Anda di halaman 1dari 121

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN USAHA PENGGILINGAN

GABAH DI DESA CIKARAWANG, KECAMATAN


DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR

Oleh
R. RINRIN CHAERUNNISA SD
H24103049

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN USAHA PENGGILINGAN
GABAH DI DESA CIKARAWANG, KECAMATAN
DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Oleh
R. RINRIN CHAERUNNISA SD
H24103049

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN USAHA PENGGILINGAN GABAH
DI DESA CIKARAWANG, KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN
BOGOR

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Oleh
R.RINRIN CHAERUNNISA SD
H24103026

Menyetujui, Agustus 2007

Ir. Pramono D. Fewidarto, MS


Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc


Ketua Departemen

Tanggal Ujian : 17 Agustus 2007 Tanggal Lulus :


ABSTRAK

R. Rinrin Chaerunnisa SD. H24103049. Studi Kelayakan Pendirian Usaha


Penggilingan Gabah di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten
Bogor. Di bawah bimbingan Pramono D. Fewidarto.

Pengembangan potensi desa dilakukan dengan cara meningkatkan


motivasi masyarakat untuk mengelola potensi ekonomi desa. Desa Cikarawang
yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor memiliki potensi
ekonomi yang dapat di kembangkan, potensi tersebut terlihat pada bidang
pertanian, peternakan, maupun usaha industri. Berdasarkan penelitian aksi
partisipatif yang dilakukan oleh peneliti bersama salah satu kelompok tani yang
ada di Desa Cikarawang, didapatkan keinginan kelompok untuk mendirikan usaha
penggilingan gabah. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menganalisis kelayakan
pendirian usaha penggilingan gabah dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek
teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional, aspek dampak usaha, dan
aspek finansial., 2) merekomendasikan langkah-langkah implementasi pendirian
usaha penggilingan gabah dengan pendekatan kolaboratif.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer didapat dari Focus Group Discussion kelompok tani, kaji
lapang (resource mapping), future scenario, wawancara langsung dan penyebaran
angket atau kuesioner. Data sekunder didapat dari literatur, buku, kunjungan ke
berbagai dinas, instansi, dan tempat-tempat yang berhubungan dengan penelitian.
Data diolah menggunakan Microsoft Excel untuk menganalisis kriteria kelayakan
secara finansial. dan SPSS version 12.0 untuk menganalisis kebutuhan dan
permintaan masyarakat Desa Cikarawang terhadap penggilingan gabah.
Hasil dari pengolahan data dan analisis, didapatkan kesimpulan bahwa
usaha penggilingan gabah ini layak didirikan dilihat dari aspek pasar dan
pemasaran yang mencakup peluang pasar yang tersedia, permintaan, pesaing, dan
strategi pemasaran, aspek teknis dan teknologis mencakup kapasitas produksi
ekonomis, mesin, peralatan, rencana investasi, lokasi, tata letak, dan proses
produsi serta quality control. Aspek manajemen operasional terdiri dari struktur
organisasi, pembagian tugas, kepemilikan dan legalitas serta gaji / upah, aspek
dampak usaha mencakup dampak manfaat dan lingkungan dari adanya
penggilingn gabah tersebut, dan analisis finansial mencakup kebutuhan modal
investasi dan kerja, sumber modal, identifikasi manfaat, kriteria kelayakan
investasi dan analisis sensitivitas.
Kriteria kelayakan investasi menghasilkan NPV usaha bernilai Rp. .
254.889.000,00, IRR 40,58 persen, Net B/C atau PI adalah 8,54 dan PBP adalah
0,8 tahun. Nilai diatas menunjukkan kelayakan dari suatu usaha. Usaha layak jika
NPV> 0, IRR lebih dari tingkat suku bunga deposito, PI >1, dan PBP kurang dari
periode analisis. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha ini tidak sensitif
apabila terjadi penurunan volume penjualan sebesar 10 persen dan kenaikan harga
input operasional sebesar 10 persen.
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Juni 1985 di Kota Bogor. Penulis


yang bernama lengkap R. Rinrin Chaerunnisa SD merupakan anak ketiga dari
empat bersaudara pasangan R Dedi Supriadi S.Sos, M.Si dan Tati Hertati.
Pendidikan diselesaikan di TK Tunas Rimba pada tahun 1991, kemudian
melanjutkan ke pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Polisi V Bogor dan
lulus tahun 1997. Pada tahun 1997, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Bogor dan melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Bogor. Pada tahun 2003, penulis diterima
di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian
Bogor (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen
(FEM)
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Mata Kuliah
Manajemen Keuangan, Akuntansi Biaya, dan Pengantar Akuntansi di
Departemen Manajemen pada tahun ajaran 2006-2007. Penulis menjadi peserta
magang di perusahaan International Flavour dan Fragrance Jakarta Timur dan
Trainer anak di Parenca pada tahun 2006, serta menjadi Mentor BBQ plus di
SMAN 2 Bogor pada periode 2005-2006. Pada tahun 2006, penulis pernah
menjadi juara III LKTM IPB bidang IPS dengan judul makalah Pembiayaan
Berprinsip Syariah Untuk Mendorong Investasi Perumahan Rakyat.
Penulis aktif dibeberapa organisasi kemahasiswaan dan non
kemahasiswaan. Pada periode 2006-2007, penulis menjabat sebagai Bendahara
Bidang Kewirausahaan WASILAS. Pada periode 2005-2006, aktif sebagai
Sekretaris Kabinet BEM FEM IPB, pada periode yang sama penulis juga
menjabat sebagai Sekretaris Departemen Dana Usaha WASILAS. Pada Periode
2004-2005, penulis menjabat sebagai Sekretaris Komisi Eksternal DPM FEM
IPB. Selain itu, penulis aktif mengikuti berbagai kepanitian seperti ET 1 dan 2
(Entrepreneur Training), SET (Sharia Economic Training), PUJANGGA
(Pelatihan Menulis dan Ajang Galeri Artikel), MPF/MPD (Masa Perkenalan
Fakultas dan Departemen), BGTC (Banking Goes to Campus), Femily Days,
MAKAR (Mahasiswa feat Pakar), dan PPR (Panitia Pemilihan Raya) KM IPB

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah


SWT-Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan curahan rahmat, hidayah,
serta pertolongan-Nya. Tak lupa teriring shalawat dan salam kepada junjungan
yang membawa risalah pencerahan sejati Muhammad Rasulullah SAW.
Hidup selalu berubah karena di dunia ini tidak ada yang tidak berubah
kecuali perubahan itu sendiri.. Ada awal ada akhir, ada lahir dan ada mati.
Begitupun dengan kehidupan penulis di kampus ini. Penulis merasa bangga dan
bersyukur memiliki kesempatan untuk menjadi seorang mahasiswa IPB. Institut
Pertanian Bogor, telah memberi penulis cara memandang dunia yang mungkin
tidak akan pernah penulis miliki seandainya penulis menjalani kuliah di tempat
berbeda.
Tiada kata yang layak penulis haturkan selain mengucapkan rasa syukur
kehadirat-Nya dan terima kasih kepada banyak pihak yang telah menjadikan
kehidupan penulis penuh dinamika dan bermakna. Ucapan terima kasih ini
penulis tujukan kepada:
1. Bapak Ir. Pramono D Fewidarto, MS selaku dosen pembimbing skripsi
yang senantiasa memberikan masukan, arahan, saran, perbaikan terhadap
penelitian yang dilakukan penulis serta motivasi dan pembelajaran
sehingga penulis memahami hakikat penelitian yang sebenarnya.
2. Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT dan Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM atas
kesediaannya menjadi penguji pada hari kemerdekaan.
3. Bapak, Ibu, serta kakak-kakak dan adik atas segenap daya upaya yang
selalu mendoakan, memberi kasih sayang, dorongan, dan kesabarannya
dalam menghadapi penulis.
4. Para pihak penyelenggara proyek Leadership Training yaitu Pihak IPB:
Ibu Ir. Mimin Aminah, MM, Ibu Nesti, Pak Eko, Pak Ahmad dan Pihak
CIFOR: Pak Agus, Pak Anto, Pak Yayan, Mas Putu, Mas Widi, yang
memberikan kesempatan dan pengetahuan pada penulis untuk melakukan
penelitian dengan metode penelitian aksi partisipatif, serta untuk Mas
Rifky sang fotografer handal.

v
5. Dr. Ir. Jono M Munandar, selaku Ketua Departemen Manajemen
6. Seluruh dosen-dosenku tercinta di Departemen Manajemen yang telah
memberikan ilmu dan pembelajaran selama penulis menjalani perkuliahan.
Sungguh ilmu yang diberikan sangat berarti bagi penulis dan seluruh staf
TU yang telah membantu penulis terhadap kelancaran penelitian dan
penulisan skripsi, serta Pak Maman yang selalu mendoakan penulis.
7. Pak Ahmad selaku ketua Kelompok Tani Hurip, Pak Asep pengelola
penggilingan gabah di Carangpulang Kidul, dan seluruh warga
Cikarawang yang telah bersedia menerima penulis dan melakukan
penelitian bersama penulis. Ibu Titin, Ibu Encas, Mery, dan Mas Rahman
sebagai pihak yang akan melaksanakan rencana usaha, tetap semangat
dalam menggapai impian. Semoga Penggilingan Hurip Jaya akan segera
berdiri. Amin
8. Teman-teman seperjuangan, tim Cikarawang: Tati, Yenni, Nela, Indra,
Mira, Mas Agus, dan tim Situgede: Adit, Bayu, Dodo, Teh Rika dkk.
Banyak pengalaman berharga yang kita dapatkan, suka duka telah kita
lalui, semoga pengalaman ini bisa menjadikan kita lebih bermakna di
hadapan sesama dan di hadapan-Nya. Tetap semangat mengabdi untuk
masyarakat.
9. Teman-teman satu bimbingan: Fany, Irwan, Asep, Yan, dan JW. Terima
kasih atas motivasi, kebersamaan, dan dukungannya.
10. Teman-teman terbaik: Ulfa, Else, Amik, Etty, Pasus, Uci, Yayuk, Ipeh,
Dika, Ruslan, Prita, Yunia dan seluruh manajemen 40. Terima kasih atas
bantuan dan kebersamaannya selama ini.
11. Adik tingkat: angkatan 41, 42, 43, 44. Berikan yang terbaik yang kalian
miliki untuk kampus dan negara yang kita cintai. Semoga kita bisa
menjadi penerus yang baik, dan bermanfaat bagi sebanyak-banyak
manusia.
Kepada semuanya, semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik,
karena Dia-lah sebaik-baik pemberi balasan. Semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian................................................................................. 4
1.3. Manfaat Penelitian............................................................................... 5
1.4. Batasan Masalah ................................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
2.1. Studi Kelayakan.............. ................................................................... 6
2.1.1. Aspek-aspek Studi Kelayakan.................................................. 7
2.1.1.1. Aspek Pasar dan Pemasaran................................................... 8
2.1.1.2. Aspek Teknis dan Teknologis................................................ 8
2.1.1.3. Aspek Manajemen Operasional.............................................. 9
2.1.1.4. Aspek Finansial..................................................................... 9
2.2. Usaha Kecil ..................... .................................................................. 12
2.3. Usaha Penggilingan Gabah................................................................... 13
2.4. Teknologi Pengolahan Padi........... .................................................... 14
2.5. Teknik Penggilingan Padi yang Baik.................................................. 16
2.6. Jenis-jenis Mesin Penggilingan Padi................................................... 18
2.7. Penelitian Aksi Partisipatif.................................................................. 18
2.8. Hasil Penelitian Terdahulu.................................................................. 21
III. METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 24
3.1. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 24
3.2. Tahapan Penelitian................. ............................................................ 26
3.3. Metode Penelitian.............................................................................. 28
3.3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................. 28
3.3.2. Jenis dan Sumber Data............................................................ 28
3.3.3. Metode Pengumpulan Data..................................................... 28
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data............................................... 30
3.4.1. Aspek Pasar............................................................................. 31
3.4.2. Aspek Teknis.......................................................................... 31
3.4.3. Aspek Manajemen................................................................... 31
3.4.4. Aspek Dampak Usaha............................................................. 32
3.4.5. Aspek Finansial Teknis........................................................... 32

vii
3.4.6. Asumsi Dasar.......................................................................... 34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 36
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian..................................................... 36
4.1.1. Desa Cikarawang..................................................................... 36
4.1.2. Kelompok Tani Hurip............................................................. 39
4.2. Pendekatan PAR dan PRA untuk Penjaringan, dan Pemantapan Ide,
serta Perencanaan Usaha pada Kelompok Tani Hurip........................ 40
4.2.1. Latar Belakang dan Rencana Usaha Penggilingan Padi
Kelompok Tani Hurip.............................................................. 41
4.2.2. Rencana Strategis Usaha Penggilingan Gabah........................ 44
4.2.3. Analisis SWOT dalam Pendirian Usaha Penggilingan Hurip
Jaya......................................................................................... 46
4.3.Analisis Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah................... 49
4.3.1. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran...................................... 49
4.3.2. Analisis Aspek Teknis dan Teknologis................................... 61
4.3.3. Analisis Aspek Manajemen Operasiona.................................. 71
4.3.4. Analisis Aspek Dampak Usaha....................................... ........ 75
4.3.5. Analisis Aspek Finansial.......................................................... 76
4.4.Rekomendasi dalam Tahap Implementasi Pendirian Penggilingan
Gabah..................................................................................................... 81
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................... 82
1. Kesimpulan..................................................................................................... 82
2. Saran................................................................................... ............................ 83
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 84
LAMPIRAN...................................................................................................... 86

viii
DAFTAR TABEL

No. Halaman
1. Perbandingan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten
Bogor.............................................................................................................. 2
2. Pengelompokkan Perusahaan Penggilingan Gabah di Indonesia.................. 13
3. Perbedaan Conventional Research dan Participatory Research................... 20
4. Cita-cita, Proses, Tujuan, serta Sasaran dan Pemanfaat Metode PRA......... 21
5. Perhitungan Produksi Padi Desa Cikarawang per Tahun.............................. 52
6. Data Penggilingan Padi yang Terdapat di Sekitar Wilayah Desa
Cikarawang.................................................................................................... 52
7. Kepuasan Konsumen Terhadap Penggilingan Gabah yang Ada................... 54
8. Kebutuhan SDM............................................................................................ 72
9. Nilai Kriteria Penilaian Investasi Rencana Usaha Penggilingan Padi
Kelompok Tani Hurip. .................................................................................. 76

ix
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman
1. Peta JABODETABEK................................................................................. 2
2. Tahapan Utama Proses Pengolahan Beras .................................................. 15
3. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 25
4. Diagram Alir Penelitian ............................................................................. 26
5. Peta Cikarawang.......................................................................................... 36
6. Analisis Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat ......................................... 55
7. Layout Penggilingan Gabah Kelompok Tani Hurip..................................... 62
8. Skema Proses Produksi................................................................................ 63
9. Tahapan Proses Kegiatan Penangan Pasca Panen........................................ 65
10. Cara Penumpukan Kunci Lima dalam Penyimpanan Sistem Karung........... 68
11. Struktur Organisasi........................................................................................ 70

x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Matriks Pengumpulan dan Analisis Data.......................................................87
2. Struktur Organisasi Kelompok Tani Hurip.................................................... 90
3. Proses PAR.................................................................................................... 91
4. Produksi Padi Kecamatan Dramaga Tahun 2005.......................................... 98
5. Produksi Padi Kecamatan Dramaga Tahun 2006.......................................... 99
6. Desa Cikarawang di Kecamatan Dramaga ..................................................100
7. Pengelola Usaha........................................................................................... 101
8. Kegiatan Investasi........................................................................................ 102
9. Rencana Produksi Penggilingan Gabah....................................................... 103
10. Rencana Kebutuhan Fisik Pendirian Usaha Penggilingan Gabah............... 104
11. Daftar Indeks Harga Barang untuk Pendirian Usaha Penggilingan
Gabah Tahun 2007....................................................................................... 105
12. Rencana Kebutuhan Dana dalam Usaha Pendirian
Penggilingan Gabah..................................................................................... 106
13. Perhitungan Biaya Penyusutan Asset.......................................................... 107
14. Permodalan dan Rencana Penerimaan......................................................... 108
15. Rekapitulasi Biaya....................................................................................... 109
16. Perkiraan Laba / Rugi Usaha Penggilingan Gabah...................................... 110
17. Perkiraan Arus Kas (Cash Flow) ................................................................ 111
18. Perhitungan Net Present Value (NPV) ........................................................ 112
19. Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) dan Net B/C............................. 113
20. Perhitungan Payback Period (PBP) ............................................................. 114
21. Perhitungan Break Even Point (BEP) ......................................................... 115
22. Kenaikan Harga Input sebesar 10 Persen.................................................... 116
23. Penurunan Volume Penjualan 10 Persen...................................................... 117
24. Sensitivitas 10 persen: NPV......................................................................... 118
25. Sensitivitas 10 persen : IRR dan Net B/C.................................................... 119
26. Sensitivitas 10 persen : PBP dan BEP.......................................................... 200
27. Kenaikan Harga Input sebesar 50 Persen..................................................... 201
28. Penurunan Volume Penjualan 66 Persen...................................................... 202
29. Switching Value NPV................................................................................... 203
30. Switching Value IRR dan Net B/C............................................................... 204

xi
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang menjadi
tumpuan hidup sebagian besar masyarakat Indonesia. Sektor ini dapat
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menciptakan lapangan kerja,
menyediakan pasar dan bahan baku untuk produksi sektor industri,
menciptakan pendapatan dan menghasilkan devisa yang dibutuhkan untuk
proses pembangunan.
Kebutuhan masyarakat terhadap hasil pertanian, terutama beras
menjadi permasalahan utama yang harus diatasi. Beras merupakan
komoditas yang sangat penting, karena sebagian besar penduduk Indonesia
mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok sehari-hari. Beras bukan saja
merupakan bahan pangan pokok, tetapi sudah merupakan komoditas sosial.
Suplai beras harus tetap terjamin karena dapat berakibat pada timbulnya
keresahan sosial. Oleh karena itu, perhatian terhadap produksi, kualitas,
distribusi, dan kesejahteraan pelaku sektor perberasan harus mendapat
prioritas dari pemerintah.
Pencanangan program peningkatan produksi beras nasional sebesar 2
juta ton tahun 2007 memberi arti bahwa pemerintah memiliki kepedulian
terhadap sektor pertanian. Pencanangan ini membuat setiap wilayah
produksi menentukan target produksinya. Salah satu wilayah yang
melakukan penetapan target produksi beras adalah Kabupaten Bogor. Luas
Kabupaten Bogor adalah 317.102 hektar, dengan potensi lahan pertanian
yaitu seluas 149.748 hektar (Deptan, 2005). Gambar 1 memperlihatkan
perbandingan luas Kabupaten Bogor dengan wilayah sekitarnya.
Target peningkatan produksi beras tahun 2007 di wilayah Kabupaten
Bogor adalah sebesar 28.728 ton 1. Penentuan target dilakukan sebagai
upaya untuk mendukung peningkatan produksi beras di Jawa Barat. Dalam
upaya tersebut Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor
dihadapkan pada berbagai masalah, di antaranya lahan sawah di Kabupaten

1
www.pikiran-rakyat.com
2

Bogor semakin berkurang akibat banyaknya sawah yang beralih fungsi


menjadi lahan nonpertanian, dan persediaan air untuk menumbuhkan
tanaman padi sawah juga berkurang akibat banyaknya jaringan irigasi yang
rusak. Oleh karena itu, diperlukan kerja keras dan penanganan lintas
sektoral, serta dukungan dan keterlibatan masyarakat dalam menentukan
tercapainya target tersebut.

Gambar 1. Peta Jabodetabek (Sumber: Bakosurtanal, 2005)

Lahan pertanian di Kabupaten Bogor sebagian dimanfaatkan untuk


memproduksi tanaman pangan, terutama padi. Perbandingan luas panen,
produktivitas, dan produksi padi dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di


Kabupaten Bogor (2000-2005)
Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (kw/ha) Produksi (ton)

2000 80.553 50,12 403.696

2001 81.124 52,40 425.093

2002 87.702 52,78 462.540

2003 72.075 51,81 373.420

2004 84.975 52,48 445.958

2005 76.801 53,66 412.084

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2000-2005


3

Kecamatan Dramaga merupakan salah satu kecamatan yang termasuk


ke dalam wilayah Kabupaten Bogor. Luas panen padi sawah untuk
Kecamatan Dramaga pada tahun 2005 diketahui seluas 1269 hektar, dengan
tingkat produktivitas rata-rata sebesar 52,92 kwintal/hektar dan hasil
produksi padi sejumlah 6.723 ton. (Deptan, 2005)
Salah satu desa pinggiran Kota Bogor yang terletak di Kecamatan
Dramaga yaitu Desa Cikarawang, luas desa ini adalah 225,56 hektar. Lahan
yang digunakan untuk sawah dan ladang adalah 194,572 hektar2. Dari hasil
sawah dan ladang inilah masyarakat Desa Cikarawang dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Desa Cikarawang memiliki tiga dusun yaitu
Dusun I, II, dan III serta empat kelompok tani yang sudah terdaftar di kantor
Kecamatan Dramaga yaitu Kelompok Tani Hurip, Mekar, Setia, dan Subur
Jaya.
Sistem pola tanam yang dilakukan oleh petani Dusun I dan II ialah
sistem bergilir antara padi dan palawija. Hal ini berkaitan dengan sistem
irigasi yang terdapat di desa, karena kurangnya air dan harus ada pembagian
alokasi air dengan sistem bergilir, maka petani di Dusun I dan II melakukan
penanaman padi hanya satu kali dalam setahun, sedangkan petani Dusun III
selalu menanam padi sepanjang musim, penanaman padi dilakukan tiga kali
dalam setahun, karena air yang bersumber dari Situ Burung selalu mengairi
wilayah ini.
Penanganan pasca panen padi yang dilakukan oleh masyarakat Desa
Cikarawang meliputi pemanenan, pengumpulan, perontokan, pengangkutan,
pengeringan, penyimpanan, dan yang terakhir dan terpenting yaitu
penggilingan. Keberadaan usaha penggilingan gabah sangat dibutuhkan dan
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Desa Cikarawang.
Penggilingan gabah merupakan sarana produksi pangan yang
mempunyai peranan sangat penting dalam rangka pemberdayaan
perekonomian masyarakat pedesaan terutama petani serta penciptaan
lapangan kerja. Penggilingan gabah juga berperan sebagai titik sentral dari

2
Data monografi Desa Cikarawang
4

sebuah kawasan produksi padi sekaligus titik pertemuan antara perubahan


bentuk dari bahan baku menjadi hasil olahan primer.
Desa Cikarawang memiliki dua usaha penggilingan gabah milik
perorangan yang terletak di Dusun I dan Dusun III, penggilingan di Dusun I
tidak berfungsi dengan baik karena mesin penggilingan sudah mengalami
kerusakan, sedangkan satu penggilingan yang lain berada di Dusun III masih
berfungsi dengan baik meskipun mesin penggilingan sudah lama
dioperasikan, yaitu sejak tahun 1982. Adanya kedua penggilingan gabah
tersebut dirasakan belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat
Cikarawang untuk menggiling gabah. Sehingga sebagian masyarakat
melakukan penggilingan gabah di luar Desa Cikarawang.
Adanya kebutuhan akan penggilingan gabah yang lebih dekat dengan
daerahnya, memunculkan keinginan pada salah satu kelompok tani yaitu
Kelompok Tani Hurip untuk mendirikan penggilingan gabah. Pendirian
penggilingan gabah ini merupakan keinginan masyarakat, petani, dan
kelompok tani yang berada di Dusun II. Kelompok tani dan masyarakat
sekitar mengharapkan manfaat yang besar dari pendirian penggilingan
gabah tersebut, yaitu dapat menjadi pusat penggilingan gabah di Desa
Cikarawang.
Pendirian penggilingan gabah dapat menjadi pemicu bagi masyarakat
untuk meningkatkan produktivitas padi Desa Cikarawang. Namun dalam
pendirian ini masyarakat belum mengetahui bagaimana cara memulai bisnis
penggilingan gabah dan kelayakan dari usaha tersebut. Maka hal penting
yang harus bisa dijawab berkaitan dengan keinginan masyarakat dan
kelompok tani untuk mendirikan penggilingan gabah di Desa Cikarawang
adalah apakah pendirian usaha penggilingan gabah di desa ini memang
layak terutama dari aspek pasar dan pemasaran, teknis, maupun finansial.

1.2. Tujuan Penelitiaan


Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan ialah sebagai berikut:
1. Menganalisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah dilihat dari
aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek
manajemen operasional, aspek dampak usaha, dan aspek finansial.
5

2. Merekomendasikan langkah-langkah implementasi pendirian usaha


penggilingan gabah dengan pendekatan kolaboratif.

1.3. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi
penulis, kelompok tani di tempat penelitian, maupun pembaca. Bagi penulis
sendiri, penelitian ini berguna untuk penerapan ilmu yang diperoleh selama
masa perkuliahan. Bagi tempat penelitian yang bersangkutan, hasil
penelitian ini dapat berguna sebagai salah satu masukan apakah pendirian
usaha tersebut sebenarnya layak atau tidak, dan memberikan rekomendasi
terhadap pengelolaan usaha yang akan didirikan. Bagi pembaca dapat
memberikan informasi mengenai usaha penggilingan gabah dan
memberikan gambaran bagi investor untuk melakukan investasi pada usaha
penggilingan gabah di Cikarawang.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Dusun II, Desa Cikarawang, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor. Pendekatan penelitian dalam penyusunan
rencana usaha kolaboratif menggunakan Participatory Action Research
(PAR) dan metode Participatory Rural Appraisal (PRA), kemudian fokus
penelitian yaitu pada analisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah
ditinjau dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek
manajemen operasional, aspek dampak usaha dan aspek finansial.
49

4.3. Analisis Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah


Analisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah oleh
Kelompok Tani Hurip di Desa Cikarawang dikaji melalui lima aspek
analisis, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis,
aspek manajemen operasional, aspek dampak usaha, dan aspek finansial.
Kelima aspek analisis tersebut akan menjelaskan layak atau tidaknya usaha
penggilingan gabah didirikan.

4.3.1. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran.


Aspek pasar dan pemasaran menempati urutan pertama dalam
studi kelayakan. Tanpa perkiraan jumlah permintaan produk yang teliti
dikemudian hari usaha dapat terancam, kesulitan yang timbul karena
adanya kekurangan atau kelebihan permintaan. Baik kekurangan atau
kelebihan permintaan akan menyebabkan usaha tidak dapat beroperasi
secara efisien. Kekurangan permintaan produk mengakibatkan mesin
dan peralatan bekerja dibawah kapasitas produksinya, jumlah
karyawan menjadi berlebihan, organisasi perusahaan tidak sepadan,
beban biaya tetap menjadi berat.

