dari 22 buah rute yang berada pada envelope satu menggunakan kapal
jenis SMALL 1.
22
7 MR
Sabang
GP
Kruengraya SMALL 2
Lhokseumawe SMALL 1
8 LIGHTER
Meulaboh
Natuna
MEDAN
P. Siantar Kisaran 11
10 9
Sibolga
DUMAI
Uban & Sambu
G Sitoli
Batam Pontianak
Siak
12
20
13
3 Sintang
Tembilahan 15 21
17
TT, BUNGUS 19
Jambi Pkl Balam
14
16
Tj Pandan
Lubuk Linggau
PLAJU
18
Lahat
Baturaja
81
berjumlah 22 buah kapal yang terdiri dari 1 buah kapal jenis MR, 4 buah kapal jenis GP,
11 buah kapal jenis SMALL I dan 6 buah kapal jenis LIGHTER. Penghematan jumlah
kapal akan berdampak pada pengurangan ongkos sewa kapal. Berkurangnya ongkos
sewa kapal mengurangi biaya distribusi. Biaya total sewa kapal pola distribusi lama
dalam envelope satu sekitar $ 8.140.768 sedangkan pola distribusi baru $ 4.625.642,
jadi didapat penghematan sebesar $ 3.515.126 atau Rp 32.690.667.389.00 per-bulan
atau sebesar 43%.
Depot Meulaboh berdasarkan flow of material mendapat pasokan dari Terminal
Transit Teluk Kabung, tetapi karena tanki timbun yang dimiliki depot ini sangat kecil,
maka pendistribusian BBM di Depot Meulaboh dialihkan ke Depot Sabang. Jika
membandingkan demand BBM Depot Meulaboh yang berjumlah 14.331 KL dan
kapasitas tanki timbun yang berjumlah 3.423 KL, maka Depot Meulaboh hanya mampu
menampung 24% demand, sedangkan kapasitas tanki timbun Depot Sabang jauh lebih
besar daripada demand yang dimilikinya atau sebesar 360%, sehingga bisa dikatakan
tanki timbun Depot Sabang mampu menampung demand lokal hanya dengan 1 kali
pengiriman saja. Sisa kapasitas tanki timbun Depot Sabang bisa digunakan sebagai tanki
timbun bayangan untuk menampung demand Depot Meulaboh, keputusan ini cukup
tepat dilakukan karena jarak atara kedua depot tidak terlalu jauh, dibandingkan jika
menggunakan Terminal Transit Teluk Kabung atau depot-depot lain di sekitarnya.
Round Trip Days pola distribusi baru di envelope satu berjumlah 649 hari
dengan utilitas kapal tanker sebesar 78%. Prosentase ini menggambarkan bahwa rata-
rata kapal di wilayah ini mempunyai waktu instirahat selama 7 hari. Sisa waktu tersebut
bisa dipakai untuk distribusi produk avtur, distribusi minyak industri, atau barrier jika
terjadi perubahan jalur akibat terganggunya arus distribusi produk di supply point.
Tingkat occupacy kapal di envelope satu mencapai 86%, prosentase ini cukup baik
mengingat masih berada di atas batasan yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 45%.
82
Depot Meulaboh adalah prioritas utama penambahan tanki timbun, karena depot
ini mempunyai kapasitas tanki timbun yang tidak memadai dengan demand yang
dimiliki daerah tersebut. Kapasitas timbun Depot Meulaboh jauh berbeda dengan ketiga
depot lainnya yang terdapat di Daerah Istimewa Aceh yang rata-rata memiliki kapasitas
timbun cukup besar untuk menutupi demand di areal pemasarannya. Berdasarkan flow
of material seharusnya Depot Meulaboh mendapat supply dari TT Kabung/ Bungus,
tetapi dikarenakan kapasitas timbun yang tidak memadai tadi, maka titik supply di
pindahkan ke Depot Sabang yang mempunyai sisa kapasitas timbun cukup besar.
Dengan penambahan tanki timbun di Depot Meulaboh diharapkan titik supply akan
kembali ke TT Kabung dan penambahan kapasitas timbun untuk Depot Sabang tidak
harus dilakukan.
Instalasi Belawan Medan adalah supply point untuk Daerah Istimewa Aceh dan
dua inland depot di selatan Medan. Instalasi ini membutuhkan penambahan kapasitas
timbun BBM sebagai berikut: premium sekitar 41000 KL atau lebih besar 3300 KL,
kerosene sekitar 31400 KL atau lebih besar 600 KL dan solar sekitar 47700 KL atau
lebih besar 1100 KL. Jumlah penambahan ini harus dikonfirmasi ulang dengan arus
pergerakan produk BBM yang dilakukan dengan menggunakan Rail Tank Wagon,
karena dengan mengetahui percepatan arus produk BBM moda ini akan diperoleh besar
volume penambahan tanki timbun yang baik dan akurat.
Depot Jambi direkomendasikan untuk melakukan penambahan kapasitas timbun
pada produk premium, sedangkan Depot Siak dan Jobber Tanjung Pandan
direkomendasikan melakukan penambahan pada produk premium dan solar. Untuk
memperjelas volume penambahan dan perubahan tanki timbun dimasing-masing depot
dalam envelope satu dapat dilihat pada Lampiran A yang terdapat pada bagian akhir
laporan.
83
T.T Teluk Kabung Premium
30,000
25,000
20,000
Volume
15,000
10,000
5,000
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Days
10,000
Volume
5,000
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Days
Kerosine Buffer Stock High Inventory
25,000
20,000
Volume
15,000
10,000
5,000
-
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Days
84
masing-masing volume angkut 16.322 KL untuk kapal jenis MR dan 8.161 untuk kapal
jenis GP. Frekuensi kedua kapal ini sebanyak 2 kali pengiriman per bulan dan Round
Trip Days dari Kilang Dumai sampai TT Kabung membutuhkan waktu 10,44 hari.
Kapal jenis MR merapat atau melakukan unloading di TT Kabung pada hari ke-
1 dan 16, sedangkan kapal tipe GP pada hari ke-8 dan 24. Terminal Transit Kabung
mempunyai daily objective thruput sebesar 1725 KL per hari. Rute nomor 3 dengan
pola multy-port membawa premium sebanyak 2.098 KL dari TT Kabung ke Depot
Sibolga dan Depot G Sitoli dengan frekuensi 5 kali pengiriman per-bulan, sehingga
pemberangkatan dari TT Kabung terjadwal pada hari ke-1, 7,13, 19, dan 25. Dari hasil
fluktuatif volume tanki timbun premium di TT Kabung, maka diperoleh buffer stock
ideal sebesar 11.285 KL dan high inventory ideal sebesar 25.882 KL. Jika melihat tanki
timbun eksisiting yang hanya mempunyai safe capacity sebesar 24.769 KL maka
kapasitas eksisting ini tidak akan memenuhi arus keluar masuk barang yang seharusnya
berada di atas high inventory, kecuali jika buffer stock diturunkan yang semula mampu
menahan demand selama 7 hari menjadi 5 hari saja. Solusi terbaik adalah dengan cara
mengganti salah satu tangki kerosene yang berjumlah 2 buah menjadi 1 buah, sehingga
kapasitas timbun premium menjadi bertambah sebesar 14.270 KL atau menjadi 39.039
KL. Walaupun demikian jumlah penurunan tanki timbun kerosene masih tetap mampu
menampung demand kerosene dengan baik. Mekanisme arus keluar masuk produk
kerosene dan solar mengikuti arus premium di atas.
85
dan solar 9.840 KL. Jadi jumlah total tambahan supply yang harus diperoleh dari impor
atau sumber lain sebesar 79.751 KL, dimana sebagian besar adalah produk premium.
Untuk mempermudah penempatan produk BBM lokal dan impor di wilayah
envelope dua, maka dilakukan 2 pembagian sub area di dalam envelope dua yang
berdasarkan kedekatan lokasi depot dan kedekatan supply point. Kedua sub area
tersebut terbagi di utara Pulau Jawa dan di selatan Pulau Jawa.
Sub area satu terdiri dari 13 titik observasi yang terbagi dari 2 buah terminal
transit, 2 buah sea depot, 4 buah inland depot dengan moda RTW (Rail Tank Wagon)
dan 5 buah inland depot dengan moda pipa. Seluruh produk BBM sub region satu
diperoleh atau di supply dari Kilang Cilacap. Kilang Cilacap yang dikelola oleh Unit
Pengolahan IV merupakan kilang yang memproduksi BBM (premium, kerosene, solar)
terbanyak dari 6 kilang yang dimilki oleh PT PERTAMINA (Persero), kilang ini
mampu memproduksi BBM sebanyak 1.020.600 KL per-bulan.
Sub area dua terdiri dari 1 buah sea depot yaitu Depot Plumpang dan 1 buah
instalasi yaitu Instalasi Semarang. Kilang Balongan yang dikelola oleh Unit Pengolahan
VI mampu memproduksi 464.810 KL BBM yang terdiri dari 252.923 Kl premium,
61.745 KL kerosene dan 149.142 KL solar. Jumlah produksi Kilang Balongan
seluruhnya ditransfer ke Depot Plumpang. Hal ini dilakukan karena demand Depot
Plumpang sangat besar, bahkan setelah mendapatkan transfer dari Kilang Balongan
masih terjadi kekurangan pasokan BBM pada produk premium sebesar 53.244 Kl,
86
kerosene 55.376 Kl dan solar 58.807, sehingga dibutuhkan pasokan dari sumber lain
seperti Kilang Cilacap dan Kilang Plaju.
PLAJU TJ UBAN
Premiu
Sola
Kerosin
Bengkul PK
Panjan
TJ
TJ.GERE
Padalaran Tega
Semaran
Cep
Ujung
Mao Sol
Tasikmalay Rewul
Madiu
87
Pasokan premium dari TT Tanjung Gerem ke Depot Bengkulu dilakukan karena
keterbatasan tanki timbun produk premium yang dimiliki Depot Bengkulu, sehingga
dibutuhkan tanki timbun bayangan di TT Gerem untuk mensupply kebutuhan premium
ke depot ini. Terminal Transit Tanjung Gerem selain berfungsi sebagai tanki timbun
bayangan Depot Bengkulu, juga berfungsi sebagai barrier BBM untuk Depot Plumpang
yang volume demandnya sangat besar. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika
terjadi gangguan dalam arus pendistribusian BBM ke depot tersebut, selain itu jarak
yang ditempuh tidak terlalu jauh, jika dibandingkan harus mendatangkan pasokan dari
titik-titik timbun di sekitarnya.
