LINGKUNGAN (56)
Alam (29)
Sumber Daya Air (13)
SABTU, 31 MEI 2014
kepentingan perencanaan saluran drainase. Hasil perhitungan debit rencana bukan hanya
digunakan sebagai acuan ketika merencanakan saluran drainase yang baru, tapi juga
berguna ketika mengevaluasi saluran drainase yang sudah ada (permanen), apakah masih
dapat menampung debit rencana maksimum atau tidak ? Debit rencana itu diibaratkan
sebuah ambang batas maksimum, sehingga dijadikan sebagai acuan. Artinya debit saluran
itu nilainya harus lebih kecil atau sama dengan nilai debit rencana.
Nah berikut ini akan dibahas bagaimana cara mengukur dan menghitung debit
saluran terbuka yang bentuk salurannya seragam (misalnya, empat persegi panjang atau
Sediakan sebilah kayu atau besi yang ukurannya representatif untuk ditancapkan ke dalam
Sediakan papan data dan alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran
Langkah-langkah pengukuran :
Tentukan saluran (got) mana yang akan diukur debitnya. Bila perlu dilakukan sketsa denah
Ukurlah jarak atau panjang saluran (dari titik awal ke titik akhir)
Ukurlah dimensi saluran (tinggi saluran, kedalaman air dan lebar dasar saluran)
Contoh Perhitungan
Sebuah saluran berbentuk empat persegi panjang yang terbuat dari beton menampung
aliran air buangan dari sebuah pemukiman, seperti tampak pada sketsa yang salurannya
diberi warna garis biru tua dan tanda A sebagai titik awal (bagian tinggi) dan B sebagai titik
Jawab :
S = t1 t2
____
= 10 -9
______ x 100% = 0,64 %
154
A=BxH
= 0,9x 0,85
= 0,765 m2
P = B + 2H
= 0,9 + (2 x 0,85) = 2,6 m
R = A/P
= 0,765/2,6 = 0,29 m
Hasil pengukuran debit saluran (QS) nantinya akan dibandingkan dengan nilai debit
rencana (QT). Untuk saluran drainase perkotaan biasanya digunakan debit rencana dengan
periode ulang 5 tahun sebagai acuan dalam perencanaan maupun dalam melakukan
evaluasi. (*)
Home
About Me
TEKNIK ANALISIS DATA KUANTITATIF
Oleh: Ubaidillah*)
Tindak lanjut kegiatan peneliti sesudah pengumpulan data sangat bervariasi bentuknya tergantung dari
bagaimana data yang terkumpul akan diorganisasikan. Agar peneliti tidak terhenti langkahnya dengan
kebingungan tidak tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya, sebaiknya pada waktu menyusun proposal
penelitian langkah-langkah tersebut sudah tercermin di dalamnya.
Di sisi lain, perolehan data dalam kancah penelitian sering dibicarakan kadar kevaliditasan dan
kereabilitasannya. Pembicaraan masalah ini termasuk hal hal urgen dalam dunia penelitian, mengingat kualitas
data yang bersumber dari hasil pengukuran akan ikut menentukan terhadap bagaimana kualitas kegiatan dan
hasil suatu penelitian. Pada sisi lain pada persoalan tersebut juga terkait dengan masalah generalisasi, sehingga
kualitas hasil data sangat bergantung pada kualitas alat ukurnya. Oleh karena kesahihan dan keterandalam alat
ukut merupakan standar mutlak yang tak dapat ditawar lagi oleh seorang peneliti, jika ia menginginkan hasil
penelitiannya memiliki kadar kualitas yang memadai. Alasan cukup sederhana, alat ukur yang baik (valid dan
reliabel) akan mampu merekam data secara baik; sehingga data yang diperoleh akan memiliki kualitas yang baik
pula. Data ini apabila ditindak lanjuti dengan suatu analisis, maka akan dihasilkan suatu kesimpulan (temuan)
yang dapat dipercaya.
