Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Seiring dengan perubahan waktu dan semakin berkembangnya zaman, ilmu
fisika mengalami perubahan yang terjadi akibat dari majunya teknologi dan juga
penemuan-penemuan baru sehingga dengan perkembangan tadi masyarakat dapat
mencicipi dan memperoleh ilmu dan teknologi khususnya di bidang ilmu pengetahuan
fisika.
Radiasi dan konveksi, keduanya sangatlah berkaitan. Radiasi matahari yang
dapat mencapai bumi, permukaan yang terkena radiasi itu dapat merusak. Oleh sebab
itu dalam percobaan ini akan dibahas mengenai masalah radiasi dan konveksi.
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas,
partikel atau gelombang elektromagnetik dari sumber radiasi seperti matahari. Radiasi
panas tidak memerlukan zat perantara. Radiasi dapat terjadi dalam gas maupun ruang
hampa udara. Bila radiasi datang pada suatu benda, maka benda akan meneruskan,
memantulkan, atau menyerap panas yang mengenainya.

1.2 Tujuan Percobaan


Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengamati peristiwa pergerakan udara (konveksi) akibat kenaikan suhu
permukaan.
2. Mengamati perbedaan daya serap radiasi dan perubahan suhu benda
(karakteristik daya serap kalor permukaan bumi) ketika mendapat radiasi
cahaya matahari.

1.3 Manfaat Percobaan


Manfaat dilakukannya percobaan ini adalah untuk menambah imu
pengetahuan kita mengenai peristiwa konveksi pada udara dan radiasi. Dan juga agar
kita sebagai mahasiswa bisa membedakan mana itu peristiwa konveksi dan radiasi
yang ada di sekitar kita.
1.4 Tempat dan Waktu Percobaan
Tempat : Laboratorium FKIP Unsyiah Pendidikan Geografi
Hari/Tanggal : Senin, 14 November 2016
Pukul : 08.00 09.40 WIB
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik dari sumber radiasi seperti matahari.
Radiasi panas tidak memerlukan zat perantara. Radiasi dapat terjadi dalam gas maupun
ruang hampa udara. Bila radiasi datang pada suatu benda, maka benda akan
meneruskan, memantulkan, atau menyerap panas yang mengenainya. Permukaan
benda hitam dan kusam adalah permukaan penyerap yang paling baik, tetapi pemantul
yang paling buruk. Sebaliknya permukaan berwarna putih dan mengkilat adalah
penyerap radiasi yang buruk, akan tetapi merupakan pemantul yang baik.
Koefisien emisivitas permukaan benda hitam ideal bernilai e = 1, artinya secara
teoritik benda permukaan itu menyerap seluruh energi radiasi. Untuk benda bukan
hitam emisivitasnya 1e0, sementara untuk permukaan cermin nilainya mendekati
nol. Bertiupnya angin laut dan angin darat, berhubungan dengan nilai emisivitas
permukaan laut dan daratan yang berbeda. Emisivitas daratan lebih besar dari lautan
sehingga daratan cepat panas atau cepat naik suhunya disiang hari dan cepat dingin
dimalam hari, sebaliknya lautan lambat panas dan lambat dingin.
Daratan pada siang hari akan terasa sangat panas karena terus disinari oleh
matahari, dan seluruh udara panas yang dimilikinya naik pada siang hari dan
membawa udara dingin ke lautan. Pada malam hari daratan akan terasa dingin karena
suhu udara pada malam hari akan turun. Lain halnya dengan lautan, lautan pada siang
hari akan terasa dingin karena udara dingin turun di lautan pada siang hari, yang
membuat angin berhembus dari laut ke daratan yang sering kita sebut dengan Angin
laut. Dan pada malam hari lautan akan terasa panas, karena udara panas yang
tersimpan di dalam laut akan naik dan membawa udara dingin ke daratan, yang
membuat angin berhembus dari darat ke laut yang sering disebut dengan Angin
darat. Alat yang digunakan untuk mengetahui atau menyelidiki adanya radiasi
disebut termoskop.
Contoh peristiwa radiasi adalah panas matahari yang sampai ke permukaan
bumi Matahari sampai ke permukaan bumi harus melalui jarak ribuan kilometer.
Meskipun di atmosfer terdapat ruang hampa udara, ternyata panas matahari tetap
sampai ke permukaan bumi. Jadi, radiasi matahari dapat melewati ruang hampa.
Radiasi matahari dapat melewati ruang hampa karena energi panas matahari
dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik.