Depot Plumpang mendapat pasokan BBM dari 4 lokasi sumber yang berbeda,
sumber pertama di peroleh dari Kilang Balongan yang mentransfer seluruh produksinya
atau 464.810 KL BBM, sumber kedua adalah sisa produksi Kilang Plaju sebesar 41.296
KL BBM yang berupa 3.655 KL premium, 25.936 KL kerosene dan 11.704 KL solar,
sumber ketiga dari Kilang Cilacap sebesar 47.185 KL premium, 29.439 KL kerosene
dan 47.103 KL solar, sumber keempat dari TT Gerem dengan 2.404 KL premium.
UP IV
T.T LOMANIS Maos
KILANG CILACAP
Cilacap Rewulu
Tegal Padalarang
Solo U. Berung
Cepu Tasikmalaya
Madiun
UP VI TT Balongan PLUMPANG
KILANG BALONGAN
PREMIUM STS
KEROSINE SEA DEPOT
SOLAR RTW
UP III PIPA
PKS
KILANG PLAJU KILANG JOBBER
88
Sisa produk kerosene dan solar dari Kilang Cilacap setelah didistribusikan ke
seluruh inland dan sea depot envelope dua di transfer ke Instalasi Semarang, sedangkan
kebutuhan premium di instalasi ini diperoleh dari TT Tanjung Uban.
89
Tabel 3.5 Rute Supply dan Distribusi Envelope Dua
NO ROUTE P K S TOTAL OC Type RTD frek TOTAL $/KL Rp/Lt UTILITAS
1 CILACAP TG.Gerem CILACAP 8,152 4,371 11,760 24,283 97% GP 5.76 3 17.27 2.60 20 23.03
2 CILACAP Panjang CILACAP 8,225 3,957 9,933 22,116 88% GP 5.65 5 28.23 2.80 21 28.23
3 CILACAP Pulau Baai CILACAP 3,000 3,346 8,000 14,346 57% GP 6.76 1 6.76 5.40 41
4 TG.Gerem Pulau Baai TG.Gerem 2,407 339 2,746 78% SMALL 1 4.75 2 9.50 7.29 55 14.25
5 PLAJU InstTGPRIOK PLAJU 1,828 12,968 5,852 20,648 83% GP 6.12 2 12.24 3.19 24 12.24
6 CILACAP InstTGPRIOK CILACAP 15,728 9,813 15,701 41,242 92% MR 6.92 3 20.77 2.88 22 20.77
7 TG.Gerem InstTGPRIOK TG.Gerem 2,404 2,404 69% SMALL 1 2.77 1 2.77 4.48 34
8 UBAN INSTSemarang UBAN 19,003 19,003 76% GP 8.09 3 24.27 4.84 37 24.27
9 CILACAP INSTSemarang CILACAP 13,396 10,012 23,408 94% GP 7.53 4 30.11 3.64 27 30.11
10 UBAN TG.Gerem UBAN 3,208 339 3,547 101% SMALL 1 6.33 3 18.98 8.84 67 18.98
TOTAL 63,954 47,852 61,937 173,743 61 27 171 46 348
RATA-RATA 84% 6 3 17 5 35 71%
90
Kapal tanker tipe kecil seperti SMALL 1 digunakan pada rute nomor 4 (TT
Gerem - Depot Bengkulu - TT Gerem), rute nomor 7 (TT Gerem - Depot Plumpang -
TT Gerem) dan rute nomor 10 (TT Gerem - TT Tanjung Uban - TT Gerem). Untuk rute
nomor 4 yaitu TT Gerem - Depot Bengkulu - TT Gerem dan rute nomor 7 yaitu TT
Gerem - Depot Plumpang - TT Gerem menggunakan 1 kapal yang sama.
PLAJU TJ UBAN
MR
GP
SMALL 2
5 SMALL 1
Bengkulu
LIGHTER
4 TJ.GEREM 8
Panjang 10
9
3
7
Padalarang Tegal
Semarang
Cepu
1 Ujung Berung
Maos Solo
6 Tasikmalaya
Rewulu
Madiun
91
$ 2.712.316, sedangkan pola distribusi baru $ 2.322.308, jadi didapat penghematan
sebesar $ 390.008 atau Rp 3,627,073,259,- per-bulan atau sebesar 14%.
Round Trip Days pola distribusi baru di envelope dua berjumlah 171 hari dengan
utilitas kapal sebesar 71%. Prosentase ini menggambarkan bahwa rata-rata kapal di
wilayah ini mempunyai waktu istirahat selama 9 hari. Sisa waktu tersebut dipakai untuk
mendistribusikan produk avtur, minyak industri, atau berfungsi sebagai barrier jika
terjadi perubahan jalur akibat terganggunya arus distribusi produk di supply point.
Tingkat occupacy kapal di envelope satu mencapai 84%, prosentase ini cukup baik
mengingat angka tersebut masih berada di atas batasan yang ditetapkan oleh perusahaan
yaitu sebesar 45%.
92
depot. Berdasarkan hasil penentuan nilai high inventory ini akan didapatkan volume
safe capacitiy yang layak dimiliki oleh suatu depot untuk menampung dan
mendistribusikan BBM. Berikut ini dapat dilihat salah satu model pengaturan inventory
manajemen di TT Tanjung Gerem.
15,000
Volume
10,000
5,000
-
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Days
Premium Buffer Stock High Inventory
5,000
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Days
Kerosine Buffer Stock High Inventory
15,000
Volume
10,000
5,000
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Days
Solar Buffer Stock High Inventory
93
Terminal Transit Tanjung Gerem mempunyai own demand premium sebesar
24.455 KL, jika ditambah dengan supply premium untuk 2 depot penyalurnya yaitu
Depot Bengkulu dan Depot Plumpang maka demand premium menjadi 34.079 KL.
Berdasarkan rute nomor 1 dan nomor 10, produk premium ini ditransfer dari produk
lokal Kilang Cilacap dan produk impor Singapore melalui TT Tanjung Uban dengan
menggunakan 2 buah kapal tanker yang berlainan jenis, yaitu kapal jenis GP dari Kilang
Cilacap dan kapal jenis SMALL 1 dari TT Tanjung Uban dengan volume angkut
masing-masing 8.152 KL dan 3208 KL. Frekuensi kedua kapal ini sebanyak 3 kali
pengiriman per-bulan, sedangkan waktu Round Trip Days masing-masing jalur adalah
5,76 hari untuk kapal GP dari Kilang Cilacap dan 6,33 hari untuk kapal SMALL 1 dari
TT Tanjung Uban.
Kapal jenis GP merapat atau melakukan unloading di TT Tanjung Gerem pada
hari ke-2, 11 dan 20, sedangkan kapal tipe SMALL 1 pada hari ke-1, 7 dan 16. Terminal
Transit Tanjung Gerem mempunyai daily objective thruput sebesar 1097 KL per-hari.
Rute nomor 4 (TT Tj Gerem Depot Bengkulu - TT Tj Gerem) membawa premium
sebanyak 2.407 KL dengan frekuensi 3 kali pengiriman per-bulan pada hari ke-3, 11
dan 17. Rute nomor 7 (TT Tj Gerem Depot Plumpang - TT Tj Gerem) membawa
premium sebanyak 2.404 KL dengan frekuensi 1 kali pengiriman yang dilakukan pada
hari ke-22. Dari hasil fluktuatif volume tanki timbun premium di TT Tanjung Gerem
maka diperoleh buffer stock ideal sebesar 4.500 KL dan high inventory ideal sebesar
15.000 KL.
Terminal Transit Tanjung Gerem tidak melakukan distribusi produk kerosene ke
luar lokasi sehingga pola inventory yang terjadi untuk produk ini lebih stabil, jika
dibandingkan produk premium. Demand kerosene TT Tanjung Gerem berjumlah 13.114
KL dengan daily objective thruput sebesar 588 KL. Produk solar di TT Tanjung Gerem
pada dasarnya menyerupai arus inventory pada produk premium, hanya saja pengiriman
ke luar lokasi hanya dilakukan pada rute nomor 4 (TT Tj Gerem Depot Bengkulu - TT
Tj Gerem).
94
sebesar 719,265 KL yang terdiri dari 276.908 KL premium (38%), kerosene 165,986
KL (23%) dan solar 276,371 KL (38%). Envelope tiga tidak memiliki kilang sebagai
sumber supply BBM, maka produk PKS yang didistribusikan di wilayah ini berasal dari
Kilang Balikpapan atau impor dari Singapore. Kebutuhan produk solar dan premium
mempunyai jumlah yang hampir sama di envelope ini, sedangkan produk kerosene
mempunyai perbandingan prosentase yang cukup besar jika melihat karakteristik
komposisi produk PKS envelope lain. Konsentrasi demand BBM di envelope tiga lebih
berpusat di daerah barat yaitu sekitar Jawa Timur dan Bali.
Berdasarkan konsep envelope yang telah dibuat oleh penulis sebelumnya, Depot
Bima dan Depot Reo masuk dalam areal envelope tiga, tetapi setelah dipertimbangkan
berdasarkan kedekatan jarak dengan sumber supply antara Terminal Transit Manggis
dan Instalasi Makassar, maka lebih baik jika ke dua depot ini masuk dalam areal
distribusi Instalasi Makassar di envelope empat. Envelope tiga merupakan envelope
yang sering mengalami kondisi krisis dan kritis, kondisi ini terjadi akibat: pertama tidak
adanya sumber supply utama yang diperuntukan untuk envelope tiga, kedua kegiatan
supply BBM impor yang diperoleh dari Singapore atau Terminal Transit Tanjung Uban
memerlukan waktu yang cukup lama, ketiga kurangnya kapasitas timbun produk
premium dan kerosene di sekitar daerah barat envelope.
Envelope tiga memiliki kapal tipe VLCC yang berfungsi sebagai tanki timbun
laut dengan kapasitas 250.000 DWT. Menurut data yang diperoleh dari bulan Oktober
sampai Desember, kapal besar ini hanya menimbun jenis produk solar saja. Lokasi
kapal ini bisa berubah-ubah atau bergerak sesuai dengan ketersedian sumber dan titik-
titik distribusinya.
Untuk mempermudah penempatan produk BBM lokal dan impor di dalam
willayah envelope tiga, maka dilakukan 3 pembagian sub area dengan berdasarkan
kedekatan lokasi depot dan jarak dengan supply point. Ketiga sub area tersebut terbagi
di Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
3.6.