Peluang pasar
a. Kecenderungan Permintaan
Desa Cikarawang memiliki potensi yang cukup besar dalam
pertanian, dari hasil wawancara dengan kepala desa dan tokoh desa
didapat informasi bahwa lahan produktif untuk pertanian harus
tetap dipertahankan hingga periode jangka panjang, meskipun ada
beberapa lahan sawah warga yang sudah dijual, namun kemudian
dibeli kembali oleh warga setempat sehingga lahan ini tidak beralih
fungsi tetap diolah untuk menghasilkan produk pertanian. Sumber
daya alam yang ada saat ini harus dikelola dengan baik, bahkan
dengan bantuan dari pemerintah melalui UPTD, produktivitas hasil
pertanian perlahan-lahan dapat ditingkatkan.
Data produksi padi di Desa Cikarawang yang didapat dari
UPTD dan Kecamatan Dramaga yaitu pada tahun 2005 mencapai
1215 ton (dapat dlihat pada Lampiran 4) dan pada tahun 2006
50

mencapai 1271 ton (Lampiran 5), ada peningkatan sebesar 4,6


persen dan diperkirakan masih bisa meningkat menjadi 1300 ton
padi. Hasil padi yang cukup besar ini harus didukung dengan
adanya usaha yang mampu menangani pasca panen padi dengan
baik. Hal ini dimaksudkan untuk menekan susut hasil sehingga
ketersediaan beras dapat meningkat, salah satu usaha untuk
menekan susut hasil adalah dengan penggilingan gabah yang baik.

b. Kecenderungan Penyediaan Jasa Penggilingan Gabah.


Penggilingan gabah yang terdapat di Desa Cikarawang
hanya menawarkan jasa giling saja, penggilingan tersebut belum
mengambil peluang untuk melakukan penjualan beras, alasannya
yaitu (1) penggilingan tidak melihat adanya peluang yang dapat
diambil apabila ia melakukan pembelian gabah dan menjual beras,
(2) penggilingan melihat peluang namun terbentur dengan dana
yang tersedia, dan (3) penggilingan tidak memiliki manajemen
yang baik.
Penggilingan gabah yang terdapat di Desa Cikarawang
berjumlah dua penggilingan milik perseorangan, penggilingan
tersebut terletak di daerah Cangkrang (Dusun I) dan Carangpulang
Kidul (Dusun III). Masyarakat di Dusun I dan II mengatakan
bahwa penggilingan di daerah Cangkrang memiliki mesin yang
sudah sangat tua, dan seringkali mogok pada waktu operasi, output
beras yang dihasilkan pun jelek dan banyak yang patah, sehingga
penggilingan ini tidak memiliki kepercayaan dari konsumen lagi
dan dapat dinyatakan bangkrut.
Bangkrutnya penggilingan gabah yang terdapat di Dusun I
mengakibatkan di Desa Cikarawang hanya terdapat satu
penggilingan gabah. Dari hasil wawancara dengan pemilik
penggilingan yang terletak di Carangpulang Kidul di peroleh
informasi bahwa penggilingan beroperasi sejak tahun 1982 dengan
kapasitas produksi riil yaitu 250 kg/jam. Jam kerja operasi setiap
hari tidak bisa dipastikan, karena disesuaikan dengan permintaan
51

harian. Berdasarkan informasi pemilik hari kerja per bulan rata-


rata 20 hari. Pada masa panen, penggilingan dapat menggiling
maksimun 1400 kg gabah kering giling (GKG) per hari dan pada
hari-hari di luar masa panen hanya dapat menggiling maksimun
700 kg gabah kering giling per hari. Dengan atau jika diasumsikan
bahwa masa panen dalam setahun adalah enam bulan, maka enam
bulan lainnya adalah bulan diluar masa panen.
Informasi di atas sangat penting untuk melakukan perkiraan
kapasitas produksi riil penggilingan gabah di Carangpulang Kidul.
Dari hasil perhitungan didapat kapasitas produksi penggilingan
maksimal yaitu 252 ton gabah kering giling per tahun. Perhitungan
kapasitas produksi riil ini menunjukkan bahwa penggilingan hanya
mampu memenuhi kebutuhan warga petani sekitar daerah
Carangpulang Kidul saja tetapi belum seluruh petani di Desa
Cikarawang.
Pendirian penggilingan gabah oleh Kelompok Tani Hurip
yang terletak di Carangpulang Lebak (Dusun II) merupakan
pendirian yang berdasarkan permintaan dan kebutuhan warga desa
di dusun ini terhadap jasa penggilingan. Selama ini warga desa
terutama yang berada di Dusun I dan II harus melakukan
penggilingan gabahnya ke luar desa. Hal yang harus dilakukan oleh
warga tentunya membawa gabah kering giling ke penggilingan dan
membawa beras kembali dari penggilingan.

c. Potensi Pasar Usaha Penggilingan Gabah


Rencana pendirian usaha ini direspon positif oleh warga
desa. Rencana produk utama dari penggilingan ini yaitu jasa giling
dan pemasaran beras. Untuk permintaan jasa giling, terdapat
captive market atau kejelasan pasar, yaitu warga yang berada
dekat dengan penggilingan terutama warga Dusun I dan II. Dusun
II merupakan daerah yang strategis karena berada di tengah-tengah
desa. Apabila mendirikan penggilingan gabah disini, maka tidak
akan menutup kemungkinan apabila masyarakat akan beralih untuk
52

melakukan penggilingan di Dusun II, terlebih lagi bila nantinya


penggilingan ini memberikan kualitas output yang baik dan
pelayanan serta kenyamanan yang menimbulkan kepuasan, karena
yang dilihat oleh masyarakat adalah keterjangkauan lokasi,kualitas
hasil, pelayanan, dan biaya yang dikeluarkan.
Permintaan beras tidak akan pernah habis, karena beras
merupakan komoditas yang sangat penting, dan merupakan
kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh masyarakat Indonesia.
Permintaan beras dapat terpenuhi apabila terdapat pasokan bahan
baku berupa gabah kering giling (GKG) secara simultan, oleh
karena itu, penggilingan harus menjalin kemitraan dengan desa-
desa lain yang berada di Kecamatan Dramaga atau di luar Bogor
agar persedian bahan baku gabah terjamin. Keberadaan Desa
Cikarawang di Kecamatan Dramaga dan letak desa-desa lain yang
berada dalam satu kecamatan dapat dilihat pada Lampiran 6.

Perhitungan Pasar
Data mengenai luas tanah sawah, hasil padi dan masa panen
di Desa Cikarawang didapat dari data desa dan hasil wawancara
dengan tokoh desa dan petani yang mengetahui masalah tersebut.
Hasil padi didapatkan dari wawancara ke beberapa petani,
sedangkan masa panen diketahui dari hasil survey ke beberapa
lahan sawah di Desa Cikarawang.
Dusun I dan II hanya melakukan penanaman padi satu
tahun sekali karena dikenakan sistem pengairan yang bergilirm
sedangkan untuk Dususn III sumber air berasal dari situ yang
terdapat di Desa Cikarawang yaitu situ burung yang mengaliri
tanah sawah sepanjang musim. Perhitungan produksi padi Desa
Cikarawang dapat dilihat pada Tabel 5.
Produksi padi Desa Cikarawang berkisar antara 1100 ton
hingga 1300 ton padi. Hasil survei Badan Pusat Statistik tahun
1996 (BPS, 1996) menunjukkan bahwa kehilangan hasil panen
padi di Indonesia yang terjadi pada saat panen yaitu mencapai 9,5
53

persen, perontokan yaitu 4,8 persen, dan pengeringan 2,1persen,


sehingga dari data tersebut dapat diketahui kehilangan hasil panen
padi dimulai dari pemanenan hingga pengeringan sebesar 16,4
persen.
Produksi padi yang mencapai 1100 hingga 1300 ton padi,
akan susut (lose) hingga menghasilkan gabah kering giling (GKG)
sebanyak 919,6 ton hingga 1086,8 ton GKG. Peluang yang sangat
besar ini terlihat dari belum terpenuhinya seluruh kebutuhan
masyarakat Desa Cikarawang terhadap jasa giling gabah, sehingga
banyak masyarakat yang harus melakukan penggilingan ke luar
Desa.
Kapasitas produksi maksimal penggilingan yang terdapat di
Desa Cikarawang adalah 252 ton GKG, oleh karena itu pendirian
penggilingan gabah ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
dengan berproduksi antara 400 ton GKG hingga 800 Ton GKG
dalam satu tahun.
Tabel 5. Perhitungan Produksi Padi Desa Cikarawang per Tahun

Luas tanah sawah Desa Cikarawang 155,62 hektar


Luas tanah sawah Dusun I dan II 125,62 hektar
Hasil padi Dusun I dan II 5 ton per hektar
Masa panen padi Dusun I dan II 1 kali per
tahun
Luas tanah sawah Dusun III 30 hektar
Hasil padi Dusun III 6 ton per hektar
Masa panen padi Dusun III 3 kali per tahun
Produksi padi Dusun I dan II per tahun 628,1 ton per
tahun
Produksi padi Dusun III per tahun 540 ton per
tahun
Hasil perhitungan: Produksi padi per tahun 1168,1 ton
Kisaran data produksi padi dari Kecamatan Dramaga 1200-1300 ton
54

d. Bentuk Pasar
Penggilingan gabah yang akan didirikan akan menghasilkan
produk utama berupa jasa giling dan beras dalam kemasan. Bentuk
pasar dari produk jasa giling adalah oligopoli. Setiap penggilingan
yang terdapat di Desa Cikarawang maupun di luar desa
menghasilkan produk yang sama yaitu jasa giling. Konsumen
memiliki kebebasan untuk memilih penggilingan yang akan
mereka datangi dan sukai, sehingga untuk merebut konsumen
diperlukan analisis tindakan pesaing. Perhitungan mengenai
tindakan atau aktivitas pesaing diperlukan untuk menentukan
tingkat harga dan kuantitas produksi.
Bentuk pasar dari produk beras yaitu pasar persaingan
sempurna, harga beras ditentukan di pasar pada harga pasar.
Jumlah produsen yang menjual beras sangat banyak, sehingga
diperlukan diferensiasi dalam kemasan terhadap beras yang akan
dijual Permintaan dari produk beras tidak akan pernah terhenti
karena hal ini berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia.
Konsumen memiliki kebebasan untuk membeli atau menjual
berapa saja tanpa ada batas asal bersedia membeli atau menjual
beras pada harga pasar. Pasar sasaran usaha penggilingan gabah
yang akan didirikan yaitu bagi petani yang berada dekat dengan
penggilingan. Pasar sasaran adalah petani di Dusun II, I dan III.

Analisis Persaingan
Hasil penyebaran angket kepada 68 responden yang bekerja
sebagai petani dan buruh tani yang sering menggiling gabah
didapatkan informasi bahwa selama ini responden melakukan
penggilingan ke lima penggilingan yang terdapat di Desa Cikarawang
dan desa sekitarnya, penggilingan tersebut terletak di Situgede,
Cikarawang, Bantar Kambing dan Pasir Gaok.
Di Situgede terdapat dua penggilingan gabah yang dimiliki
oleh Kardi dan Totong, untuk dapat membedakan maka Situgede 1
merupakan lokasi penggilingan milik Kardi dan Situgede 2 merupakan
55

lokasi penggilingan milik Totong. Tabel 6 memperlihatkan


penggilingan gabah yang terletak di sekitar Desa Cikarawang, dan
persentase responden dalam melakukan penggilingan gabah.

Tabel 6. Data Penggilingan yang Terdapat di Wilayah Sekitar Desa


Cikarawang dan Persentase Konsumen.

Penggilingan Persentase Konsumen (%)


Situgede 1 82
Bantar Kambing 7
Cikarawang 6
Situgede 2 4
Pasir Gaok 1

Hasil analisis didapatkan bahwa ketidakpuasan konsumen


terletak pada lokasi dan masalah transportasi, empat penggilingan lain
berada di luar desa, sehingga untuk menjangkau ke tempat
penggilingan gabah tersebut, biaya transportasi yang dikeluarkan tentu
lebih besar, dan jarak tempuh yang cukup jauh. Kepuasan dan
ketidakpuasan konsumen terhadap penggilingan gabah yang ada dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kepuasan Konsumen Terhadap Penggilingan Gabah yang Ada
Faktor Situgede Bantar Cikarawang Situgede Pasir
No Persaingan 1 Kambing 2 Gaok
1 Harga 3 4 3 4 4
2 Mutu 4 4 4 4 5
3 Lokasi 2 2 2 2 2
4 Fasilitas 3 3 4 3 5
5 Pelayanan 3 2 3 4 5
Sistem
6 pembayaran 4 4 4 4 5
7 Transportasi 2 2 2 1 1
8 Dampak Usaha 4 3 3 4 4

Tingkat kepuasan responden terhadap masing-masing


penggilingan dinilai dari delapan faktor persaingan yang meliputi
harga, mutu, lokasi, fasilitas, pelayanan, sistem pembayaran,
transportasi, dan dampak usaha. Penilaian yang digunakan
menggunakan penilaian dari rata-rata yang dihasilkan oleh responden
secara keseluruhan angka 1 hingga 5, dimana angka 1 menerangkan
tidak puas, angka 2 menerangkan kurang puas, angka 3 menerangkan
56

cukup puas, angka 4 menerangkan puas, dan angka 5 menerangkan


sangat puas.
Petani yang akan melakukan penggilingan gabah diminta untuk
mengurutkan ke delapan faktor persiangan di atas sesuai dengan
tingkat kepentingan yang harus dimiliki oleh penggilingan gabah,
kemudian tingkat kepentingan ini didiskusikan lalu disepakati untuk
pemberian bobot pada masing-masing tingkat kepentingan.
Perlakuan demikian, bermanfaat untuk mengetahui
penggilingan mana yang sudah baik dalam memberikan kepuasan
kepada konsumen, sehingga dari analisis didapatkan penggilingan
yang pantas dijadikan tolak ukur (benchmark). Jumlah terbesar dari
analisis persaingan diraih oleh penggilingan yang terletak di Pasir
Gaok, dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Analisis Persaingan.


Faktor Bobot Situgede Bantar Cikarawang Situgede Pasir
Persaingan 1 Kambing 2 Gaok
Lokasi 8 16 16 16 16 16
Mutu 7 28 28 28 28 35
Pelayanan 6 18 12 18 24 30
Harga 5 15 20 15 20 20
Sistem
Pembayaran 4 16 16 16 16 20
Transportasi 3 6 6 6 3 3
Fasilitas 2 6 6 8 6 10
Dampak 1 4 3 3 4 4
Usaha
Jumlah - 109 107 110 117 138

Analisis Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat


Angket atau kuesioner disebarkan kepada 68 responden yang
terdiri dari 52 orang perempuan dan 16 orang laki-laki. Penyebaran
angket dilakukan kepada petani dan buruh tani yang terdapat di Dusun
I, II, dan III Desa Cikarawang. Responden yang berasal dari Dusun I
berjumlah 18 orang, responden yang berasal dari Dusun II berjumlah
29 orang, responden yang berasal dari Dusun III berjumlah 21 orang.
Tanggapan responden dan masyarakat sekitar sangat positif,
dimana 15 orang atau 21 persen dari responden menyatakan sangat
57

setuju dan sangat mendukung pendirian penggilingan gabah baru


tersebut dan memiliki tingkat kepastian yang sangat tinggi untuk
menggiling padinya di penggilingan baru apabila penggilingan telah
berdiri. 51 orang atau 76 persen responden menyatakan setuju dan
memiliki keinginan untuk menggiling padinya di penggilingan gabah
Kelompok Tani Hurip.
Dua orang yang berasal dari Dusun I atau tiga persen dari
responden menyatakan persetujuan akan penggilingan gabah baru, tapi
memiliki kecenderungan untuk tidak menggiling gabahnya di
Penggilingan Hurip Jaya, hal ini karena lokasi dari rencana pendirian
terlalu jauh dari tempat responden apabila berjalan kaki, penggilingan
terdekat untuk berjalan kaki bagi ke dua responden itu adalah
penggilingan yang terletak di Situgede 1. Responden tidak sanggup
membayar ongkos tambahan untuk transportasi. Persentase analisis
kebutuhan dan keinginan masyarakat terhadap penggilingan gabah
baru di Desa Cikarawang dapat dilihat pada Gambar 6 .

Pendirian Penggilingan Gabah Baru dan Keinginan


Masyarakat

3%
21%

Sangat
Stj & ingin
Kurang

76%

Gambar 6. Analisis Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat


terhadap Penggilingan Padi Baru.

Kepastian Kelancaran Pemasaran Periode Jangka Panjang


Lahan sawah di Desa Cikarawang semakin lama akan semakin
berkurang, salah satunya karena perubahan fungsi lahan dari lahan
produktif menjadi perumahan, lahan sawah yang berkurang tentu akan
mengurangi produksi padi di desa ini. Berkurangnya produksi padi
58

tersebut akan berdampak pada penggilingan, namun jika penggilingan


telah melakukan antisipasi dan penetapan pengembangan usaha, maka
usaha tersebut akan terus berkelanjutan bahkan berkembang.
Antisipasi terhadap semakin berkurangnya lahan produktif telah
direncanakan oleh kelompok tani yaitu pada tahun ke 5 setelah
beroperasinya penggilingan dilakukan ekspansi pasar dalam penjualan
beras kemasan, sehingga kelompok tani harus menjalin kemitraan
dengan kelompok tani lain, desa-desa lain dalam satu Kecamatan
Dramaga, koperasi unit desa (KUD), maupun gabungan kelompok tani
di luar Kabupaten Bogor seperti di Karawang. Kemudian bermanfaat
untuk memudahkan memperoleh bahan baku gabah yang diperlukan
untuk memproduksi beras kemasan.

Strategi Bauran Pemasaran


a. Produk
Spesifikasi dan tingkat mutu produk yang
direncanakan adalah sebagai berikut:
1. Jasa penjemuran. Dengan pengawasan yang ketat saat
penjemuran di penjemuran Penggilingan Hurip Jaya akan
menghasilkan padi yang kekeringannya layak untuk
disimpan atau digiling dan bebas dari kerikil atau pasir.
Setelah panen, padi harus segera dijemur, tidak boleh padi
dijemur melebihi satu hari, jika tidak padi akan terbakar
dan warnanya akan memerah. Kebersihan tempat jemuran
sangat diperlukan, sehingga pasir atau kerikil tidak akan
masuk dalam beras hasil giling, oleh karena itu tempat
penjemuran akan dilapisi terpal berwarna gelap agar tidak
bercampur dengan pasir atau kerikil dan kekeringannya
sesuai serta merata.
2. Jasa simpan. Adanya gudang yang dimiliki oleh
penggilingan gabah, petani bisa menyimpan gabahnya
sebelum digiling. Gabah yang dijemur harus memenuhi
standar kering simpan., sehingga gabah tidak mudah
59

terbakar. Penyimpanan ditata sesuai dengan standar


tempat penyimpanan yang bagus, sehingga sirkulasi udara
bisa terus terjadi, dan kekeringan gabah tetap terjaga.
Gudang harus menyediakan alat pengusir tikus atau
dilindungi supaya tikus tidak bisa masuk. Obat tradisional
untuk mengusir kutu padi yang disimpan di gudang juga
harus disediakan. Dengan kondisi tempat penyimpanan
seperti ini, maka masyarakat di Desa Cikarawang
pengguna jasa ini akan tertarik untuk menyimpan di
penggilingan gabah karena mutu simpannya dapat
dipercaya.

3. Jasa giling, Mesin giling yang akan digunakan bertipe


LM 24 untuk pemecah gabah dan ICHI N-50 untuk
pemutih. Penggilingan akan berusaha memberikan
kualitas giling yang memenuhi standar: tidak ada krikil,
pasir, sekam yang terikut dan gabah yang belum tergiling,
serta tidak menghasilkan susut yang besar. Standar mutu
seperti ini akan mampu menjamin konsistennya pasar
untuk selalu mengkonsumsi beras dari penggilingan ini.

4. Beras, penggilingan akan mendapatkan penghasilan yang


cukup besar dari hasil penjualan beras, bahan baku gabah
dibeli dari petani yang berasal dari kelompok tani lain.
Produksi beras memerlukan bahan baku yang selalu
tersedia, dan pasar yang ada. Penyimpanan beras ditaruh
di gudang yang terbebas dari tikus.

5. Dedak, sebagai hasil sertaan ternyata mendatangkan


pendapatan yang cukup besar. Penggilingan akan
berusaha menghasilkan bekatul yang halus sehingga
sekam yang terikut maksimal 3%. Dengan mutu yang
tinggi ini pendapatan penggilingan akan besar dengan
penjualan dedak atau katul.
60

b. Harga
Penetapan harga jual berfungsi untuk mengetahui
tingkat pendapatan yang akan diperoleh, selain itu harga juga
mempengaruhi keinginan konsumen untuk menggunakan
produk yang dipasarkan. Penggilingan Hurip Jaya akan
menetapkan harga yang mampu bersaing, tidak berbeda
dengan penggilingan gabah yang sudah ada, bahkan
menetapkan harga yang sama dengan harga penggilingan
terendah yang pernah di kunjungi oleh masyarakat. Penetapan
ongkos giling gabah ditetapkan dari harga ongkos giling yang
terdapat di beberapa penggilingan. Kisaran harga ongkos
giling yaitu Rp.400/kg Rp. 600/kg beras sosoh atau sama
dengan pengambilan 1 kg beras yang dihasilkan dari 10 kg
beras sosoh. Penggilingan Hurip Jaya akan menetapkan harga
ongkos giling sebesar Rp. 400/kg beras sosoh.
Harga jual beras ditetapkan dari harga pasar yang
berlaku. Penggilingan Hurip Jaya akan menetapkan harga jual
beras sebesar Rp. 4000/kg. Beras yang akan dijual akan
dikemas dengan baik. Kemudian di pasarkan ke wilayah
sekitar hingga ke Pasar Induk Kramatjati.
Penggilingan gabah akan menghasilkan by product
atau hasil samping berupa dedak yang dapat dijadikan pakan
ternak dan sekam yang bisa dijadikan beragam produk seperti
pupuk kompok, biogas, dan abu gosok. Rendemen dari
penggilingan akan menghasilkan 63,2 persen beras, 10 persen
dedak, 25 persen sekam, dan 1,8 persen menir. Harga dedak
yang ditetapkan oleh penggilingan Kelompok Tani Hurip
yaitu sebesar Rp. 1000/kg, sedangkan untuk sekam
ditetapkan harga Rp. 1000/karung (10 kg).
61

c. Distribusi
Saluran pemasaran untuk produk yang akan
dihasilkan oleh penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip
meliputi saluran pemasaran produk beras, dedak, dan sekam,
sedangkan jasa giling dan jasa lainnya tidak dikenakan
saluran pemasaran. Distribusi akan disalurkan ke pasar
konsumen dan reseller.

d. Promosi
Penggilingan Hurip Jaya harus melakukan kegiatan
kampanye dan sosialisasi untuk jasa giling di tingkat
kelompok tani yang ikut menerima manfaat usaha secara
langsung. Harga produk/jasa diupayakan bisa bersaing
dengan penggilingan gabah yang ada di sekitar Desa
Cikarawang, dengan cara mengurangi biaya-biaya yang tak
perlu dan dengan memanfaatkan limbah yang diolah seperti
sekam menjadi pupuk kompos sehingga memiliki nilai
ekonomis. Biaya promosi yang kecil karena diantara petani
terjadi self promotion sehingga mampu membuat harga
produk bersaing dan kualitas produk/jasa harus diperhatikan.

4.3.2. Analisis Aspek Teknis dan Teknologis


Hasil analisis aspek pasar dan pemasaran menunjukkan
gambaran masa depan yang cukup cerah bagi usaha yang
direncanakan, maka selanjutnya diteruskan dengan analisis aspek
teknis dan teknologis.

Penentuan Kapasitas Produksi Ekonomis


Kapasitas produksi ekonomis merupakan volume atau jumlah
satuan produk yang dihasilkan selama satu satuan waktu tertentu
misalnya satu hari, bulan, atau tahun secara menguntungkan. Kapasitas
produksi ekonomis berbeda dengan kapasitas produksi teknis yang
besarnya ditentukan oleh kemampuan produksi mesin yang terpasang
serta persyaratan teknisnya seperti pengurangan hari kerja operasi
62

normal untuk keperluan servis, reparasi kecil, penggantian suku


cadang dan hari libur (Sutojo, 1983)
Besar kapasitas produksi ekonomis ditentukan berdasarkan
perpaduan hasil penelitian berbagai macam komponen evaluasi yaitu
perkiraan jumlah penjualan produk di masa yang akan datang,
kemungkinan pengadaan bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja
inti serta tersedianya mesin dan peralatan di pasar. Hasil perhitungan
Break Even Point (BEP) Penggilingan Hurip Jaya menunjukkan
kapasitas giling pada BEP mencapai 107 ton GKG. Dengan demikian
keuntungan didapat apabila berproduksi lebih dari 107 ton GKG.
Rencana penjualan dilihat dari peluang pasar yang ada, rencana
produksi untuk jasa giling pada tahun pertama yaitu 400 ton GKG.