2.2 Konveksi
Konveksi atau aliran adalah perpindahan panas yang disertai dengan
perpindahan partikel-partikel zat tersebut yang disebabkan oleh perbedaan massa
jenis. Bertiupnya angin laut dan angin darat, berhubungan dengan pengaruh nilai
emisivitas permukaan laut dan permukaan daratan yang berbeda. Emisivitas daratan
lebih besar dari emisivitas laut sehingga daratan cepat panas atau naik suhunya disiang
hari dan cepat dingin dimalam hari, sementara lautan adalah sebaliknya, lambat panas
siang hari dan lambat dingin di malam hari. Prinsip ini dimanfaatkan pada alat
pemanas air yang dipasang pada atap rumah. Banyak contoh peristiwa konveksi ini,
misalnya asap api yang naik ke atas, sirkulasi air ketika dimasak. Konveksi dapat
terjadi pada zat cair dan gas.
a. Konveksi pada zat cair
Syarat terjadinya konveksi pada zat cair adalah adanya pemanasan. Hal ini
disebabkan karena partikel-partikel zat cair ikut berpindah tempat.
b. Konveksi pada gas
Konveksi terjadi pada gas, misalnya udara. Seperti pada air, rambatan (aliran)
kalor dalam gas (udara) terjadi dengan cara konveksi. Beberapa peristiwa yang terjadi
akibat adanya konveksi udara adalah sebagai berikut.
1) Adanya angin laut. Angin laut terjadi pada siang hari. Pada siang hari, daratan
lebih cepat menjadi panas daripada lautan sehingga udara di daratan naik dan
digantikan oleh udara dari lautan.
2) Adanya angin darat, Angin darat terjadi pada malam hari. Pada malam hari,
daratan lebih cepat menjadi dingin daripada lautan. Dengan demikian, udara
di atas lautan naik dan digantikan oleh udara dari daratan.
Gambar 2.1 Peristiwa angin darat dan angin laut
BAB III
HASIL PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


1. Kotak papan kayu (berbentuk balok)
2. Lilin, mancis, dan lampu pijar
3. Botol plastik ukuran sedang 2 buah (warna hitam dan putih )
4. Air atau zat cair dan alat pemanas
5. Selang plastik kecil dengan diameter berukuran 1 cm
6. Statif yang dilengkapi dengan papan berskala

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Serapan Radiasi Kalor Oleh Benda
1. Rangkaian alat seperti gambar 3.1. Selanjutnya gunakan dua botol plastik ukuran
sedang yang kosong, satu dicat warna hitam dan yang satunya lagi tetap dibiarkan
seperti aslinya. Isilah pipa kecil dengan sedikit air dan kedua ujung pipa
dihubungkan pada lubang tutup botol.

Gambar 3.1 Papan statif dan dua botol yang disinari oleh lampu pijar
2. Nyalakanlah lampu pijar di tengah kedua botol, selanjutnya amatilah apa yang akan
terjadi dengan permukaan air pada pipa, jelaskan mengapa demikian!

3.2.2 Peristiwa Konveksi Pada udara


1. Gunakan kotak papan kayu untuk dapat memperlihatkan adanya peristiwa
perpindahan panas dengan cara konveksi pada udara, di mana pada bagian atas
kotak kubus dibuat dua lubang dan pada lubang itu tempatkan pipa gelas transparan
atau pipa plastik seperti yang tampak pada gambar 3.2 .

Gambar 3.2 Kotak papan kayu yang telah diberi dua buah lubang dan diletakkan
gelas transparan atau pipa plastik

2. Tempatkan lilin atau pembakar Bunsen yang menyala di bawah salah satu lubang
dan berikan asap bakaran gulungan kertas di atas lubang yang lain.
3. Amatilah apa yang terjadi dengan gerak asap bakaran tersebut, ke mana arah
gerakannya dan jelaskan mengapa gerak asap tersebut demikian!
4. Amati juga asap yang terhisap kedalam kotak akan keluar lewat lubang yang lain,
jelaskan mengapa demikian
5. Jelaskan apakah gerak asap bakaran obat nyamuk tersebut berhubungan dengan
peristiwa pemuaian udara
3.2.3 Peristiwa Konveksi Pada Zat Cair

Gambar 3.3 Pipa U yang diberi panas pada bagian bawahnya


1. Perhatikan gambar di atas, sebuah pipa U yang ditempelkan pada sebuah statif,
saling dihubungkan oleh sebuah selang plastik dan berisi zat cair yang bercampur
dengan serbuk halus di dalamnya.
2. Amati apa yang terjadi pada air, jika pada bagian kanan bawah dari pipa U
diletakkan pemanas Bunsen?