95
Tabel 3.6 Pembagian Sub Daerah Envelope Tiga
SUB AREA 1 SUB AREA 2 SUB AREA 3
1 Depot Maumere 1 TT. Manggis 1 Inst. Surabaya
2 Depot Waingapu 2 Depot Tanjung Wangi 2 Depot Camplong
3 Depot Ende 3 Depot Benoa/Sanggaran 3 Depot Kediri
4 Depot Kupang 4 Depot Ampenan 4 Depot Malang
5 Depot Atapupu 5 Depot Badas
6 Depot Dilli
7 Depot Kalabahi
8 Depot Larantuka
Sub area satu yang tersebar di wilayah Nusa Tenggara terdiri dari 8 titik
observasi yang terdiri dari 1 buah depot utama (Depot Kupang) dan 7 buah sea depot
yaitu Depot Maumere, Depot Waingapu, Depot Ende, Depot Atapupu, Depot Dilli,
Depot Kalabahi, dan Depot Larantuka. Seluruh produk BBM sub region satu diperoleh
dari Kilang Balikpapan. Sub area satu membutuhkan 36.273 KL BBM yang terdiri dari
12.214 KL premium, 6.618 Kl kerosene dan 17.441 KL solar.
Daerah Pulau Bali Pulau Lombok atau sub area dua terdiri dari 1 terminal
transit (TT Manggis) dan 4 sea depot yaitu Depot Tanjung Wangi, Depot Benoa, Depot
Ampenan dan Depot Badas. Sub area dua membutuhkan 180.432 KL BBM yang terdiri
dari 61.435 KL premium, 41.645 Kl kerosene dan 77.352 KL solar. Sumber supply PKS
sebagian besar atau sekitar 53% diperoleh dari Kilang Balikpapan, ditambah dengan
produk solar dari STS Kalbut sebanyak 57.137 KL dan produk premium sebanyak
27.259 KL dari Instalasi Surabaya.
Sub are tiga di Jawa Timur terdiri dari 1 buah instalasi (Ins Surabaya), 1 sea
depot (Depot Camplong) di Pulau Madura dan 2 buah inland depot yaitu Depot Kediri
dan Depot Malang. Sub area tiga membutuhkan 427.663 KL BBM yang terdiri dari
175.840 KL premium, 116.448 Kl kerosene dan 135.375 KL solar. Pasokan kerosene
diperoleh dari Kilang Balikpapan sebesar 60.039 KL ditambah 56.409 Kl dari impor.
Pasokan premium diperoleh seluruhnya dari impor sebanyak 175.840 KL. Produk solar
diperoleh seluruhnya dari STS Kalbut sebanyak 135.375 KL. Demand terbesar di sub
area tiga adalah produk premium, yang sebagian besar banyak dikonsumsi oleh Ins
Surabaya dan inland depot yang berada di Jawa Timur. Inland depot di daerah Jawa
Timur menggunakan moda RTW (Rail Tank Wagon) dalam pendistribusiannya.
96
3.11.2 Flow of material BBM Envelope Tiga
Berdasarkan ketersediaan sumber pasokan lokal dan tingkat efesiensi kedekatan
jarak, maka supply utama untuk envelope tiga dapat digambarkan sebagai berikut:
Depot Kupang dan TT Manggis memperoleh produk PKS dari Kilang Balikpapan. TT
Manggis mendapat pasokan tambahan solar dari STS Kalbut dan premium dari Ins
Surabaya. Instalasi Surabaya mendapat pasokan premium dan kerosene dari impot
ditambah pasokan solar dari STS Kalbut. STS Kalbut yang memasok solar ke Instalasi
Surabaya memperoleh produk solar dari Singapore atau TT Tanjung Uban. Jika tanki
timbun produk solar di Ins Surabaya cukup besar maka lebih baik demand solar dikirim
bersamaan dengan kedua produk BBM lainnya, tetapi karena kapasitas timbun instalasi
ini tidak mencukupi maka diperlukan tanki timbun bayangan di STS Kalbut.
Premium
BALIKPAPAN
Solar
Kerosine
SNG
SNG / /UBAN
SN UBAN PKS
Camplong
SBY STS KALBUT
Larantuka Kalabahi
Tj.Wangi Ampenan Dilli
Maumere
Reo
Badas Bima
Ende
Atapupu
Waingapu
Gambar 3.15 Flow of Material BBM untuk Depot-Depot Utama, dan Instalasi
Sumber: Hasil Pengolahan
97
BALIKPAPAN
SNG / UBAN
Camplong
SBY
STS KALBUT
Larantuka Kalabahi
Tj.Wangi
Ampenan Dilli
Maumere
Reo
Badas Bima
Atapupu
Waingapu
98
Larantuka Ende Waingapu
Dili Kalabahi
Depot Kupang
Atapupu
Maumere
UP V
KILANG BALIKPAPAN
Ampenan
99
MR
BALIKPAPAN
GP
SMALL 2
SNG / UBAN 18 SMALL 1
LIGHTER
14
15
SBY STS KALBUT
6 Larantuka
Kalabahi
Tj.Wangi
Ampenan Dilli
16 Maumere
Reo
Badas Bima
Ende
Manggis
Atapupu
1 Waingapu
Gambar 3.18 Rute Supply dan Distribusi BBM Depot Utama Envelope Tiga
Sumber: Hasil Pengolahan
Kapal jenis kecil seperti SMALL 1, SMALL 2 dan LIGHTER banyak digunakan
untuk mensuppy BBM ke depot-depot penyalur dengan demand kecil. Pola distribusi
multy-port dengan kapal jenis SMALL 1 dipakai pada rute nomor 3 yaitu Depot Kupang
- Depot Waingapu - Depot Ende - Depot Larantuka - Depot Kupang, dengan membawa
3.518 KL BBM, RTD 6.95 hari dan frekuensi 3 kali per-bulan. Pola distribusi multy-
port dengan kapal jenis SMALL 2 dipakai pada rute nomor 13 yaitu TT Manggis -
Depot Benoa - Depot Badas - TT Manggis, dengan membawa 4.916 KL BBM, RTD
4.60 hari dan frekuensi 4 kali per-bulan. Kapal tipe LIGHTER hanya digunakan pada
rute nomor 5 yaitu Depot Kupang - Depot Atapupu - Depot Kupang.
Freight cost termahal dari seluruh rute yang ada di envelope tiga adalah rute
nomor 3 yang menggunakan sistem multy-port di atas, dengan $ 10,69 per KL atau Rp
81,- per liter. Besarnya freight cost ini diakibatkan oleh faktor biaya pelabuhan atau
portcharge ketika kapal merapat di dermaga. Walaupun demikian ongkos ini lebih
murah jika dibandingkan menggunakan pola distribusi point-to-point, karena jumlah
kapal yang digunakan akan semakin banyak dan akan berdampak pada peningkatan
ongkos distribusi.
100
Tabel 3.7 Rute Supply dan Distribusi Envelope Tiga
NO ROUTE P K S TOTAL OC Type RTD frek TOTAL $/KL Rp/Lt UTILITAS
1 Balikpapan Kupang Balikpapan 6,107 3,309 8,720 18,136 73% GP 8.53 2 17.06 5.40 41 17.06
2 Kupang Maumere Kupang 1,092 715 1,374 3,181 91% SMALL 1 4.71 1 4.71 6.40 48
3 Kupang Waingapu Ende Larantuka Kupang 1,137 722 1,659 3,518 101% SMALL 1 6.95 3 20.86 10.69 81 20.86
4 Kupang Dilli Kalabahi Kupang 1,313 367 1,707 3,387 97% SMALL 1 5.05 1 5.05 7.56 57 10.10
5 Kupang Atapupu Kupang 379 352 514 1,245 100% LIGHTER 3.20 3 9.60 7.28 55 9.60
6 Balikpapan TT. Manggis Balikpapan 8,544 10,411 5,054 24,009 96% GP 6.60 4 26.39 3.07 23 26.39
7 STS KALBUT TT. Manggis STS KALBUT 19,046 19,046 76% GP 4.50 3 13.50 2.49 19 13.50
8 Inst. Surabaya TT. Manggis Inst. Surabaya 5,452 5,452 84% SMALL 2 4.67 5 23.33 4.80 36 23.33
9 TT. Manggis TJ Wangi TT. Manggis 2,961 2,961 85% SMALL 1 3.14 6 18.85 4.31 33 18.85
10 Inst. Surabaya TJ Wangi Inst. Surabaya 5,905 5,905 91% SMALL 2 3.98 4 15.91 3.56 27 15.91
11 STS KALBUT TJ Wangi STS KALBUT 5,687 5,687 87% SMALL 2 3.63 7 25.40 3.14 24 25.40
12 TT. Manggis Ampenan TT. Manggis 2,300 1,602 2,488 6,390 98% SMALL 2 2.62 6 15.70 2.05 15 15.70
13 TT. Manggis Benoa/Sangga Badas TT. Manggis 940 768 3,209 4,916 76% SMALL 2 4.60 4 18.42 5.00 38 18.42
14 Balikpapan Inst. Surabaya Balikpapan 20,013 20,013 80% GP 7.18 3 21.54 4.00 30 21.54
15 SINGAPORE Inst. Surabaya SINGAPORE 29,307 9,402 38,708 86% (2) MR 8.95 6 53.71 4.14 31 26.85
16 STS KALBUT Inst. Surabaya STS KALBUT 22,563 22,563 90% GP 3.65 6 21.88 1.63 12 21.88
17 Inst. Surabaya Camplong Inst. Surabaya 1,177 733 605 2,515 72% SMALL 1 2.43 10 24.25 3.66 28 24.25
18 SINGAPORE STS KALBUT SINGAPORE 32,314 32,314 72% MR 8.95 3 26.85 4.91 37 26.85
TOTAL 63,653 51,353 104,939 219,945 93 77 363 84 636
RATA-RATA 86% 5 4 20 5 35 65%
101
Rute nomor 2 yaitu Depot Kupang - Depot Maumere - Depot Kupang dan rute
nomor 4 yaitu Depot Kupang Depot Dilli Depot Kalabahi menggunakan 1 kapal
yang sama, hal ini dilakukan karena rute nomor 2 hanya memerlukan 1 kali pengiriman,
sehingga dapat menggunakan kapal lain di sub region tiga yang mempunyai waktu off
time cukup besar.
Envelope tiga menggunakan 18 kapal untuk melayani 18 rute perjalanan.
Delapan kapal tersebut terdiri dari 3 buah kapal jenis MR, 5 buah kapal jenis GP, 5
buah kapal jenis SMALL 2, 4 buah kapal jenis SMALL 1, dan 1 buah kapal jenis
LIGHTER. Jumlah kapal yang dipakai pada pola distribusi baru ini lebih banyak jika
dibandingkan pola distribusi lama atau eksisiting. Hal ini bisa terjadi karena ada
beberapa jalur distribusi BBM ke titik-titik supply utama, seperti Singapore - Ins
Surabaya - Singapore, Singapore - TT Manggis - Singapore dan Singapore - STS Kalbut
- Singapore yang tidak tercatat dalam data bulan Oktober sampai Desember 2007. Rute
yang tidak tercatat tersebut biasanya menggunakan kapal sewa dari luar negri atau kapal
miliki PT PERTAMINA (Persero) yang memiliki waktu instirahat cukup besar.