Pemilihan Mesin, Peralatan, dan Rencana Investasi


Rencana mesin, peralatan dan kegiatan investasi yang akan
digunakan untuk pendirian Penggilingan Hurip jaya dapat dilihat pada
Lampiran 7. Investasi terbesar adalah sebagai berikut:

a. Bangunan, Gudang, Kantor, dan Lamporan


Bangunan penggilingan yang akan didirikan terdiri dari ruang
produksi, kantor, ruang jaga, toilet, dan gudang dengan luas 105 m.
Luas lamporan atau lapangan jemur adalah 215 m. Harga yang
diperkirakan untuk memdirikan bangunan berserta isi dan lamporan
tersebut adalah Rp. 40.730.000,00. Penetapan harga ini berdasarkan
informasi dari toko, tukang dan pemilik bahan bangunan.
Ruang produksi berfungsi untuk memproduksi beras, dimana
didalamnya terdapat mesin diesel dan mesin penggiling gabah.
Pemisahan ruang produksi dan gudang dimaksudkan agar memberi
kenyamanan bagi konsumen yang berkunjung, sehingga tidak
menimbulkan kesan kotor di semua bagian tempat penggilingan.
Kantor sekaligus ruang jaga berfungsi untuk melayani kebutuhan,
keluhan, saran dan tanggapan dari konsumen serta sebagai tempat
untuk pengurusan administrasi keuangan, sedangkan gudang
63

berfungsi untuk tempat penyimpanan gabah yang akan digiling dan


beras yang akan disalurkan.

b. Mesin Penggilingan dan Mesin Diesel


Informasi yang didapat dari Toko Rama Jaya Teknik yang
merupakan salah satu toko mesin pertanian di Kota Bogor, mesin
penggilingan yang baik digunakan untuk penggilingan padi kecil
adalah LM 24 dan ICHI N-50. Mulanya penggilingan padi
Kelompok Tani Hurip akan menggunakan mesin dengan model
otomatis dengan merk SATAKE, namun terdapat kesulitan dalam
pengadaan spare parts dan perbaikan bila timbul kerusakan.
Mesin penggilingan yang akan digunakan yaitu mesin
pemecah gabah dengan model LM 24, dan mesin pemutih dengan
model ICHI N-50, mesin ini berkapasitas 4 ton/hari. Mesin diesel
yang akan digunakan yaitu mesin diesel dengan merek Yanmar.
Total pembelian mesin penggilingan lengkap adalah Rp.
12.000.000,00

Lokasi dan Tata Letak


Lokasi tempat pendirian penggilingan gabah ditetapkan
berdasarkan pertimbangan yang mendalam. Lokasi tapak yang akan
berada pada lahan anggota Kelompok Tani Hurip di Dusun II. Hal ini
dimaksudkan agar tidak ada sengketa atas lahan di lokasi tapak
penggilingan. Berdasarkan wawancara dengan tokoh desa dan
pertimbangan aspek lingkungan dan dampak usaha, maka Kelompok
Tani Hurip menetapkan akan mendirikan penggilingan gabah di
Carangpulang Lebak. Layout atau tata letak yang akan dibuat oleh
Kelompok Tani Hurip dalam pendirian penggilingan gabah dapat
dilihat pada Gambar 7.

Proses Produksi dan Quality Control.


Proses Produksi
Proses produksi pada penggilingan gabah Kelompok Tani
Hurip meliputi dua tipe. Tipe yang pertama adalah konsumen hanya
64

menggunakan jasa giling saja, tidak menggunakan jasa yang lain yang
terdapat di penggilingan. Konsumen yang telah melakukan
pengeringan dan membawa gabah kering giling yang siap untuk
digiling ke tempat penggilingan. Tipe yang kedua, yaitu konsumen
menggunakan berbagai jasa yang terdapat di penggilingan, seperti jasa
jemur, jasa simpan, dan jasa giling. Proses dari pemanenan hingga
menjadi beras diserahkan kepada penggilingan. Proses produksi
tersebut diawali setelah panen, pasca panen padi dijemur di tempat
penjemuran penggilingan. Setelah dijemur gabah yang sudah kering
giling disimpan di gudang. Kemudian penggilingan gabah menggiling
gabah tersebut sesuai dengan permintaan dari konsumen.

1,5 m 1,5 m 9m 3m

W
C

R.
PRODUKSI 7
KAN GUDANG
TOR m
+
R.
JAG
A

15 m

DENAH

LAMPORAN

215 m

Gambar 7. Tataletak Penggilingan Gabah Kelompok Tani Hurip


65

Kegiatan operasional penggilingan padi adalah sebagai berikut:


a. Penjemuran.
Penjemuran merupakan kegiatan yang harus sejak awal
diperhatikan karena kualitas jemur yang bagus sangat
mempengaruhi mutu beras yang dihasilkan serta berapa lama bisa
disimpan. Penjemuran harus langsung dilakukan pada saat hari
pertama panen atau paling lambat dua hari setelah panen, hal itu
untuk menghindari penyimpanan padi yang masih basah karena
akan mengurangi kualitas padi sendiri.
b. Penyimpanan
Setelah gabah benar-benar sudah kering dengan kualitas
simpan, gabah bisa masuk ke gudang penyimpanan. Gudang
penyimpanan digunakan untuk menyimpan gabah kering giling dan
beras, sehingga tempat ini harus memiliki sirkulasi udara yang
bagus sehingga gabah bisa bertahan pada standar gabah kering
simpan yang normal, sehingga padi tidak cepat rusak. Tahap-tahap
proses produksi mulai dari pengadaan barang sampai pengemasan
barang. Siklus produksi diperkirakan satu minggu. Hasil akhir
proses produksi adalah beras.
Gabah

Penimbangan Pengeringan Penyimpanan Penggilingan


Gabah
stop

lanjut

Pemasaran Pengangkutan Pengemasan

Beras

Gambar 8. Skema Proses Produksi


66

Kendala-kendala yang dihadapi oleh Penggilingan Hurip Jaya


dalam memasarkan produk utama nya antara lain:
1. Jasa Giling; mutu giling penggilingan gabah yang ada di daerah ini
sudah cukup baik, namun tidak ada pengukuran kadar air gabah
dari penggilingan tersebut sehingga berpotensi terjadi susut yang
lebih besar dari yang seharusnya. Penggilingan gabah di
Carangpulang Kidul menggunakan satuan liter untuk menentukan
harga ongkos giling, hal ini tidak disukai masyarakat karena
masyarakat lebih menyukai pengukuran menggunakan satuan
kilogram. Untuk mengatasi masalah mutu dan harga yang tidak
mampu bersaing, penggilingan berusaha memiliki mesin
penggilingan yang outputnya bisa terjaga kualitas beras hasil
gilingnya, memiliki alat tester kadar air untuk mengukur kadar air
gabah, memiliki timbangan kilogram dan memberi penawaran
upah giling yang mampu bersaing dengan penggilingan lain di
daerah ini.
2. Beras kemasan; Bahan baku gabah untuk produksi beras kemasan
harus ada sepanjang waktu, sedangkan tujuan mayoritas dari
masyarakat Desa Cikarawang dalam menanam padi ialah untuk
dikonsumsi sendiri, tidak untuk dijual. Oleh karena itu
penggilingan harus mencari bahan baku gabah dari masyarakat
yang ingin manjual gabahnya atau dari luar Desa Cikarawang.

3. Bekatul atau dedak; pembelinya sedikit karena anggota Kelompok


Tani Hurip yang memiliki ternak dengan tujuan komersial masih
sedikit. Untuk mengatasi masalah ini penggilingan gabah akan
bekerja sama dengan pengusaha ternak yang ada di Desa
Cikarawang

Quality Control
Kualitas produk ditentukan oleh jumlah beras yang dihasilkan
(rendemen) atau rendahnya susut (loss) . Oleh karena itu, penggilingan
gabah harus menyediakan sarana dan prasarana untuk memantau mutu
dan pengelola penggilingan gabah harus memiliki kesadaran mutu.
67

Standar atau ketentuan mutu produk yang dikehendaki oleh konsumen


harus dibuat. Diperlukan adanya pemeriksaan mutu gabah saat
pembelian, sehingga pengelola penggilingan dapat memetapkan
perlakukan terhadap gabah untuk dijemur, disimpan dan digiling
secara benar.
Beras yang baik dan susut yang rendah, dihasilkan dari baiknya
penanganan pascapanen yang dilakukan baik oleh petani maupun oleh
penggilingan. Tahapan kegiatan penanganan pascapanen padi yang
dilakukan oleh petani dimulai dengan penentuan waktu panen padi
pada hamparan sawah. Tahapan kegiatan penanganan pascapanen padi
secara keseluruhan meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
pemanenan, pengumpulan, perontokan, pengangkutan, pengeringan,
penyimpanan, dan penggilingan.

Pemanenan
GKP, KA 25% Ani-ani, sabit

Pengumpulan

Terpal Perontokan Digebot

Karung Pengangkutan Karung, gerobak

Terpal Pengeringan Lantai jemur, drier

Pembersihan

Kering simpan Kering giling


GKS, KA 18% GKG, KA 14 %

Penyimpanan Penggilingan

Gambar 9. Tahapan proses kegiatan penanganan pascapanen


(Hasbullah, 2007)
68

Sarana dan Prasarana untuk Menghasilkan Pelayanan


Berkualitas
Penggunaan Terpal
Penjemuran pada lapisan semen yang dilakukan dengan
ketebalan kurang dari 1 cm dapat mengakibatkan persentase beras
pecah lebih dari 70 persen dengan rendemen giling yang rendah.
Penggunaan terpal diperlukan sebagai alas untuk penjemuran dan
untuk menutupi atau melindungi dari guyuran air hujan. Penggunaan
alas terpal selama perontokan bertujuan agar gabah yang sudah
dirontokkan mudah untuk dikumpulkan kembali.
Fungsi terpal dalam penanganan pascapanen padi antara lain: (1)
mengurangi atau menekan kehilangan butiran gabah pada saat
perontokan dan pengeringan, (2) sebagai dinding dan alas dalam upaya
mencegah bercampurnya kotoran dengan gabah, (3) memudahkan
pengumpulan gabah dan sebagai penutup gabah pada waktu hujan
turun, (4) untuk menghasilkan penyebaran panas yang merata pada
saat penjemuran/pengeringan.
Keuntungan penggunaan terpal dalam penanganan pascapanen
padi adalah: (1) memudahkan penyelamatan gabah bila dalam masa
penjemuran/pengeringan hujan turun secara tiba-tiba, misalnya dengan
cara memasang tali pengikat untuk memudahkan menggulung
terpal/lembaran plastik kemudian menutup/melindungi gabah dari
hujan dengan cepat, (2) memudahkan pengumpulan untuk
pengarungan gabah pada akhir perontokan dan penjemuran, (3) dapat
mengurangi tenaga kerja buruh tani di lapangan.
Spesifikasi terpal yang akan disediakan oleh penggilingan
Kelompok Tani Hurip adalah sebagai berikut:
1. Terbuat dari bahan plastik single layer berukuran 8 m x 8 m, ada
jahitan pinggir dengan diberi lubang yang dilengkapi dengan ring
besi di bagian sudut dengan interval 2 m sehingga terdapat lebih
kurang 16 lubang.
2. Berwarna gelap (biru, coklat atau hitam).
69

Penggunaan Gudang
Penyimpanan merupakan bagian yang penting dalam penanganan
pascapanen padi. Biji-bijian termasuk padi sangat rentan terhadap
kerusakan selama penyimpanan, apalagi jika sistem penyimpanan yang
diterapkan kurang atau tidak memenuhi persyaratan penyimpanan yang
baik.
Selama penyimpanan proses perubahan biokimia dan serangan
agen-agen perusak dapat menyebabkan susut dan menghasilkan
metabolit yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penyimpanan yang baik dan benar. Dalam hal ini perlu
dilakukan kontrol terhadap faktor-faktor lingkungan yang berperan
dalam penyimpanan serta kontrol terhadap agen-agen yang dapat
menimbulkan kerugian.
Banyak faktor yang berperan dalam penyimpanan pangan.
Faktor-faktor tersebut adalah (1) lingkungan (suhu, kelembaban, nisbi,
komposisi atmosfir), (2) sifat dan karakteristik bahan (kadar air), (3)
tindakan penanganan bahan sebelum disimpan (cara dan waktu panen,
pembersihan bahan), dan (4) agen atau hama perusak
(mikroorganisme, serangga hama pascapanen, rodenta, dan binatang
vertebrata lainnya seperti burung).
Penyimpanan yang akan diterapkan oleh Penggilingan Hurip
Jaya menggunakan teknik karungan. Penyimpanan dengan sistem
karungan mempunyai beberapa keuntungan antara lain : fleksibel,
modal investasi relatif kecil, biaya bongkar muat lebih murah, tidak
terjadi migrasi uap, penanganan secara semi mekanis dan
pemeriksaannya lebih mudah. Namun, demikian terdapat beberapa
kelemahan antara lain: modal investasi mahal, biaya fumigasi relatif
mahal, serangan hama sulit dikendalikan (serangga, tikus, burung),
suhu dan kelembaban sukar dikendalikan.
Pada sistem karungan, gabah / beras yang akan disimpan
dimasukkan ke dalam karung goni dan ditumpuk pada landasan yang
terbuat dari kayu. Sekelompok tumpukan karung goni yang terdiri dari
70

beberapa lapisan/tumpukan disebut staple. Susunan tiap-tiap lapisan


dapat berupa sistem lima karung dan delapan karung seperti dapat
dilihat pada Gambar 10. (Hasbullah, 2007)

Tumpukan ke-1 Tumpukan ke-2

Gambar 10 . Cara penumpukan kunci lima dalam penyimpanan


sistem karung. (Hasbullah, 2007)

Rencana Produksi
Rencana produksi Penggilingan Hurip Jaya, meliputi dua
produk utama dan produk sertaan yang menghasilkan nilai jual yaitu
jasa giling, beras, dan dedak. Pada tahun pertama penggilingan
menetapkan akan mampu menggiling sebanyak 400 ton GKG atau
setengah dari peluang pasar yang ada, tahun berikutnya penggilingan
menaikkan produksi sebanyak lima persen. Kenaikan ini direncanakan
karena pada tahun pertama operasi, penggilingan menetapkan produksi
yang minim dan tidak mengambil semua peluang pasar yang ada.
Kenaikan ini diprediksi karena promosi akan dilakukan, baik itu di
Desa Cikarawang, maupun Situgede. Pada tahun terakhir periode
analisis (tahun 2017), penggilingan menetapkan akan mampu
menggiling sebanyak 620,5 ton GKG.
Produksi beras pada tahun pertama operasi yaitu dengan
menghasilkan 2528 kg beras dari pembelian 4 ton GKG, tahun
berikutnya penggilingan membeli 5 ton, 6 ton, 7 ton, dan 8 ton gabah
kering giling. Pada periode analisis tahun ke enam hingga ke sepuluh.
Penggilingan akan meningkatkan produksi beras, dengan melakukan
pembelian sebanyak 20 ton gabah kering giling, maka beras yang akan
dihasilkan yaitu sebanyak 12,64 ton beras.
71

Produksi dedak yang dihitung dari hasil sertaan dalam


menggiling padi, yaitu didapat dari 10 % gabah kering giling.
Perhitungan dedak hanya dihitung dari GKG yang digiling dari proses
jasa giling, belum ditambah dari hasil proses pembuatan beras.
Rencana produksi untuk ketiga jenis produk tersebut dapat dilihat pada
Lampiran 8.

4.3.3. Analisis Aspek Manajemen Operasional


Analisis aspek manajemen operasional rencana usaha
Penggilingan Hurip Jaya meliputi hal-hal sebagai berikut ini:

Kepemilikan dan Legalitas


Penggilingan Hurip Jaya akan berada di bawah bidang usaha
Kelompok Tani Hurip, penggilingan ini merupakan usaha kelompok
yang bertujuan untuk memajukan Kelompok Tani Hurip. Pengelolaan
dilakukan oleh anggota kelompok yang aktif melakukan rencana usaha
dan penelitian partisipatif. Pada mulanya terdapat enam orang anggota
yang akan mengelola penggilingan, namun pada akhirnya hanya
terdapat empat orang anggota yang memiliki komitmen untuk
mendirikan penggilingan padi tersebut. Pengelola usaha dapat dilihat
pada Lampiran 7.
Perencanaan usaha, dan jalannya operasional penggilingan
gabah akan dilakukan dengan kerjasama tim, dimana tim terdiri dari
empat orang pengelola, yang memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Jalannya usaha penggilingan sangat tergantung pada komitmen
pengelola dalam mengelola penggilingan. Komitmen tersebut sudah
terlihat dari kesungguhan tim untuk melakukan rencana usaha
kolaboratif.
Keberadaan dari suatu usaha harus diakui oleh masyarakat
sekitar, Lembaga Pemusyawaratan Masyarakat (LPM), dan
pemerintahan desa (BPD) setempat. Manfaat dari adanya legalitas
adalah usaha tersebut akan diakui eksintensinya, dengan pengakuan
eksistensi ini, maka usaha tersebut akan dikenal oleh masyarakat,
kemudian memudahkan usaha untuk mengembangkan bisnisnya
72

karena mendapatkan perlindungan secara hukum dari pemerintah.


Dalam mendapatkan legalitas tersebut, penggilingan akan mengurus
perizinan, meminta rekomendasi dari berbagai instansi, mengurus
nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan surat izin usaha perdagangan
(SIUP)

Struktur Organisasi

Manajer Pengawas
Umum &
Penasihat

Manajer Manajer Administrasi Administrasi


Pemasaran Produksi Keuangan

Gambar 11 . Struktur Organisasi

Organisasi usaha Penggilingan Hurip Jaya terdiri atas bagian


pemasaran, produksi, keuangan, dan administrasi. Keseluruhan
operasional penggilingan padi dikoordinir oleh manajer umum yang
menjalankan fungsi perencanaan kerja dan tata-tertib, memotivasi dan
menggerakkan karyawan, melakukan pengawasan secara keseluruhan,
serta memberikan laporan pertanggungjawaban kepada kelompok tani
dan penanam saham.
Manajer umum dan manajer produksi akan dirangkap oleh satu
orang pengelola. Pengelola untuk masing-masing bagian tersebut
berasal dari anggota Kelompok Tani Hurip yang melakukan rencana
usaha kolaboratif.
Pembagian kerja antara lain dijelaskan sebagai berikut, manajer
umum bertanggung jawab untuk: 1) membuat perencanaan kegiatan
penggilingan dan melakukan kontrol, 2) mengelola kelancaran
kegiatan operasional perusahaan, 3) memberikan pertanggungjawaban
73

berupa laporan triwulan kepada kelompok tani dan penanam saham, 4)


memberikan pengarahan kepada divisi fungsional
Bagian pemasaran dan penjualan mempunyai tanggung jawab
untuk: 1) mencari konsumen dan menjalin kemitraan, 2) mengatur
distribusi barang dan jasa, dan 3) mengatur kelancaran pemasaran.
Bagian produksi bertanggung jawab dalam: 1) mengatur kelancaran
produksi, 2) mengawasi dan mengatur penggudangan, 3) memastikan
mesin dalam keadaan baik, dan 4) mengatur kelancaran bahan baku.
Bagian administrasi keuangan memiliki tanggung jawab untuk:
1) menyusun laporan keuangan, 2) mencatat arus kas harian, 3)
menyusun anggaran biaya, 4) serta mencatat perhitungan laba-rugi dan
neraca, sedangkan bagian administrasi bertanggungjawab atas
dokumentasi laporan/pencatatan dan pencatatan arus keluar masuk
barang dan jasa.

Upah Manajemen dan Buruh


Tenaga kerja yang akan terlibat dalam penggilingan Kelompok
Tani Hurip terdiri dari tenaga kerja tetap dan tidak tetap. Tenaga kerja
tetap merupakan pengelola penggilingan padi, tenaga kerja ini tidak
terpengaruh oleh naik, turunnya volume produksi, dan mendapatkan
biaya yang tetap tiap bulan dalam satu tahun.
Rencana gaji yang akan ditetapkan untuk tenaga kerja tetap
adalah sebagai berikut, pada tahun pertama ditetapkan pengelola akan
mendapatkan gaji sebesar Rp. 500.000,00 per bulan untuk setiap orang,
untuk tahun-tahun berikutnya gaji pengelola akan dinaikkan sebesar
Rp. 100.000,00. Tahun kedua pengelola akan mendapatkan Rp.
600.000,00 setiap bulan, tahun ketiga pengelola akan mendapatkan Rp.
700.000,00 setiap bulan, begitu seterusnya hingga periode analisis
Kebutuhan SDM mengenai jenis pekerjaan, status, kualifikasi, jumlah
dan gaji tahun pertama dapat dilihat pada Tabel 9.
74

Tabel 9. Kebutuhan SDM


N Jenis Status Kualifikasi Jumlah Gaji
o Pekerjaan tahun
pertama
1. Umum dan Karyawan 9 Mampu menyusun 1 Rp.
produksi Tetap rencana usaha yang riil ke 500.000,
depan. 00 /
9 Mampu mengatur dan bulan
mengelola tenaga kerja
yang ada.
9 Memahami proses
produksi dan kualitas
beras yang dihasilkan.
9 Pekerja keras.
9 Mampu bekerja dalam
tim.
9 Memahami mesin dan
peralatan
9 Memiliki kesungguhan
dalam bekerja
2. Pemasaran Karyawan 9 Mampu melihat dan 1 Rp.
Tetap menangkap peluang 500.000,
pasar. 00 /
9 Memiliki kemampuan bulan
komunikasi dan menjalin
kemitraan.
9 Memahami arti penting
pemasaran.
9 Pekerja keras.
9 Mampu bekerja dalam
tim.
9 Memiliki kesungguhan
dalam bekerja
3. Keuangan Karyawan 9 Mampu membuat laporan 1 Rp.
Tetap keuangan. 500.000,
9 Memahami arti penting 00 /
pencatatan keuangan bulan
yang benar, tepat dan
jelas.
9 Pekerja keras.
9 Mampu bekerja dalam
tim.
9 Memiliki kesungguhan
dalam bekerja
4. Administrasi Karyawan 9 Mampu melakukan 1 Rp.
Tetap pencatatan yang baik, rapi, 500.000 /
dan benar. bulan
9 Memahami arti penting
pencatatan setiap aktivitas.
9 Pekerja keras.
9 Mampu bekerja dalam tim
9 Memiliki kesungguhan
dalam bekerja
5. Buruh Karyawan 9 Pekerja keras. 1 Rp.
Tidak 9 Memiliki kesungguhan 300.000 /
Tetap dalam bekerja. bulan
9 Memahami arti penting
kualitas
75

Pengelola akan merekrut satu orang tenaga kerja tidak tetap


sebagai tenaga operasional harian. Rencana penggajian bagi buruh
yang ditetapkan oleh pengelola adalah sebagai berikut, pada tahun
pertama tenaga kerja tidak tetap akan mendapatkan gaji sebesar
Rp. 300.000,00 per bulan, tahun kedua akan mendapatkan gaji
Rp. 400.000,00 per bulan, tahun ketiga akan mendapatkan gaji sebesar
Rp. 500.000,00 per bulan, begitu seterusnya hingga periode analisis.

4.3.4. Analisis Aspek Dampak Usaha.


Peran usaha penggilingan gabah baru yang dipelopori oleh
Kelompok Tani Hurip kepada masyarakat sekitar sangat besar.
Penggilingan gabah ini bukan saja keinginan dan kebutuhan dari
kelompok tani, namun penggilingan ini merupakan keinginan dan
kebutuhan masyarakat sekitar yang diketahui dari penyebaran angket.
Masyarakat sangat berharap pendirian usaha penggilingan gabah
tersebut dapat direalisasikan.
Pendirian usaha penggilingan gabah ini akan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat akan jasa giling yang dekat dengan wilayahnya.
Dampak dari usaha penggilingan tersebut yaitu terpenuhinya
kebutuhan masyarakat, peningkatan motivasi masyarakat dalam
berwirausaha karena penggilingan akan memproduksi hasil samping
seperti sekam yang dapat dibuat menjadi pupuk kompok, biogas,
energi pembakaran dari hasil bakarnya atau untuk abu gosok. Dedak
yang dapat dipasarkan dan dijual untuk pakan ternak, serta menir yang
dapat dibuat menjadi tepung beras dan dipasarkan, pengembangan
ekonomi desa, dan pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
Desa Cikarawang.
Antisipasi dampak lingkungan yang dihasilkan oleh
penggilingan gabah seperti polusi udara, dan polusi suara, membuat
pengelola untuk mempertimbangkan lokasi yang tepat. Lokasi
pendirian penggilingan padi tersebut direncanakan akan berada di
Carangpulang Lebak, dimana sebelah kanan dan kiri penggilingan
adalah lahan sawah yang tidak berdekatan dengan pemukiman
76

penduduk, sehingga tidak menimbulkan gangguan pada masyarakat


sekitar.

4.3.5. Analisis Aspek Finansial


Analisis aspek finansial dalam rencana usaha Penggilingan
Hurip Jaya terdiri atas hal-hal sebagai berikut :

Kebutuhan Modal dan Identifikasi Biaya


Kebutuhan modal dalam mendirikan usaha penggilingan gabah
Kelompok Tani Hurip terdiri dari modal investasi dan modal kerja.
Modal investasi merupakan modal yang dikeluarkan pada awal periode
usaha untuk pembelian sarana dan prasarana yang mendukung
berjalannya usaha penggilingan dan digunakan untuk memperoleh
manfaat hingga secara ekonomis tidak dapat digunakan lagi. Jika
investasi awal secara ekonomis sudah tidak dapat digunakan lagi,
maka dilakukan investasi kembali atau disebut reinvestasi. Sementara
itu, modal kerja adalah modal yang digunakan untuk keperluan
operasional produksi. Total rencana kebutuhan modal pada tahun
pertama usaha ini sebesar Rp 112.716.000,00 terdiri dari kebutuhan
investasi tahun ke nol sebesar Rp 59.756.000,00 dan perkiraan modal
kerja sebesar Rp 52.960.000,00 dapat dilihat pada Lampiran 12
dikurangi biaya penyusutan dan biaya sosial.

Kebutuhan Investasi
Rencana investasi yang dibuat oleh Kelompok Tani Hurip
terdiri dari pembuatan bangunan, gudang, kantor, dan lantai jemur,
pembelian mesin penggilingan lengkap, pembelian meja tulis dan
kursi, timbangan duduk, takaran beras, tester kadar air, tool kit seperti
ring, kunci pas dan kunci sok, perlengkapan lain dapat dilihat pada
Lampiran 10. Selain biaya investasi, usaha ini juga memiliki biaya
reinvestasi. Pembelian kembali untuk serokan, karung, ember dan
selang dilaksanakan pada tahun ke empat dan ke delapan periode
analisis. Rincian dari rencana investasi dapat dilihat pada Lampiran
12.
77

Kebutuhan Modal Kerja


Kebutuhan modal kerja dalam usaha penggilingan gabah
Kelompok Tani Hurip terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel atau
tidak tetap. Biaya total yang dikeluarkan untuk usaha ini sebesar Rp.
58.610.000,00. Kebutuhan modal kerja pada tahun pertama dikurangi
biaya penyusutan dan biaya sosial sebesar Rp. 52. 960.000,00. Biaya
tetap terdiri dari gaji karyawan tetap, penyusutan, biaya umum, dan
sewa tanah, sedangkan biaya variabel terdiri dari upah kerja atau
buruh, bahan baku gabah, bahan bakar, biaya transport dan biaya
sosial. Rincian biaya operasional dapat dilihat pada Lampiran 12.