Persoalan bagaimana teknik membuat alat ukur yang handal dan dapat dipercaya tampaknya sudah ada wilayah
pembahasan sediri, termasuk pula bagaiamana penggunaannya. Pembahasan makalah ini akan dibatasi hanya
pada persoalan bagaimana tindak lanjut dari perolehan data setelah data terkumpul
melalui alat ukurnya sebab bagaimanapun lengkapnya data, validitas dan reliabilitasnya terpenuhi, jika ternyata
tidak ditindak lanjuti dengan suatu analisis, maka data tersebut tidak akan memiliki sedikitpun arti bagi sebuah
penelitian kecuali sebuah pemborosan tenaga, waktu, dan bahkan mungkin biaya. Sehubungan dengan hal
tersebut, uraian berikut akan mencoba menindak lanjuti data yang terkumpul supaya bisa memiliki fungsi
sebagaimana yang diharapkan oleh peneliti dalam aktivitas penelitiannya. Fokus pembahasan makalah ini akan
dibatasi pada analisis kuantitatif (data yang berupa angka-angka).
B. Pendekatan Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dalam suatu penelitian dapat didekati dari dua sudut pendekatan, yaitu analisis kuantitatif
secara deskriptif, dan analisis kuantitatif secara inferensial. Masing-masing pendekatan ini melibatkan
pemakaian dua jenis statistik yang berbeda. Yang pertama menggunakan statistik deskriptif dan yang kedua
menggunakan stastistik inferensial. Kedua jenis statistik ini memiliki karakteristik yang berbeda, baik dalam hal
teknik analisis maupun tujuan yang akan dihasilkannya dari analisisnya itu (lihat Sudijono:1987:4).
Sesuai dengan namanya, deskriptif hanya akan mendeskripsikan keadaan suatu gejala yang telah direkam
melalui alat ukur kemudian diolah sesuai dengan fungsinya. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan
dalam bentuk angka-angka sehingga memberikan suatu kesan lebih mudah ditangkap maknanya oleh siapapun
yang membutuhkan informasi tentang keberadaan gejala tersebut. Dengan demikian hasil olahan data dengan
statistik ini hanya sampai pada tahap deskripsi, belum sampai pada tahap generalisasi. Dengan kata lain, statistik
deskriptif adalah statistik yang mempunyai tugas mengorganisasi dan menganalisa data angka, agar dapat
memberikan gambaran secara teratur, ringkas dan jelas, mengenai suatu gejala, peristiwa atau keadaan, sehingga
dapat ditarik pengertian atau makna tertentu.
Statistik inferensial fungsinya lebih luas lagi, sebab dilihat dari analisisnya, hasil yang diperoleh tidak sekedar
menggambarkan keadaan atau fenomena yang dijadikan obyek penelitian, melainkan dapat pula
digeneralisasikan secara lebih luas kedalam wilayah populasi. Karena itu, penggunaan statistik inferensial
menuntut persyaratan yang ketat dalam masalah sampling, sebab dari persyaratan yang ketat itulah bisa
diperoleh sampel yang representatif; sampel yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dimiliki populasinya. Dengan
sampel yang representatif maka hasil analisis inferensial dapat digeneralisasikan ke dalam wilayah populasi.
A 65 70 67,5
B 70 73 71,5
C 75 80 77,7
D 73 71 72
E 60 75 67,5
F 65 72 68,5
G 74 80 77
H 68 74 71
I 67 78 72,5
J 65 78 71,5
K 80 82 81
L 78 81 79,5
M 76 78 77
N 72 80 76
N = 14
Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana kualifikasi kemampuan mahasiswa tersebut dalam mata kuliah
Statistik pendidikan, baik ditinjau dari nilai Ujian Tengah Semester maupun Ujian Semester, skor-skor tersebut
dikonversi menjadi nilai. Pengkonversian skor menjadi nilai dapat dipergunakan pendekatan Penilaian Acuan
Norma (PAN) atau Penilaian Acuan Patokan (PAP). Jika pendekatan pertama (PAN) yang dipergunakan, maka
norma yang dijadikan standar adalah nilai Rata-rata (Mean) dan Standar Deviasi (SD) masing-masing nilai
variabel. Namun, jika yang dipergunakan pendekatan kedua (PAP), maka standarnya adalah standar nilai yang
dimiliki oleh lembaga yang bersangkutan. Misalnya STAIN Jember memiliki standar nilai prestasi hasil belajar
mahasiswa sebagai berikut:
Tabel 2
Standar Konversi dan Kualifikasinya
Tabel 3
Kualifikasi Nilai Ujian Statistik Pendidikan Mahasiswa Semester V