BALIKPAPAN MR
GP
SMALL 2
SNG / UBAN
SMALL 1
LIGHTER
17
7
SBY STS KALBUT 2
11 Larantuka Kalabahi
10 12
Ampenan Maumere Dilli
Tj.Wangi
Reo
Badas Bima 4
Ende
3 Atapupu
13
9 Waingapu
8
5
102
Dari data yang tercatat, terdapat 11 buah kapal yang beroperasi di wilayah
envelope tiga dengan komposisi 2 buah kapal jenis MR, 3 buah kapal jenis GP, 3 buah
kapal jenis SMALL 2 dan 3 buah kapal jenis SMALL 1. Pola distribusi baru
memerlukan biaya $ 4.465.148 untuk menyewa 18 buah kapal tanker yang akan
beroperasi di wilayah ini.
Round Trip Days pola distribusi baru di envelope tiga berjumlah 363 hari
dengan utilitas kapal tanker sebesar 65%. Prosentase ini menggambarkan bahwa rata-
rata kapal di wilayah ini mempunyai waktu instirahat selama 11 hari. Sisa waktu
tersebut dipakai untuk mendistribusikan produk avtur, minyak industri, atau barrier
jika terjadi perubahan jalur akibat terganggunya arus distribusi produk di supply point.
Tingkat occupacy kapal di envelope tiga mencapai 86%, prosentase ini cukup baik
mengingat masih berada di atas batasan yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar
45%.
103
diperoleh penambahan tanki timbun yang baik dan akurat. Tanki timbun solar tidak
memerlukan penambahan kapasitas tanki timbun karena Instalasi Surabaya mendapat
pasokan solar dari STS Kalbut yang letaknya tidak jauh, bukan dari Singapore seperti
produk kerosene dan premium, sehingga buffer stock solar yang dibutuhkan dalam tanki
timbun di Instalasi Surabaya jumlahnya relatif lebih kecil dibandingkan kedua produk
BBM lainnya.
Depot Maumere dan Depot Kalabahi direkomendasikan untuk melakukan
penambahan kapasitas tanki timbun pada produk premium sebesar 109 KL dan 168 KL.
Untuk memperjelas volume penambahan dan perubahan kapasitas tanki timbun
dimasing-masing depot dapat dilihat pada Lampiran C yang terdapat pada bagian akhir
laporan ini.
25,000
20,000
Volume
15,000
10,000
5,000
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Days
Premium Buffer Stock High Inventory
104
61.435 KL. Berdasarkan rute nomor 6 (Kilang Balikpapan TT Manggis - Kilang
Balikpapan) dan rute nomor 8 (Instalasi Surabaya TT Manggis Ins Surabaya),
produk premium ini ditransfer dari Kilang Balikpapan dan Instalasi Surabaya dengan
menggunakan 2 buah kapal tanker yang berlainan jenis, yaitu kapal jenis GP untuk rute
Kilang Balikpapan dan kapal jenis SMALL 2 untuk rute Ins Surabaya dengan masing-
masing volume angkut premium sebesar 8.544 KL untuk kapal jenis GP dan 5452 KL
untuk kapal jenis SMALL 2. Frekuensi kapal GP adalah sebanyak 4 kali per-bulan dan
5 kali per-bulan untuk kapal jenis SMALL 2, sedangkan waktu Round Trip Days rute
nomor 6 dari Kilang Balikpapan sebesar 6,60 hari dan rute nomor 8 dari Instalasi
Surabaya sebesar 4,67 hari.
Kapal jenis GP dari Kilang Balikpapan merapat atau melakukan unloading di
TT Manggis pada hari ke-1, 8, 15 dan 22, sedangkan kapal tipe SMALL 2 pada hari ke-
2, 7, 12, 17 dan 22 Terminal Transit Manggis mempunyai daily objective thruput
premium sebesar 1967 KL per-hari. Rute nomor 13 dengan pola multy-port yaitu TT
Manggis - Depot Benoa - Depot Badas - TT Manggis membawa premium dari TT
Manggis sebanyak 940 KL dengan frekuensi 4 kali pengiriman per-bulan.
Pemberangkatan rute nomor 13 dari TT Manggis terjadi pada hari ke-4, 11,18, dan 25.
Rute nomor 12 dengan pola point-to-point yaitu TT Manggis - Depot Ampenan - TT
Manggis membawa premium sebanyak 2300 KL dengan frekuensi 6 kali pengiriman
per-bulan dan RTD 3,14 hari. Pemberangkatan rute nomor 12 dari TT Manggis terjadi
pada hari ke-3, 7, 11, 15, 19 dan 23. Dari hasil fluktuatif volume tanki timbun premium
di TT Manggis maka diperoleh buffer stock ideal sebesar 10.140 KL dan high inventory
ideal sebesar 25.800 KL.
15,000
Volume
10,000
5,000
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Days
Kerosine Buffer Stock High Inventory
105
Terminal Transit Manggis mempunyai own demand kerosene sebesar 11.200
KL, jika ditambah dengan 4 depot penyalurnya yaitu Depot Tanjungwangi, Depot
Benoa, Depot Ampenan dan Depot Badas maka demand kerosene yang harus
ditanggung terminal transit ini menjadi 41,645 KL. Berdasarkan rute nomor 6 (Kilang
Balikpapan TT Manggis - Kilang Balikpapan), produk kerosene ini ditransfer dari
Kilang Balikpapan menggunakan kapal jenis GP dengan volume angkut produk
kerosene sebanyak 10.411KL.
Terminal Transit Manggis mempunyai daily objective thruput kerosene sebesar
502 KL per-hari. Rute nomor 13 yaitu TT Manggis - Depot Benoa - Depot Badas - TT
Manggis membawa kerosene dari TT Manggis sebanyak 768 KL. Rute nomor 12 yaitu
TT Manggis - Depot Ampenan - TT Manggis membawa kerosene sebanyak 1.602 KL.
Rute nomor 9 yaitu TT Manggis - Depot Tanjungwangi - TT Manggis membawa
kerosene sebanyak 2.961 KL. Dari hasil fluktuatif volume tanki timbun kerosene di TT
Manggis maka diperoleh buffer stock ideal sebesar 7.160 KL dan high inventory ideal
sebesar 17.100 KL.
40,000
35,000
30,000
Volume
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Days
Solar Buffer Stock High Inventory
Terminal Transit Manggis mempunyai own demand solar sebesar 49.590 KL,
jika ditambah dengan 3 depot penyalurnya yaitu Depot Benoa, Depot Ampenan dan
Depot Badas maka demand solar yang harus ditanggung terminal transit ini menjadi
77.352 KL. Berdasarkan rute nomor 6 (Kilang Balikpapan TT Manggis - Kilang
Balikpapan), produk solar ini ditransfer dari Kilang Balikpapan menggunakan kapal
jenis GP dengan volume angkut produk solar sebanyak 5.054 KL. Pasokan solar ini
106
ditambah dengan rute nomor 7 yaitu STS Kalbut TT Manggis - STS Kalbut dengan
menggunakan kapal jenis GP sebanyak 19.046 KL, frekuensi 3 kali dan RTD 4,50 hari.
Terminal Transit Manggis mempunyai daily objective thruput solar sebesar
2.224 KL per-hari. Rute nomor 13 yaitu TT Manggis - Depot Benoa - Depot Badas - TT
Manggis membawa solar dari TT Manggis sebanyak 3.209 KL. Rute nomor 12 yaitu TT
Manggis - Depot Ampenan - TT Manggis membawa solar sebanyak 2.488 KL. Dari
hasil fluktuatif volume tanki timbun solar di TT Manggis maka diperoleh buffer stock
ideal sebesar 12.740 KL dan high inventory ideal sebesar 39.800 KL.
5,000
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Days
Premium Buffer Stock High Inventory
5,000
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Days
Kerosine Buffer Stock High Inventory
107
Depot Kupang Solar
15,000
10,000
Volume
5,000
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Days
Solar Buffer Stock High Inventory
Depot Kupang mempunyai own demand premium sebesar 5.261 KL, jika
ditambah dengan 7 depot penyalurnya yaitu Depot Maumere, Depot Waingapu, Depot
Ende, Depot Larantuka, Depot Atapupu, Depot Dilli dan Depot Kalbahi maka demand
premium menjadi 12.214 KL. Berdasarkan rute nomor 1 yaitu Kilang Balikpapan -
Depot Kupang - Kilang Balikpapan, produk premium ini ditransfer menggunakan kapal
jenis GP dengan daya angkut premium sebesar 6.107 KL, frekuensi 2 kali pengiriman
per-bulan dan Round Trip Days 8.53 hari.
Kapal jenis GP ini merapat atau melakukan unloading di Depot Kupang pada
hari ke-1 dan hari ke-10. Depot ini mempunyai daily objective thruput premium sebesar
236 KL per-hari. Rute nomor 2 membawa premium sebanyak 1.092 KL, frekuensi 1
kali per-bulan, dengan jadwal pemberangkatan dari Depot Kupang pada hari ke-2. Rute
nomor 4 membawa premium sebanyak 1313 KL, frekuensi 1 kali per-bulan, dengan
jadwal pemberangkatan dari Depot Kupang pada hari ke-7. Rute nomor 4 dan nomor 2
menggunakan kapal yang sama.
Selain kedua rute di atas rute nomor 3 dan nomor 4 juga merupakan rute yang
berbasis dari depot Kupang. Rute multy-port nomor 3 yaitu Depot Kupang Depot
Waingapu - Depot ende - Depot Larantuka - Depot Kupang membawa premium
sebanyak 1137 KL dengan frekuensi 3 kali per-bulan, dan RTD 6.95 hari. Jadwal
pemberangkatan dari Depot Kupang pada rute nomor 3 yaitu pada hari ke-4, 11 dan 19.