3.3 Hasil Percobaan dan Pembahasan


3.3.1 Serapan Radiasi Kalor Oleh Benda
Setelah lampu pijar kita nyalakan, air yang ada pada pipa yang tersambung
dengan botol putih akan naik dan air yang pada pipa yang tersambung dengan botol
hitam tertekan sehingga air menurun. Hal ini disebabkan karena suhu yang
ditimbulkan oleh lampu pijar. Kita sudah mengetahui bahwa benda yang hitam (botol
hitam) merupakan penyerap panas yang baik dan juga pemantul panas yang buruk,
sedangkan benda putih (botol bening) merupakan penyerap panas yang buruk tetapi
merupakan pemantul yang baik. Panas yang di sudah serap oleh botol hitam
menyebabkan terjadinya pemuaian udara di dalam botol, sehingga terjadilah tekanan
udara di dalamnya. Dengan demikian, air pada pipa yang tersambung dengan botol
hitam akan tertekan dan turun ke bawah.

Pertanyaan
1. Jelaskan apakah peristiwa ini berhubungan dengan pemuaian udara dalam botol
aqua?
Jawaban :
Ya, peristiwa ini berhubungan dengan pemuaian udara dalam botol aqua. Karena
setelah diletakkan lampu pijar di antara kedua aqua tersebut, aqua hitam (penyerap
panas yang baik) mengalami pemuaian udara karena pada botol aqua hitam lebih
cepat menyerap panas akibat panas yang diserap membuat udara didalam botol
lebih cepat memuai sedangkan pada botol aqua putih, lebih lama menyerap panas
maka pemuaian akan berlangsung lebih lama.

2. Jelaskan mengapa permukaan air pada pipa yang terhubung pada tabung aqua
warna hitam lebih rendah?
Jawaban :
Benda yang berwarna hitam akan lebih cepat menerima panas dan melepaskan
panas, sedangkan warna putih lebih lama menerima panas dan melepaskan panas.
Dengan demikian ,aqua yang berwarna hitam tekanan suhunya semakin tinggi dan
menekan permukaan air pada pipa semakin kebawah.

3. Matikan api lilin dan tempelkan kedua telapak tangan masing-masing pada botol
aqua hitam dan botol aqua bening, kemudian amati apa yang terjadi!.
Jawaban :
Jika kita matikan api lilin dan menempelkan kedua telapak tangan masing-masing
pada botol aqua hitam dan botol aqua, ternyata botol yang berwarna hitam lebih
cepat menyerap panas dari pada botol warna putih. Semua itu terjadi karena tekanan
airnya berbeda. Hal ini dikarenakan tangan kita juga memiliki panas.
4. Jelaskan apakah peristiwa yang terjadi pada poin 3 sama seperti yang terjadi
menurut poin 2 di atas, jelaskan mengapa demikian!
Jawaban :
Ya, peristiwa yang terjadi pada poin 3 sama seperti yang terjadi menurut poin 2 di
atas sama (saling berhubungan), karena sama-sama menerima panas. Perbedaannya
yaitu pada poin 2 menggunakan media listrik, jadi panas dan kalor yang diberikan
lebih besar, sedangkan pada poin 3 hanya menggunakan perantara kedua tangan,
jadi kalor yang diberikan lebih sedikit.