Jurusan Tarbiyah STAIN Jember TH. 2001/2002
A 65 C 70 B 67,5 C
B 70 B 73 B 71,5 B
C 75 B 80 A 77,5 B
D 73 B 71 B 72 B
E 60 C 75 B 67,5 C
F 65 C 72 B 68,5 C
G 74 B 80 A 77 B
H 68 C 74 B 71 B
I 67 C 78 B 72,5 B
J 65 C 78 B 71,5 B
K 80 A 82 A 81 A
L 78 B 81 A 79,5 B
M 76 B 78 B 77 B
N 72 B 80 A 76 B
N= 1030
14
Langkah selanjutnya agar hasil konversi nilai memiliki makna lebih jelas, maka dilakukan kualifikasi
berdasarkan jenis-jenis variabel beserta kualifikasinya. Tabel-tabel berikut merupakan hasil dari prosedur
pengerjaan ini. Dari tabel-tabel tersebut peneliti mulai bisa bicara sesuai dengan keadaan yang termuat di
dalamnya. Misalnya pada tabel 4 peneliti mulai mendeskripsikan bahwa nilai Statistik Pendidikan mahasiswa
Jurusan Tarbiyah STAIN Jember Semeter V, tidak tampak (0%) yang berkategori/berkualifikasi Kurang (D) dan
Sangat Kurang (E) tidak tampak (0%). Kualifikasi nilai mereka berkisar antara nilai Baik Sekali 7%, Baik sebesar
71,43%, dan selebihnya berkualifikasi Cukup 21,43%. Secara umum dapat dikatakan bahwa nilai Statistik
Pendidikan yang diperoleh mahasiswa Jurusan Tarbiyah termasuk Baik. Hal ini dapat dilihat pula dari nilai rata-
ratanya, yaitu sebesar 73.57.
Tabel 4
Nilai Statistik Pendidikan Mahasiswa Jurusan Tarbiyah
F % F % F %
A 1 7 5 35,71 1 7
B 7 50 9 64,29 10 71,43
C 6 42,86 0 0 3 21,43
D 0 0 0 0 0 0
E 0 0 0 0 0 0
2. Analisis Kuantitatif Inferensial
Pemakaian analisis inferensial bertujuan untuk menghasilkan suatu temuan yang dapat digeneralisasikan secara
lebih luas ke dalam wilayah populasi. Di sini seorang peneliti akan selalu berhadapan dengan hipotesis nihil (Ho)
sebagai dasar penelitiannya untuk diuji secara empirik dengan statistik inferensial.
Jenis statistik inferensial cukup banyak ragamnya,Peneliti diberikan peluang sebebas-bebasnya untuk memilih
teknik mana yang paling sesuai (bukan yang paling disukai) dengan sifat/jenis data yang dikumpulkan. Secara
garis besar jenis analisis ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama untuk jenis penelitian korelasional dan kedua
untuk komparasi dan/atau eksperimen. Perhatikan tabel berikut:
Tabel 5
Jenis Data dan teknik Analisis Korelasi yang Tepat
X Y X Y
A 65 70 12 14 -2 4
B 70 73 8 11 3 9
C 75 80 4 4 0 0
D 73 71 6 13 7 49
E 60 75 14 9 5 25
F 65 72 12 12 0 0
G 74 80 5 4 1 1
H 68 74 9 10 1 1
I 67 78 10 7 3 9
J 65 78 12 7 5 25
K 80 82 1 1 0 0
L 78 81 2 2 0 0
M 76 78 3 7 4 16
N 72 80 7 4 3 9
N = 14 0 148
=
=
=
=
=
= 0,675
Bagaimana melakukan tes signifikansi terhadap hasil di atas? Sama seperti korelasi Product Moment, maka
koefisien korelasi hasil perhitungan tersebut harus dikonsultasikan atau dibandingkan dengan nilai r dalam
tabel. Bedanya jika r product moment mempergunakan tabel product moment, maka rho mempergunakan tabel
Spearman. Tabel ini terdapat pada lampiran buku-buku statistik. Jadi koefisien korelasi dari hasil perhitungan di
atas (rho = 0,675), jika dikonsultasikan dengan harga kritiknya ( r tabel). Dengan N sebanyak 14 , dan tingkat
signifikansi 5 % , maka harga r tabel didapat sebesar 0,544. Berarti re > rt, sehingga hasil uji tersebut
membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara Nilai ujian Tengah Semester dengan Nilai Ujian
Semester. Jadi andaikata berbunyi:
Tidak ada hubungan antara nilai Ujian Tengah Semester dengan nilai Ujian Semester pada mahasiswa
Jurusan Tarbiyah STAIN Jember dalam mata kuliah Statistik Pendidikan
Maka berdasarkan hasil uji di atas ditolak. Kita tidak mempunyai alasan untuk menerimanyanya. Jadi
kesimpulannya ialah kita menerima , yaitu ada ada hubungan yang positif antara nilai Ujian Tengah Semester
dengan nilai Ujian Semester pada mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Jember dalam mata kuliah Statistik
Pendidikan
Artinya semakin baik nilai Ujian Tengah Semester, akan semakin baik pula Nilai Ujian Semester Mata kuliah
Statistik Pendidikan Mahasiswa jurusan Tarbiyah STAIN Jember, dan sebaliknya semakin rendah nilai Ujian
Tengah Semester, semakin rendah nilai Ujian Semesternya.
