Anda di halaman 1dari 6

Dua Aliran Budha Monumental:

Mahayana dan Hinayana

Dosen pengampu :
Thoriqul Huda, M. Fil.I

Oleh:

Muhammad Eko Anang E92215032

Muhammad Taufik Ilham Fauzi

Prodi Studi Agama-Agama

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2017
Sejarah Terbentuknya Aliran Mahayana dan Hinayana
Beberapa pekan setelah Budha meninggal, ada salah seorang biksu yang bernama
Subhadha berkata jangan bersedih kawan-kawan, janganlah meratap, sekarang kita sudah
terbebas dari pertapa agung yang tidak aan lagi memberi tahu apa yang sesuai dan tidak
sesuai dilakukan, yang membuat hidup kita menderita, tetapi sekarang kita dapat berbuat
apapun yang kita sukai dan tidak berbuat apa ang tidak kita sukai. Berita ini sampai kepada
Biksu Kassapa, sehingga dia menyadari bahwa harus diadakannya sebuah konsili untuk
menyelesaikan permasalahan ini. Konsili pertama dilakukan di Kota Rajagha pada 483 SM.1

Dalam konsili ini para biksu mengikuti ajaran Budha yang terdapat di kitab Vinaya-
Pitaka. Kitab ini pada mulanya diwariskan secara lisan dari satu orang ke orang lainnya.
Tetapi ada upaya untuk mengubah isi kitab Vinaya. Kelompok yang berusaha memegang
teguh kemurnian kitab menamakan diri sebagai Sthaviravada yang kemudian berkembang
menjadi aliran Theravada atau Hinayana. Sedangkan golongan yang berusaha mengubah
kitab suci menamakan diri sebagai Mahasanghika yang dalam perkembangan selanjutnya
menjadi Mahayana.

Hinayana
Hinayana merupakan aliran Budha yang terdapat di Ceylon, Burma dan Siam. Aliran
Hinayana berupaya melakukan pemurnian terhadap ajaran Budha tanpa adanya campuran
dari budaya luar. Sehingga, aliran Hinayana dapat disebut sebagai aliran ortodoks atau kolot.
Secara harfiah, Hinayana berarti kendaraan kecil. Maksud dari kendaraan kecil adalah
pencerahan didapatkan oleh perseorangan tanpa berupaya mengajak orang lain mengalami
pencerahan yang sama.

Dalam pokok ajarannya, Hinayana mewujudkan suatu perkembangan yang logis


berdasarkan apa yang ada di dalam kitab-kitab kanonik umat Budha. Ajaran-ajaran tersebut
adalah:2

Segala sesuatu bersifat fana dan berada hanya untuk sementara saja. Sesuatu yang
sementara tersebut disebut dhamma. Karena segalanya bersifat sementara, maka
tidak ada sesuatu yang abadi.
Dhamma-dhamma tersebut adalah sebuah kenyataan ata realitas kecil dan pendek,
yang menjadi sebuah kelompok sebagai sebab dan akibat.
Tujuan hidup setiap manusia adalah mencapai Nirwana yang merupakan tempat
kesadaran dihilangkan. Kesadaran dihilangkan karena dianggap sebagai belenggu
setiap manusia.

1 Ana Upakarika, dkk., Ehipassiko: Buku Pelajaran Agama Budha, (Jakarta: Ehipassiko Foundation,
2015), 58.

2 Harun Hadiwiyono, Agama Hindu dan Budha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), 91.
Cita-cita tertinggi seorang Hinayana adalah menjadi arahat. Arahat adalah suatu
keadaan tertinggi, tempat yang suci dimana nafsu dipadamkan, tidak adanya kar-
ma yang mengakibatkan manusia terlahir kembali.3 Arahat sendiri didapatkan
secara bertahap. Orang yang sudah menjadi pemuka agama tela mencapai tahap
arahat yang paling awal.