Sumber Modal
Sumber modal untuk rencana usaha ini berasal dari modal
sendiri dan pinjaman. Perbandingan modal sendiri dan modal pinjaman
adalah 30:70. Modal pinjaman akan berasal dari bank syariah atau
bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) yang menetapkan proporsi
bagi hasil yaitu 40:60 untuk pinjaman yang dipergunakan untuk
investasi. 40 persen dari keuntungan menjadi hak bank, dan 60 persen
dari keuntungan menjadi hak pengelola. Bagi hasil untuk pinjaman
modal kerja ditetapkan proporsi sebesar 45:55. 45 persen untuk bank
syariah dan 55 persen untuk usaha.
Total rencana kebutuhan adalah Rp. 112.716.000,00. Modal
sendiri yang dipergunakan untuk rencana investasi adalah Rp.
17.927.000,00 dan untuk modal kerja adalah Rp. 15.888.000,00.
Sedangkan modal pinjaman untuk kegiatan investasi adalah Rp.
41.829.000,00 dan untuk modal kerja adalah Rp. 37.072.000,00. Aspek
permodalan rencana usaha ini dapat dilihat pada Lampiran 14.

Identifikasi Manfaat atau Penerimaan


Manfaat yang diterima oleh usaha penggilingan gabah
Kelompok Tani Hurip berasal dari penjualan produk utama yaitu jasa
giling dan beras, produk sertaan seperti dedak, sekam dan menir.
Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah output dengan
harga jual per satuannya.
78

Pada rencana usaha ini, harga jual yang berlaku berdasarkan


kesepakatan dan pertimbangan pengelola penggilingan gabah
Kelompok Tani Hurip. Perhitungan penerimaan secara rinci untuk
produk utama dan sertaan yang memiliki nilai jual serta perkiraan
laba/rugi dapat dilihat pada Lampiran 16 dan perkiraan arus kas dapat
dilihat pada Lampiran 17. Penetapan harga jual telah terdapat pada
analisis aspek pasar dan pemasaran, sedangkan rencana produksi
terdapat pada analisis aspek teknis dan teknologis

Kriteria Kelayakan Investasi


Lima kriteria yang digunakan dalam menilai investasi yaitu Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Break
Even Point (BEP), dan Payback Period. Hasil perhitungan kelayakan
investasi ini diperoleh dari hasil perhitungan komponen outflow dan
inflow yang didiskontokan. Nilai dari kriteria penilaian investasi
rencana usaha Penggilingan Hurip Jaya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Nilai Kriteria Penilaian Investasi Rencana Usaha


Penggilingan Gabah Kelompok Tani Hurip
Kriteria Investasi Nilai
Net Present Value (NPV) Rp 254.889.000,00
Profitability Index (PI) 8,54
Internal Rate of Return (IRR) 40,8%
Payback Period (PBP) 0,8 tahun

Hasil perhitungan kriteria investasi secara komprehensif dapat


dilihat pada Lampiran 18-21. Nilai Net Present Value (NPV)
menunjukkan nilai yang positif dan sangat besar, nilai ini
menunjukkan hasil dari nilai arus kas masuk selama periode analisis
yang didiskontokan dikurangi dengan nilai arus kas keluar yang
didiskontokan. NPV sebesar Rp. 254.889.000,00 menunjukkan bahwa
penggilingan padi ini layak, karena berdasarkan kriteria penilaian
investasi, usaha layak jika NPV > 0.
79

Nilai Profitability Index (PI) menunjukkan nilai yang lebih


besar dari satu. Menurut kriteria penilaian investasi, PI layak jika PI >
1. PI merupakan perbandingan antara nilai arus kas masuk selama
periode analisis yang didiskontokan dibagi dengan nilai arus kas keluar
yang didiskontokan.
IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam
jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV dari usaha tersebut
sama dengan nol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang dilakukan.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai IRR dari rencana usaha
penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip sebesar 40,8 persen. Nilai
tersebut diperoleh dengan menggunakan metode coba-coba (trial and
error). Nilai IRR tersebut menunjukkan kelayakan dari suatu usaha,
karena IRR lebih besar dari tingkat suku bunga deposito.
Payback Period (PBP) merupakan jumlah lama tahun yang
dibutuhkan bagi suatu usaha untuk menutupi biaya investasi awal
dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai PBP adalah 0,8 tahun,
artinya adalah penggilingan gabah ini baru dapat menutupi
pengeluaran biaya investasinya dengan jumlah keuntungan bersih yang
telah didiskontokan setelah usaha ini berjalan sekitar 9 bulan 6 hari.
Berdasarkan hasil dari empat kriteria penilaian investasi di atas,
dapat disimpulkan bahwa penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip
layak untuk diimplementasikan pada kondisi atau asumsi yang telah
disepakati bersama. Hal ini ditunjukkan dari nilai NPV > 0, PI > 1, IRR
> tingkat suku bunga yang dijadikan dasar perhitungan, yaitu 7 persen,
dan PBP lebih pendek waktunya dari periode pembayaran maksimum
atau tertutupi sebelum umur rencana usaha Tirta Maju berakhir.
Kriteria lainnya
Selain empat kriteria penilaian investasi di atas, pada
penelitiannya ini juga dilakukan perhitungan terhadap kriteria-kriteria
tambahan lainnya, Break Even Point (BEP) tahun analisis, BEP
80

volume produksi, dan BEP harga jual. Perhitungan masing-masing


kriteria dapat dilihat pada Lampiran 20 dan 21.
Analisis Sensitivitas
Hasil analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui tingkat
kepekaan suatu usaha dalam menghadapi setiap perubahan yang
mungkin terjadi. Analisis ini dilakukan dengan terjadinya perubahan di
tingkat harga input operasional dan volume penjualan hingga nilai
NPV menjadi negatif. Dari skenario kenaikan dan penurunan harga
input operasional dan volume penjualan sebesar 10 persen. Kenaikan
10 persen harga input operasional meliputi harga bahan baku gabah,
transport, dan bahan bakar minyak solar.
Kenaikan 10 persen harga input operasional dan penurunan 10
persen volume penjualan menghasilkan nilai NPV sebesar Rp.
213.709.000,00, IRR 40,4 persen, nilai Net B/C adalah 7,32 dan PBP 1
tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha ini tidak sensitif
terhadap penurunan 10 persen penjualan dan kenaikan 10 persen harga
input operasional. Analisis sensitivitas dapat dilihat pada Lampiran 22-
26.
Hasil analisis sensitivitas switching value menyatakan bahwa
usaha Penggilingan Hurip Jaya akan menjadi tidak layak saat harga
harga input operasional yang meliputi harga bahan baku gabah,
transport, dan bahan bakar minyak solar naik hingga sebesar 50 persen
dan volume penjualan turun sebesar 66 persen, penurunan volume
penjualan dan kenaikan harga input operasional tersebut akan
menghasilkan NPV negatif sebesar Rp. 3.016.000,00, IRR 7,1 persen,
nilai Net B/C adalah 0,91 dan PBP lebih dari periode analisis atau 10
tahun. Analisis sensitivitas switching value dapat dilihat pada
Lampiran 27-30.
81

4.4. Rekomendasi Dalam Tahap Implementasi Pendirian Pengilingan Gabah


Penggilingan gabah ini dapat direalisasikan apabila pengelola memiliki
kesungguhan dalam melaksanakannya. Kesungguhan dan keyakinan yang
dimiliki oleh pengelola untuk pendirian usaha merupakan modal yang
utama. Dalam mengatasi permasalahan permodalan, pengelola sebaiknya
mensosialisasikan rencana usaha yang dibuat agar investor tertarik untuk
menanamkan saham segera.
Pengelola perlu mempersiapkan kondisi internalnya, kondisi internal
yang dimaksud adalah kesiapan bagian pemasaran dan penjualan dalam
mencari konsumen, kesiapan bagian produksi yaitu mampu memenuhi
permintaan yang diinginkan oleh konsumen, serta kesiapan bagian
adminstrasi baik itu keuangan maupun non keuangan untuk membentuk
sistem pencatatan yang baik, agar memudahkan untuk menghitung
keuntungan dan kerugian serta kecepatan untuk membuat keputusan.
Kesiapan ini dapat terpenuhi dengan melakukan pelatihan manajerial.
Pengelola harus mengurus masalah perizinan, dan legalitas, serta
meminta rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Pemerintah Daerah agar
usaha penggilingan tersebut diakui keberadaanya. Adanya pengakuan
memiliki banyak keuntungan, yaitu mendapatkan proteksi atau
perlindungan dari pemerintah, bantuan, pelatihan, serta berbagai informasi
yang dapat menguntungkan dan mengembangkan usaha.
Apabila usaha telah berjalan, maka pengelola harus memberikan
pelayanan yang terbaik kepada konsumen sehingga menciptakan kepuasan,
selain itu transparansi atau keterbukaan baik kepada konsumen, kelompok
tani, maupun kepada petani yang menanamkan saham sangat penting, karena
dapat menciptakan kepercayaan kepada pengelola usaha penggilingan.
Kemudian pengelola harus membuat sistem pembagian keuntungan yang
jelas dan adil, baik bagi kelompok, petani yang menanamkan saham,
maupun pengelola sendiri agar tidak menimbulkan perpecahan dan
keributan.
82

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
a. Hasil analisis kelayakan aspek pasar dan pemasaran menunjukkan bahwa
di Desa Cikarawang masih terdapat peluang yang sangat besar untuk
mendirikan penggilingan padi tersebut, peluang tersebut adalah sekitar
500 hingga 1000 ton gabah kering giling.
b. Analisis kelayakan aspek teknis dan teknologis, menjelaskan mengenai
rencana investasi, letak, layout, kapasitas produksi ekonomis, dan
rencana produksi. Rencana tersebut telah dibuat mulai dari berapa
produksi tahun pertama, mesin dan peralatan yang tepat untuk
dipergunakan oleh penggilingan padi kecil, serta tata letak dan lokasi
yang baik untuk mendirikan penggilingan padi di Desa Cikarawang.
c. Analisis kelayakan aspek manajemen operasional dan dampak usaha
menjelaskan mengenai kepemilikan, legalitas, struktur organisasi,dan
pembagian tugas dalam mengelola penggilingan tersebut, sedangkan
dampak usaha menjelaskan mengenai dampak dan akibat yang akan
terjadi apabila penggilingan tersebut didirikan. Dampak yang akan
terjadi lebih cenderung kepada banyaknya manfaat yang akan di dapat
masyarakat, karena penggilingan melakukan antisipasi dengan
menentukan lokasi yang tepat yang tidak berdekatan dengan perumahan,
sehingga tidak menimbulkan polusi baik itu polusi udara, maupun suara.
d. Analisis kelayakan finansial menghasilkan nilai kriteria investasi yang
cukup besar dimana NPV bernilai Rp.254.889.000,00 IRR 40,8 persen,
Net B/C atau PI adalah 8,54 dan PBP adalah 0,8 tahun. Semua analisis
kelayakan menunjukkan bahwa penggilingan gabah di Desa Cikarawang
yang akan dikelola oleh Kelompok Tani Hurip layak untuk didirikan.

2. Saran
a. Kelompok Tani Hurip selaku kelompok yang memiliki divisi usaha,
harus meningkatkan motivasi dan kemampuannya dalam menciptakan
dan mengembangkan usaha, pengembangan motivasi dan kemampuan
83

ini melibatkan anggota kelompok dimana masing-masing anggota


dituntut untuk meningkatkan loyalitas dan partisipasinya, selain itu
kelompok harus menjalin kerjasama dengan kelompok tani lain di Desa
Cikarawang agar tercipta sinergi dan manfaat bagi banyak pihak.
b. Penelitian ini belum menganalisis produk beserta harga dari jasa lain
yang menyertai jasa penggilingan, yaitu jasa jemur, dan jasa simpan,
penelitian selanjutnya dapat menyempurnakan dengan menganalisis
semua produk yang menyertai jasa giling, agar dari hasil analisis
kelayakan tersebut dapat tercipta rencana usaha masyarakat yang
komprehensif .
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran


Keinginan Kelompok Tani Hurip dan masyarakat sekitar akan adanya
penggilingan gabah di daerahnya mendorong Kelompok Tani Hurip untuk
melakukan perencanaan usaha penggilingan gabah dengan baik. Selama ini
Kelompok Tani Hurip dan masyarakat di Dusun II harus melakukan
penggilingan gabah di luar daerah Cikarawang, seperti Desa Situgede, Desa
Rancabungur, dan Desa Pasir Gaok. Hal ini dirasakan berat oleh masyarakat
karena tempatnya cukup jauh, sehingga masyarakat harus membawa
gabahnya ke tempat tersebut dan kembali membawa beras.
Desa Cikarawang memiliki dua penggilingan gabah milik perorangan
yang terletak di Dusun I dan III. Penggilingan gabah di Dusun I (daerah
Cangkrang) sudah tidak berfungsi dengan baik dan sudah kehilangan
kepercayaan dari masyarakat sehingga masyarakat tidak ingin menggiling
gabahnya disini. Penggilingan gabah di Dusun III (daerah Carangpulang
Lebak) masih beroperasi dengan baik. Keunggulan ditinjau dari aspek pasar
dimiliki oleh penggilingan gabah di Dusun III yaitu daerah ini memiliki
lahan sawah yang cukup luas. Setiap pergantian musim tanam petani di
daerah ini selalu menanam padi kembali karena lahan ini selalu diairi air
yang bersumber dari Situ Burung, bisa dikatakan daerah ini sebagai daerah
lumbung padi di Cikarawang.
Rencana pendirian penggilingan gabah oleh Kelompok Tani Hurip
tentu menghadapi berbagai tantangan, seperti persaingan, belum adanya
mitra dan pelanggan. Namun, kelompok berkeinginan untuk tetap
melakukan perencanaan usaha penggilingan gabah, segala tantangan dalam
melakukan pendirian tersebut akan dihadapi dan dicari solusinya oleh
Kelompok Tani Hurip. Dengan keyakinan kelompok, dan adanya potensi
terhadap usaha penggilingan gabah yang terlihat dari sisi permintaan,
keinginan, dan kebutuhan masyarakat sekitar, semakin memotivasi
kelompok ini untuk mendirikan penggilingan gabah.
25

Kajian kelayakan terhadap pendirian usaha penggilingan gabah harus


dilakukan, hal ini berguna untuk mengetahui kelayakan dari usaha tersebut,
dan bermanfaat sebagai pedoman bagi Kelompok Tani Hurip untuk
menyusun dan memperbaiki rencana usahanya ke depan. Nantinya
diharapkan akan memberi kontribusi positif sehingga tercipta usaha
masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, meningkatkan
motivasi masyarakat untuk berwirausaha, menciptakan lapangan kerja,
mengembangkan desa, serta menyejahterakan masyarakat. Kerangka
pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.

Kelompok Tani Hurip


dan Masyarakat Dusun II
Desa Cikarawang

Keinginan untuk mengembangkan


usaha penggilingan gabah sendiri

Ketersediaan Penggilingan
Bahan Baku (Gabah) Gabah yang Lain

Potensi Usaha Penggilingan Gabah

Kajian Kelayakan

BENEFIT PROFIT
9 Wirausaha 9 Peningkatan
Masyarakat Pendapatan
9 Ketersediaan Pangan 9 Peningkatan
9 Peningkatan Loyalitas anggota
Motivasi Masyarakat dan Konsumen
9 Ketersediaan 9 Keberlangsungan
Lapangan Kerja Usaha
9 Pengembangan Desa 9 Pengembangan
Usaha

Gambar 3. Kerangka Pemikiran


26

3.1. Tahapan Penelitian


Secara garis besar tahapan penelitian tersaji dalam bentuk diagram alir
sebagai berikut:

Sosialisasi dan Identifikasi Potensi Ekonomi


D
Penelitian
Pemilihan UKM/kelompok tani
Pendahuluan

Gambaran Kegiatan Ekonomi Saat Ini

Merumuskan Masalah yang Akan Diteliti

Pendekatan Analisis SWOT Usaha Pengilingan


PAR Gabah

Perencanaan Usaha Penggilingan Gabah


Kolaboratif
(Pasar, Teknis, Manajemen, Finansial)

Pencarian Data : Primer dan Sekunder

TIDAK
Data
cukup
YA
Tabulasi Data

Analisis Kelayakan Aspek Pasar dan Pemasaran


Analisis Kelayakan Aspek Teknis dan Teknologis
Analisis Kelayakan Aspek Manajemen Operasional
Penelitian
Utama Analisis Kelayakan Aspek Dampak Usaha
Analisis Kelayakan Aspek Finansial

TIDAK
Layak

YA

Rekomendasi

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian


27

Tahapan pertama penelitian adalah mensosialisasikan metode


Participatory Action Research (PAR) dan Participatory Rural Appraisal
(PRA) kepada masyarakat Desa Cikarawang. Pendekatan penelitian aksi
partisipatif ini diperlukan sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan
yang seringkali dihadapi dalam pendekatan top down.
Peneliti melakukan identifikasi potensi desa untuk mengetahui potensi
ekonomi apa saja yang ada di Desa Cikarawang, melalui observasi,
wawancara terhadap penduduk sekitar, dan kunjungan ke balai desa. Peneliti
menyadari keberhasilan dari pengembangan ekonomi pedesaan sangat
tergantung dari ketepatan dalam identifikasi dan penilaian tersebut. Hasil
dari identifikasi potensi ekonomi desa akan menjadi bahan tentang strategi
apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan ekonomi desa lebih lanjut.
Adanya potensi untuk mengembangkan hasil pertanian menjadi
produk yang bernilai tambah seperti industri pengolahan hasil pertanian
membuat peneliti memiliki kecenderungan untuk melakukan penelitian
bersama-sama anggota kelompok tani, yaitu Kelompok Tani Hurip.
Gambaran kegiatan ekonomi kelompok Tani Hurip saat ini harus diketahui,
hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekonomi serta potensi-potensi
yang ada pada kelompok Tani Hurip. Dari diketahuinya gambaran kegiatan
ekonomi saat ini maka akan memudahkan dilakukannya perancangan oleh
kelompok terhadap kegiatan ekonomi yang akan dilakukan kelompok di
masa depan.
Langkah selanjutnya yaitu penentuan bersama usaha masyarakat untuk
mengembangkan potensi ekonomi Desa Cikarawang dengan merumuskan
masalah melalui identifikasi masalah, kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Berdasarkan pendekatan penelitian aksi partisipatif maka usaha yang ingin
didirikan oleh masyarakat Cikarawang adalah penggilingan gabah,
kemudian dilakukan rencana usaha kolaboratif mengenai aspek pasar,
teknis, manajemen, dan finansial, serta pencarian data-data yang dibutuhkan
baik primer maupun sekunder.
Setelah kebutuhan data diperoleh dan ditabulasikan, peneliti
melakukan analisis kelayakan aspek pasar dan pemasaran, analisis
28

kelayakan aspek teknis dan teknologi, analisis kelayakan aspek manajemen


operasional, analisis kelayakan aspek dampak usaha dan terakhir analisis
kelayakan aspek finansial juga dilihat dari analisis sensitivitasnya. Hasil dari
layak atau tidaknya usaha pendirian penggilingan padi akan dijadikan
sebagai informasi untuk memberikan rekomendasi dalam menentukan
langkah-langkah selanjutnya hingga memungkinkan terealisasinya
penggilingan gabah di Desa Cikarawang.

3.3. Metode Penelitian


3.3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Desa Cikarawang,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pada awalnya pemilihan
lokasi dilakukan secara purposive sampling dan merupakan bagian
dari salah satu program pengembangan komunitas (Community
Development) Institut Pertanian Bogor (IPB) dan The Center For
Internasional Forestry Research (CIFOR). Penelitian ini dilakukan
dari bulan Febuari sampai Juli 2007.

3.3.2. Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder
yang terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Data Primer
bersumber dari masyarakat dan kelompok tani di daerah penelitian.
Data sekunder bersumber dari studi pustaka dan informasi dari
beberapa instansi terkait seperti BPS Kabupaten Bogor dan Pusat,
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Balai Besar Industri
Argo, Perputakaan CIFOR, UPTD, dan referensi-referensi lainnya
berupa makalah, hasil penelitian terdahulu, jurnal dan internet.

3.3.3. Metode Pengumpulan Data


Data dan informasi dikumpulkan untuk mendapatkan suatu
gambaran dan berbagai keterangan yang berkaitan dengan lingkup
usaha. Proses pengumpulan data menggunakan metode Participatory
Action Research, yaitu metode yang menyertakan dan melibatkan
29

masyarakat agar kesadaran masyarakat akan potensi ekonomi di


daerahnya meningkat, masyarakat dibangun motivasinya untuk
memanfaatkan potensi ekonomi desanya dengan sebaik mungkin
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat, metode ini
memungkinkan adanya pembelajaran bersama masyarakat dan
timbulnya inisiatif masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan
mereka.
Tahap pengumpulan data dibagi menjadi dua yaitu
pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dengan menggunakan empat metode, yaitu:

1. Focus Group Discussion (FGD) yaitu diskusi kelompok terfokus


yang melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam
kelompok tani hurip.

2. Wawancara langsung dengan obyek penelitian yaitu anggota


kelompok tani Hurip dan para pihak yang terkait dalam
penelitian.

3. Future Scenario (skenario masa depan). Proses penetapan visi,


misi, dan tujuan kelompok tani hurip, metode ini membantu
untuk menentukan arah dan tujuan yang hendak dicapai dengan
mempertimbangkan berbagai faktor yang saling mempengaruhi,
kondisi saat ini dilihat dari potensi-potensi ekonomi yang ada di
desa Cikarawang, dan perkiraan kecenderungan (trend) masa
depan.

4. Resource Mapping adalah kajian lapangan bersama masyarakat


untuk memetakan potensi dan mencari solusi dari permasalahan
yang ada.

5. Penyebaran angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner yang


berisi daftar pertanyaan disebarkan ke masyarakat. Bagi
masyarakat yang tidak dapat membaca dan menulis, maka untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dilakukan dengan
wawancara.
30

Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah,


lembaga penelitian, serta departemen teknis lainnya yang berkaitan
dengan penelitian, seperti Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Bogor, Pemkab Bogor, CIFOR, UPTD, dan Pemerintah Desa serta
didapat dari studi literatur (buku, makalah, jurnal, hasil penelitian
terdahulu, dan internet).
Aspek pasar dan pemasaran: data diperoleh dari wawancara,
penyebaran angket, survey lapang, kunjungan ke usaha sejenis, dll.
Strategi pemasaran dilakukan melalui penentuan segmen pasar, pasar
sasaran, dan posisi produk di pasar. Bauran pemasaran menganalisis
empat unsur untuk mencapai tujuan dalam pasar sasaran yaitu
produk, harga,distribusi dan promosi.
Aspek teknis dan teknologis: data dan informasi yang
diperoleh, dipergunakan untuk perencanaan kapasitas produksi
ekonomis dan tingkat aplikasi teknologi, proses produksi, sanitasi
dan penanganan limbah, serta penentuan luas area pabrik yang
dibutuhkan dalam pengembangan usaha. Keterkaitan antar aktivitas
dan tata letak pabrik dirancang berdasarkan informasi diatas.
Aspek Manajemen Operasional: meliputi perencanaan struktur
organisasi, deskripsi tugas, kualifikasi kebutuhan tenaga kerja,
legalitas usaha serta sistem penggajian. Aspek Dampak Usaha:
meliputi prediksi dampak usaha dan biaya dampak lingkungan.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data


Metode pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisis secara kualitatif yaitu dengan menganalisis kelayakan usaha
penggilingan padi dilihat dari aspek manajemen usaha, dan dampak usaha.
Metode analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan menghitung
kelayakan usaha ini dari aspek pasar, teknik, dan aspek finansialnya.
Kemudian hasil analisis tersebut dijelaskan secara deskriptif. Hal yang
dilakukan berkenaan dengan aspek finansial yaitu dengan menghitung Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Break Even
31

Point (BEP), Payback Period (PBP), dan analisis sensitivitas menggunakan


alat bantu Microsoft Excel.

3.4.1. Aspek Pasar


Pengkajian mengenai aspek pasar dilakukan dengan
menganalisis permintaan, penawaran, harga, bentuk pasar, program
pemasaran, pesaing dan perkiraan penjualan. Melalui analisis aspek
pasar ini dapat dilihat kondisi pasar yang terjadi dan dapat
diperkirakan penjualan yang mungkin terjadi yang nantinya akan
dapat memperkirakan anggaran usaha. Analisis permintaan dan
pesaing didapat dari penyebaran angket yang diberikan kepada petani
dan buruh tani yang terbiasa melakukan penggilingan gabah di
Dusun I, II, dan III. Data tersebut diolah menggunakan Microsoft
Excel dan SPSS version 12.0

3.4.2. Aspek Teknis


Penilaian aspek teknis dilakukan dengan menganalisis apakah
dari segi pembangunan usaha dan segi implementasinya secara teknis
dapat dilaksanakan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui pula
rancangan awal penaksiran biaya investasi dari usaha ini. Hal-hal
yang perlu dianalisis dari aspek teknis ini antara lain:
a. Lokasi proyek, dimana usaha didirikan dengan pertimbangan
lokasi dan lahan usaha
b. Skala usaha/luas produksi, ditetapkan untuk mencapai suatu
tingkatan skala ekonomis
c. Mesin serta alat pembantu mesin, dengan melihat kriteria
pemilihannya
d. Proses produksi dan tata letak, termasuk bangunan dan fasilitas
lainnya.
e. Penyediaan bahan baku.
32

3.4.3. Aspek Manajemen


Tujuan analisis kelayakan usaha dari aspek manajemen
adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi
usaha dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga
pada akhirnya rencana usaha dapat dikatakan layak atau tidak layak.
Hal yang perlu dianalisis dalam aspek manajemen antara lain:
a. Manajemen dalam masa pendirian usaha, yaitu pelaksanaannya
dan jadwal penyelesaian.
b. Manajemen dalam operasi, yaitu bentuk organisasi dan jumlah
tenaga kerja yang digunakan

3.4.4. Aspek Dampak Usaha


Menganalisis dampak dari pendirian usaha terhadap
lingkungan sekitar, jika banyak benefit atau manfaat yang dirasakan
oleh masyarakat dan lingkungan, maka pendirian usaha tersebut
memiliki dampak yang baik, sehingga dapat dinyatakan layak
apabila didirikan. Namun, bila yang terjadi sebaliknya, benefit atau
manfaat yang dirasakan oleh lingkungan dan masyarakat sedikit,
maka usaha tersebut dinyatakan tidak layak.

3.4.5. Aspek Finansial


1. Net Present Value (NPV) atau Nilai Bersih Sekarang.
n ACFt
NPV = IO ................................(1)
t=1 (1 + k)t

Keterangan:
ACFt = arus kas tahunan setelah pajak pada periode t
k = tingkat diskonto yang tepat
IO = pengeluaran kas awal
n = periode analisis usaha
Kriteria :
NPV 0,0 : usaha layak
NPV < 0,0 : usaha tidak layak.
2. Internal Rate of Return (IRR) atau tingkat pengembalian internal.
33

n ACFt
IO = ...............(2)
t=1 (1 + IRR)t
Keterangan:
ACFt = arus kas tahunan setelah pajak pada periode t
IRR = tingkat pengembalian internal
IO = pengeluaran kas awal
n = periode analisis usaha
Kriteria :
IRR tingkat pengembalian yang berlaku : usaha layak
IRR < tingkat pengembalian yang berlaku : usaha tidak layak.