E. Tes Signifikansi
Tes signifikansi artinya melakukan perbandingan antara nilai hasil perhitungan dengan nilai yang ada di dalam
tabel statistik. Perlu diingat bahwa setiap jenis teknik statistik. Selalu disertai dengan angka-angka tabel,
sehingga ada yang berpendapat bahwa keterampilan statistik itu sebenarnya hanya keterampilan
membandingkan angka-angka perhitungan dengan angka-angka tabelnya.
Di dalam pembandingan tersebut jika nilai hasil perhitungan nilai tabel, berarti signifikan (ditolak dan
diterima). Sebaliknya jika hasil perhitungan nilai tabel berarti non signifikan ( diterima dan ditolak).
F. Penutup
Makalah ini sebenarnya masih tergolong elementer, sehingga bagi mereka yang telah banyak makan garam, tentu
tulisan ini kurang bermakna. Namun, bagi pemula atau yang belum banyak mempraktekkan analisis statistik,
makalah ini akan sedikit membantu dan merangsang untuk mencoba menjelajahi lebih jauh lagi.
Harapannya semoga makalah ini ada manfaatnya untuk meningkatkan wawasan dan kemampuan mahasiswa
dalam mempraktekkan sebagian teknik analisis statistik dalam bidang yang akan digelutinya, terutama ketika
akan menulis skripsi di mana teknik analisisnya menggunakan teknik analisis kuantitatif, baik deskriptif maupun
inferensial. Amin..
*)Dosen Tetap STAIN Jember dan Universitas Yudharta Pasuruan
REFERENSI
A. Latif, Misno, 2000, Teknik Analisis Data Kuantitatif, Makalah diklat Action Research Mahasiswa STAIN
Jember.
Arikunto, Suharsimi, 1993, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Maqsun Arr. Sofwan, Misno A. Latif, 1991, Pengantar Statistik Pendidikan, Jember, FKIP.
Sudijono, Anas, 1987, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers.
Wayan Ardana, 1982, Beberapa Metode Statistik Untuk Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nsional.
RELATED Hidrolika
Apa itu hidrolika ? dari kata-katanya kita akan melihat kata hidro yang erat hubunganya dengan
zat cair. jadi Hidrolika adalah cabang ilmu teknik sipil yang mempelajari tentang perilaku zat
cair. terdapat cabang ilmu yang hampir sama namun berbeda yaitu ilmu hidrologi yang
mempelajari tentang air hujan debit sungai, banjir dan sejenisnya. pemanfaatan ilmu hidolika ini
antara lain untuk pembuatan bangunan sebagai fasilitas hidup.
1. Pipa saluran air misalnya pembuatan gorong-gorong atau pipa air PAM yang
letaknya perlu diperhitungkan sedemikian rupa sehingga setiap rumah dapat teraliri
dengan deras
2. Bangunan penutup air pada bendungan sehingga dapat diatur seberapa besar
volume air yang akan ditahan dan dialirkan.
3. pipa tambang minyak
4. sungai
5. kolam
6. Pelabuhan
7. Pengendalian banjir seperti penentuan daerah rawan banjir sehingga perlu
dipikirkan bagaimana langkah terbaik dalam mencegah banjir seperti di kota jakarta
indonesia dibuat sungai banjir kanal barat dan banjir kanal timur.