Rute point-to-point nomor 5 yaitu Depot Kupang Depot Atapupu membawa premium
sebanyak 379 KL dengan frekuensi 3 kali per-bulan. Jadwal pemberangkatan dari Depot
Kupang pada rute nomor 5 yaitu pada hari ke-8, 15 dan 22. Dari hasil fluktuatif volume
108
tanki timbun premium di Depot Kupang diperoleh buffer stock ideal sebesar 2,430 KL
dan high inventory ideal sebesar 8.900 KL premium. Jika melihat tanki timbun
eksisiting yang hanya mempunyai safe capacity sebesar 6.098 KL maka besar kapasitas
ini tidak akan memenuhi arus keluar masuk barang yang seharusnya berada di atas high
inventory, kecuali jika buffer stock diturunkan yang semula mampu menahan 6 hari
menjadi 1 hari saja dan ditambah dengan sisa tanki timbun kerosene. Solusi terbaik
adalah dengan menambah kapasitas tanki timbun premium menjadi 9.000 KL.
Mekanisme arus keluar masuk produk kerosene dan solar mengikuti arus premium di
atas.
109
Envelope empat merupakan envelope dengan jumlah titik observasi terbanyak.
Jumlah ini setara dengan jumlah titik observasi yang berada di envelope satu, walaupun
demikian karena faktor geografis Pulau Kalimantan bagian selatan yang mengharuskan
pendistribusian untuk melalui sungai menyebabkan jumlah kapal yang dibutuhkan
envelope empat lebih banyak dari pada jumlah kapal yang dipakai di envelope satu,
khususnya kapal tanker tipe kecil.
Depot Bitung dan Ins Makassar adalah supply point untuk daerah utara dan
selatan Pulau Sulawesi. Depot Bitung menangani 12 depot penyalur sedangkan Instalasi
Makassar melayani 8 depot penyalur. Melihat besarnya cakupan pelayanan depot yang
cukup banyak seharusnya kedua supply point ini memiliki jumlah tanki timbun yang
setara dengan kebutuhan demand, akan tetapi pada kondisi eksisiting kedua depot ini
hanya memiliki kapasitas tampung di bawah 50% dari jumlah total demand.
Envelope empat memiliki ship to ship transfer (STS) di sekitar Kotabaru. STS
Kotabaru ini setara dengan kapal tipe Long Range (LR), dengan kapasitas angkut
sekitar 80.000 DWT. Menurut data yang diperoleh dari bulan Oktober sampai
Desember 2007, kapal ini hanya menimbun jenis produk solar saja. Lokasi kapal ini
bisa berubah-ubah atau bergerak sesuai dengan ketersedian sumber dan titik-titik
distribusinya.
Untuk mempermudah penempatan produk BBM lokal dalam wilayah envelope
empat dilakukan 4 pembagian sub area dengan berdasarkan kedekatan lokasi depot dan
jarak dengan supply point. Keempat sub area tersebut tersebar di Kalimatan Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Untuk memperjelas gambaran
sub area yang dimaksud di atas dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Sub area satu yang tersebar di wilayah utara Pulau Sulawesi terdiri dari 13 titik
observasi yang terdiri dari 1 buah depot utama (Depot Bitung) dan 12 buah sea depot
penyalur. Depot-depot penyalur tersebut yaitu Depot Gorontalo, Depot Moutong, Depot
Parigi, Depot Poso, Depot Ampana, Depot Luwuk, Depot Banggai, Depot Kolonedale,
Depot Tahuna, Depot Ternate, Depot Tobelo dan Depot Labuha. Seluruh produk BBM
sub region satu diperoleh dari Kilang Balikpapan. Sub area satu membutuhkan 103.718
KL BBM yang terdiri dari 32.510 KL premium, 19.876 Kl kerosene dan 51.332 KL
solar.
110
Tabel 3.8 Pembagian Sub Daerah Envelope Empat
SUB AREA 1 SUB AREA 2 SUB AREA 3 SUB AREA 4
1 Depot Bitung 1 Inst. Makassar 1 Depot Balikpapan 1 Depot Banjarmasin
2 Depot Gorontalo 2 Depot Palopo 2 Depot Samarinda 2 Depot Kotabaru
3 Depot Moutong 3 Depot Kendari 3 Depot Tarakan 3 Depot Pulang Pisau
4 Depot Parigi 4 Depot Baubau 4 Depot Toli-Toli 4 Depot Pkl Bun
5 Depot Poso 5 Depot Raha 5 Depot Donggala 5 Depot Sampit
6 Depot Ampana 6 Depot Kolaka 6 Depot Pare-Pare
7 Depot Luwuk 7 Depot Bima
8 Depot Banggai 8 Depot Reo
9 Depot Kolonedale
10 Depot Tahuna
11 Depot Ternate
12 Depot Tobelo
13 Depot Labuha
Sub area yang tersebar di selatan Pulau Sulawesi terdiri dari 1 instalasi (Ins
Makassar) dan 7 sea depot penyalur. Depot-depot penyalur tersebut yaitu Depot Palopo,
Depot Kendari, Depot Bau-bau, Depot Raha, Depot Kolaka, Depot Bima dan Depot
Reo. Depot Pare-pare seharusnya masuk dalam sub area dua yang dipasok dari Instalasi
Makassar, tetapi mengingat jumlah demand yang cukup besar di Depot Pare-pare dan
kapasitas tampung yang tidak memadai di Ins Makssar maka supply point Depot Pare-
pare dialihkan pendistribusiannya ke Kilang Balikpapan, sehingga yang semula masuk
dalam sub area dua beralih menjadi sub area tiga. Sub area dua membutuhkan 137.105
KL BBM yang terdiri dari 52.408 KL premium, 25.597 Kl kerosene dan 59.100 KL
solar. Supply BBM di sub region dua diperoleh dari Kilang Balikpapan.
Sub are tiga tersebar di sekitar timur sampai timur laut Pulau Kalimantan terdiri
dari 1 inland depot penyalur (Depot Balikpapan) dan 5 sea depot penyalur. Lima depot
penyalur tersebut yaitu Depot Pare-pare, Depot Samarinda, Depot Tarakan, Depot Toli-
toli, dan Depot Donggala. Sub area tiga membutuhkan 206.430 KL BBM yang terdiri
dari 58.550 KL premium, 25.526 Kl kerosene dan 122.353 KL solar. Depot Balikpapan
di transfer dengan menggunakan moda distribusi pipa dari Kilang Balikpapan,
sedangkan depot lainnya ditransfer dengan menggunakan kapal tanker.
Sub area empat tersebar di selatan Pulau Sulawesi terdiri dari 5 sea depot
penyalur. Depot-depot penyalur tersebut yaitu Depot Kotabaru, Depot Banjarmasin,
Depot Pangkalan Bun, Depot Pulau Pisau, dan Depot Sampit. Karena medan yang
dilalui berupa sungai, maka sub area ini banyak menggunakan kapal tipe LIGHTER,
sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan tipe kapal yang lebih besar. Sub
111
area empat membutuhkan 158.601 KL BBM yang terdiri dari 40.784 KL premium,
26.183 Kl kerosene dan 91.633 KL solar. Supply BBM di sub region empat diperoleh
dari Kilang Balikpapan. STS Kotabaru digunakan untuk memudahkan pendistribusian
BBM , terutama produk solar di wilayah ini.
Tahuna
Tarakan
Reo
Bima
112
Depot Banjarmasin mendapat pasokan premium dan kerosene dari Kilang
Balikpapan, sedangkan pasokan solar diperoleh dari STS Kotabaru. Premium dan
kerosene dari depot ini seharusnya di supply dari Depot Kotabaru yang merupakan
supply point sub area empat, tetapi karena keterbatasan tanki timbun yang dimiliki
Depot Kotabaru, maka supply premium dan solar dialihkan ke Kilang Balikpapan.
Depot Pulau Pisau, Depot Pangkalan Bun dan Depot Sampit memperoleh pasokan
premium dan kerosene dari Depot Kotabaru, sedangkan pasokan solar didatangkan dari
STS Kotabaru.
Depot Bitung
Samarinda
UP V
Banjarmasin
KILANG BALIKPAPAN
P. Pisau
113
Moutong Parigi Poso Ampana
PREMIUM STS
Gorontalo
KEROSINE SEA DEPOT
SOLAR RTW
PKS PIPA
UP V Ternate
KILANG JOBBER
KILANG BALIKPAPAN
TERM TRANSIT, DEP UTAMA, INSTALASI
Bima Reo
Gambar 3.26 Flow of Material BBM Depot Bitung dan Depot Makassar
Sumber: Hasil Pengolahan
114
Tahuna MR
Tarakan
GP
SMALL 2
SMALL 1
1
LIGHTER
Kotabaru
Toli Toli Bitung Tobelo
Gorontalo
Moutong
Ternate
Samarinda
Parigi Labuha
17 Ampana Luwuk
BALIKAPAPAN
Poso
Banggai
Sampit 8
Pkl.Bun P. Pisau Kolonedale
Palopo
Pare-pare
Kotabaru Kendari
Kolaka
24
Raha
STS KOTABARU
7 Bau Bau
WAYAME
Makassar
KUPANG
Reo
Bima
TJG MANGGIS
Gambar 3.27 Rute Supply dan Distribusi BBM Depot Utama di Envelope Empat
Sumber: Hasil Pengolahan
Kapal jenis kecil seperti SMALL 1, SMALL 2 dan LIGHTER banyak digunakan
untuk mensuppy BBM ke depot-depot penyalur. Pola distribusi multy-port dengan kapal
jenis SMALL 1 dipakai pada rute nomor 5 yaitu Depot Bitung - Depot Tahuna - Depot
Tobelo - Depot Labuha - Depot Bitung yang membawa 3.357 KL BBM dengan RTD
7,64 hari dan rute nomor 12 yaitu Ins Makassar - Depot Bima - Depot Reo - Ins
Makassar yang membawa 3.251 KL BBM dengan RTD 6.47 hari.
Pola distribusi multy-port dengan kapal jenis SMALL 2 digunakan di sub area
satu dan dua dengan jumlah 2 buah rute di masing-masing sub area. Rute nomor 3 yang
memiliki RTD 9,08 hari (Depot Bitung - Depot Moutong - Depot Parigi - Depot Poso -
Depot Ampana - Depot Bitung) dan rute nomor 4 yang memiliki RTD 7,88 hari (Depot
Bitung - Depot Luwuk - Depot Banggai - Depot Kolonedale - Depot Bitung), berada di
sub area satu. Rute nomor 10 yang memiliki RTD 6,07 hari (Ins Makassar - Depot
Palopo - Depot Kolaka - Ins Makassar) dan rute nomor 11 yang memiliki RTD 7,62 (Ins
Makassar - Depot Kendari - Depot Baubau - Depot Raha - Ins Makassar ),berada di sub
region dua.