3. Net Benefit/Cost (Net B/C) atau Rasio Keuntungan/Biaya sama


dengan Profitability Index (PI) atau Indeks Keuntungan.

n ACFt

t=1 (1 + k)t
PI = .............(3)
IO
Keterangan:
ACFt = arus kas tahunan setelah pajak pada periode t
k = tingkat diskonto yang tepat
IO = pengeluaran kas awal
n = periode analisis usaha
Kriteria :
PI 1,0 : usaha layak
PI < 1,0 : usaha tidak layak.

4. Break Even Point (BEP) atau titik impas.

BEP = Biaya Tetap ....... (4)

Harga Biaya Variabel


34

5. Payback Period (PBP) atau masa pengembalian investasi menurut


Mulyadi (1997):

Biaya investasi awal


PBP = x 1 tahun .... (5)
Arus kas masuk
Kriteria :
PBP > periode pembayaran maksimum : usaha tidak layak
PBP < periode pembayaran maksimum : usaha layak

6. Analisis Sensitivitas
Perencanaan suatu usaha pada umumnya menggunakan
perkiraan dalam menentukan semua biaya yang dikeluarkan dan
penerimaan yang akan diperoleh tiap tahun oleh suatu usaha.
Variabel-variabel kebijakan yang digunakan sebagai alat analisis
sensitivitas pada penelitian ini adalah perubahan biaya
operasional dan penurunan volume penjualan.

3.5 Asumsi Dasar.


Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis finansial adalah
sebagai berikut :
1) Periode analisis adalah 10 tahun, terhitung mulai tahun 2008 hingga tahun
2017.
2) Perhitungan menggunakan basis harga tetap (fixed price) dan penentuan
harga menggunakan harga yang berlaku pada periode pengambilan data
pada bulan Juli 2007,
3) Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 7 persen, yaitu suku bunga
deposito berjangka Bank BRI pada Bulan Juni 2007 (Kompas, 2007) dan
12 persen, yaitu suku bunga pinjaman bank-bank di Indonesia yang
berlaku dengan adanya rencana penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI
rate) pada Juni 2007 menjadi 8,5 persen (www.mail-archive.com, 2007).
4) Rendemen gabah kering giling (GKG) dari Dinas Pertanian dan Kehutanan
Kabupaten Bogor adalah 63,2 persen beras, 10 persen dedak, 1,8 persen
menir, dan 25 persen sekam, namun dalam analisis kelayakan ini
35

rendemen yang digunakan adalah 60 persen beras, 10 persen dedak, 5


persen menir dan 25 persen sekam.
5) Rencana produksi untuk produk jasa giling ditetapkan oleh pengelola
dengan mengambil 50 persen dari peluang yang tersedia yaitu 400 ton dari
800 ton gabah kering giling setahun, untuk tahun-tahun berikutnya
diperkirakan terdapat peningkatan permintaan, kenaikan permintaan
tersebut ditetapkan oleh pengelola sebesar lima persen. Rencana produksi
beras ditetapkan akan melonjak pada tahun ke enam periode analisis
sebesar 150 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena
pengelola penggilingan merencanakan akan melakukan ekspansi untuk
memasarkan beras hingga ke Pasar Induk Kramatjati.
6) Pembayaran gaji dibedakan menjadi dua, yaitu gaji bagi karyawan tetap
atau pengelola maupun gaji bagi buruh atau karyawan tidak tetap. Gaji
ditetapkan oleh pengelola dengan rendah untuk tahun pertama, kemudian
terdapat peningkatan sebesar Rp. 100.000,00 pada tahun analisis
berikutnya.
7) Penyusutan peralatan dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus
yaitu sebesar Rp. 4.150.000,00.
8) Nilai sisa dihitung berdasarkan nilai seluruh capital budget yang masih
memiliki umur ekonomi hingga periode analisis yaitu 10 persen dari nilai
awal aset setiap jenis invetasi.
9) Sumber modal yang digunakan yaitu modal sendiri dan pinjaman dengan
proporsi 30:70 untuk modal investasi dan 30:70 untuk modal kerja. Bagi
hasil yang ditetapkan untuk pinjaman modal investasi yaitu 60:40, 60
persen dari keuntungan bersih untuk pengelola dan 40 persen untuk bank
syariah, sedangkan bagi hasil yang ditetapkan untuk pinjaman modal kerja
yaitu 55:45, 55 persen dari keuntungan bersih untuk pengelola dan 45
persen untuk bank syariah.
10) Perhitungan pajak dilakukan melalui analisis rugi laba berdasarkan
Undang-undang no 17 tahun 2000. Apabila laba bersih 0 sampai dengan
50 juta Rupiah maka besarnya pajak yang harus dibayarkan sebesar 10
persen dari laba bersih. Bila laba bersih diantara 50 juta Rupiah sampai
36

100 juta Rupiah, maka pajak yang dibayarkan sebesar 10 persen dari 50
juta Rupiah ditambah sisa labanya dikalikan sebesar 15 persen. Bila nilai
laba bersih diatas 100 juta Rupiah maka pajak yang harus dibayarkan
sejumlah 50 juta Rupiah dikalikan 10 persen ditambah 100 juta dikalikan
15 persen ditambah dengan sisa laba yang dicatatkan dikalikan sebesar 30
persen.
11) Analisis sensitivitas dilakukan dengan dua perubahan, yaitu peningkatan
harga input operasional sebesar 10 persen, dan penurunan volume
penjualan sebesar 10 persen, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
sampai seberapa besar pengaruh peningkatan dan penurunan tersebut
terhadap kriteria-kriteria finansial.
49

4.3. Analisis Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah


Analisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah oleh
Kelompok Tani Hurip di Desa Cikarawang dikaji melalui lima aspek
analisis, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis,
aspek manajemen operasional, aspek dampak usaha, dan aspek finansial.
Kelima aspek analisis tersebut akan menjelaskan layak atau tidaknya usaha
penggilingan gabah didirikan.

4.3.1. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran.


Aspek pasar dan pemasaran menempati urutan pertama dalam
studi kelayakan. Tanpa perkiraan jumlah permintaan produk yang teliti
dikemudian hari usaha dapat terancam, kesulitan yang timbul karena
adanya kekurangan atau kelebihan permintaan. Baik kekurangan atau
kelebihan permintaan akan menyebabkan usaha tidak dapat beroperasi
secara efisien. Kekurangan permintaan produk mengakibatkan mesin
dan peralatan bekerja dibawah kapasitas produksinya, jumlah
karyawan menjadi berlebihan, organisasi perusahaan tidak sepadan,
beban biaya tetap menjadi berat.

Peluang pasar
a. Kecenderungan Permintaan
Desa Cikarawang memiliki potensi yang cukup besar dalam
pertanian, dari hasil wawancara dengan kepala desa dan tokoh desa
didapat informasi bahwa lahan produktif untuk pertanian harus
tetap dipertahankan hingga periode jangka panjang, meskipun ada
beberapa lahan sawah warga yang sudah dijual, namun kemudian
dibeli kembali oleh warga setempat sehingga lahan ini tidak beralih
fungsi tetap diolah untuk menghasilkan produk pertanian. Sumber
daya alam yang ada saat ini harus dikelola dengan baik, bahkan
dengan bantuan dari pemerintah melalui UPTD, produktivitas hasil
pertanian perlahan-lahan dapat ditingkatkan.
Data produksi padi di Desa Cikarawang yang didapat dari
UPTD dan Kecamatan Dramaga yaitu pada tahun 2005 mencapai
1215 ton (dapat dlihat pada Lampiran 4) dan pada tahun 2006
50

mencapai 1271 ton (Lampiran 5), ada peningkatan sebesar 4,6


persen dan diperkirakan masih bisa meningkat menjadi 1300 ton
padi. Hasil padi yang cukup besar ini harus didukung dengan
adanya usaha yang mampu menangani pasca panen padi dengan
baik. Hal ini dimaksudkan untuk menekan susut hasil sehingga
ketersediaan beras dapat meningkat, salah satu usaha untuk
menekan susut hasil adalah dengan penggilingan gabah yang baik.

b. Kecenderungan Penyediaan Jasa Penggilingan Gabah.


Penggilingan gabah yang terdapat di Desa Cikarawang
hanya menawarkan jasa giling saja, penggilingan tersebut belum
mengambil peluang untuk melakukan penjualan beras, alasannya
yaitu (1) penggilingan tidak melihat adanya peluang yang dapat
diambil apabila ia melakukan pembelian gabah dan menjual beras,
(2) penggilingan melihat peluang namun terbentur dengan dana
yang tersedia, dan (3) penggilingan tidak memiliki manajemen
yang baik.
Penggilingan gabah yang terdapat di Desa Cikarawang
berjumlah dua penggilingan milik perseorangan, penggilingan
tersebut terletak di daerah Cangkrang (Dusun I) dan Carangpulang
Kidul (Dusun III). Masyarakat di Dusun I dan II mengatakan
bahwa penggilingan di daerah Cangkrang memiliki mesin yang
sudah sangat tua, dan seringkali mogok pada waktu operasi, output
beras yang dihasilkan pun jelek dan banyak yang patah, sehingga
penggilingan ini tidak memiliki kepercayaan dari konsumen lagi
dan dapat dinyatakan bangkrut.
Bangkrutnya penggilingan gabah yang terdapat di Dusun I
mengakibatkan di Desa Cikarawang hanya terdapat satu
penggilingan gabah. Dari hasil wawancara dengan pemilik
penggilingan yang terletak di Carangpulang Kidul di peroleh
informasi bahwa penggilingan beroperasi sejak tahun 1982 dengan
kapasitas produksi riil yaitu 250 kg/jam. Jam kerja operasi setiap
hari tidak bisa dipastikan, karena disesuaikan dengan permintaan
51

harian. Berdasarkan informasi pemilik hari kerja per bulan rata-


rata 20 hari. Pada masa panen, penggilingan dapat menggiling
maksimun 1400 kg gabah kering giling (GKG) per hari dan pada
hari-hari di luar masa panen hanya dapat menggiling maksimun
700 kg gabah kering giling per hari. Dengan atau jika diasumsikan
bahwa masa panen dalam setahun adalah enam bulan, maka enam
bulan lainnya adalah bulan diluar masa panen.
Informasi di atas sangat penting untuk melakukan perkiraan
kapasitas produksi riil penggilingan gabah di Carangpulang Kidul.
Dari hasil perhitungan didapat kapasitas produksi penggilingan
maksimal yaitu 252 ton gabah kering giling per tahun. Perhitungan
kapasitas produksi riil ini menunjukkan bahwa penggilingan hanya
mampu memenuhi kebutuhan warga petani sekitar daerah
Carangpulang Kidul saja tetapi belum seluruh petani di Desa
Cikarawang.
Pendirian penggilingan gabah oleh Kelompok Tani Hurip
yang terletak di Carangpulang Lebak (Dusun II) merupakan
pendirian yang berdasarkan permintaan dan kebutuhan warga desa
di dusun ini terhadap jasa penggilingan. Selama ini warga desa
terutama yang berada di Dusun I dan II harus melakukan
penggilingan gabahnya ke luar desa. Hal yang harus dilakukan oleh
warga tentunya membawa gabah kering giling ke penggilingan dan
membawa beras kembali dari penggilingan.

c. Potensi Pasar Usaha Penggilingan Gabah


Rencana pendirian usaha ini direspon positif oleh warga
desa. Rencana produk utama dari penggilingan ini yaitu jasa giling
dan pemasaran beras. Untuk permintaan jasa giling, terdapat
captive market atau kejelasan pasar, yaitu warga yang berada
dekat dengan penggilingan terutama warga Dusun I dan II. Dusun
II merupakan daerah yang strategis karena berada di tengah-tengah
desa. Apabila mendirikan penggilingan gabah disini, maka tidak
akan menutup kemungkinan apabila masyarakat akan beralih untuk
52

melakukan penggilingan di Dusun II, terlebih lagi bila nantinya


penggilingan ini memberikan kualitas output yang baik dan
pelayanan serta kenyamanan yang menimbulkan kepuasan, karena
yang dilihat oleh masyarakat adalah keterjangkauan lokasi,kualitas
hasil, pelayanan, dan biaya yang dikeluarkan.
Permintaan beras tidak akan pernah habis, karena beras
merupakan komoditas yang sangat penting, dan merupakan
kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh masyarakat Indonesia.
Permintaan beras dapat terpenuhi apabila terdapat pasokan bahan
baku berupa gabah kering giling (GKG) secara simultan, oleh
karena itu, penggilingan harus menjalin kemitraan dengan desa-
desa lain yang berada di Kecamatan Dramaga atau di luar Bogor
agar persedian bahan baku gabah terjamin. Keberadaan Desa
Cikarawang di Kecamatan Dramaga dan letak desa-desa lain yang
berada dalam satu kecamatan dapat dilihat pada Lampiran 6.

Perhitungan Pasar
Data mengenai luas tanah sawah, hasil padi dan masa panen
di Desa Cikarawang didapat dari data desa dan hasil wawancara
dengan tokoh desa dan petani yang mengetahui masalah tersebut.
Hasil padi didapatkan dari wawancara ke beberapa petani,
sedangkan masa panen diketahui dari hasil survey ke beberapa
lahan sawah di Desa Cikarawang.
Dusun I dan II hanya melakukan penanaman padi satu
tahun sekali karena dikenakan sistem pengairan yang bergilirm
sedangkan untuk Dususn III sumber air berasal dari situ yang
terdapat di Desa Cikarawang yaitu situ burung yang mengaliri
tanah sawah sepanjang musim. Perhitungan produksi padi Desa
Cikarawang dapat dilihat pada Tabel 5.
Produksi padi Desa Cikarawang berkisar antara 1100 ton
hingga 1300 ton padi. Hasil survei Badan Pusat Statistik tahun
1996 (BPS, 1996) menunjukkan bahwa kehilangan hasil panen
padi di Indonesia yang terjadi pada saat panen yaitu mencapai 9,5
53

persen, perontokan yaitu 4,8 persen, dan pengeringan 2,1persen,


sehingga dari data tersebut dapat diketahui kehilangan hasil panen
padi dimulai dari pemanenan hingga pengeringan sebesar 16,4
persen.
Produksi padi yang mencapai 1100 hingga 1300 ton padi,
akan susut (lose) hingga menghasilkan gabah kering giling (GKG)
sebanyak 919,6 ton hingga 1086,8 ton GKG. Peluang yang sangat
besar ini terlihat dari belum terpenuhinya seluruh kebutuhan
masyarakat Desa Cikarawang terhadap jasa giling gabah, sehingga
banyak masyarakat yang harus melakukan penggilingan ke luar
Desa.
Kapasitas produksi maksimal penggilingan yang terdapat di
Desa Cikarawang adalah 252 ton GKG, oleh karena itu pendirian
penggilingan gabah ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
dengan berproduksi antara 400 ton GKG hingga 800 Ton GKG
dalam satu tahun.
Tabel 5. Perhitungan Produksi Padi Desa Cikarawang per Tahun

Luas tanah sawah Desa Cikarawang 155,62 hektar


Luas tanah sawah Dusun I dan II 125,62 hektar
Hasil padi Dusun I dan II 5 ton per hektar
Masa panen padi Dusun I dan II 1 kali per
tahun
Luas tanah sawah Dusun III 30 hektar
Hasil padi Dusun III 6 ton per hektar
Masa panen padi Dusun III 3 kali per tahun
Produksi padi Dusun I dan II per tahun 628,1 ton per
tahun
Produksi padi Dusun III per tahun 540 ton per
tahun
Hasil perhitungan: Produksi padi per tahun 1168,1 ton
Kisaran data produksi padi dari Kecamatan Dramaga 1200-1300 ton
54

d. Bentuk Pasar
Penggilingan gabah yang akan didirikan akan menghasilkan
produk utama berupa jasa giling dan beras dalam kemasan. Bentuk
pasar dari produk jasa giling adalah oligopoli. Setiap penggilingan
yang terdapat di Desa Cikarawang maupun di luar desa
menghasilkan produk yang sama yaitu jasa giling. Konsumen
memiliki kebebasan untuk memilih penggilingan yang akan
mereka datangi dan sukai, sehingga untuk merebut konsumen
diperlukan analisis tindakan pesaing. Perhitungan mengenai
tindakan atau aktivitas pesaing diperlukan untuk menentukan
tingkat harga dan kuantitas produksi.
Bentuk pasar dari produk beras yaitu pasar persaingan
sempurna, harga beras ditentukan di pasar pada harga pasar.
Jumlah produsen yang menjual beras sangat banyak, sehingga
diperlukan diferensiasi dalam kemasan terhadap beras yang akan
dijual Permintaan dari produk beras tidak akan pernah terhenti
karena hal ini berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia.
Konsumen memiliki kebebasan untuk membeli atau menjual
berapa saja tanpa ada batas asal bersedia membeli atau menjual
beras pada harga pasar. Pasar sasaran usaha penggilingan gabah
yang akan didirikan yaitu bagi petani yang berada dekat dengan
penggilingan. Pasar sasaran adalah petani di Dusun II, I dan III.

Analisis Persaingan
Hasil penyebaran angket kepada 68 responden yang bekerja
sebagai petani dan buruh tani yang sering menggiling gabah
didapatkan informasi bahwa selama ini responden melakukan
penggilingan ke lima penggilingan yang terdapat di Desa Cikarawang
dan desa sekitarnya, penggilingan tersebut terletak di Situgede,
Cikarawang, Bantar Kambing dan Pasir Gaok.
Di Situgede terdapat dua penggilingan gabah yang dimiliki
oleh Kardi dan Totong, untuk dapat membedakan maka Situgede 1
merupakan lokasi penggilingan milik Kardi dan Situgede 2 merupakan
55

lokasi penggilingan milik Totong. Tabel 6 memperlihatkan


penggilingan gabah yang terletak di sekitar Desa Cikarawang, dan
persentase responden dalam melakukan penggilingan gabah.

Tabel 6. Data Penggilingan yang Terdapat di Wilayah Sekitar Desa


Cikarawang dan Persentase Konsumen.
Penggilingan Persentase Konsumen (%)
Situgede 1 82
Bantar Kambing 7
Cikarawang 6
Situgede 2 4
Pasir Gaok 1

Hasil analisis didapatkan bahwa ketidakpuasan konsumen


terletak pada lokasi dan masalah transportasi, empat penggilingan lain
berada di luar desa, sehingga untuk menjangkau ke tempat
penggilingan gabah tersebut, biaya transportasi yang dikeluarkan tentu
lebih besar, dan jarak tempuh yang cukup jauh. Kepuasan dan
ketidakpuasan konsumen terhadap penggilingan gabah yang ada dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kepuasan Konsumen Terhadap Penggilingan Gabah yang Ada
Faktor Situgede Bantar Cikarawang Situgede Pasir
No Persaingan 1 Kambing 2 Gaok
1 Harga 3 4 3 4 4
2 Mutu 4 4 4 4 5
3 Lokasi 2 2 2 2 2
4 Fasilitas 3 3 4 3 5
5 Pelayanan 3 2 3 4 5
Sistem
6 pembayaran 4 4 4 4 5
7 Transportasi 2 2 2 1 1
8 Dampak Usaha 4 3 3 4 4

Tingkat kepuasan responden terhadap masing-masing


penggilingan dinilai dari delapan faktor persaingan yang meliputi
harga, mutu, lokasi, fasilitas, pelayanan, sistem pembayaran,
transportasi, dan dampak usaha. Penilaian yang digunakan
menggunakan penilaian dari rata-rata yang dihasilkan oleh responden
secara keseluruhan angka 1 hingga 5, dimana angka 1 menerangkan
tidak puas, angka 2 menerangkan kurang puas, angka 3 menerangkan
56

cukup puas, angka 4 menerangkan puas, dan angka 5 menerangkan


sangat puas.
Petani yang akan melakukan penggilingan gabah diminta untuk
mengurutkan ke delapan faktor persiangan di atas sesuai dengan
tingkat kepentingan yang harus dimiliki oleh penggilingan gabah,
kemudian tingkat kepentingan ini didiskusikan lalu disepakati untuk
pemberian bobot pada masing-masing tingkat kepentingan.
Perlakuan demikian, bermanfaat untuk mengetahui
penggilingan mana yang sudah baik dalam memberikan kepuasan
kepada konsumen, sehingga dari analisis didapatkan penggilingan
yang pantas dijadikan tolak ukur (benchmark). Jumlah terbesar dari
analisis persaingan diraih oleh penggilingan yang terletak di Pasir
Gaok, dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Analisis Persaingan.


Faktor Bobot Situgede Bantar Cikarawang Situgede Pasir
Persaingan 1 Kambing 2 Gaok
Lokasi 8 16 16 16 16 16
Mutu 7 28 28 28 28 35
Pelayanan 6 18 12 18 24 30
Harga 5 15 20 15 20 20
Sistem
Pembayaran 4 16 16 16 16 20
Transportasi 3 6 6 6 3 3
Fasilitas 2 6 6 8 6 10
Dampak 1 4 3 3 4 4
Usaha
Jumlah - 109 107 110 117 138

Analisis Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat


Angket atau kuesioner disebarkan kepada 68 responden yang
terdiri dari 52 orang perempuan dan 16 orang laki-laki. Penyebaran
angket dilakukan kepada petani dan buruh tani yang terdapat di Dusun
I, II, dan III Desa Cikarawang. Responden yang berasal dari Dusun I
berjumlah 18 orang, responden yang berasal dari Dusun II berjumlah
29 orang, responden yang berasal dari Dusun III berjumlah 21 orang.
Tanggapan responden dan masyarakat sekitar sangat positif,
dimana 15 orang atau 21 persen dari responden menyatakan sangat
57

setuju dan sangat mendukung pendirian penggilingan gabah baru


tersebut dan memiliki tingkat kepastian yang sangat tinggi untuk
menggiling padinya di penggilingan baru apabila penggilingan telah
berdiri. 51 orang atau 76 persen responden menyatakan setuju dan
memiliki keinginan untuk menggiling padinya di penggilingan gabah
Kelompok Tani Hurip.
Dua orang yang berasal dari Dusun I atau tiga persen dari
responden menyatakan persetujuan akan penggilingan gabah baru, tapi
memiliki kecenderungan untuk tidak menggiling gabahnya di
Penggilingan Hurip Jaya, hal ini karena lokasi dari rencana pendirian
terlalu jauh dari tempat responden apabila berjalan kaki, penggilingan
terdekat untuk berjalan kaki bagi ke dua responden itu adalah
penggilingan yang terletak di Situgede 1. Responden tidak sanggup
membayar ongkos tambahan untuk transportasi. Persentase analisis
kebutuhan dan keinginan masyarakat terhadap penggilingan gabah
baru di Desa Cikarawang dapat dilihat pada Gambar 6 .

Pendirian Penggilingan Gabah Baru dan Keinginan


Masyarakat

3%
21%

Sangat
Stj & ingin
Kurang

76%

Gambar 6. Analisis Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat


terhadap Penggilingan Padi Baru.

Kepastian Kelancaran Pemasaran Periode Jangka Panjang


Lahan sawah di Desa Cikarawang semakin lama akan semakin
berkurang, salah satunya karena perubahan fungsi lahan dari lahan
produktif menjadi perumahan, lahan sawah yang berkurang tentu akan
mengurangi produksi padi di desa ini. Berkurangnya produksi padi
58

tersebut akan berdampak pada penggilingan, namun jika penggilingan


telah melakukan antisipasi dan penetapan pengembangan usaha, maka
usaha tersebut akan terus berkelanjutan bahkan berkembang.
Antisipasi terhadap semakin berkurangnya lahan produktif telah
direncanakan oleh kelompok tani yaitu pada tahun ke 5 setelah
beroperasinya penggilingan dilakukan ekspansi pasar dalam penjualan
beras kemasan, sehingga kelompok tani harus menjalin kemitraan
dengan kelompok tani lain, desa-desa lain dalam satu Kecamatan
Dramaga, koperasi unit desa (KUD), maupun gabungan kelompok tani
di luar Kabupaten Bogor seperti di Karawang. Kemudian bermanfaat
untuk memudahkan memperoleh bahan baku gabah yang diperlukan
untuk memproduksi beras kemasan.

Strategi Bauran Pemasaran


a. Produk
Spesifikasi dan tingkat mutu produk yang
direncanakan adalah sebagai berikut:
1. Jasa penjemuran. Dengan pengawasan yang ketat saat
penjemuran di penjemuran Penggilingan Hurip Jaya akan
menghasilkan padi yang kekeringannya layak untuk
disimpan atau digiling dan bebas dari kerikil atau pasir.
Setelah panen, padi harus segera dijemur, tidak boleh padi
dijemur melebihi satu hari, jika tidak padi akan terbakar
dan warnanya akan memerah. Kebersihan tempat jemuran
sangat diperlukan, sehingga pasir atau kerikil tidak akan
masuk dalam beras hasil giling, oleh karena itu tempat
penjemuran akan dilapisi terpal berwarna gelap agar tidak
bercampur dengan pasir atau kerikil dan kekeringannya
sesuai serta merata.
2. Jasa simpan. Adanya gudang yang dimiliki oleh
penggilingan gabah, petani bisa menyimpan gabahnya
sebelum digiling. Gabah yang dijemur harus memenuhi
standar kering simpan., sehingga gabah tidak mudah
59

terbakar. Penyimpanan ditata sesuai dengan standar


tempat penyimpanan yang bagus, sehingga sirkulasi udara
bisa terus terjadi, dan kekeringan gabah tetap terjaga.
Gudang harus menyediakan alat pengusir tikus atau
dilindungi supaya tikus tidak bisa masuk. Obat tradisional
untuk mengusir kutu padi yang disimpan di gudang juga
harus disediakan. Dengan kondisi tempat penyimpanan
seperti ini, maka masyarakat di Desa Cikarawang
pengguna jasa ini akan tertarik untuk menyimpan di
penggilingan gabah karena mutu simpannya dapat
dipercaya.

3. Jasa giling, Mesin giling yang akan digunakan bertipe


LM 24 untuk pemecah gabah dan ICHI N-50 untuk
pemutih. Penggilingan akan berusaha memberikan
kualitas giling yang memenuhi standar: tidak ada krikil,
pasir, sekam yang terikut dan gabah yang belum tergiling,
serta tidak menghasilkan susut yang besar. Standar mutu
seperti ini akan mampu menjamin konsistennya pasar
untuk selalu mengkonsumsi beras dari penggilingan ini.

