ABSTRAK
PENDAHULUAN
Mutu mikrobiologis dari suatu bahan makanan dapat ditentukan oleh jumlah dan jenis
mikroorganisme yang terdapat dalam bahan pangan. Mutu mikrobiologis ini akan menentukan
ketahanan simpan dari produksi tersebut ditinjau dari kerusakan oleh mikroorganisme, dan
keamanan produk dari mikroorganisme ditentukan oleh jumlah spesies patogenik yang terdapat
serta proses pengawetan apa yang akan diterapkan pada bahan pangan tersebut. Jadi kemampuan
untuk mengukur secara tepat jumlah mikroorganisme yang umum terdapat dalam bahan pangan
dan jumlah mikroorganisme spesifik yang berada dalam produk pangan merupakan dasar yang
penting bagi mikrobiologi pangan (Buckle dkk, 1985).
Analisis kuantitatif mikroorganisme pada bahan pangan perlu dilakukan untuk
mengetahui mutu bahan pangan dan menghitung proses pengawetan yang akan diterapkan pada
bahan pangan serta dapat menentukan batasan yang masih diizinkan untuk bahan pangan
tersebut.
Perhitungan jumlah mikroba dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya, yaitu
metode cawan (Total Plate Count / TPC), perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (Most
Probable Number / MPN).
Perhitungan secara langsung dapat dilakukan secara mikroskopis yaitu dengan
menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Alat yang digunakan adalah
Petroff-Hauser Chamber. Jumlah cairan yang terdapat antar cover glass dan alat ini mempunyai
volume tertentu sehingga satuan isi yang terdapat dalam satu bujur sangkar juga tertentu
(Pelczar,2005).
Metode perhitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang hidup dapat
berkembang menjadi koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan adalah indeks bagi
jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam sampel. Teknik yang harus dikuasai dari metode
ini adalah mengencerkan sampel dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah inkubasi,
jumlah semua koloni diamati untuk memenuhi persyaratan statistik. Cawan yang dipilih untuk
menghitung koloni adalah cawan yang mengandung antara 30 sampai 300 koloni. Organisme
yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni yang terbentuk
dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan (Waluyo, 2004).
MPN adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang menggunakan data dari hasil
pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung yang ditanam dari
sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan jumlah sampel atau diencerkan menurut tingkat
seri tabungnya sehingga dihasilkan kisaran jumlah mikroorganisme yang diuji dalam nilai
MPN/satuan volume atau massa sampel. Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel
sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang sesuai.
Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau
terbentuknya gas di dalam tabung kecil (tabung durham) yang diletakkan pada posisi terbalik,
yaitu untuk jasad renik pembentuk gas. Untuk setiap pengenceran pada umumnya digunakan tiga
atau lima seri tabung. Lebih banyak tabung yang digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih
tinggi, tetapi alat gelas yang digunakan juga lebih banyak (Lim, 2006).
Pada praktikum ini dilakukan analisis kuantitatif pada bahan pangan. Perhitungan
mikroorganisme dilakukan dengan metode langsung (Petroff Hauser) dengan sampel susu,
metode agar cawan dengan sampel air dan tahu dan metode Most Probable Number (MPN)
dengan sampel air keran.
METODOLOGI
Perhitungan koloni pada metode cawan adalah menggunakan Standard Plate Count
(SPC) dilakukan dengan 2 cara. Jika jumlah koloni kurang dari 30, berarti pengenceran yang
dilakukan terlalu tinggi. Oleh karena itu jumlah koloni pada pengenceran yang terendah yang
diukur/dihitung. Selanjutnya hasil yang kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya pengenceran,
tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan di dalam tanda kurung. Jika pada semua
pengenceran dihasilkan lebih dari 300 koloni pada medium, berarti pengeceran yang dilakukan
terlalu rendah. Oleh karena itu jumlah koloni pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung.
Hasilnya dilaporkan kemudian dikalikan dengan faktor pengencernya, tetapi jumlah yang
sebenarnya harus dicantumkan di dalam tanda kurung.
Perhitungan dengan Metode MPN
Perhitungan dengan metode ini menggunakan 6 tabung reaksi kecil dan 3 tabung reaksi
besar dan menggunakan LBSS dan LBDS yang sudah dibuat sebelumnya. LBDS sebanyak 10
ml dimasukkan ke dalam 3 seri tabung reaksi besar. LBSS juga diisikan ke dalam 3 tabung reaksi
sebanyak 1 ml dan 3 tabung reaksi berikutnya sebanyak 0,1 ml. Kemudian seluruh tabung
tersebut diinkubasi pada suhu 37oC selama 2 hari. Terbentuknya kekeruhan dan gas dalam tabung
durham diamati. Jumlah tabung positif dari masing-masing pengenceran dicatat. Lalu
dicocokkan dengan tabel yang menunjukkan nilai MPN (untuk tabel 3 seri). Dihitung nilai MPN
sampel.