115
Tabel 3.9 Rute Supply dan Distribusi Envelope Empat
NO ROUTE P K S TOTAL OC Type RTD frek TOTAL $/KL Rp/Lt UTILITAS
1 Balikpapan Bitung Balikpapan 10,837 6,625 17,111 34,573 77% MR 7.40 2 14.79 3.74 28 22.19
2 Bitung Gorontalo Bitung 1,718 841 2,406 4,966 76% SMALL 2 3.73 0.00 4.14 31 11.20
3 Bitung Moutong Parigi Poso Ampana Bitung 2,131 964 2,511 5,606 86% SMALL 2 9.08 3 27.25 9.27 70 18.17
4 Bitung Luwuk Banggai Kolonedale Bitung 1,388 972 2,008 4,368 67% SMALL 2 7.88 2 15.76 8.04 61 15.76
5 Bitung Tahuna Tobelo Labuha Bitung 1,020 809 1,528 3,357 96% SMALL 1 7.64 2 15.28 10.32 78 15.28
6 Bitung Ternate Bitung 1,214 1,138 3,988 6,341 98% SMALL 2 3.31 2 6.62 2.80 21 6.62
7 Balikpapan Makasar Balikpapan 9,382 4,019 10,720 24,121 96% GP 5.29 5 26.46 2.37 18 26.46
8 Balikpapan Makasar Balikpapan 1,100 1,100 1,100 3,300 94% SMALL 1 4.65 5 23.25 5.93 45 23.25
9 Balikpapan Pare-Pare Balikpapan 2,874 1,164 1,891 5,928 91% SMALL 2 4.21 5 21.05 3.95 30 21.05
10 Makasar Palopo Kolaka Makasar 2,289 1,105 2,715 6,109 94% SMALL 2 6.07 4 24.27 6.02 45 24.27
11 Makasar Kendari Baubau Raha Makasar 1,984 1,223 2,632 5,839 90% SMALL 2 7.62 4 30.49 7.66 58 30.49
12 Makasar Bima Reo Makasar 949 703 1,599 3,251 93% SMALL 1 6.47 4 25.87 8.63 65 25.87
13 Balikpapan Samarinda Balikpapan 930 414 1,921 3,265 50% (2) SMALL 1 2.88 10 28.83 3.47 26 28.83
14 Balikpapan Tarakan Toli-Toli Donggala Balikpapan 4,783 2,282 11,777 18,843 75% GP 8.85 3 26.56 5.79 44 26.56
15 Balikpapan Banjarmasin Balikpapan 2,940 1,527 3,298 94% (2) SMALL 1 5.23 4.5 23.51 6.84 52 23.51
16 STS Kt Baru Banjarmasin STS Kt Baru 3,022 3,022 86% (2) SMALL 1 4.32 6 23.74 5.54 42 23.74
17 Balikpapan Kotabaru Balikpapan 4,774 4,145 8,106 17,025 68% GP 4.08 3 12.25 2.48 19 12.25
18 Kotabaru P Pisau Kotabaru 994 990 2,889 83% SMALL 1 4.59 5 22.96 5.93 45 22.96
19 STS Kt Baru P Pisau STS Kt Baru 1,286 1,286 103% LIGHTER 4.59 6 27.55 11.19 85 27.55
20 Kotabaru Pkl Bun Kotabaru 216 157 1,111 89% (3) LIGHT 5.87 4 25.23 14.77 112 25.23
21 STS Kt Baru Pkl Bun STS Kt Baru 1,199 1,199 96% (2) LIGHT 5.87 4 23.47 14.77 112 23.47
22 Kotabaru Sampit Kotabaru 293 216 0 1,101 88% (3) LIGHT 5.13 4 22.07 12.71 96 22.07
23 STS Kt Baru Sampit STS Kt Baru 962 962 77% (2) LIGHT 5.13 4 20.53 12.71 96 20.53
24 Balikpapan STS Kt Baru Balikpapan 22,439 22,439 90% GP 4.08 3 12.25 2.30 17 12.25
TOTAL 51,817 30,397 100,920 184,199 134 95 500 171 1,295
RATA-RATA 86% 6 4 21 7 54 70%
116
Kebutuhan PKS Depot Gorontalo dan Depot Ternate yang termasuk dalam sub
areal satu dipasok dari Depot Bitung dengan menggunakan pola distribusi point-to-
point. Kebijakan ini diambil karena kedua depot tersebut mempunyai demand yang
lebih besar dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan depot-depot penyalur di
sekitarnya, sehingga lebih efektif dan efisien jika kedua depot ini terpisah dari depot
penyalur lainya.
Tahuna
Tarakan 5
2
Toli Toli Bitung 6 Tobelo
14
Moutong Gorontalo
Ternate
Samarinda
3
13
Parigi Labuha
Luwuk 4
BALIKAPAPAN
22 15 Poso
Banggai
20 Sampit P. Pisau 16 Kolonedale
Pkl.Bun 18 9
Palopo
Pare-pare
Kendari
Kolaka
19, 21, 23
Makassar Raha
10 MR
Bau Bau
GP
SMALL 2
11 SMALL 1
LIGHTER
12
Bima Reo
Produk solar yang distribusikan dari STS Kotabaru ke Depot Pangkalan Bun,
Depot Pulau Pisau dan Depot Sampit menggunakan kapal tipe LIGHTER dengan pola
distribusi point-to-point. Pola distribusi dan jenis kapal yang sama digunakan juga pada
produk premium dan kerosene yang di transfer dari Depot Kotabaru, kecuali untuk rute
nomor 18 yaitu Depot Kotabaru - Depot Pulau Pisau - Depot Kotabaru menggunakan
tipe kapal SMALL 1.
Freight cost tertinggi yang ada di envelope empat adalah rute point-to-point
nomor 20 (Depot Kotabaru - Depot Pangkalan Bun - Depot Kotabaru) dan rute point-to-
point nomor 21 (STS Kotabaru - Depot Pankalan Bun - STS Kotabaru) dengan
menggunakan kapal tipe LIGHTER sebesar $ 14,77 per KL atau Rp 112,- per liter.
117
Besarnya biaya ini diakibatkan oleh faktor jarak yang cukup jauh dan menggunakan
moda kapal tanker yang kecil. Besarnya kapasitas kapal berbanding terbalik dengan
ongkos distribusi.
Envelope empat menggunakan 32 buah kapal untuk melayani 24 rute perjalanan.
Tiga puluh dua kapal tersebut terdiri dari 1 buah kapal jenis MR, 3 buah kapal jenis
GP, 7 buah kapal jenis SMALL 2, 10 buah kapal jenis SMALL 1, dan 11 buah kapal
jenis LIGHTER. Jumlah kapal yang dipakai pada pola distribusi baru lebih sedikit jika
dibandingkan pola distribusi lama atau eksisiting yang menggunakan 38 kapal dengan
komposisi 5 buah kapal jenis GP, 6 buah kapal jenis SMALL 2, 14 buah kapal jenis
SMALL 1, dan 13 buah kapal jenis LIGHTER.
Pengurangan kapal terjadi pada kapal jenis GP sebanyak 2 buah, kapal jenis
SMALL 1 sebanyak 4 buah dan kapal jenis LIGHTER sebanyak 2 buah. Penambahan
kapal terjadi pada kapal jenis MR sebanyak 1 buah dan kapal jenis SMALL 2 sebanyak
1 buah. Walaupun terjadi pengurangan dan penambahan jumlah armada kapal di dalam
envelope empat, jika dihitung berdasarkan ongkos sewa kapal yang beroperasi di
envelope empat maka terjadi penghematan sebesar $ 576.232. Sebelum menggunakan
pola baru atau kondisi eksisting biaya yang diperlukan adalah sebesar $ 5.165.452,
sedangkan dengan pola baru biaya yang dibutuhkan adalah $ 4.589.220.
Round Trip Days pola distribusi baru di envelope empat berjumlah 508 hari
dengan utilitas kapal tanker sebesar 71%. Prosentase ini menggambarkan bahwa rata-
rata kapal di wilayah ini mempunyai waktu instirahat selama 9 hari. Sisa waktu tersebut
dipakai untuk mendistribusikan produk avtur, minyak industri, atau barrier jika terjadi
perubahan jalur akibat terganggunya arus distribusi produk di supply point.
Tingkat occupacy kapal di envelope empat mencapai 86%, lebih tinggi dari batasan
yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 45%.
118
Depot Bitung dan Instalasi Makassar adalah prioritas utama penambahan tanki
timbun di envelope empat, karena kedua lokasi ini merupakan supply point yang
bertugas menyalurkan BBM ke depot-depot penyalur yang ada di sekitarnya. Depot
Bitung mensupply kebutuhan BBM di wilayah Sulawesi Utara, sedangkan Instalasi
Makassar mensupply kebutuhan BBM di wilayah Sulawesi Selatan. Selain itu kedua
lokasi ini direkomendasikan untuk dijadikan lokasi penempatan buffer atau barrier
untuk envelope empat. Dengan penambahan kapasitas tanki timbun di Depot Bitung dan
Instalasi Makassar diharapkan kedua lokasi ini akan berfungsi sebagai titik supply dan
lokasi buffer demand envelope empat.
Depot Bitung direkomendasikan melakukan penambahan tanki timbun produk
solar sebesar 28.000 KL atau 7.300 KL lebih besar dari kondisi semula, sedangkan
komposisi tanki timbun kerosene dan premium di rubah yang semula tanki timbun
kerosene berjumlah 5 buah menjadi 4 buah sehingga kapasitas timbun menjadi 12.722
KL, sedangkan premium yang semula berjumlah 6 tanki menjadi 7 tanki dengan total
kapasitas tampung 19.000 KL.
Intalasi Makssar direkomedasikan umtuk melakukan penambahan kapasitas
tanki timbun pada produk premium dan solar. Produk premium membutuhkan tambahan
kapasitas timbun sebesar 5.400 KL, sedangkan produk solar membutuhkan tambahan
kapasitas timbun sebesar 1.200 KL.
Depot Pangkalan Bun direkomendasikan melakukan penambahan kapsitas tanki
timbun produk premium dan solar, sedangkan Depot Banjarmasin pada tanki timbun
produk premium. Untuk memperjelas besar volume penambahan dan perubahan tanki
timbun dimasing-masing depot dalam envelope empat dapat dilihat pada Lampiran D
yang terdapat pada bagian akhir laporan ini.