4. Beras, penggilingan akan mendapatkan penghasilan yang


cukup besar dari hasil penjualan beras, bahan baku gabah
dibeli dari petani yang berasal dari kelompok tani lain.
Produksi beras memerlukan bahan baku yang selalu
tersedia, dan pasar yang ada. Penyimpanan beras ditaruh
di gudang yang terbebas dari tikus.

5. Dedak, sebagai hasil sertaan ternyata mendatangkan


pendapatan yang cukup besar. Penggilingan akan
berusaha menghasilkan bekatul yang halus sehingga
sekam yang terikut maksimal 3%. Dengan mutu yang
tinggi ini pendapatan penggilingan akan besar dengan
penjualan dedak atau katul.
60

b. Harga
Penetapan harga jual berfungsi untuk mengetahui
tingkat pendapatan yang akan diperoleh, selain itu harga juga
mempengaruhi keinginan konsumen untuk menggunakan
produk yang dipasarkan. Penggilingan Hurip Jaya akan
menetapkan harga yang mampu bersaing, tidak berbeda
dengan penggilingan gabah yang sudah ada, bahkan
menetapkan harga yang sama dengan harga penggilingan
terendah yang pernah di kunjungi oleh masyarakat. Penetapan
ongkos giling gabah ditetapkan dari harga ongkos giling yang
terdapat di beberapa penggilingan. Kisaran harga ongkos
giling yaitu Rp.400/kg Rp. 600/kg beras sosoh atau sama
dengan pengambilan 1 kg beras yang dihasilkan dari 10 kg
beras sosoh. Penggilingan Hurip Jaya akan menetapkan harga
ongkos giling sebesar Rp. 400/kg beras sosoh.
Harga jual beras ditetapkan dari harga pasar yang
berlaku. Penggilingan Hurip Jaya akan menetapkan harga jual
beras sebesar Rp. 4000/kg. Beras yang akan dijual akan
dikemas dengan baik. Kemudian di pasarkan ke wilayah
sekitar hingga ke Pasar Induk Kramatjati.
Penggilingan gabah akan menghasilkan by product
atau hasil samping berupa dedak yang dapat dijadikan pakan
ternak dan sekam yang bisa dijadikan beragam produk seperti
pupuk kompok, biogas, dan abu gosok. Rendemen dari
penggilingan akan menghasilkan 63,2 persen beras, 10 persen
dedak, 25 persen sekam, dan 1,8 persen menir. Harga dedak
yang ditetapkan oleh penggilingan Kelompok Tani Hurip
yaitu sebesar Rp. 1000/kg, sedangkan untuk sekam
ditetapkan harga Rp. 1000/karung (10 kg).
61

c. Distribusi
Saluran pemasaran untuk produk yang akan
dihasilkan oleh penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip
meliputi saluran pemasaran produk beras, dedak, dan sekam,
sedangkan jasa giling dan jasa lainnya tidak dikenakan
saluran pemasaran. Distribusi akan disalurkan ke pasar
konsumen dan reseller.

d. Promosi
Penggilingan Hurip Jaya harus melakukan kegiatan
kampanye dan sosialisasi untuk jasa giling di tingkat
kelompok tani yang ikut menerima manfaat usaha secara
langsung. Harga produk/jasa diupayakan bisa bersaing
dengan penggilingan gabah yang ada di sekitar Desa
Cikarawang, dengan cara mengurangi biaya-biaya yang tak
perlu dan dengan memanfaatkan limbah yang diolah seperti
sekam menjadi pupuk kompos sehingga memiliki nilai
ekonomis. Biaya promosi yang kecil karena diantara petani
terjadi self promotion sehingga mampu membuat harga
produk bersaing dan kualitas produk/jasa harus diperhatikan.

4.3.2. Analisis Aspek Teknis dan Teknologis


Hasil analisis aspek pasar dan pemasaran menunjukkan
gambaran masa depan yang cukup cerah bagi usaha yang
direncanakan, maka selanjutnya diteruskan dengan analisis aspek
teknis dan teknologis.

Penentuan Kapasitas Produksi Ekonomis


Kapasitas produksi ekonomis merupakan volume atau jumlah
satuan produk yang dihasilkan selama satu satuan waktu tertentu
misalnya satu hari, bulan, atau tahun secara menguntungkan. Kapasitas
produksi ekonomis berbeda dengan kapasitas produksi teknis yang
besarnya ditentukan oleh kemampuan produksi mesin yang terpasang
serta persyaratan teknisnya seperti pengurangan hari kerja operasi
62

normal untuk keperluan servis, reparasi kecil, penggantian suku


cadang dan hari libur (Sutojo, 1983)
Besar kapasitas produksi ekonomis ditentukan berdasarkan
perpaduan hasil penelitian berbagai macam komponen evaluasi yaitu
perkiraan jumlah penjualan produk di masa yang akan datang,
kemungkinan pengadaan bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja
inti serta tersedianya mesin dan peralatan di pasar. Hasil perhitungan
Break Even Point (BEP) Penggilingan Hurip Jaya menunjukkan
kapasitas giling pada BEP mencapai 107 ton GKG. Dengan demikian
keuntungan didapat apabila berproduksi lebih dari 107 ton GKG.
Rencana penjualan dilihat dari peluang pasar yang ada, rencana
produksi untuk jasa giling pada tahun pertama yaitu 400 ton GKG.

Pemilihan Mesin, Peralatan, dan Rencana Investasi


Rencana mesin, peralatan dan kegiatan investasi yang akan
digunakan untuk pendirian Penggilingan Hurip jaya dapat dilihat pada
Lampiran 7. Investasi terbesar adalah sebagai berikut:

a. Bangunan, Gudang, Kantor, dan Lamporan


Bangunan penggilingan yang akan didirikan terdiri dari ruang
produksi, kantor, ruang jaga, toilet, dan gudang dengan luas 105 m.
Luas lamporan atau lapangan jemur adalah 215 m. Harga yang
diperkirakan untuk memdirikan bangunan berserta isi dan lamporan
tersebut adalah Rp. 40.730.000,00. Penetapan harga ini berdasarkan
informasi dari toko, tukang dan pemilik bahan bangunan.
Ruang produksi berfungsi untuk memproduksi beras, dimana
didalamnya terdapat mesin diesel dan mesin penggiling gabah.
Pemisahan ruang produksi dan gudang dimaksudkan agar memberi
kenyamanan bagi konsumen yang berkunjung, sehingga tidak
menimbulkan kesan kotor di semua bagian tempat penggilingan.
Kantor sekaligus ruang jaga berfungsi untuk melayani kebutuhan,
keluhan, saran dan tanggapan dari konsumen serta sebagai tempat
untuk pengurusan administrasi keuangan, sedangkan gudang
63

berfungsi untuk tempat penyimpanan gabah yang akan digiling dan


beras yang akan disalurkan.

b. Mesin Penggilingan dan Mesin Diesel


Informasi yang didapat dari Toko Rama Jaya Teknik yang
merupakan salah satu toko mesin pertanian di Kota Bogor, mesin
penggilingan yang baik digunakan untuk penggilingan padi kecil
adalah LM 24 dan ICHI N-50. Mulanya penggilingan padi
Kelompok Tani Hurip akan menggunakan mesin dengan model
otomatis dengan merk SATAKE, namun terdapat kesulitan dalam
pengadaan spare parts dan perbaikan bila timbul kerusakan.
Mesin penggilingan yang akan digunakan yaitu mesin
pemecah gabah dengan model LM 24, dan mesin pemutih dengan
model ICHI N-50, mesin ini berkapasitas 4 ton/hari. Mesin diesel
yang akan digunakan yaitu mesin diesel dengan merek Yanmar.
Total pembelian mesin penggilingan lengkap adalah Rp.
12.000.000,00

Lokasi dan Tata Letak


Lokasi tempat pendirian penggilingan gabah ditetapkan
berdasarkan pertimbangan yang mendalam. Lokasi tapak yang akan
berada pada lahan anggota Kelompok Tani Hurip di Dusun II. Hal ini
dimaksudkan agar tidak ada sengketa atas lahan di lokasi tapak
penggilingan. Berdasarkan wawancara dengan tokoh desa dan
pertimbangan aspek lingkungan dan dampak usaha, maka Kelompok
Tani Hurip menetapkan akan mendirikan penggilingan gabah di
Carangpulang Lebak. Layout atau tata letak yang akan dibuat oleh
Kelompok Tani Hurip dalam pendirian penggilingan gabah dapat
dilihat pada Gambar 7.

Proses Produksi dan Quality Control.


Proses Produksi
Proses produksi pada penggilingan gabah Kelompok Tani
Hurip meliputi dua tipe. Tipe yang pertama adalah konsumen hanya
64

menggunakan jasa giling saja, tidak menggunakan jasa yang lain yang
terdapat di penggilingan. Konsumen yang telah melakukan
pengeringan dan membawa gabah kering giling yang siap untuk
digiling ke tempat penggilingan. Tipe yang kedua, yaitu konsumen
menggunakan berbagai jasa yang terdapat di penggilingan, seperti jasa
jemur, jasa simpan, dan jasa giling. Proses dari pemanenan hingga
menjadi beras diserahkan kepada penggilingan. Proses produksi
tersebut diawali setelah panen, pasca panen padi dijemur di tempat
penjemuran penggilingan. Setelah dijemur gabah yang sudah kering
giling disimpan di gudang. Kemudian penggilingan gabah menggiling
gabah tersebut sesuai dengan permintaan dari konsumen.

1,5 m 1,5 m 9m 3m

W
C

R.
PRODUKSI 7
KAN GUDANG
TOR m
+
R.
JAG
A

15 m

DENAH

LAMPORAN

215 m

Gambar 7. Tataletak Penggilingan Gabah Kelompok Tani Hurip


65

Kegiatan operasional penggilingan padi adalah sebagai berikut:


a. Penjemuran.
Penjemuran merupakan kegiatan yang harus sejak awal
diperhatikan karena kualitas jemur yang bagus sangat
mempengaruhi mutu beras yang dihasilkan serta berapa lama bisa
disimpan. Penjemuran harus langsung dilakukan pada saat hari
pertama panen atau paling lambat dua hari setelah panen, hal itu
untuk menghindari penyimpanan padi yang masih basah karena
akan mengurangi kualitas padi sendiri.
b. Penyimpanan
Setelah gabah benar-benar sudah kering dengan kualitas
simpan, gabah bisa masuk ke gudang penyimpanan. Gudang
penyimpanan digunakan untuk menyimpan gabah kering giling dan
beras, sehingga tempat ini harus memiliki sirkulasi udara yang
bagus sehingga gabah bisa bertahan pada standar gabah kering
simpan yang normal, sehingga padi tidak cepat rusak. Tahap-tahap
proses produksi mulai dari pengadaan barang sampai pengemasan
barang. Siklus produksi diperkirakan satu minggu. Hasil akhir
proses produksi adalah beras.
Gabah

Penimbangan Pengeringan Penyimpanan Penggilingan


Gabah
stop

lanjut

Pemasaran Pengangkutan Pengemasan

Beras

Gambar 8. Skema Proses Produksi


66

Kendala-kendala yang dihadapi oleh Penggilingan Hurip Jaya


dalam memasarkan produk utama nya antara lain:
1. Jasa Giling; mutu giling penggilingan gabah yang ada di daerah ini
sudah cukup baik, namun tidak ada pengukuran kadar air gabah
dari penggilingan tersebut sehingga berpotensi terjadi susut yang
lebih besar dari yang seharusnya. Penggilingan gabah di
Carangpulang Kidul menggunakan satuan liter untuk menentukan
harga ongkos giling, hal ini tidak disukai masyarakat karena
masyarakat lebih menyukai pengukuran menggunakan satuan
kilogram. Untuk mengatasi masalah mutu dan harga yang tidak
mampu bersaing, penggilingan berusaha memiliki mesin
penggilingan yang outputnya bisa terjaga kualitas beras hasil
gilingnya, memiliki alat tester kadar air untuk mengukur kadar air
gabah, memiliki timbangan kilogram dan memberi penawaran
upah giling yang mampu bersaing dengan penggilingan lain di
daerah ini.
2. Beras kemasan; Bahan baku gabah untuk produksi beras kemasan
harus ada sepanjang waktu, sedangkan tujuan mayoritas dari
masyarakat Desa Cikarawang dalam menanam padi ialah untuk
dikonsumsi sendiri, tidak untuk dijual. Oleh karena itu
penggilingan harus mencari bahan baku gabah dari masyarakat
yang ingin manjual gabahnya atau dari luar Desa Cikarawang.

3. Bekatul atau dedak; pembelinya sedikit karena anggota Kelompok


Tani Hurip yang memiliki ternak dengan tujuan komersial masih
sedikit. Untuk mengatasi masalah ini penggilingan gabah akan
bekerja sama dengan pengusaha ternak yang ada di Desa
Cikarawang

Quality Control
Kualitas produk ditentukan oleh jumlah beras yang dihasilkan
(rendemen) atau rendahnya susut (loss) . Oleh karena itu, penggilingan
gabah harus menyediakan sarana dan prasarana untuk memantau mutu
dan pengelola penggilingan gabah harus memiliki kesadaran mutu.
67

Standar atau ketentuan mutu produk yang dikehendaki oleh konsumen


harus dibuat. Diperlukan adanya pemeriksaan mutu gabah saat
pembelian, sehingga pengelola penggilingan dapat memetapkan
perlakukan terhadap gabah untuk dijemur, disimpan dan digiling
secara benar.
Beras yang baik dan susut yang rendah, dihasilkan dari baiknya
penanganan pascapanen yang dilakukan baik oleh petani maupun oleh
penggilingan. Tahapan kegiatan penanganan pascapanen padi yang
dilakukan oleh petani dimulai dengan penentuan waktu panen padi
pada hamparan sawah. Tahapan kegiatan penanganan pascapanen padi
secara keseluruhan meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
pemanenan, pengumpulan, perontokan, pengangkutan, pengeringan,
penyimpanan, dan penggilingan.

Pemanenan
GKP, KA 25% Ani-ani, sabit

Pengumpulan

Terpal Perontokan Digebot

Karung Pengangkutan Karung, gerobak

Terpal Pengeringan Lantai jemur, drier

Pembersihan

Kering simpan Kering giling


GKS, KA 18% GKG, KA 14 %

Penyimpanan Penggilingan

Gambar 9. Tahapan proses kegiatan penanganan pascapanen


(Rokhani, 2007)
68

Sarana dan Prasarana untuk Menghasilkan Pelayanan


Berkualitas

Penggunaan Terpal
Penjemuran pada lapisan semen yang dilakukan dengan
ketebalan kurang dari 1 cm dapat mengakibatkan persentase beras
pecah lebih dari 70 persen dengan rendemen giling yang rendah.
Penggunaan terpal diperlukan sebagai alas untuk penjemuran dan
untuk menutupi atau melindungi dari guyuran air hujan. Penggunaan
alas terpal selama perontokan bertujuan agar gabah yang sudah
dirontokkan mudah untuk dikumpulkan kembali.
Fungsi terpal dalam penanganan pascapanen padi antara lain: (1)
mengurangi atau menekan kehilangan butiran gabah pada saat
perontokan dan pengeringan, (2) sebagai dinding dan alas dalam upaya
mencegah bercampurnya kotoran dengan gabah, (3) memudahkan
pengumpulan gabah dan sebagai penutup gabah pada waktu hujan
turun, (4) untuk menghasilkan penyebaran panas yang merata pada
saat penjemuran/pengeringan.
Keuntungan penggunaan terpal dalam penanganan pascapanen
padi adalah: (1) memudahkan penyelamatan gabah bila dalam masa
penjemuran/pengeringan hujan turun secara tiba-tiba, misalnya dengan
cara memasang tali pengikat untuk memudahkan menggulung
terpal/lembaran plastik kemudian menutup/melindungi gabah dari
hujan dengan cepat, (2) memudahkan pengumpulan untuk
pengarungan gabah pada akhir perontokan dan penjemuran, (3) dapat
mengurangi tenaga kerja buruh tani di lapangan.
Spesifikasi terpal yang akan disediakan oleh penggilingan
Kelompok Tani Hurip adalah sebagai berikut:
1. Terbuat dari bahan plastik single layer berukuran 8 m x 8 m, ada
jahitan pinggir dengan diberi lubang yang dilengkapi dengan ring
besi di bagian sudut dengan interval 2 m sehingga terdapat lebih
kurang 16 lubang.
2. Berwarna gelap (biru, coklat atau hitam).
69

Penggunaan Gudang
Penyimpanan merupakan bagian yang penting dalam penanganan
pascapanen padi. Biji-bijian termasuk padi sangat rentan terhadap
kerusakan selama penyimpanan, apalagi jika sistem penyimpanan yang
diterapkan kurang atau tidak memenuhi persyaratan penyimpanan yang
baik.
Selama penyimpanan proses perubahan biokimia dan serangan
agen-agen perusak dapat menyebabkan susut dan menghasilkan
metabolit yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penyimpanan yang baik dan benar. Dalam hal ini perlu
dilakukan kontrol terhadap faktor-faktor lingkungan yang berperan
dalam penyimpanan serta kontrol terhadap agen-agen yang dapat
menimbulkan kerugian.
Banyak faktor yang berperan dalam penyimpanan pangan.
Faktor-faktor tersebut adalah (1) lingkungan (suhu, kelembaban, nisbi,
komposisi atmosfir), (2) sifat dan karakteristik bahan (kadar air), (3)
tindakan penanganan bahan sebelum disimpan (cara dan waktu panen,
pembersihan bahan), dan (4) agen atau hama perusak
(mikroorganisme, serangga hama pascapanen, rodenta, dan binatang
vertebrata lainnya seperti burung).
Penyimpanan yang akan diterapkan oleh Penggilingan Hurip
Jaya menggunakan teknik karungan. Penyimpanan dengan sistem
karungan mempunyai beberapa keuntungan antara lain : fleksibel,
modal investasi relatif kecil, biaya bongkar muat lebih murah, tidak
terjadi migrasi uap, penanganan secara semi mekanis dan
pemeriksaannya lebih mudah. Namun, demikian terdapat beberapa
kelemahan antara lain: modal investasi mahal, biaya fumigasi relatif
mahal, serangan hama sulit dikendalikan (serangga, tikus, burung),
suhu dan kelembaban sukar dikendalikan.
Pada sistem karungan, gabah / beras yang akan disimpan
dimasukkan ke dalam karung goni dan ditumpuk pada landasan yang
terbuat dari kayu. Sekelompok tumpukan karung goni yang terdiri dari
70

beberapa lapisan/tumpukan disebut staple. Susunan tiap-tiap lapisan


dapat berupa sistem lima karung dan delapan karung seperti dapat
dilihat pada Gambar 10. (Rokhani, 2007)

Tumpukan ke-1 Tumpukan ke-2

Gambar 10 . Cara penumpukan kunci lima dalam penyimpanan


sistem karung. (Rokhani, 2007)

Rencana Produksi
Rencana produksi Penggilingan Hurip Jaya, meliputi dua
produk utama dan produk sertaan yang menghasilkan nilai jual yaitu
jasa giling, beras, dan dedak. Pada tahun pertama penggilingan
menetapkan akan mampu menggiling sebanyak 400 ton GKG atau
setengah dari peluang pasar yang ada, tahun berikutnya penggilingan
menaikkan produksi sebanyak lima persen. Kenaikan ini direncanakan
karena pada tahun pertama operasi, penggilingan menetapkan produksi
yang minim dan tidak mengambil semua peluang pasar yang ada.
Kenaikan ini diprediksi karena promosi akan dilakukan, baik itu di
Desa Cikarawang, maupun Situgede. Pada tahun terakhir periode
analisis (tahun 2017), penggilingan menetapkan akan mampu
menggiling sebanyak 620,5 ton GKG.
Produksi beras pada tahun pertama operasi yaitu dengan
menghasilkan 2528 kg beras dari pembelian 4 ton GKG, tahun
berikutnya penggilingan membeli 5 ton, 6 ton, 7 ton, dan 8 ton gabah
kering giling. Pada periode analisis tahun ke enam hingga ke sepuluh.
Penggilingan akan meningkatkan produksi beras, dengan melakukan
71

pembelian sebanyak 20 ton gabah kering giling, maka beras yang akan
dihasilkan yaitu sebanyak 12,64 ton beras.
Produksi dedak yang dihitung dari hasil sertaan dalam
menggiling padi, yaitu didapat dari 10 % gabah kering giling.
Perhitungan dedak hanya dihitung dari GKG yang digiling dari proses
jasa giling, belum ditambah dari hasil proses pembuatan beras.
Rencana produksi untuk ketiga jenis produk tersebut dapat dilihat pada
Lampiran 8.

4.3.3. Analisis Aspek Manajemen Operasional


Analisis aspek manajemen operasional rencana usaha
Penggilingan Hurip Jaya meliputi hal-hal sebagai berikut ini:

Kepemilikan dan Legalitas


Penggilingan Hurip Jaya akan berada di bawah bidang usaha
Kelompok Tani Hurip, penggilingan ini merupakan usaha kelompok
yang bertujuan untuk memajukan Kelompok Tani Hurip. Pengelolaan
dilakukan oleh anggota kelompok yang aktif melakukan rencana usaha
dan penelitian partisipatif. Pada mulanya terdapat enam orang anggota
yang akan mengelola penggilingan, namun pada akhirnya hanya
terdapat empat orang anggota yang memiliki komitmen untuk
mendirikan penggilingan padi tersebut. Pengelola usaha dapat dilihat
pada Lampiran 7.
Perencanaan usaha, dan jalannya operasional penggilingan
gabah akan dilakukan dengan kerjasama tim, dimana tim terdiri dari
empat orang pengelola, yang memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Jalannya usaha penggilingan sangat tergantung pada komitmen
pengelola dalam mengelola penggilingan. Komitmen tersebut sudah
terlihat dari kesungguhan tim untuk melakukan rencana usaha
kolaboratif.
Keberadaan dari suatu usaha harus diakui oleh masyarakat
sekitar, Lembaga Pemusyawaratan Masyarakat (LPM), dan
pemerintahan desa (BPD) setempat. Manfaat dari adanya legalitas
adalah usaha tersebut akan diakui eksintensinya, dengan pengakuan
72

eksistensi ini, maka usaha tersebut akan dikenal oleh masyarakat,


kemudian memudahkan usaha untuk mengembangkan bisnisnya
karena mendapatkan perlindungan secara hukum dari pemerintah.
Dalam mendapatkan legalitas tersebut, penggilingan akan mengurus
perizinan, meminta rekomendasi dari berbagai instansi, mengurus
nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan surat izin usaha perdagangan
(SIUP)

Struktur Organisasi

Manajer Pengawas
Umum &
Penasihat

Manajer Manajer Administrasi Administrasi


Pemasaran Produksi Keuangan

Gambar 11 . Struktur Organisasi

Organisasi usaha Penggilingan Hurip Jaya terdiri atas bagian


pemasaran, produksi, keuangan, dan administrasi. Keseluruhan
operasional penggilingan padi dikoordinir oleh manajer umum yang
menjalankan fungsi perencanaan kerja dan tata-tertib, memotivasi dan
menggerakkan karyawan, melakukan pengawasan secara keseluruhan,
serta memberikan laporan pertanggungjawaban kepada kelompok tani
dan penanam saham.
Manajer umum dan manajer produksi akan dirangkap oleh satu
orang pengelola. Pengelola untuk masing-masing bagian tersebut
berasal dari anggota Kelompok Tani Hurip yang melakukan rencana
usaha kolaboratif.
Pembagian kerja antara lain dijelaskan sebagai berikut, manajer
umum bertanggung jawab untuk: 1) membuat perencanaan kegiatan
penggilingan dan melakukan kontrol, 2) mengelola kelancaran
73

kegiatan operasional perusahaan, 3) memberikan pertanggungjawaban


berupa laporan triwulan kepada kelompok tani dan penanam saham, 4)
memberikan pengarahan kepada divisi fungsional
Bagian pemasaran dan penjualan mempunyai tanggung jawab
untuk: 1) mencari konsumen dan menjalin kemitraan, 2) mengatur
distribusi barang dan jasa, dan 3) mengatur kelancaran pemasaran.
Bagian produksi bertanggung jawab dalam: 1) mengatur kelancaran
produksi, 2) mengawasi dan mengatur penggudangan, 3) memastikan
mesin dalam keadaan baik, dan 4) mengatur kelancaran bahan baku.
Bagian administrasi keuangan memiliki tanggung jawab untuk:
1) menyusun laporan keuangan, 2) mencatat arus kas harian, 3)
menyusun anggaran biaya, 4) serta mencatat perhitungan laba-rugi dan
neraca, sedangkan bagian administrasi bertanggungjawab atas
dokumentasi laporan/pencatatan dan pencatatan arus keluar masuk
barang dan jasa.

Upah Manajemen dan Buruh


Tenaga kerja yang akan terlibat dalam penggilingan Kelompok
Tani Hurip terdiri dari tenaga kerja tetap dan tidak tetap. Tenaga kerja
tetap merupakan pengelola penggilingan padi, tenaga kerja ini tidak
terpengaruh oleh naik, turunnya volume produksi, dan mendapatkan
biaya yang tetap tiap bulan dalam satu tahun.
Rencana gaji yang akan ditetapkan untuk tenaga kerja tetap
adalah sebagai berikut, pada tahun pertama ditetapkan pengelola akan
mendapatkan gaji sebesar Rp. 500.000,00 per bulan untuk setiap orang,
untuk tahun-tahun berikutnya gaji pengelola akan dinaikkan sebesar
Rp. 100.000,00. Tahun kedua pengelola akan mendapatkan Rp.
600.000,00 setiap bulan, tahun ketiga pengelola akan mendapatkan Rp.
700.000,00 setiap bulan, begitu seterusnya hingga periode analisis
Kebutuhan SDM mengenai jenis pekerjaan, status, kualifikasi, jumlah
dan gaji tahun pertama dapat dilihat pada Tabel 9.
74

Tabel 9. Kebutuhan SDM


N Jenis Status Kualifikasi Jumlah Gaji
o Pekerjaan tahun
pertama
1. Umum dan Karyawan 9 Mampu menyusun 1 Rp.
produksi Tetap rencana usaha yang riil ke 500.000,
depan. 00 /
9 Mampu mengatur dan bulan
mengelola tenaga kerja
yang ada.
9 Memahami proses
produksi dan kualitas
beras yang dihasilkan.
9 Pekerja keras.
9 Mampu bekerja dalam
tim.
9 Memahami mesin dan
peralatan
9 Memiliki kesungguhan
dalam bekerja
2. Pemasaran Karyawan 9 Mampu melihat dan 1 Rp.
Tetap menangkap peluang 500.000,
pasar. 00 /
9 Memiliki kemampuan bulan
komunikasi dan menjalin
kemitraan.
9 Memahami arti penting
pemasaran.
9 Pekerja keras.
9 Mampu bekerja dalam
tim.
9 Memiliki kesungguhan
dalam bekerja
3. Keuangan Karyawan 9 Mampu membuat laporan 1 Rp.
Tetap keuangan. 500.000,
9 Memahami arti penting 00 /
pencatatan keuangan bulan
yang benar, tepat dan
jelas.
9 Pekerja keras.
9 Mampu bekerja dalam
tim.
9 Memiliki kesungguhan
dalam bekerja
4. Administrasi Karyawan 9 Mampu melakukan 1 Rp.
Tetap pencatatan yang baik, rapi, 500.000 /
dan benar. bulan
9 Memahami arti penting
pencatatan setiap aktivitas.
9 Pekerja keras.
9 Mampu bekerja dalam tim
9 Memiliki kesungguhan
dalam bekerja
5. Buruh Karyawan 9 Pekerja keras. 1 Rp.
Tidak 9 Memiliki kesungguhan 300.000 /
Tetap dalam bekerja. bulan
9 Memahami arti penting
kualitas
75

Pengelola akan merekrut satu orang tenaga kerja tidak tetap


sebagai tenaga operasional harian. Rencana penggajian bagi buruh
yang ditetapkan oleh pengelola adalah sebagai berikut, pada tahun
pertama tenaga kerja tidak tetap akan mendapatkan gaji sebesar
Rp. 300.000,00 per bulan, tahun kedua akan mendapatkan gaji
Rp. 400.000,00 per bulan, tahun ketiga akan mendapatkan gaji sebesar
Rp. 500.000,00 per bulan, begitu seterusnya hingga periode analisis.