Hinayana mengembangkan sebuah konsepsi antropomorfis berdasarkan pada panteisme


populer dan percaya terhadap satu pencipta dengan banyak dewa di bawahnya. 4 Dewa-dewa
dalam kepercayaan inayana bukanlah sosok yang sempurna, bukan pula sosok yang tahu
segalanya. Berbeda dengan Budha (Sidharta Gautama). Budha disebut sebagai devatideva
yang memiliki sifat tahu segalanya dan berkuasa atas segalanya. Meskipun memiliki
kekuasaan yang lebih tinggi daripada dewa, aliran Hinayana beranggapan bahwa Budha
hanyalah seorang manusia biasa yang memiliki kelebihan dalam hal kecer-dasan dan
kemampuan yang melebihi manusia pada umumnya.5

Mahayana
Aliran Budha Mahayana terdapat di Tibet, Tiongkok dan Jepang. Mahayana berarti
kendaraan besar. Artinya, aliran Mahayana memiliki kewajiban untuk menyebarkan ajaran
Budha kepada setiap manusia, agar tidak hanya dirinya saja yang mendapatkan pencerahan,
tetapi setiap orang berhak mendapatkan pencerahan. Aliran Mahayana dalam perkembangan-
nya di banyak negara adalah sangat bertoleransi dengan agama yang telah ada pada wilayah
tersebut. Aliran ini juga percaya terhadap adanya hal-hal mistis dan sesuatu yang bersifat
takhayul.6

Aliran Mahayana memiliki ciri khas yaitu adanya kepercayaan terhadap boddhisatwa.
Boddhisatwa berasal dari kepercayaan masyarakat India tentang kepercayaan terhadap
reinkarnasi. Hal ini menghasilkan sebuat pemikiran tentang kisah kelahiran yang
menyertakan karakter manusia dan hewan yang menunjukkan kualitas Buddha tentang cinta,
rasa iba dan kebijaksanaan.7 Kisah tersebut menghasilkan konsep tentang boddhisatwa.

3 Mudji Sutrisno, Buddhisme: Pengaruhnyadalam Abad Modern, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), 171.

4 Ibid.

5 Ibid.

6 Ibid., 176.

7 Shulamit Ambalu, dkk., The Religions Book, (London: DK, 2013), 154.
Boddhisatwa merpakan orang yang telah mencapai pencerahan kemudian dipilih untuk
tinggal di dunia, terus menerus lahir kembali yang berguna untuk seluruh makhluk hidup.8

Dengan adanya konsep tentang boddhisatwa ini dapat dilihat bahwa di dalam aliran
Mahayana berusaha untuk mengajak setiap manusia menggapai Nirwana. Meskipun karena
kebajikannya seorang boddhisatwa sudah pasti mendapatkan Nirwana, tetapi dia memilih
jalan yang lebih panjang. Seorang boddhisatwa memiliki kasih yang sangat besar terhadap
dunia, agar dunia dalam arti seluas-luasnya (termasuk para dewa dan manusia) dapat
menggapai Nirwana.9 Untuk menjadi seorang boddhisatwa diperlukan enam kesempurnaan,
yaitu kemurahan hati (dana), moralitas (sila), kesabaran (ksanti), energi (virya), meditasi
(dhyana) dan kebijaksanaan (prajna).10

Berkaitan dengan ajaran tentang boddhisatwa, aliran Mahayana terdapat ajaran tentang
pariwarta, yaitu kebajikan seseorang dapat dipergunakan untuk kepentingan orang lain.
Orang yang mendapatkan pahala atas kebajikannya dapat menggunakan pahalanya untuk
menolong orang lain.