PEMBAHASAN
Jumlah Koloni
Sampel SPC (CFU/gram)
10-2 10-3 10-4
1,2
10
1.20
3
3 3
24
>24,00 102
3 3 3 24
>24,00
102
3 3 3
24
>24,00 102
3 3 3
24
>24,00 102
Hasil pengamatan pada perhitungan MPN menunjukkan bahwa sampel air keran positif
mengandung E. coli karena hampir semua tabung durham memiliki gelembung di dalamnya.
Menurut Fardiaz (1992), gelembung udara yang dihasilkan pada tabung durham disebabkan oleh
adanya aktivitas yang respirasi mikroorganisme, sehingga dapat dilihat hasil dari respirasi
mikroorganisme tersebut berupa gelembung gas. Sementara perbahan warna yang terjadi dapat
dijelaskan sebagai berikut. Ketika pewarna NR diteteskan pada medium LBSS dan LBDS,
larutan yang semula berwarna kuning akan berubah menjadi warna merah, yang
mengindikasikan terdapat monosakarida di dalam larutan tersebut. Lalu setelah diinkubasi,
warna yang semula merah kemudian berubah lagi menjadi kuning, hal ini disebabkan karena
medium penuh nutrisi tersebut digunakan oleh mikroba untuk berkembang biak sehingga
kandungan laktosanya sendiri berkurang dan mengubah warna larutan tersebut kembali menjadi
kuning/kekuningan.
Menurut Suriawiria (1985), kekeruhan yang terdapat pada tabung reaksi disebabkan karena
adanya aktivitas dari suatu mikroorganisme. Kekeruhan yang terjadi pada tabung-tabung reaksi
tersebut berbeda, ada yang mengalami kekeruhan pada bagian permukaannya saja dan juga ada
yang mengalami kekeruhan merata pada seluruh media dan sampel. Kekeruhan yang terjadi
merata pada media disebabkan karena adanya mikroorganisme anaerob fakultatif, yaitu
mikroorganisme yang mampu hidup ataupun tumbuh dengan atau tanpa adanya oksigen.
Kekeruhan yang terjadi pada permukaannya saja disebabkan karena adanya mikroorganisme
aerob.
Bakteri pembentuk gas mungkin memproduksi gas mungkin memproduksi gas secara cepat
dengan jumlah banyak, atau mungkin produksi gasnya sangat lambat dan sedikit sekali sehingga
sukar dideteksi, misalkan pada beberapa bakteri laktat heterofermentatif. Bakteri pembentuk gas
dapat dibedakan atas dua kelompok yaitu:
1. Bakteri yang memproduksi CO2, misalnya leuconostoc, lactobacillus (hehterofermentatif)
dan propioni bacterium.
2. Bakteri yang memproduksi O2 dan H2, misalnya eshcerichia, enterobacter proteus, bacillus
(aerobasili) dan clostridium (Fardiaz, 1992).
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor SNI -01-3553-1996 dalam surat
keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup KEP-02/MENKLH/I/1988
menyatakan bahwa parameter kualitas air minum berdasarkan parameter bakteriologisnya yaitu
bakteri koliform. Bakteri Coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting kualitas air
minum. Adanya bakteri coliform dan E.Coli pada sumber air, mengindikasikan kalau air tersebut
kurang higenis untuk dijadikan sebagai air minum. Karena bakteri ini biasanya berasal dari
kotoran hewan manusia. Kelompok bakteri coliform terdiri atas Eschericia coli, Enterobacter
aerogenes, Citrobacterfruendii dan bakteri lainnya.
Keuntungan dari metoda ini adalah :
1. Dapat dibuat sangat peka dengan penggunaan volume inokulum contoh yang lebih besar
dari 1,0 ml/tabung.
2. Bahan-bahan dapat dipersiapkan untuk tugas lapangan.
3. Media pertumbuhan selektif dapat digunakan untuk menghitung jenis mikroorganisme yang
diharapkan di antara jenis-jenis lainnya yang ada dalam bahan pangan tersebut.
Kerugiannya adalah dibutuhkannya banyak ulangan untuk diperoleh hasil yang teliti dan
sehubungan dengan hal tersebut banyak biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk persiapannya.
Metoda ini banyak digunakan untuk menghitung bakteri patogenik dalam jumlah sedikit yang
terdapat dalam bahan pangan (Buckle et al, 1985).
KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, susu segar memiliki rata-rata jumlah
bakteri yang tumbuh yaitu 5,84 x 105 bakteri/ml sedangkan batas maksimum cemaran mikroba
yang yang ditetapkan oleh SNI tahun 2011 yaitu dengan total mikroorganisme (TPC) maksimal 1
x 106 CFU per ml susu segar. Diduga bakteri yang terdapat pada susu segar yaitu Streptococcus
lactis, (Escherichia coli) dan Staphylococcus. Air kran mengandung bakteri yang lebih banyak
dibandingkan tahu. Air kran positif mengandung koliform dengan nilai MPN 24,00 atau jumlah
mikroorganisme sebanyak 2400 koloni/ml. Bakteri yang diduga adalah Eschericia coli,
Enterobacter aerogenes, Citrobacterfruendii.
DAFTAR PUSTAKA