4.3.4. Analisis Aspek Dampak Usaha.


Peran usaha penggilingan gabah baru yang dipelopori oleh
Kelompok Tani Hurip kepada masyarakat sekitar sangat besar.
Penggilingan gabah ini bukan saja keinginan dan kebutuhan dari
kelompok tani, namun penggilingan ini merupakan keinginan dan
kebutuhan masyarakat sekitar yang diketahui dari penyebaran angket.
Masyarakat sangat berharap pendirian usaha penggilingan gabah
tersebut dapat direalisasikan.
Pendirian usaha penggilingan gabah ini akan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat akan jasa giling yang dekat dengan wilayahnya.
Dampak dari usaha penggilingan tersebut yaitu terpenuhinya
kebutuhan masyarakat, peningkatan motivasi masyarakat dalam
berwirausaha karena penggilingan akan memproduksi hasil samping
seperti sekam yang dapat dibuat menjadi pupuk kompok, biogas,
energi pembakaran dari hasil bakarnya atau untuk abu gosok. Dedak
yang dapat dipasarkan dan dijual untuk pakan ternak, serta menir yang
dapat dibuat menjadi tepung beras dan dipasarkan, pengembangan
ekonomi desa, dan pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
Desa Cikarawang.
Antisipasi dampak lingkungan yang dihasilkan oleh
penggilingan gabah seperti polusi udara, dan polusi suara, membuat
pengelola untuk mempertimbangkan lokasi yang tepat. Lokasi
pendirian penggilingan padi tersebut direncanakan akan berada di
Carangpulang Lebak, dimana sebelah kanan dan kiri penggilingan
adalah lahan sawah yang tidak berdekatan dengan pemukiman
76

penduduk, sehingga tidak menimbulkan gangguan pada masyarakat


sekitar.

4.3.5. Analisis Aspek Finansial


Analisis aspek finansial dalam rencana usaha Penggilingan
Hurip Jaya terdiri atas hal-hal sebagai berikut :

Kebutuhan Modal dan Identifikasi Biaya


Kebutuhan modal dalam mendirikan usaha penggilingan gabah
Kelompok Tani Hurip terdiri dari modal investasi dan modal kerja.
Modal investasi merupakan modal yang dikeluarkan pada awal periode
usaha untuk pembelian sarana dan prasarana yang mendukung
berjalannya usaha penggilingan dan digunakan untuk memperoleh
manfaat hingga secara ekonomis tidak dapat digunakan lagi. Jika
investasi awal secara ekonomis sudah tidak dapat digunakan lagi,
maka dilakukan investasi kembali atau disebut reinvestasi. Sementara
itu, modal kerja adalah modal yang digunakan untuk keperluan
operasional produksi. Total rencana kebutuhan modal pada tahun
pertama usaha ini sebesar Rp 112.716.000,00 terdiri dari kebutuhan
investasi tahun ke nol sebesar Rp 59.756.000,00 dan perkiraan modal
kerja sebesar Rp 52.960.000,00 dapat dilihat pada Lampiran 12
dikurangi biaya penyusutan dan biaya sosial.

Kebutuhan Investasi
Rencana investasi yang dibuat oleh Kelompok Tani Hurip
terdiri dari pembuatan bangunan, gudang, kantor, dan lantai jemur,
pembelian mesin penggilingan lengkap, pembelian meja tulis dan
kursi, timbangan duduk, takaran beras, tester kadar air, tool kit seperti
ring, kunci pas dan kunci sok, perlengkapan lain dapat dilihat pada
Lampiran 10. Selain biaya investasi, usaha ini juga memiliki biaya
reinvestasi. Pembelian kembali untuk serokan, karung, ember dan
selang dilaksanakan pada tahun ke empat dan ke delapan periode
analisis. Rincian dari rencana investasi dapat dilihat pada Lampiran
12.
77

Kebutuhan Modal Kerja


Kebutuhan modal kerja dalam usaha penggilingan gabah
Kelompok Tani Hurip terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel atau
tidak tetap. Biaya total yang dikeluarkan untuk usaha ini sebesar Rp.
58.610.000,00. Kebutuhan modal kerja pada tahun pertama dikurangi
biaya penyusutan dan biaya sosial sebesar Rp. 52. 960.000,00. Biaya
tetap terdiri dari gaji karyawan tetap, penyusutan, biaya umum, dan
sewa tanah, sedangkan biaya variabel terdiri dari upah kerja atau
buruh, bahan baku gabah, bahan bakar, biaya transport dan biaya
sosial. Rincian biaya operasional dapat dilihat pada Lampiran 12.

Sumber Modal
Sumber modal untuk rencana usaha ini berasal dari modal
sendiri dan pinjaman. Perbandingan modal sendiri dan modal pinjaman
adalah 30:70. Modal pinjaman akan berasal dari bank syariah atau
bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) yang menetapkan proporsi
bagi hasil yaitu 40:60 untuk pinjaman yang dipergunakan untuk
investasi. 40 persen dari keuntungan menjadi hak bank, dan 60 persen
dari keuntungan menjadi hak pengelola. Bagi hasil untuk pinjaman
modal kerja ditetapkan proporsi sebesar 45:55. 45 persen untuk bank
syariah dan 55 persen untuk usaha.
Total rencana kebutuhan adalah Rp. 112.716.000,00. Modal
sendiri yang dipergunakan untuk rencana investasi adalah Rp.
17.927.000,00 dan untuk modal kerja adalah Rp. 15.888.000,00.
Sedangkan modal pinjaman untuk kegiatan investasi adalah Rp.
41.829.000,00 dan untuk modal kerja adalah Rp. 37.072.000,00. Aspek
permodalan rencana usaha ini dapat dilihat pada Lampiran 14.

Identifikasi Manfaat atau Penerimaan


Manfaat yang diterima oleh usaha penggilingan gabah
Kelompok Tani Hurip berasal dari penjualan produk utama yaitu jasa
giling dan beras, produk sertaan seperti dedak, sekam dan menir.
Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah output dengan
harga jual per satuannya.
78

Pada rencana usaha ini, harga jual yang berlaku berdasarkan


kesepakatan dan pertimbangan pengelola penggilingan gabah
Kelompok Tani Hurip. Perhitungan penerimaan secara rinci untuk
produk utama dan sertaan yang memiliki nilai jual serta perkiraan
laba/rugi dapat dilihat pada Lampiran 16 dan perkiraan arus kas dapat
dilihat pada Lampiran 17. Penetapan harga jual telah terdapat pada
analisis aspek pasar dan pemasaran, sedangkan rencana produksi
terdapat pada analisis aspek teknis dan teknologis

Kriteria Kelayakan Investasi


Lima kriteria yang digunakan dalam menilai investasi yaitu Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Break
Even Point (BEP), dan Payback Period. Hasil perhitungan kelayakan
investasi ini diperoleh dari hasil perhitungan komponen outflow dan
inflow yang didiskontokan. Nilai dari kriteria penilaian investasi
rencana usaha Penggilingan Hurip Jaya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Nilai Kriteria Penilaian Investasi Rencana Usaha


Penggilingan Gabah Kelompok Tani Hurip

Kriteria Investasi Nilai


Net Present Value (NPV) Rp 254.889.000,00
Profitability Index (PI) 8,54
Internal Rate of Return (IRR) 40,8%
Payback Period (PBP) 0,8 tahun

Hasil perhitungan kriteria investasi secara komprehensif dapat


dilihat pada Lampiran 18-21. Nilai Net Present Value (NPV)
menunjukkan nilai yang positif dan sangat besar, nilai ini
menunjukkan hasil dari nilai arus kas masuk selama periode analisis
yang didiskontokan dikurangi dengan nilai arus kas keluar yang
didiskontokan. NPV sebesar Rp. 254.889.000,00 menunjukkan bahwa
penggilingan padi ini layak, karena berdasarkan kriteria penilaian
investasi, usaha layak jika NPV > 0.
79

Nilai Profitability Index (PI) menunjukkan nilai yang lebih


besar dari satu. Menurut kriteria penilaian investasi, PI layak jika PI >
1. PI merupakan perbandingan antara nilai arus kas masuk selama
periode analisis yang didiskontokan dibagi dengan nilai arus kas keluar
yang didiskontokan.
IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam
jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV dari usaha tersebut
sama dengan nol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang dilakukan.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai IRR dari rencana usaha
penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip sebesar 40,8 persen. Nilai
tersebut diperoleh dengan menggunakan metode coba-coba (trial and
error). Nilai IRR tersebut menunjukkan kelayakan dari suatu usaha,
karena IRR lebih besar dari tingkat suku bunga deposito.
Payback Period (PBP) merupakan jumlah lama tahun yang
dibutuhkan bagi suatu usaha untuk menutupi biaya investasi awal
dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai PBP adalah 0,8 tahun,
artinya adalah penggilingan gabah ini baru dapat menutupi
pengeluaran biaya investasinya dengan jumlah keuntungan bersih yang
telah didiskontokan setelah usaha ini berjalan sekitar 9 bulan 6 hari.
Berdasarkan hasil dari empat kriteria penilaian investasi di atas,
dapat disimpulkan bahwa penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip
layak untuk diimplementasikan pada kondisi atau asumsi yang telah
disepakati bersama. Hal ini ditunjukkan dari nilai NPV > 0, PI > 1, IRR
> tingkat suku bunga yang dijadikan dasar perhitungan, yaitu 7 persen,
dan PBP lebih pendek waktunya dari periode pembayaran maksimum
atau tertutupi sebelum umur rencana usaha Tirta Maju berakhir.
Kriteria lainnya
Selain empat kriteria penilaian investasi di atas, pada
penelitiannya ini juga dilakukan perhitungan terhadap kriteria-kriteria
tambahan lainnya, Break Even Point (BEP) tahun analisis, BEP
80

volume produksi, dan BEP harga jual. Perhitungan masing-masing


kriteria dapat dilihat pada Lampiran 20 dan 21.
Analisis Sensitivitas
Hasil analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui tingkat
kepekaan suatu usaha dalam menghadapi setiap perubahan yang
mungkin terjadi. Analisis ini dilakukan dengan terjadinya perubahan di
tingkat harga input operasional dan volume penjualan hingga nilai
NPV menjadi negatif. Dari skenario kenaikan dan penurunan harga
input operasional dan volume penjualan sebesar 10 persen. Kenaikan
10 persen harga input operasional meliputi harga bahan baku gabah,
transport, dan bahan bakar minyak solar.
Kenaikan 10 persen harga input operasional dan penurunan 10
persen volume penjualan menghasilkan nilai NPV sebesar Rp.
213.709.000,00, IRR 40,4 persen, nilai Net B/C adalah 7,32 dan PBP 1
tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha ini tidak sensitif
terhadap penurunan 10 persen penjualan dan kenaikan 10 persen harga
input operasional. Analisis sensitivitas dapat dilihat pada Lampiran 22-
26.
Hasil analisis sensitivitas switching value menyatakan bahwa
usaha Penggilingan Hurip Jaya akan menjadi tidak layak saat harga
harga input operasional yang meliputi harga bahan baku gabah,
transport, dan bahan bakar minyak solar naik hingga sebesar 50 persen
dan volume penjualan turun sebesar 66 persen, penurunan volume
penjualan dan kenaikan harga input operasional tersebut akan
menghasilkan NPV negatif sebesar Rp. 3.016.000,00, IRR 7,1 persen,
nilai Net B/C adalah 0,91 dan PBP lebih dari periode analisis atau 10
tahun. Analisis sensitivitas switching value dapat dilihat pada
Lampiran 27-30.
81

4.4. Rekomendasi Dalam Tahap Implementasi Pendirian Pengilingan Gabah


Penggilingan gabah ini dapat direalisasikan apabila pengelola memiliki
kesungguhan dalam melaksanakannya. Kesungguhan dan keyakinan yang
dimiliki oleh pengelola untuk pendirian usaha merupakan modal yang
utama. Dalam mengatasi permasalahan permodalan, pengelola sebaiknya
mensosialisasikan rencana usaha yang dibuat agar investor tertarik untuk
menanamkan saham segera.
Pengelola perlu mempersiapkan kondisi internalnya, kondisi internal
yang dimaksud adalah kesiapan bagian pemasaran dan penjualan dalam
mencari konsumen, kesiapan bagian produksi yaitu mampu memenuhi
permintaan yang diinginkan oleh konsumen, serta kesiapan bagian
adminstrasi baik itu keuangan maupun non keuangan untuk membentuk
sistem pencatatan yang baik, agar memudahkan untuk menghitung
keuntungan dan kerugian serta kecepatan untuk membuat keputusan.
Kesiapan ini dapat terpenuhi dengan melakukan pelatihan manajerial.
Pengelola harus mengurus masalah perizinan, dan legalitas, serta
meminta rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Pemerintah Daerah agar
usaha penggilingan tersebut diakui keberadaanya. Adanya pengakuan
memiliki banyak keuntungan, yaitu mendapatkan proteksi atau
perlindungan dari pemerintah, bantuan, pelatihan, serta berbagai informasi
yang dapat menguntungkan dan mengembangkan usaha.
Apabila usaha telah berjalan, maka pengelola harus memberikan
pelayanan yang terbaik kepada konsumen sehingga menciptakan kepuasan,
selain itu transparansi atau keterbukaan baik kepada konsumen, kelompok
tani, maupun kepada petani yang menanamkan saham sangat penting, karena
dapat menciptakan kepercayaan kepada pengelola usaha penggilingan.
Kemudian pengelola harus membuat sistem pembagian keuntungan yang
jelas dan adil, baik bagi kelompok, petani yang menanamkan saham,
maupun pengelola sendiri agar tidak menimbulkan perpecahan dan
keributan.
82

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
a. Hasil analisis kelayakan aspek pasar dan pemasaran menunjukkan bahwa
di Desa Cikarawang masih terdapat peluang yang sangat besar untuk
mendirikan penggilingan padi tersebut, peluang tersebut adalah sekitar
500 hingga 1000 ton gabah kering giling.
b. Analisis kelayakan aspek teknis dan teknologis, menjelaskan mengenai
rencana investasi, letak, layout, kapasitas produksi ekonomis, dan
rencana produksi. Rencana tersebut telah dibuat mulai dari berapa
produksi tahun pertama, mesin dan peralatan yang tepat untuk
dipergunakan oleh penggilingan padi kecil, serta tata letak dan lokasi
yang baik untuk mendirikan penggilingan padi di Desa Cikarawang.
c. Analisis kelayakan aspek manajemen operasional dan dampak usaha
menjelaskan mengenai kepemilikan, legalitas, struktur organisasi,dan
pembagian tugas dalam mengelola penggilingan tersebut, sedangkan
dampak usaha menjelaskan mengenai dampak dan akibat yang akan
terjadi apabila penggilingan tersebut didirikan. Dampak yang akan
terjadi lebih cenderung kepada banyaknya manfaat yang akan di dapat
masyarakat, karena penggilingan melakukan antisipasi dengan
menentukan lokasi yang tepat yang tidak berdekatan dengan perumahan,
sehingga tidak menimbulkan polusi baik itu polusi udara, maupun suara.
d. Analisis kelayakan finansial menghasilkan nilai kriteria investasi yang
cukup besar dimana NPV bernilai Rp.254.889.000,00 IRR 40,8 persen,
Net B/C atau PI adalah 8,54 dan PBP adalah 0,8 tahun. Semua analisis
kelayakan menunjukkan bahwa penggilingan gabah di Desa Cikarawang
yang akan dikelola oleh Kelompok Tani Hurip layak untuk didirikan.

2. Saran
a. Kelompok Tani Hurip selaku kelompok yang memiliki divisi usaha,
harus meningkatkan motivasi dan kemampuannya dalam menciptakan
dan mengembangkan usaha, pengembangan motivasi dan kemampuan
83

ini melibatkan anggota kelompok dimana masing-masing anggota


dituntut untuk meningkatkan loyalitas dan partisipasinya, selain itu
kelompok harus menjalin kerjasama dengan kelompok tani lain di Desa
Cikarawang agar tercipta sinergi dan manfaat bagi banyak pihak.
b. Penelitian ini belum menganalisis produk beserta harga dari jasa lain
yang menyertai jasa penggilingan, yaitu jasa jemur, dan jasa simpan,
penelitian selanjutnya dapat menyempurnakan dengan menganalisis
semua produk yang menyertai jasa giling, agar dari hasil analisis
kelayakan tersebut dapat tercipta rencana usaha masyarakat yang
komprehensif .
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian


4.1.1. Desa Cikarawang
Desa Cikarawang (Gambar 5) adalah salah satu dari 10 desa
yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, dengan luas
wilayah desa yaitu 226,56 Ha. Sebelah utara Desa Cikarawang
dibatasi oleh Sungai Cisadane, sebelah selatan dibatasi oleh Sungai
Ciapus, sebelah barat dibatasi oleh Ciaduan, dan sebelah timur
dibatasi oleh Kelurahan Situgede. Kondisi geografis desa yaitu
memiliki ketinggian tanah sebesar 700 m dari permukaan laut,
termasuk daerah bertopografi atau berdataran tinggi, dengan suhu
udara rata-rata yaitu berkisar antara 25-30C.
Jarak dari pusat pemerintahan desa ke pusat pemerintahan
kecamatan sejauh 5 km, jarak ke pusat pemerintahan kota
administrasi sejauh 45 km, jarak ke ibukota kabupaten/kotamadya
daerah tingkat II sejauh 40 km. Kondisi transportasi dari dan ke Desa
Cikarawang cukup baik yaitu dengan fasilitas jalan beraspal yang
memiliki lebar 4m.

CIKARAWANG

Gambar 5. Peta Cikarawang

Desa Cikarawang dibagi menjadi tiga dusun, tujuh rukun


warga (RW) dan tiga puluh dua rukun tetangga (RT). Jumlah
38

penduduk desa ini adalah 7205 jiwa, penduduk yang berjenis


kelamin laki-laki sebanyak 3588 jiwa dan penduduk yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 3617 jiwa, serta jumlah kepala
keluarga sebanyak 1867 kepala keluarga
Sektor ekonomi yang terdapat di Desa Cikarawang adalah
usaha pertanian, usaha peternakan, usaha perikanan, usaha industri,
usaha jasa, dan usaha perdagangan. Wilayah ini memiliki potensi
yang besar dilihat dari segi sumber daya alamnya, yang sebagian
besar masih berupa lahan pertanian. Di wilayah ini sangat potensial
untuk dikembangkan kegiatan pertanian, terutama pertanian tanaman
padi dan palawija. Secara umum kegiatan ekonomi masyarakat
banyak bertumpu pada sektor pertanian.
Kegiatan di sektor peternakan terlihat dari beberapa ekor
ternak yang dimiliki oleh setiap warga di rumahnya masing-masing.
Komoditas peternakan yang telah dikembangkan secara komersial di
wilayah desa ialah penggemukan kambing dan usaha peternakan
berkapasitas 5000 ayam potong yang dimiliki oleh warga
masyarakat.
Kegiatan di subsektor perikanan belum cukup berkembang,
dan potensi keberadaan danau atau situ seperti Situ Burung yang ada
di desa ini belum dimanfaatkan secara optimal untuk budidaya
perikanan air tawar. Di sektor industri telah terdapat beberapa usaha
home industri komersial yaitu pembuatan miniatur aeromodelling,
pembuatan pupuk organik bokasi, dan industri makanan. Usaha-
usaha tersebut memberi manfaat bagi masyarakat desa dalam
membuka lapangan pekerjaan.
Usaha pada sektor jasa yang telah dilakukan warga di Desa
Cikarawang adalah jahit-menjahit, mobil angkutan, wartel, ojeg,
penggilingan gabah dan pengolahan tanah pertanian, yaitu melalui
penyewaan kerbau atau traktor tangan. Pada sektor perdagangan, di
daerah ini beberapa warga telah menjadi pengumpul hasil pertanian
yaitu ubi jalar dan ubi kayu untuk dijual di Pasar Induk Kramatjati,
39

dan industri pengolahan. Sebagian warga ada yang menjadi


pedagang sayur-mayur, kacang-kacangan, bakso, mie ayam, maupun
produk-produk lain dan membuka warung di rumahnya. Di desa ini
juga terdapat lembaga-lembaga masyarakat yaitu kelompok dasa
wisma, kelompok PKK, pramuka gudep, kelompok tani, karang
taruna, kelompok remaja masjid, majelis talim, kader pembangunan
desa (KPD), dan sebagainya.
Desa Cikarawang merupakan desa yang berdekatan dengan
Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), salah satu harapan dari Desa
Cikarawang yang diperoleh dari wawancara dengan kepala desa dan
tokoh desa yaitu menjadikan Desa Cikarawang sebagai wadah yang
disediakan bagi mahasiswa IPB untuk melakukan praktik lapang,
sehingga potensi pertanian yang ada harus tetap dipertahankan
Lahan yang digunakan untuk sawah dan ladang di desa ini
adalah 194,572 hektar, dengan luas tanah sawah yaitu 155,620
hektar, sebagian besar tanah pertanian yang dikelola warga adalah
milik sendiri. Dari hasil sawah dan ladang inilah masyarakat Desa
Cikarawang dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sistem
pola tanam yang dilakukan oleh petani Dusun I dan II ialah sistem
bergilir antara padi dan palawija, sedangkan petani Dusun III tidak
bergilir dan selalu menanam padi. Hal ini berkaitan dengan sistem
irigasi yang terdapat di desa. Kurangnya air dan harus ada
pembagian alokasi air dengan sistem bergilir menyebabkan Dusun I
dan II melakukan penanaman padi hanya satu kali dalam setahun,
sedangkan di Dusun III air selalu berlimpah, tanahnya basah dan
hanya cocok untuk ditanami padi, oleh karena itu penanaman padi
dapat dilakukan tiga kali dalam setahun. Produksi padi pada tahun
2006 di Desa Cikarawang mencapai 1.271 ton (UPTD, 2006)
Adanya potensi pertanian di Desa Cikarawang,
menumbuhkan keinginan masyarakat untuk membentuk kelompok
tani. Kelompok tani merupakan wadah masyarakat untuk berkumpul,
bekerjasama dan membentuk suatu kesatuan yang memiliki
40

kesamaan identitas, atribut, sistem norma dan peraturan-peraturan


berkelompok untuk mengatur pola-pola interaksi antara anggota
kelompok dan mencapai tujuan bersama. Kelompok tani yang sudah
terdaftar di kantor Kecamatan Dramaga berjumlah 4 kelompok, yaitu
Kelompok Tani Hurip, Mekar, Setia, dan Subur Jaya.
Salah satu kelompok tani yang sudah lama berdiri adalah
Kelompok Tani Hurip. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
Dinas Pertanian (2006), pembagian kelas pada kelompok tani ada
empat, yaitu pemula, lanjut, madya, dan utama. Pembagian tersebut
berdasarkan pada penilaian kemampuan kelompok terhadap kriteria-
kriteria tertentu. Bobot nilai yang dimiliki oleh kelas pemula adalah
250, lalu untuk kelas lanjut bobot nilainya antara 251-500, kelas
madya berbobot nilai antara 501-750, dan kelas utama berbobot nilai
antara 751-1000.

4.1.2. Kelompok Tani Hurip


Kelompok Tani Hurip (KTH) merupakan kelompok tani yang
beranggotakan 28 orang petani. Kelompok tani ini berada pada kelas
lanjut, didirikan pada tahun 1974. Sekretariat Kelompok Tani Hurip
(KTH) beralamat di Kampung Carangpulang Bubulak Rt 4 Rw 3 No.
43, Dusun II, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pembentukan kelompok tani berasal
dari keinginan petani untuk berkerjasama dalam memajukan
pertanian desa.
Kelompok Tani Hurip telah diakui keberadaannya dan telah
terdaftar di Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.
Kelompok Tani Hurip sudah dipercaya untuk mengelola traktor
tangan dan kelompok tani ini juga cukup sering mendapat bantuan
dari pemerintah melalui UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas),
seperti pemberian bibit padi, pohon jati, pupuk (urea, NPK), dan
bibit kacang. Adanya keinginan untuk memajukan kelompok
menimbulkan kesadaran anggota kelompok untuk merapihkan dan
membangun sistem kerja kelompok tani serta perencanaan usaha
41

untuk meningkatkan pendapatan kelompok. Hal ini ditandai dengan


dibentuknya struktur organisasi lengkap ditambah dengan seksi-seksi
dan pembagian pekerjaan yang jelas.
Struktur organisasi Kelompok Tani Hurip terdiri dari 11
orang yang menjabat sebagai pengurus, yang terdiri dari ketua,
sekretaris, bendahara, seksi kelompok wanita tani, seksi
pengairan/P3A, seksi humas, seksi usaha yang terdiri dari usaha hasil
bumi dan rencana usaha yang memiliki kemungkinan untuk
dijalankan seperti penggilingan padi dan tepung ubi jalar, seksi
pertanian dan seksi kehutanan serta dua orang penasehat (Lampiran
2).