5. Berdasarkan peristiwa ini, coba saudara jelaskan sebab-sebab terjadinya angin laut
pada siang hari dan angin darat pada malam!.
Jawaban :
Sebab-sebab terjadinya angin laut pada siang hari dan angin darat pada malam yakni
seperti yang kita ketahui bahwa angin laut adalah angin yang bertiup dari
arah laut ke arah darat yang umumnya terjadi pada siang hari di daerah pesisir
pantai. Karena lautan mempunyai panas yang lebih besar daripada daratan, sinar
matahari memanasi laut lebih lambat daripada daratan. Ketika suhu permukaan
daratan meningkat pada siang hari, udara di atas permukaan darat meningkat pula.
Tekanan udara di atas daratan menjadi lebih rendah karena panas atau suhu tinggi,
sedangkan tekanan udara di lautan cenderung lebih tinggi karena lebih dingin atau
suhu rendah. Akibatnya udara panas di daratan akan naik dan digantikan udara
dingin dari lautan. Dengan demikian terjadilah aliran udara dari laut ke darat. Dan
dan hal inilah yang disebut dengan angin laut.
Angin darat adalah angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut yang umumnya
terjadi pada saat malam hari di daerah pesisir pantai. Pada malam hari daratan
menjadi dingin (suhu daratan menjadi rendah) lebih cepat daripada lautan, karena
kapasitas panas tanah lebih rendah daripada air. Suhu yang rendah menyebabakan
tekanan udara di daratan menjadi lebih tinggi daripada lautan. Akibatnya udara
panas dari lautan akan naik dan digantikan udara dingindari daratan sehingga
terjadilah aliran udara dari darat ke laut. Dan inilah yang disebut angin darat.
6. Buat kesimpulan tentang efek besarnya serapan kalor berdasarkan warna benda
dan hubungannya dengan perubahan suhu benda!
Jawaban :
Dari percobaan di atas dapat di tarik kesimpulan, bahwasanya permukaan benda
hitam, kusam, dan kasar merupakan penyerap kalor yang baik, tetapi pemantul yang
paling buruk, sedangkan permukaan benda putih, mengkilap dan halus merupakan
penyerap kalor yang buruk, tetapi pemantul yang baik.
Hubungannya dengan perubahan suhu yakni jika kita berikan suhu yang tinngi,
benda yang hitam akan lebih cepat panas dan benda yang putih akan lambat panas.
Sebaliknya jika suhu diturunkan benda yang hitam akan cepat dingin dan benda
yang putih akan lambat panas.

3.3.2 Peristiwa Konveksi Pada Udara


1. Amatilah apa yang terjadi dengan gerak asap bakaran tersebut, ke mana arah
gerakannya? dan jelaskan mengapa gerak asap tersebut demikian!.
Jawaban :
Setelah diamati, gerak asap bakaran ternyata masuk ke dalam pipa. Hal ini
dikarenakan suhu udara pada tempat masuknya asap rendah. Rendahnya suhu udara
tadi menyebabkan kerapatan udara menjadi besar dan tekanan menjadi tinggi.
Selanjutnya asap keluar lewat pipa yang di bawahnya terdapat lilin atau pembakar
Bunsen. Pada suhu yang tinggi, kerapatan udara menjadi kecil dan tekanan udara
menjadi rendah. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa udara bergerak dari tekanan
tinggi ke tekanan rendah.

2. Amati juga asap yang terhisap ke dalam kotak akan keluar lewat lubang yang lain,
jelaskan mengapa demikian!
Jawaban :
Asap yang terhisap ke dalam kotak akan keluar lewat lubang yang lain, hal ini
dikarenakan karena asap menuju ke tekanan yang rendah. Tekanan yang rendah ini
bisa disebabkan oleh suhu yang ditimbulkan oleh lilin atau pembakar Bunsen (suhu
yang tinggi). Suhu yang tinggi menyebabkan massa jenis asap menjadi ringan
makanya asap keluar lewat lubang yang lain ataupun asap naik ke atas.
3. Jelaskan apakah gerak asap bakaran gulungan tersebut di atas berhubungan dengan
peristiwa pemuaian udara?
Jawaban :
Ya, gerak asap bakaran gulungan tersebut di atas berhubungan dengan peristiwa
pemuaian udara berhubungan disebabkan karena gerak asap mengikuti tekanan
udara. Asap bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Tekanan yang tinggi
tadi disebabakan oleh suhu yang rendah dan tekanan yang rendah disebabakan oleh
suhu yang tinggi. Pada suhu yang tinggi terjadilah pemuaian udara. Dan dari tempat
yang terjadi pemuaian udara itulah asap keluar.

4. Jelaskan apakah peristiwa konveksi pada udara ini berhubungan dengan perubahan
massa jenis udara, jelaskan!
Jawaban :
Ya, peristiwa konveksi pada udara ini berhubungan dengan perubahan massa
jenis udara, karena peristiwa konveksi gerak asap yang naik ke atas terjadi pada tempat
dimana terjadinya pemuaian udara. Pemuaian terjadi karena suhu yang tinggi. Suhu
yang tinggi bisa menyebabkan massa jenis berkurang. Pengurangan massa jenis
menyebabakan asap bergerak ke tempat ini dan keluar dari sini (naik ke atas).