119
Instalasi Makassar Premium
20,000
15,000
Volume
10,000
5,000
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Days
5,000
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Days
Kerosine Buffer Stock High Inventory
20,000
15,000
Volume
10,000
5,000
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Days
Instalasi Makassar mempunyai own demand premium sebesar 31.516 KL, jika
ditambah dengan 7 depot penyalurnya yaitu Depot Palopo, Depot Kendari, Depot Bau-
bau, Depot Raha, Depot Kolaka, Depot Bima dan Depot Reo, maka demand premium
yang harus ditanggung oleh instalasi ini menjadi 52.408 KL. Berdasarkan rute nomor 7
dan rute nomor 8, produk premium ini ditransfer dari Kilang Balikpapan dengan
120
menggunakan 2 buah kapal tanker yang berlainan jenis, yaitu kapal jenis GP dan kapal
jenis SMALL 1 dengan masing-masing volume angkut 9.382 KL untuk kapal jenis GP
dan 1.100 KL untuk kapal jenis SMALL 1. Frekuensi kedua kapal ini sebanyak 5 kali
per-bulan, sedangkan waktu Round Trip Days Kilang Balikpapan sampai Instalasi
Makassar membutuhkan 5,29 hari untuk kapal jenis GP dan 4,65 hari untuk kapal jenis
SMALL 1.
Kapal jenis GP melakukan unloading di Ins Makassar pada hari ke-1, 7, 13, 19
dan 25, sedangkan kapal tipe SMALL 1 pada hari ke-2, 7, 12, 17 dan 22. Depot ini
mempunyai daily objective thruput premium sebesar 1413 KL per-hari. Rute nomor 10
membawa premium sebanyak 2.289 KL dengan frekuensi 4 kali per-bulan, sehingga
pemberangkatan dari Ins Makassar terjadwal pada hari ke-6, 12,18, 19, dan 25. Rute
nomor 11 membawa premium sebanyak 1.984 KL dengan frekuensi 4 kali per-bulan,
sehingga pemberangkatan dari Ins Makassar terjadwal pada hari ke-2, 9, 16, dan 23.
Rute nomor 12 membawa premium sebanyak 949 KL dengan frekuensi 4 kali per-
bulan, sehingga pemberangkatan dari Ins Makassar terjadwal pada hari ke-3, 10, 16, dan
23. Rute nomor 10, 11 dan 12 menggunakan pola distribusi multy-port .
Dari hasil fluktuatif volume tanki timbun premium di Instalasi Makassar maka
diperoleh buffer stock ideal sebesar 6.932 KL dan high inventory ideal sebesar 18.500
KL premium. Mekanisme arus keluar masuk produk kerosene dan solar mengikuti arus
premium di atas.
15,000
Volume
10,000
5,000
-
1
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Days
121
Depot Bitung Kerosine
15,000
10,000
Volume
5,000
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Days
25,000
20,000
Volume
15,000
10,000
5,000
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Days
Solar Buffer Stock High Inventory
Depot Bitung mempunyai own demand premium sebesar 15.848 KL, jika
ditambah dengan 12 depot penyalurnya yaitu Depot Gorontalo, Depot Moutong, Depot
Parigi, Depot Poso, Depot Ampana, Depot Luwuk, Depot Banggai, Depot Kolonedale,
Depot Tahuna, Depot Ternate, Depot Tobelo dan Depot Labuha, maka demand
premium menjadi 32.510 KL. Berdasarkan rute nomor 1, produk premium di depot ini
ini ditransfer dari Kilang Balikpapan dengan kapal jenis MR. Volume produk premium
yang di angkut oleh kapal jenis MR ini berjumlah 10.837 KL dengan frekuensi 3 kali
per-bulan dan waktu Round Trip Days 7,40 hari.
Kapal jenis MR yang berasal dari Kilang Balikpapan ini melakukan unloading
produk premium di Depot Bitung pada hari ke-1, 8 dan 16. Depot ini mempunyai daily
objective thruput premium sebesar 711 KL per-hari. Rute nomor 2 membawa premium
dari Depot Biutng sebanyak 1.718 KL dengan frekuensi 3 kali per-bulan, sehingga
pemberangkatan dari Depot Bitung terjadwal pada hari ke-1, 9, dan 19. Rute nomor 6
122
membawa premium sebanyak 1.214 KL dengan frekuensi 2 kali per-bulan, sehingga
pemberangkatan dari Ins Makassar terjadwal pada hari ke-8 dan 15. Rute nomor 2 dan
rute nomor 6 menggunakan pola point-to-point.
Rute nomor 3 membawa premium sebanyak 2131 KL dengan frekuensi 2 kali
per-bulan dan RTD 9,08 hari, sehingga pemberangkatan dari Depot Bitung terjadwal
pada hari ke-3 dan 18. Rute nomor 4 membawa premium sebanyak 1388 KL dengan
frekuensi 2 kali per-bulan dan RTD 7,88 hari, sehingga pemberangkatan dari Depot
Bitung terjadwal pada hari ke-5 dan 14. Rute nomor 5 membawa premium sebanyak
1020 KL dengan frekuensi 2 kali per-bulan dan RTD 7,64 hari, sehingga
pemberangkatan dari Depot Bitung terjadwal pada hari ke-7 dan 17. Rute nomor 2, 3
dan 4 menggunakan pola distribusi multy-port .
Dari hasil fluktuatif volume tanki timbun premium di Depot Bitung maka
diperoleh buffer stock ideal sebesar 6.456 KL dan high inventory ideal sebesar 18.648
KL premium. Mekanisme arus keluar masuk produk kerosene dan solar mengikuti arus
premium di atas.
123
Tabel 3.10 Pembagian Sub Daerah Envelope Lima
SUB AREA 1 SUB AREA 2 SUB AREA 3
1 Depot Jayapura 1 Depot Sorong 1 T.T. Wayame
2 Depot Biak 2 Depot Manokwari 2 Depot Merauke
3 Depot Serui 3 Depot Nabire 3 Depot Tual
4 Depot Masohi
5 Depot Saumlaki
6 Depot Bula
7 Depot Sanana
8 Depot Dobo
9 Depot Namlea
10 Depot Fak-Fak
11 Depot Kaimana
12 Jobber Timika
Sub area satu atau sub area Jayapura terdiri dari 3 buah sea depot, yaitu Depot
Jayapura, Depot Biak, dan Depot Serui. Seluruh produk BBM sub region satu diperoleh
dari TT Wayame. Sub area satu membutuhkan 23.232 KL BBM yang terdiri dari 7.636
KL premium, 3.292 Kl kerosene dan 12.304 KL solar.
Sub area dua atau sub area Sorong terdiri dari 3 buah sea depot yaitu Depot
Sorong, Depot Nabire, dan Depot Manokwari. Sub area dua membutuhkan 24.339 KL
BBM yang terdiri dari 5.507 KL premium, 2.954 Kl kerosene dan 15.878 KL solar.
Sumber pasokan PKS untuk Depot Nabire, dan Depot Manokwari dipasok seluruhnya
dari Kilang Kasim-Sorong. Depot Sorong memperoleh produk premium dan kerosene
dari Kilang Kasim-Sorong, sedangkan produk solar diperoleh dari TT Wayame.
Sub are tiga di Maluku dan Irian Jaya Selatan terdiri dari 1 buah terminal transit
(TT Wayame), 10 buah sea depot dan 1 buah jober (Jobber Timika). Sepuluh sea depot
tersebut adalah Depot Merauke, Depot Tual, Depot Tual, Depot Masohi, Depot
Saumlaki, Depot Bula, Depot Sanana, Depot Dobo, Depot Namlea, Depot Fak-fak dan
Depot Kaimana. Sub area tiga membutuhkan 52.970 KL BBM yang terdiri dari 10.004
KL premium, 8.588 Kl kerosene dan 34.378 KL solar. Demand depot penyalur dalam
sub area tiga seluruhnya di pasok dari TT Wayame.
124
diperoleh seluruhnya dari Kilang Balikpapan. Sebagian besar depot-depot penyalur
yang berada di envelope lima dipasok dari terminal transit yang terletak di Ambon ini.
Premium
Solar
Tobelo
Kerosine
PKS
Ternate
Labuha
Sorong Manokwari
Biak
Sanana
Serui
Fak-fak
Bula
Masohi
Jayapura
Kaimana Nabire
Namlea
Jobber Timikai
Tual
Dobo
BALIKPAPAN
Meraukei
Saumlaki
125
UP VII Manokwari Nabire
KILANG KASIM
Sorong
UP V
KILANG BALIKPAPAN T.T Wayame Tual Dobo Saumlaki
PREMIUM STS
Fak-Fak Bula
KEROSINE SEA DEPOT
SOLAR RTW
PKS PIPA
Namlea Sanana
KILANG JOBBER
Masohi
126
Tabel 3.11 Rute Supply dan Distribusi Envelope Lima
NO ROUTE P K S TOTAL OC Type RTD frek TOTAL $/KL Rp/Lt UTILITAS
1 Balikpapan Wayame Balikpapan 8,820 5,940 26,828 41,588 92% MR 9.81 2 19.61 6.09 46 19.61
2 Wayame Jayapura Serui Biak Wayame 7,636 3,292 12,304 23,232 93% GP 13.06 1 13.06 11.02 83 26.13
3 Biak Jayapura Biak 462 172 1,008 2,824 81% SMALL 1 4.86 6 29.16 7.24 55 29.16
4 Kasim Manokwari Nabire Kasim 927 385 1,158 2,470 71% SMALL 1 6.38 3 19.13 9.78 74 19.13
5 Kasim Sorong Kasim 890 616 4,165 5,671 87% SMALL 2 2.40 2 4.80 2.10 16
6 Wayame Sorong Wayame 3,533 3,533 54% SMALL 2 4.72 2 9.44 7.64 58 18.88
7 Wayame Kaimana Timika Merauke Wayame 1,672 846 3,811 6,328 97% SMALL2 11.51 2 23.01 13.40 101 23.01
8 Wayame Tual Dobo Saumlaki Wayame 1,041 1,485 7,624 10,150 41% GP 10.51 1 10.51 8.63 65
9 Tual Dobo Tual 55 654 709 57% LIGHTER 3.16 3 9.48 7.16 54 9.48
10 Wayame Fak-fak Bula Wayame 644 692 889 2,225 64% SMALL 1 6.00 1 6.00 9.12 69
11 Wayame Namlea Sanana Wayame 752 687 931 2,370 68% SMALL 1 4.91 1 4.91 7.34 55
12 Wayame Masohi Wayame 310 459 357 1,125 32% SMALL 1 3.08 2 6.17 10.19 77 12.33
TOTAL 23,209 14,573 63,262 102,225 80 26 155 100 754
RATA-RATA 70% 7 2 13 8 63 65%
127
Depot Biak yang berfunsi ganda sebagai tanki timbun bayangan menggunakan
kapal jenis SMALL 1 untuk memasok PKS ke Depot Jayapura, sedangkan Depot Tual
menggunakan kapal tipe LIGHTER untuk memasok produk premium dan solar ke
Depot Dobo.