8. Irigasi pertanian misalnya pembuatan arus transportasi air yang dapat membagi
semua lahan persawahan dengan baik dan adil sehingga semua petani mendapatkan
hasil panen yang baik karena tanamanya mendapatkan minum secara teratur
Dalam ilmu hidrolika dipelajari bagaimana perilaku dan sifat zat cair didalam sebuah bejana
sehingga pengetahuan tersebut dapat dimanfaatkan dan berguna dalam menunjang kehidupan
masyarakat, penggunaan ilmu hidrolika juga dapat ditemui di dunia otomotif yaitu sistem rem
hidrolik yang dengan tenaga injakan kecil dapat diperbesar untuk menghentikan kendaraan yang
sedang melaju kencang bisa dibayangkan apabila kaki harus langsung menahan ban
kendraan agar berhenti maka bukanya berhenti kendaraanya tapi pengemudianya
Bermacam-macam rumus hidrolika dapat dijumpai pada cabang ilmu teknik sipil ini yang
membutuhkan pengetahuan ilmu matematika atau disebut juga dengan kalkulus. ya.. apapun
cabang ilmunya apabila dipelajari dengan sungguh-sungguh tentu akan memudahkan kita dalam
menjalani kehidupan ini karena belajar itu dimulai sejak lahir menjadi bayi mungil sampai masuk
ke liang kubur menjadi ( bisa dibayangkan sendiri ) selamat belajar dan berdoa agar
mendapatkan yang terbaik dalam hidup ini.
RUMUS HIDROLIKA
Di dalam praktek, faktor penting dalam studi hidraulika adalah kecepatan Vatau debit
aliran Q. Dalam hitungan praktis, rumus yang banyak digunakan adalah persamaan
kontinuitas, Q = AV, dengan A adalah tampang aliran. Apabila kecepatan dan tampang aliran
diketahui, maka debit aliran dapat dihitung. Demikian pula jika kecepatan dan debit aliran
diketahui maka dapat dihitung luas tampang aliran yang diperlukan untuk melewatkan debit
tersebut. Dengan kata lain dimensi pipa atau saluran dapat ditetapkan. Biasanya debit aliran
ditentukan oleh kebutuhan air yang diperlukan oleh suatu proyek (kebutuhan air minum suatu
kota atau untuk irigasi, debit pebangkitan tenaga listrik, dan sebagainya) atau debit yang terjadi
pada proyek tersebut (debit aliran melalui sungai). Dengan demikian besarnya debit aliran
adalah sudah tertentu. Berarti untuk bisa menghitung tampang aliran A, terlebih dahulu harus
dihitung kecepatan V.
A. Rumus Chezy
Seperti yang telah diketahui, bahwa perhitungan untuk aliran melalui saluran terbuka hanya
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus empiris, karena adanya banyak variabel
yang berubah. Untuk itu berikut ini disampaikan rumus-rumus empiris yang banyak digunakan
untuk merencanakan suatu saluran terbuka.
Chezy berusaha mencari hubungan bahwa zat cair yang melalui saluran terbuka akan
menimbulkan tegangan geser (tahanan) pada dinding saluran, dan akan diimbangi oleh
komponen gaya berat yang bekerja pada zat cair dalam arah aliran. Di dalam aliran seragam,
komponen gaya berat dalam arah aliran adalah seimbang dengan tahanan geser, dimana
tahanan geser ini tergantung pada kecepatan aliran. Setelah melalui beberapa penurunan
rumus, akan didapatkan persamaan umum :
Dengan V adalah Kecepatan aliran (m/det), R adalah Jari-jari Hydraulik (m), I adalah
Kemiringan dasar saluran dan C adalah Koefisien Chezy
B. Rumus Manning
Rumus Manning yang banyak digunakan pada pengaliran di saluran terbuka, juga berlaku untuk
pengaliran di pipa. Rumus tersebut mempunyai bentuk:
Dengan n adalah koefisien Manning dan R adalah jari-jari Hydraulik, yaitu perbandingan antara
luas tampang aliran A dan keliling basah P.
Atau
D = 4R
Untuk aliran di dalam pipa persamaan menjadi:
Penyelesaian :
Luas tampang basah :
A= B xh
= 10 x 3 = 30 m
Keliling basah :
P = B + 2h
= 10 + 2 x 3 = 16 m