5. Jelaskan apakah peristiwa yang diperlihatkan percobaan di atas dapat menjelaskan


sebab terjadinya gerakan udara yang dinamakan dengan angin laut dan angin darat?

Gambar 3.4 Proses sirkulasi udara pada siang hari dan pada malam hari
Jawaban :
Ya, percobaan di atas dapat menjelaskan sebab terjadinya gerakan udara yang
dinamakan dengan angin laut dan angin darat, karena udara bergerak dari tekanan
udara yang tinggi ke tekanan udara yang rendah. Seperti yang sudah dibahas bahwa
angin laut terjadi karena perpindahan udara dari lautan (tekanan tinggi) ke daratan
(tekanan rendah). Dan sebaliknya angin darat terjadi karena perpindahan udara dari
daratan (tekanan tinggi) ke lautan (tekanan rendah). Hal itu juga sama terjadi pada
peristiwa konveksi udara. Jadi percobaan di atas dapat menjelaskan sebab terjadinya
gerakan udara yang dinamakan angin laut dan angin darat.

3.3.3 Peristiwa Konveksi pada Zat Cair


Pada saat diletakkan pemanas, sesaat kemudian pada tempat yang terkena panas
serbuk halus yang telah dimasukkan ke dalam air akan naik ke atas dan terus beredar
sepanjang pipa.

Pertanyaan
1. Jelaskan mengapa air dapat bersirkulasi sepanjang pipa . Jelasakan apa hubungan
peristiwa ini dengan perpindahan panas konveksi pada zat cair?
Jawaban :
Air dapat bersirkulasi sepanjang pipa karena arus air bergerak dari tekanan tinggi
(suhu rendah) ke tekanan rendah (suhu tinggi). Peristiwa ini berhubungan dengan
perpindahan panas konveksi pada zat cair di mana pada suhu yang tinggi
menyebabkan massa jenis berkurang dan tekanan menjadi tinggi dan terjadi
pemuaian udara di dalam air. Tekanan yang tinggi mendesak serbuk halus di dalam
air naik ke atas dan terus beredar sepanjang pipa.

2. Jelaskan mengapa, jika pemanas Bunsen dipindahkan dari bawah pipa, kecepatan
gerak sirkulasi air tampak menjadi lambat?
Jawaban :
Jika pemanas Bunsen dipindahkan dari bawah pipa, kecepatan gerak sirkulasi air
tampak menjadi lambat itu dikarena pada saat pemanas Bunsen dipindahkan suhu
akan berkurang dan tekanan yang semula tinggi akan berkurang sedikit demi
sedikit. Tekanan yang berkurang menyebabkan gerak sirkulasi air menjadi lambat.

3. Jelaskan apakah ada kaitan peristiwa ini dengan peristiwa upwelling pada air
laut?
Jawaban :
Ya, ada kaitan peristiwa ini dengan peristiwa upwelling pada air laut karena
peristiwa upwelling sama kejadiannya seperti peristiwa yang dibahas di atas.
Upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan
permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin,
salinitas tinggi, dan unsur hara yang kaya ke permukaan. Proses upwelling ini dapat
terjadi dalam tiga bentuk yakni :
1. Pada waktu arus dalam (deep current) bertemu dengan rintangan seperti mid-
ocean ridge (suatu sistem ridge bagian tengah lautan) di mana arus tersebut
dibelokkan ke atas dan selanjutnya air mengalir deras ke permukaan.
2. Ketika dua massa air bergerak berdampingan, misalnya saat massa air yang di
utara di bawah pengaruh gaya coriolis dan massa air di selatan ekuator bergerak
ke selatan di bawah pengaruh gaya coriolis juga, keadaan tersebut akan
menimbulkan ruang kosong pada lapisan di bawahnya. Kedalaman di mana
massa air itu naik tergantung pada jumlah massa air permukaan yang bergerak ke
sisi ruang kosong tersebut dengan kecepatan arusnya. Hal ini terjadi karena
adanya divergensi pada perairan laut tersebut.
3. Upwelling dapat pula disebabkan oleh arus yang menjauhi pantai akibat tiupan
angin darat yang terus-menerus selama beberapa waktu. Arus ini membawa massa
air permukaan pantai ke laut lepas yang mengakibatkan ruang kosong di daerah
pantai yang kemudian diisi dengan massa air di bawahnya.