Aliran Mahayana beranggapan bahwa untuk mencapai Nirwana tidak hanya dengan
berupaya mengajak setiap orang menuju pencerahan, melainkan juga dibutuhkan sebuah jalan
agar selamat. Jalan tersebut adalah jalan Budha, yang ditunjukkan dalam bentuk doa dan
ibadah umat Budha.11

Ajaran selanjutnya yang menjadi ciri khas aliran Mahayana adalah ajaran tentang
sunyata atau kekosongan. Segala sesuatu adalah kosong, sehingga tidak ada yang diinginkan
dan dicari. Tidak hanya dunia yang kosong, melainkan Nirwana pun juga kosong. Kebenaran
yang tertinggi adalah kekosongan. Yang Mutlak tidak dapat dipegang, seandainya dia dapat
dipegang, setiap manusia tidak akan mengenalnya, karena Yang Mutlak tidak memiliki ciri-
ciri yang membedakan dengan yang lainnya.12

Perbedaan antara Aliran Hinayana dan Mahayana

8 Ibid., 155.

9 Harun Hadiwiyono, Agama Hindu dan Budha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), 92.

10 Shulamit Ambalu, dkk., The Religions Book, (London: DK, 2013), 155.

11 Mudji Sutrisno, Buddhisme: Pengaruhnyadalam Abad Modern, (Yogyakarta: Kanisius, 1993),


177.

12 Harun Hadiwiyono, Agama Hindu dan Budha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), 93.
Hinayana Mahayana

Daerah Ceylon Tibet


Perkembanga Birma Tiongkok
n Agama Siam Jepang

Arahat, yang merupakan jalan kecil


Boddhisatwa, bisa disebut juga jalan
yang hanya dapat menyelematkan
besar karena berupaya mengajak
Tujuan Hidup dirinya sendiri tanpa berupaya
setiap orang dan juga dewa untuk
mengajak orang lain untuk mencapai
mendapatkan pencerahan.
pencerahan.

Budha adalah orang biasa yang


Pandangan
memiliki kelebihan dalam hal Budha dipandang sebagai juru
mengenai
kecerdasan dan kemampuan melebihi selamat umat manusia.
sosok Budha manusia biasa.

Pandangan
Menolak hal-hal yang bersifat Melaksanakan dengan teliti hal-hal
mengenai hal-
metafisis. yang berhubungan dengan metafisika.
hal metafisis
Bersifat konservatif, ortodoks, karena
Ideologi
berupaya bertahan terhadap ajaran Memiliki sifat liberal.
Gerakan asli Budha.

Penyebar Hanya para biksu yang pantas untuk Setiap orang berhak untuk
Ajaran menyebarkan ajaran Budha. menyebarkan ajaran Budha.

Kesimpulan
Dua aliran Budha ini berasal dari adanya perpecahan antara umat Budha. Dimana satu
golongan berupaya mempertahankan isi kitab suci sedangkan golongan lainnya berusaha
untuk mengubah kitab suci. Golongan yang berupaya mempertahankan kitab suci adalah
Hinayana yang diartikan sebagai kendaraan kecil. Aliran Hinayana ini memiliki target
kehidupan yaitu mendapatkan arahat. Arahat adalah pencerahan yang didapatkan dengan
sendiri-sendiri tanpa adanya upaya untuk mengajak setiap manusia dan dewa menggapai
pencerahan ini. Berbeda dengan aliran Mahayana yang diartikan sebagai kendaraan besar.
Aliran Mahayana memiliki ajaran tentang boddhisatwa, yang berarti bahwa pencerahan dapat
dilakukan oleh setiap orang dan setiap orang berhak mengajak kepada pencerahan. Kedua
aliran ini memiliki perkembangan yang cukup pesat di beberapa negara. Dibuktikan dengan
wilayah-wilayah atau negara yang terdapat umat Budha yang telah disebutkan sebelumnya.
Daftar Pustaka

Ambalu, Shulamit, dkk. 2013. The Relgions Book. Londong. DK.

Hadiwiyono, Harun. 1989. Agama Hindu dan Budha. Jakarta. BPK Gunung Mulia.

Sutrisno, Mudji. 1993. Buddhisme: Pengaruhnya dalam Abad Modern. Yogyakarta.


Kanisius.
Upakarika, Ana, dkk. 2015. Ehipassiko: Buku Pelajaran Agama Budha. Jakarta. Ehipassiko
Foundation.

Anda mungkin juga menyukai