Kapal jenis kecil seperti SMALL 1, SMALL 2 dan LIGHTER efektif dan efisien
digunakan dalam envelope lima, karena demand yang dimiliki masing-masing depot
tidak terlalu besar. Multy-port dengan menggunakan kapal jenis SMALL 2 dilakukan
pada rute nomor 7 yaitu TT Wayame - Depot Kaimana - Jobber Timika - Depot
Merauke - TT Wayame, freight cost rute multy-port ini merupakan rute yang termahal
dari seluruh rute yang ada di envelope lima sebesar $ 13.40 per Kl atau sebesar Rp 101,-
per liter. Besarnya biaya ini diakibatkan oleh banyaknya biaya pelabuhan atau
portcharge ketika kapal merapat di dermaga. Walaupun demikian freight cost yang
dihasilkan pola multy-port ini masih lebih murah jika dibandingkan pola distribusi
point-to-point, karena dengan menggunakan pola distribusi point-to-point jumlah kapal
akan bertambah. Penambahan armada kapal akan memperbesar biaya operasional.
MR
GP
Tobelo
SMALL 2
SMALL 1
LIGHTER
Ternate
2
3
Labuha
5
Sorong
4
Biak
Manokwari
Sanana 6
Masohi Serui
11 Fak-fak
Bula
Jayapura
12
10
Kaimana Nabire
Namlea
Jobber Timikai
8
7
Tual
1 Dobo
9
BALIKPAPAN
Meraukei
Saumlaki
128
Envelope lima menggunakan 8 buah kapal untuk melayani 12 rute perjalanan.
Dalam envelope lima terdapat 7 buah rute yang menggunakan kapal yang sama. Rute
kapal tersebut adalah rute nomor 2 dan 6 menggunakan kapal GP, rute nomor 5 dan 6
menggunakan kapal SMALL 2 dan rute nomor 10, 11 dan 12 menggunakan kapal
SMALL 1. Delapan kapal tersebut terdiri dari 1 buah kapal jenis MR, 1 buah kapal
jenis GP, 2 buah kapal jenis SMALL 2, 3 buah kapal jenis SMALL 1, dan 1 buah kapal
jenis LIGHTER. Jumlah kapal yang dipakai pada pola distribusi baru ini lebih sedikit
jika dibandingkan pola distribusi lama atau eksisiting yang tercatat di bulan Oktober
sampai Desember 2007. Pola distribusi lama menggunakan 14 kapal yang terdiri dari 2
buah kapal jenis MR, 2 buah kapal jenis GP, 2 buah kapal jenis SMALL 2, 6 buah kapal
jenis SMALL 1, dan 2 buah kapal jenis LIGHTER
Melihat perbandingan jumlah kapal diatas terlihat terjadinya penghematan
sebanyak 6 buah kapal yang terdiri dari 1 buah kapal jenis MR, 1 buah kapal jenis GP, 3
buah kapal jenis SMALL 1, dan 1 buah kapal jenis LIGHTER. Jika dihitung biaya sewa
maka penghematan ini menghemat biaya sebesar $ 1.254.846 atau Rp 11.670.069.096,-.
Pola lama membutuhkan biaya sebesar $ 2.833.002, sedangkan pola baru memerlukan
dana sebesar $1.578.156.
Round Trip Days pola distribusi baru berjumlah 155 hari dan utilitas kapal
tanker yang beroperasi di envelope tiga adalah sebesar 65%. Prosentase ini
menggambarkan bahwa rata-rata kapal di wilayah ini mempunyai waktu instirahat
selama 10 hari. Sisa waktu tersebut dipakai untuk mendistribusikan produk avtur,
minyak industri, atau barrier jika terjadi perubahan jalur akibat terganggunya arus
distribusi produk di supply point.
Tingkat occupacy kapal di envelope tiga mencapai 70%, prosentase ini cukup baik
mengingat berada di atas batasan yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 45%.
129
Depot Jayapura dan Depot Dobo adalah prioritas utama depot yang
direkomendasikan untuk melakukan penambahan tanki timbun, karena depot ini
mempunyai jumlah tanki timbun yang tidak memadai dengan demand yang terjadi di
areal pemasarannya. Berdasarkan flow of material seharusnya kedua depot ini mendapat
supply seluruh produk BBM langsung dari TT Wayame, tetapi dikarenakan kapasitas
timbun yang tidak memadai tadi maka dilakukan peembuatan tanki timbun bayangan di
Depot Biak untuk mengatasi kebutuhan BBM Depot Jayapura dan Depot Tual untuk
mengatasi kebutuhan BBM Depot Dobo. Penentuan kedua depot bayangan ini
dilakukan berdasarkan kedekatan jarak dan sisa kapasitas timbun yang cukup besar di
kedua depot. Dengan penambahan tanki timbun di Depot Jayapura dan Depot Dobo
diharapkan perubahan kapasitas timbun untuk Depot Biak dan Depot Tual tidak harus
dilakukan dan akan mengurangi jumlah kapal tanker yang beroperasi di envelope lima.
Untuk memperjelas volume penambahan dan perubahan tanki timbun dimasing-masing
depot dapat dilihat pada Lampiran E yang terdapat pada bagian akhir laporan ini.
6,000
Volume
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
-
1
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Days
130
Terminal Transit Wayame Kerosine
8,000
7,000
6,000
5,000
Volume
4,000
3,000
2,000
1,000
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Days
40,000
35,000
30,000
Volume
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Days
131
thruput premium sebesar 162 KL per-hari. Rute nomor 2 membawa premium sebanyak
7.636 KL dengan 1 kali pengiriman per-bulan pada hari ke-1. Rute nomor 8 membawa
premium sebanyak 1041 KL dengan 1 kali pengiriman per-bulan pada hari ke-14. Rute
nomor 2 dan nomor 8 menggunakan kapal jenis GP yang sama. Rute nomor 7
membawa premium sebanyak 1672 KL dengan 2 kali pengiriman per-bulan pada hari
ke-2 dan 12. Rute nomor 10 membawa premium sebanyak 644 KL dengan 1 kali
pengiriman per-bulan pada hari ke-3. Rute nomor 11 membawa premium sebanyak 752
KL dengan 1 kali pengiriman per-bulan pada hari ke-13. Rute nomor 12 membawa
premium sebanyak 310 KL dengan 2 kali pengiriman per-bulan pada hari ke-9 dan 18.
Rute nomor 10, 11 dan 12 menggunakan kapal jenis SMALL 1 yang sama Dari hasil
fluktuatif volume tanki timbun premium di TT Wayame maka diperoleh buffer stock
ideal sebesar 3.432 KL dan high inventory ideal sebesar 15.432 KL. Mekanisme arus
keluar masuk produk kerosene dan solar mengikuti arus premium di atas.
132
Tabel 3.12 Perbandingan Jumlah Kapal Distribusi Eksisting dan Envelope
SEBELUM ENVELOPE (EKSISTING)
MR GP SMALL 2 SMALL 1 LIGHTER SUM Cost Sewa Kapal / bln
Envelope 1 3 6 8 24 8 49 Rp 75,709,140,582
Envelope 2 1 6 0 2 1 10 Rp 25,224,540,096
Envelope 3 2 3 3 3 0 11 Rp 26,105,579,176
Envelope 4 0 5 9 15 5 34 Rp 48,061,324,793
Envelope 5 2 2 2 6 2 14 Rp 26,346,921,193
SUM 8 22 22 50 16 118 Rp 201,447,505,839
SESUDAH ENVELOPE
MR GP SMALL 2 SMALL 1 LIGHTER SUM Cost Sewa Kapal / bln
Envelope 1 2 2 8 13 2 27 Rp 43,018,473,193
Envelope 2 1 5 0 2 0 8 Rp 21,597,466,838
Envelope 3 3 5 5 4 1 18 Rp 41,525,873,272
Envelope 4 1 3 7 10 11 32 Rp 42,679,745,182
Envelope 5 1 1 2 3 1 8 Rp 14,676,852,096
SUM 8 16 22 32 15 93 Rp 163,498,410,581
Penghematan kapal berjumlah 25 kapal tanker atau sekitar 21% dari kondisi
semula. Jumlah penghematan dan prosentase ini belum ditambah dengan beberapa rute
eksisting yang tidak tercatat pada envelope tiga. Dua puluh lima kapal tersebut terdiri
dari 6 buah kapal jenis GP, 18 buah kapal jenis SMALL 1 dan 1 buah kapal jenis
LIGHTER. Jika menggunakan asumsi standar sewa kapal per-jenis yang diperoleh dari
PT.PERTAMINA (Persero), maka didapat penghematan sebesar $ 4.080.548 atau Rp
37.949.095.259.- per-bulan. Jika mengasumsikan distribusi pola envelope berjalan
selama 1 tahun, maka didapat penghematan sebesar Rp 455.389.143.102.-.
133
1. Depot Sabang
2. TT.Tanjung Uban
3. TT.Tanjung Gerem
1
SABANG 4. TTU Balongan
KRUENG RAYA 5. STS Kalbut
LHOK SEUMAWE
6. TT. Manggis
7. Ins Makassar
8. Depot Bitung
UP. I - PKL. BRANDAN P. NATUNA
MEULABOH
TARAKAN TAHUNA
LAB. DELI
9. TT. Wayame
SIBOLGA
BITUNG
G. SITOLI
SIAK
UP. II - DUMAI P. BATAM
TOLI - TOLI 8 TOBELO
TERNATE
2
SINGAPOR BONTANG GORONTALO
E SINTANG MOUTONG
TJ.UBAN
TT. TLK. PONTIANAK SAMARINDA
DONGGALA SUBUNG BIAK
KABUNG P. SAMBU PABUHA SORONG
BALIKPAPAN POSO
JAMBI
MANOKWARI
PARIGI LUWUK TT.
CILIK RIWUT SANANA SERUI
SAMPIT WAY AME
KOLONDALE
BENGKULU
UP. III - PLAJU PKL.BUN P. PISANG
PALOPO
BANGGAI
KENDARI
NAMLEA
9 BULA
MASOHI
JAYAPURA
RAHA
PANJANG
KOTA
T. SEMANGKA
BARU
7
UJ.
BAU -BAU
DOBO
3TT.
TG. GEREM/MERAK
PLUMPANG
4 SEMARANG CAMPLONG
PANDANG TUAL
UP. IV
SURABAYA
5 STS KALBUT
MENENG
BADUN MAUMERE
KALABAHI
MERAUKE
CILACAP
6
TT. TLK
AMPENAN
G
BIMA
REO
END
L. TUKA
DILI
SAUMLAKI
MANGGIS E ATAPUPU
WAINGAPU
Rencana lokasi buffer stock
KUPANG
134