4. Jika peristiwa upwelling terjadi di lautan, apa hubungannya dengan pergerakan


angin di lautan?
Jawaban :
Hubungan pergerakan angin di lautan yang terjadi sama halnya dengan peristiwa
upwelling. Angin di lautan terjadi karena adanya tekanan yang tinngi di lautan.
Sehingga angin bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah (daratan). akibatnya
terjadi sirkulasi udara dari laut ke darat.

5. Jelaskan apakah peristiwa upwelling ada kaitannya dengan perubahan tekanan


udara di permukaan laut serta perubahan keadaan cuaca dan iklim di suatu tempat?
Jawaban :
Ya, peristiwa upwelling ada kaitannya dengan perubahan tekanan udara di
permukaan laut serta perubahan keadaan cuaca dan iklim di suatu tempat.
Perubahan angin dan curah hujan mengakibatkan perubahan karakteristik kimia
fisika laut seperti suhu, salinitas dan arus. Iklim merupakan faktor global yang dapat
mengakibatkan perbedaan pergerakan dan distribusi massa air serta perubahan
karakteristik fisika kimia dan biologi laut. Iklim terbentuk terutama oleh perbedaan
energi matahari yang diterima oleh permukaan bumi yang berakibat pada perbedaan
suhu dan tekanan udara. Perbedaan tekanan udara dapat menimbulkan pergerakan
angin dari wilayah bertekanan tinggi ke wilayah bertekanan rendah. Sesuai dengan
sifat fluida maka bertiupnya angin di atas lautan mengakibatkan pergerakan massa
air. Selain pergerakan secara horizontal akibat tiupan angin, pergerakan massa air
juga dapat terjadi secara vertikal. Pergerakan air secara horizontal di daerah pantai
dapat mengakibatkan gradien tekanan antara perairan di pinggir pantai dengan
perairan di luar pantai. Gradien tekanan ini dapat menimbulkan pergerakan air yang
berasal dari lapisan bawah kepermukaan (upwelling) maupun sebaliknya
(downwelling).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah kemampuan kalor menyerap benda yang
berwarna hitam akan lebih cepat menerima panas dan melepaskan panas, sedangkan
warna putih lebih lambat menerima panas dan lama melepaskan panas dan jika
dihubungkan dengan perubahan suhu yang terjadi pada benda yaitu jika botol yang
berwarna hitam tidak diberikan panas atau kalor suhunya akan lebih cepat turun,
sedangkan pada botol putih suhunya akan lama melepaskan panas.
Peristiwa konveksi udara pada asap yang diserap oleh tempat keluarnya asap itu
bisa dikarenakan suhu udara pada tempat masuknya asap itu rendah. Rendahnya suhu
udara menyebabkan kerapatan udara menjadi besar dan tekanan menjadi tinggi. Asap
keluar lewat pipa yang di bawahnya terdapat lilin yang memberi panas. Pada saat suhu
tinggi, kerapatan udara menjadi kecil dan tekanan udara menjadi rendah. Sesuai
dengan sifat dari udara yakni, Udara bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan yang
rendah.
Peristiwa konveksi yang terjadi pada zat cair, saat diletakkan lilin dibawah pipa
U, beberapa saat kemudian setelah airnya mulai memanas dan mengeluarkan buih-
buih kecil sehingga menyebabkan tekanan pada air semakin tinggi, itulah yang bisa
membuat serbuk halus naik ke atas dan serbuk itu akan terus beredar sepanjang pipa.
Dari percobaan ini, kita telah mengetahui bahwa air dapat beredar sepanjang
pipa karena arus air bergerak dari tekanan tinggi (suhu rendah) ke tekanan rendah
(suhu tinggi). Tekanan yang tinggi tersebut yang mendesak serbuk halus di dalam air
naik ke atas dan terus beredar sepanjang pipa.

4.2 Saran
1. Sebelum melakukan percobaan sebaiknya kita sebagai mahasiswa telah memahami
teori, langkah-langkah, serta konsep dasar tentang percobaan yang akan dilakukan.
2. Pada saat melakukan percobaan kita sebaiknya lebih teliti agar kesalahan yang
terjadi dapat diminimalisir.
3.
DAFTAR PUSTAKA

Kamaruddin,Thamrin. 2016. Fisika Geografi. Laboratorium Geografi: Banda Aceh.

http://memetmulyadi.blogspot.com/2013/03/perpindahan-kalor-konduksi-konveksi-
radiasi.html#ixzz3O3IZB4IT, diakses pada 16 November 2016.

Anda mungkin juga menyukai