Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mia Mukti Rahayu

Nim : 20100310127
Fakultas : Fakultas Kedokteran UMY

REFLEKSI KASUS HIDUP

1. Undang- undang republik Indonesia tahun 2014 no 35 tentang perlindungan hak anak:

b. bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,


tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pasal 1

1.Anak adalah seseorang yang belum


berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan.

15a. Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap Anak


yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau
penelantaran, termasuk ancaman untuk
melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum.

Pasal 9

(1a) Setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan


di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan
Kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga
kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau
pihak lain.
2. Healing process pada hymen
Saya tidak menemukan berapa lama proses penyembuhan luka pada hymen namun pada
proses penyembuhan luka pada kulit akan mengalami beberapa fase di antaranya :
a. Fase inflamasi
yang berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari ke 5. Pembuluh darah
yang terputus pada luka akan mengakibatkan perdarahan dan tubuh akan berusaha
menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus
(retraksi), dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar
dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk
membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. Sementara itu terjadi reaksi
inflamasi. (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3,
EGC, Jakarta)
b. Fase Proliferasi
Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses
proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira kira
akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum
berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin yang
merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka.
(Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, EGC,
Jakarta)
c. Fase Penyudahan (Remodelling)
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan
yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan
kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan bulan
dan dinyatakan berkahir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha
menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan.
Udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan
diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan
regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan
lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada luka.
Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira kira 80%
kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira kira 3-6 bulan setelah penyembuhan.
(Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, EGC,
Jakarta)

3. Kekerasan seksual pada usia 11 tahun


Sesuai KUHP PASAL 287
(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umumya belum lima belas tahun,
atau kalau umurnya tidak jelas, bawa belum waktunya untuk dikawin, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan tahun.

(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita belum sampai
dua belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan pasal 294.

Tindakan pidana ini merupakan persetubuhan dengan wanita yang menurut UU


belum cukup umur. Jika umur korban belum cukup 15 tahun tetapi sudah di atas 12
tahun, penuntutan baru akan di lakukan jika aada pengaduan dari yang bersangkutan.
Jadi dengan keadaan itu persetubuhan tersebut merupakan delik aduan, bila tidak ada
pengaduan tidak ada penuntutan.
Tetapi keadaan akan berbeda jika :
a. Umur korban belum cukup 12 tahu atau
b. Korban yang belum cukup 15 tahun itu menderita luka luka berat atau mati akibat
perbuatan itu ( KUHP pasal 291) atau
c. Korban yang belum cukup 15 tahun itu adalah anaknya , anak tirinya, muridnya,
anak yang dibawah pengawasanya , bujangnya atau bawahanya (ps 294)
Dalam keadaan di atas,penuntutan dapat di lakukan , walaupun tidak ada pengaduan
karena bukan lagi delik aduan.

Hukuman yang di terima bisa sesuai pasal :


Pasal 294 (1) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengm anaknya, tirinya, anak
angkatnya, anak di bawah pengawannya yang belum dewasa, atau dengan orang yang
belum dewasa yang pemeliharaanya, pendidikan atau penjagaannya diannya yang
belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Anda mungkin juga menyukai