4.2. Pendekatan PAR dan PRA untuk Penjaringan dan Pemantapan Ide,
serta Perencanaan Usaha pada Kelompok Tani Hurip.

Tahap pertama yaitu sosialisasi metode PRA yang termasuk ke dalam


PAR dan identifikasi potensi ekonomi desa. Tujuan dari sosialisasi metode
PRA ialah memberikan pemahaman bahwa kedatangan peneliti ke desa
melakukan penelitian partisipatif dalam rangka membangun potensi
ekonomi desa Cikarawang. Sedangkan tujuan dari identifikasi potensi
ekonomi desa yaitu mengetahui potensi ekonomi apa saja yang dapat
dikembangkan di Desa Cikarawang.
Tahap kedua adalah pemilihan kelompok tani. Dari hasil kunjungan
pertama kali dan penerimaan serta keterbukaan kelompok terhadap peneliti
dan tim, maka ditetapkan Kelompok Tani Hurip sebagai tempat untuk
dilakukannya penelitian partisipatif. Tahap ketiga yaitu tahap membuat
kesepakatan untuk mengadakan pertemuan-pertemuan antara tim peneliti
dengan anggota Kelompok Tani Hurip. Hal ini bertujuan agar mereka
menyetujui untuk ikut berpartisipasi dan bersama-sama berembuk untuk
membahas permasalahan yang ada pada kelompok.
Tahap keempat dan selanjutnya menggunakan teknik-teknik Focus
Group Discussion (FGD) seperti merancang skenario masa depan,
menetapkan visi, misi, menggambarkan keadaan ekonomi kelompok tani
saat ini, mengidentifikasi potensi internal kelompok dan potensi yang bisa
42

dikembangkan oleh kelompok tani ke depan. Proses penetapan visi, misi,


dan tujuan ini ditentukan melalui skenario masa depan Kelompok Tani
Hurip. Skenario masa depan sangat berguna untuk situasi yang sangat
kompleks dan ketidakpastian tinggi, metode ini membantu untuk
menentukan arah dan tujuan yang hendak dicapai dengan
mempertimbangkan berbagai faktor yang saling mempengaruhi, kondisi saat
ini dilihat dari potensi-potensi ekonomi yang ada di desa Cikarawang, dan
perkiraan kecenderungan (trend) masa depan.
Tahap kelima merupakan tahap perumusan masalah, tahap ini
merupakan tahapan yang paling penting dan menentukan. Tujuan dari
merumuskan masalah adalah menjabarkan permasalahan apa saja yang akan
diteliti, sehingga diharapkan ditemukannya solusi bagi permasalahan yang
ada. Perumusan masalah ini dilakukan dengan identifikasi masalah,
kebutuhan dan keinginan kelompok tani.
Kelompok Tani Hurip memiliki keinginan untuk mengelola hasil
taninya menjadi produk yang memiliki nilai tambah, tidak hanya mengelola
dan menjual hasil pertanian, sehingga muncul keinginan untuk mendirikan
penggilingan gabah dan tepung ubi jalar. Dari keinginan tersebut, maka
diperlukan perumusan rencana usaha, dan dari perumusan rencana bersama
diharapkan akan dapat memanfaatkan SDM yang tersedia, membangun
komitmen anggota kelompok terhadap pelaksanaannya, menghasilkan
rencana yang tepat guna, terpadu, dan komprehensif, serta realistis.
Tahap kelima merupakan tahap perencanaan usaha kolaboratif yang
bertujuan agar masyarakat mampu memperbaiki kehidupan dengan kekuatan
mereka sendiri, sehingga terwujud kemandirian masyarakat, yakni
masyarakat yang mampu memecahkan masalah mereka sendiri. Langkah
awal untuk mendirikan penggilingan gabah dilakukan dengan skenario masa
depan, mencakup impian terhadap pengggilingan gabah sehingga diperlukan
penetapan visi, misi dan tujuan pendirian penggilingan gabah. Kemudian
dilakukan analisis SWOT secara bersama-sama, yaitu analisis kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pendirian penggilingan gabah.
43

Rencana usaha kolaboratif penggilingan gabah meliputi rencana pasar,


rencana teknis dan teknologi, rencana manajemen operasional, dan rencana
finansial. Rencana tersebut disusun berdasarkan data-data yang akurat, baik
itu data primer maupun sekunder, oleh karena itu pencarian data yang benar
perlu dilakukan. Data dan informasi yang didapat bermanfaat untuk
menyusun rencana usaha dengan logis, baik dan tepat.
Inti dari pendekatan penelitian aksi partisipatif adalah keterlibatan
masyarakat dan kebersamaan dalam merumuskan masalah dan mencarikan
solusinya sehingga dapat dilakukan melalui tindakan. Keterlibatan
masyarakat bertujuan agar penilaian dan penggalian masalah serta
kebutuhan dan keinginan memang bersumber dari masyarakat, setelah
adanya kesadaran masyarakat terhadap masalah, kebutuhan dan
keinginannya, maka masyarakat didorong untuk menyelesaikan masalahnya
dan memenuhi kebutuhannya.
PAR lebih dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dibandingkan
dengan pendekatan top-down yang selama ini dilakukan, dalam pendekatan
top-down masyarakat tidak dilibatkan dari awal proses, namun masyarakat
hanya menerima hasilnya saja, yang hasilnya itu belum tentu dapat
menjawab permasalahan masyarakat dan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan mereka. Tahap-tahap proses PAR dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.2.1. Latar Belakang dan Rencana Usaha Penggilingan Gabah


Kelompok Tani Hurip.

Desa Cikarawang memiliki penggilingan gabah di Dusun II,


pada tahun 1970-an, hampir semua petani dan masyarakat Desa
Cikarawang melakukan penggilingan gabah di penggilingan tersebut.
Penggilingan gabah di Dusun II memberikan kemudahan pada
masyarakat dalam menjangkau lokasi penggilingan, terlebih lagi
usaha tersebut berada di pinggir jalan yang dilalui oleh kendaraan.
Setelah penggilingan gabah ini sudah tidak lagi beroperasi,
masyarakat merasakan kesulitan terutama karena jauhnya jarak yang
harus ditempuh untuk mendapatkan jasa penggilingan. Ketua dan
anggota Kelompok Tani Hurip menyadari kebutuhan dari
44

masyarakat, karena kesulitan ini pun dialami oleh ketua dan anggota
kelompok.
Berangkat dari kebutuhan akan jasa giling yang berada di
wilayahnya (Dusun II), terlebih lagi setelah melihat sejarah usaha ini
dan prospek ke depan dalam mendirikan penggilingan gabah di
Dusun II membuat kelompok tergugah dan termotivasi untuk segera
mendirikan penggilingan tersebut. Tentunya keinginan pendirian
penggilingan gabah tersebut dilandasi juga oleh keinginan untuk
memenuhi dan memfasilitasi kebutuhan masyarakat serta
meningkatkan perekonomian desa. Sehingga kelompok menaruh
harapan bahwa penggilingan ini dapat menjadi suatu wadah yang
akan memenuhi kebutuhan masyarakat baik itu terhadap jasa giling
yang berkualitas maupun mendapatkan atau memenuhi kebutuhan
beras itu sendiri.

Bidang Usaha dan Hasil Produksi


Rencana penggilingan gabah yang akan dibuat yaitu memiliki
sarana untuk penjemuran, penyimpanan, penggilingan, pemanfaatan
limbah, dan pengantaran. Kegiatan utama dalam penggilingan gabah
yang direncanakan adalah jasa yang terkait dengan penggilingan dan
pemasaran beras.
Penggilingan gabah akan menghasilkan jasa pelayanan
penggilingan gabah untuk masyarakat, produk beras, hasil sertaan
yang dapat diperjualbelikan dan limbah yang bisa dimanfaatkan
untuk keperluan petani sehari-hari. Produk samping (by product)
yang bisa dijual atau bisa digunakan untuk pakan ternak adalah
dedak atau bekatul. Sedangkan limbah berupa sekam padi bisa
dimanfaatkan untuk salah satu pembuatan biogas, pupuk kompos,
energi panas dari hasil pembakarannya dan abu gosok. Target
konsumen yang akan memanfaatkan jasa adalah anggota Kelompok
Tani Hurip sendiri, petani sekitar, dan anggota kelompok tani lain di
wilayah Desa Cikarawang dan desa tetangga.
45

Tujuan dan Manfaat Ekonomi Usaha


Tujuan dari pendirian usaha penggilingan gabah ini adalah
menciptakan usaha yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
meningkatkan pendapatan kelompok dan perekonomian desa serta
memudahkan dan memberi fasilitas bagi masyarakat.
Manfaat usaha penggilingan gabah adalah masyarakat dapat
memanfaatkan jasa jemur penggilingan gabah, menyimpan gabahnya
di penggilingan, menjual gabahnya kepada penggilingan,
memperoleh pelayanan antar, menggunakan jasa penggilingan,
bahkan bisa menanam saham, dan membeli beras, hasil sertaan dan
limbah yang masih bermanfaat.

4.2.2. Rencana Strategis Usaha Penggilingan Gabah


Penggilingan gabah yang akan didirikan rencananya diberi
nama Penggilingan Hurip Jaya. Nama hurip berasal dari kelompok
tani yang artinya hidup, dan jaya diambil dari cita-cita dari
penggilingan tersebut yang memiliki arti berjaya. Perusahaan ini
berada dibawah kepemilikan Kelompok Tani Hurip dan dikelola oleh
tim usaha penggilingan padi Kelompok Tani Hurip.
Usaha penggilingan ini direncanakan akan berlokasi di Dusun
II, Kampung Carangpulang lebak, Desa Cikarawang, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor. Fasilitas yang akan tersedia dalam
penggilingan Hurip Jaya yaitu mesin Rice Milling Unit tipe LM 24,
ICHI N-50 yang berkapasitas 4 ton/hari, tempat jemur berterpal,
gudang penyimpanan, ruang kantor dan toilet.

Visi, Misi, Tujuan dan Nilai-nilai Perusahaan


Visi, misi, tujuan dan nilai-nilai perusahaan dihasilkan
melalui rencana usaha kolaboratif dengan menggunakan skenario
masa depan. Menurut David (1998), visi perusahaan merupakan
suatu petunjuk arah bisnis yaitu kemana perusahaan akan tumbuh
dan berkembang. Visi ini merupakan pernyataan keinginan
perusahaan di masa depan, menyadari akan manfaat dari adanya
visi, oleh karena itu tim usaha pengilingan padi bersama peneliti
46

merumuskan visi dari usaha yang akan didirikan. Pernyataan visi


Penggilingan Hurip Jaya adalah:
Penggilingan Hurip Jaya sebagai sentral penggilingan
gabah di Desa Cikarawang yang keberadaannya dapat
menyejahterakan masyarakat Desa Cikarawang dan sekitarnya.
Pernyataan visi menjawab pertanyaan Kita ingin menjadi
seperti apa?, sedangkan pernyataan misi menjawab pertanyaan Apa
bisnis kita?. Suatu misi bisnis merupakan dasar untuk menetapkan
prioritas, stategi, rencana, penugasan kerja (David, 1998). Untuk
mewujudkan visinya, Penggilingan Hurip Jaya memiliki misi
sebagai berikut :
1. Memberikan pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah dan
murah.
2. Memberikan kenyamanan kepada konsumen.
3. Membangun hubungan kemitraan dan kedekatan dengan berbagai
pihak.
4. Disegani karena integritas dan kepeduliannya terhadap
masyarakat dan lingkungan.
Tujuan perusahaan yang ditetapkan dengan jelas
menungkinkan sasaran yang jelas dan realistis. Pernyataan tujuan
Penggilingan Hurip Jaya adalah:
1. Meningkatkan ketersediaan beras di Desa Cikarawang.
2. Meningkatkan nilai-nilai solidaritas antar anggota Kelompok
Tani Hurip.
3. Memenuhi kebutuhan masyarakat Desa Cikarawang dan
sekitarnya pada umumnya, dan anggota kelompok tani khususnya
akan jasa penggilingan gabah dan beras.
4. Meningkatkan keuntungan kelompok dari jasa giling, penjualan
beras dan hasil samping penggilingan gabah.
Nilai-nilai merupakan sikap dalam menjalani kehidupan yang
berfungsi sebagai pedoman tingkah laku. Nilai-nilai yang
membudaya dalam perusahaan akan memberi kontribusi secara tidak
47

langsung terhadap kesuksesan perusahaan. Nilai-nilai yang akan


dikembangkan di Penggilingan Hurip Jaya adalah :
1. Kebersihan Moral dan Komitmen Niat.
2. Sungguh- sungguh dalam Bekerja.
3. Kerjasama Tim.
4. Berorientasi Kualitas dan Pelanggan.
5. Melakukan Evaluasi Kinerja secara Teratur.

4.2.3. Analisis SWOT dalam Pendirian Usaha Penggilingan Hurip


Jaya.

Analisis kekuatan dalam pendirian usaha merupakan hal yang


penting karena dari hasil ini dapat diketahui seberapa besar
kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan yang akan didirikan saat
ini serta mengetahui apakah perusahaan yang akan didirikan tersebut
memiliki kekuatan untuk mengembangkan usahanya di masa yang
akan datang, dari hasil analisis dengan pesaing yang terdapat di Desa
Cikarawang didapatkan kekuatan dalam pendirian usaha
Penggilingan Hurip Jaya adalah :
1. SDM yang akan mengelola merupakan anggota Kelompok Tani
Hurip bukan perseorangan yang memiliki semangat, motivasi,
dan komitmen yang tinggi untuk mendirikan usaha.
2. Pasar yang jelas, hal ini terlihat dari analisa kebutuhan dan
keinginan masyarakat Desa Cikarawang akan adanya
penggilingan gabah yang memiliki kinerja baik dalam
menciptakan hasil, pelayanan, dan harga yang memuaskan.
3. Rencana lokasi yang berada di pertengahan desa yaitu di dusun
II, memberikan suatu keuntungan sendiri yaitu monopoli
wilayah, lokasi strategis dan dekat dengan pasar.
4. Kedekatan dengan pasar utama membuat perusahaan dapat
mengetahui perubahan pasar, komunikatif, dan cepat menangkap
informasi.
Analisis kelemahan harus dilakukan untuk mengetahui posisi
saat ini kelemahan apa saja yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga
48

dari hasil analisis memudahkan pengelola untuk mengambil


keputusan prioritas yang menyangkut usaha dan keberlanjutannya.
Kelemahan yang teridentifikasi dalam pendirian Penggilingan
Hurip Jaya adalah :
1. Kurangnya modal
2. Belum adanya mitra kerja (penyalur/supplier, pelanggan / warung
dan toko, investor)
3. Belum adanya keterampilan manajerial pada tim penggilingan
padi.
Analisis peluang merupakan analisis untuk melihat kesempatan
yang ada dalam mengembangkan usaha. Hasil identifikasi peluang
usaha pengilingan gabah adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh bantuan, dukungan, serta rekomendasi untuk
menghasilkan legalitas usaha dari Dinas Pertanian dan
Kehutanan serta Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.
2. Mendapatkan mitra kerja yang akan merealisasikan dan
melancarkan operasional usaha.
3. Memperoleh keterampilan manajerial dengan mengikuti
pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh UPTD, Dinas Pertanian
dan Kehutanan Kabupaten Bogor, dan lain sebagainya.
4. Memperluas jangkauan pasar tidak hanya di daerah Desa
Cikarawang tapi juga desa-desa di Kecamatan Dramaga.
Analisis ancaman merupakan analisis untuk melihat dan
mengetahui faktor apa saja yang dapat menjadi penghambat jalannya
usaha. Hasil identifikasi ancaman usaha penggilingan gabah adalah:
1. Bahan baku gabah sulit untuk didapatkan dan produksi padi di
Desa Cikarawang sangat kecil akibat gagal panen.
2. Adanya pesaing baru, atau pesaing yang ada memperbaiki
kinerja, sistem dan memperluas pangsa pasar, sehingga adanya
kecenderungan untuk mengambil konsumen sasaran dan
komsumen yang potensial.
DAFTAR PUSTAKA

Agusta, I. 1998. Cara Mudah Menggunakan Metode Kualitatif pada Sosiologi


Pedesaan. Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial, Bogor

Bantacut, T. 2006. Teknologi Pengolahan Padi Terintegrasi Berwawasan


Lingkungan. Makalah pada Lokakarya Nasional Peningkatan Dayasaing
Beras Melalui Perbaikan Kualitas Jakarta, 13 September 2006.

Basuno, E, dkk. 2005. Pemberdayaan Masyarakat Secara Partisipatif Melalui


Kaji Tindak (Action Research) di Provinsi Jawa Barat. Laporan Akhir.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor

CIFOR. 2007. Penelitian Aksi Partisipatif. (Modul). CIFOR, 2007

Departemen Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil.1995. Undang-undang


Republik Indonesia Nomor 9 Tahun1995 Tentang Usaha Kecil.
Departemen Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil, Jakarta

Departemen Pertanian. 2005. Teknik Penggilingan Padi yang Baik. Ditjen


pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, Departemen Pertanian,
Ragunan Jakarta. http://agribisnis.deptan.go.id

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2007. Luas Panen,


Produktivitas, dan Produksi Padi di Kabupaten Bogor. Dinas Pertanian,
Bogor

Djohani, R. 1996. Dimensi Gender dalam Pengembangan Program Secara


Partisipatif. Studio Driya Media Bandung : Bandung.

Gray, C., P. Simanjuntak, L.K. Sabur, P.F.L . Maspaitella, dan R.C.G. Farley.
1992. Pengantar Evaluasi Proyek. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Hasbullah, R. 2007. Program Pengawalan Penanganan Pasca Panen dan


Pemasaran Gabah oleh Perguruan Tinggi di Provinsi Jawa Barat dan
Banten. Modul Pelatihan. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan
Masyarakat IPB, Bogor.

Husnan, S. dan S Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan
Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta.

Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT Asdi Mahasatya, Jakarta.

Iqbal, M dan K M M Simanjuntak. 2004. Solusi Jitu Bagi Pengusaha Kecil dan
Menengah. PT Elex Media Komputindo. Kelompok Gramedia, Jakarta
Keown, dkk. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Ketujuh. Salemba
Empat, Jakarta

Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Jilid Satu. PT Prenhallindo, Jakarta.

Mulyadi. 1997. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Edisi


Kedua. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Mulyana, A dkk. 1996. Berbuat Bersama Berperan Setara. Studio Driya Media,
Bandung.

Narayan, D. 1996. What is Participatory Research? In Toward Participatory


research, Washington DC.

Selener, D. 1997. Participatory Action Research And Social Change. The Cornell
Participatory Action Research Network. Cornell University, Ithaca, New
York, U.S.A.

Sembiring, I. 2007. Corporate Social Responsibility for Community Development.


(Modul). Corporate Forum for Community Development (CFCD) . Bogor.

Sofyan, I 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sutojo, S. 1983. Studi Kelayakan Proyek. Konsep dan Teknik. PT Pustaka


Binaman Pressindo, Jakarta Pusat.

Tahmid, M. 2005. Studi Kelayakan Pendirian Industri Gelatin Tipe B Berbasis


Tulang Sapi di Indonesia. Skripsi pada Fakultas Teknologi Pertanian. IPB,
Bogor.

Umar, H. 1999. Studi Kelayakan Bisnis: Manajemen, Metode dan Kasus. PT


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

---------2001. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana


Bisnis secara Komprehensif. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

---------.2003. Studi Kelayakan Bisnis: Manajemen, Metode dan Kasus. PT


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wijaya, H. 2004. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Limbah Kayu Menjadi


Briket Arang pada PT Wasta Guna Lestari. Skripsi pada Fakultas
Pertanian. IPB, Bogor.

85
Lampiran 8. Kegiatan Investasi

No Rencana Investasi Jumlah Harga tarif/pasar Pemasok


Kebutuhan

1. Pembuatan bangunan, gudang dan 105 m Rp. 300.000,00 Panglong


kantor
2. Pembuatan lantai jemur gabah 215 m Rp. 40.000,00 Panglong
3. Pembuatan talang sekam dan gabah 5 lb seng Rp. 40.000,00 Tk bangunan
4. Pembelian mesin giling lengkap 1 unit Rp.12.000.000,00 Tk RJ teknik
5. Pembelian meja tulis dan kursi 1 set Rp. 1.000.000,00 Pasar
6. Pembelian timbangan duduk 1 unit Rp. 1.500.000,00 Pasar
7. Pembelian takaran beras 3 unit Rp. 20.000,00 Pasar
8. Pembelian tester kadar air 1 unit Rp. 1.500.000,00 Tk RJ Teknik
9. Pembelian Tool Kit 1 unit Rp. 125.000,00 Tk RJ Teknik
10. Pembelian serok/skrup dedak 3 unit Rp. 10.000,00 Pasar
11. Pembelian terpal 62 m Rp. 8.000,00 Pasar
12. Pembelian karung gabah & beras 500 bh Rp. 1.000,00 Pasar
13. Pembelian bak air/gentong 2 bh Rp. 150.000,00 Tk bangunan
14. Pembelian bak untuk beras 5 bh Rp. 50.000,00 Tk bangunan
15. Pembelian gerobak 1 unit Rp. 350.000,00 Tk bangunan
16. Pembelian ember 4 bh Rp. 3.500,00 Pasar
17. Pembelian selang 10 m Rp. 3.500,00 Pasar
18. Pemasangan listrik 450 watt Rp. 900.000,00 PLN
19. Perijinan 1 paket Rp. 250.000,00 Instansi
20. Penyewaan lahan 320 m/bln Rp. 300.000,00 Masyarakat
21. Pungutan/ sumbangan/ biaya sosial 1 thn Rp. 1.500.000,00 Ormas
22. Pembelian solar 1890 lt/thn Rp. 4.000,00 SPBU
23. Listrik, pulsa, pamflet (pemasaran) 1 thn Rp. 5. 000.000,00 PLN & pasar
24. Upah pengelola 4 orng/bln Rp. 500.000,00 Kelompok
25. Upah buruh 1 orng/bln Rp. 300.000,00 Masyarakat
26. Pajak penghasilan 1 thn 10 % / thn Instansi
STUDI KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI
DI DESA CIKARAWANG, KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR (R. RINRIN CHAERUNNISA SD H24103049)

Pembelajaran bagi Pembelajaran bagi


Perencanaan Metode/Aksi Permasalahan Output/Refleksi
Mahasiswa Masyarakat
1 Sosialisasi, Identifikasi
Potensi Ekonomi, dan
Pemilihan Usaha Ekonomi
- Sosialisasi kepada - (1) Pertemuan dengan - Sebagian masyarakat kurang - Mahasiswa belajar - Masyarakat dapat lebih - Masyarakat akhirnya menyambut baik
masyarakat dan kelompok perwakilan kelompok tani antusias karena bersosialisasi dengan mengenal peneliti kedatangan, maksud dan tujuan
tani yang ada di Desa beranggapan mahasiswa masyarakat (mahasiswa), memahami mahasiswa dalam melakukan penelitian
Cikarawang serta tokoh dan hanya menjadikan mereka - Mahasiswa belajar maksud dan tujuannya - Perlunya proses assessment lebih
wakil masyarakat, (2) sebagai obyek penelitian dan membangun komunikasi sehingga diharapkan bisa lanjut untuk mengidentifikasi potensi
Kunjungan ke kantor desa, tidak memberikan manfaat yang baik sehingga bisa terjalin kerjasama yang baik ekonomi desa
(3) Kunjungan ke rumah untuk masyarakat menyampaikan maksud
warga dengan tepat
- Identifikasi potensi - FGD, wawancara, dan - Pada saat FGD belum - Mahasiswa belajar - Belajar untuk berani - Diperoleh daftar potensi ekonomi desa
ekonomi desa observasi terfokus dan sebagian besar memfasilitasi FGD mengungkapkan pendapat, - Terpilihnya kelompok tani Hurip
peserta belum bisa berperan - Mahasiswa belajar berbagi, dan sebagai lokasi penelitian
secara aktif dalam diskusi melakukan wawancara yang berinteraksi/berkomunikasi - Perlunya identifikasi secara terfokus di
- Pada saat wawancara, baik sehingga informasi baik dengan sesama anggota tingkat kelompok tani Hurip dan
informasi yang diberikan yang diperoleh bisa jelas masyarakat maupun dengan anggotanya
kurang jelas, kurang lengkap, dan lengkap pihak luar
atau tumpang tindih - Mahasiswa belajar
melakukan observasi dan
menjadikan hasilnya sebagai
sumber data penelitian
- Identifikasi potensi - FGD - Sebagian peserta masih - Mahasiswa belajar untuk - Masyarakat mulai berani - Diperoleh daftar potensi ekonomi di
ekonomi di tingkat belum berani kreatif merancang tata acara berpendapat dan mulai tingkat kelompok dan harapan-harapan
kelompok tani Hurip dan mengungkapkan FGD sehingga peserta dapat terbiasa untuk saling masa depan terkait dengan
menggagas skenario pendapat/terlibat aktif dalam terlibat aktif dalam diskusi berkomunikasi dan berbagi pengembangan ekonomi
masa depan kelompok diskusi - Mahasiswa belajar untuk - Masyarakat belajar - Perlu tindak lanjut untuk pemilihan
- Kunjungan ke petani baik di - Informasi yang diberikan membangun komunikasi membangun komunikasi usaha yang akan dikembangkan
rumah maupun di tempat petani kurang jelas, kurang personal baik yang dibangun personal dengan pihak luar
kerja (sawah/ladang), lengkap dan petani kadang atas dasar rasa percaya sehingga wawasan dan
sekaligus untuk melakukan terkesan enggan pengetahuannya juga bisa
observasi berkembang
- Pemilihan usaha ekonomi - FGD - Dalam diskusi muncul - Mahasiswa belajar untuk - Belajar untuk memilih usaha - Dipilih 2 proyek ekonomi yang akan
banyak pilihan usaha dan bersikap independen dan ekonomi yang akan dikembangkan kelompok, salah
terjadi perdebatan/konflik fokus dikembangkan berdasarkan satunya adalah usaha penggilingan
antar warga yang membuat analisis yang jelas padi. Usaha ini dipilih karena (1)
mahasiswa bingung potensi produksi padi besar (2) belum
ada usaha penggilingan untuk melayani
anggota kelompok dan masyarakat
sekitarnya (3) kelompok ingin
menjalankan konsep TPOJ (Tanam,
Petik, Olah, Jual) sehingga
meningkatkan nilai tambah untuk petani
- Perlu identifikasi lebih detail dan
mendalam terhadap usaha-usaha yang
diputuskan telah dipilih kelompok untuk
dikembangkan (Analisis SWOT)
- Identifikasi detail terhadap - Analisis SWOT - Tidak ada - Mahasiswa belajar - Masyarakat belajar mengenai - Hasil analisis SWOT. Salah satu hasil
usaha menerapkan analisis SWOT analisis SWOT dan analisis SWOT menunjukkan ada
pada usaha penggilingan kegunaannya sekaligus kelemahan pada organisasi kelompok
padi langsung mempraktekkan sehingga perlu penguatan kelompok
bersama mahasiswa agar usaha ekonomi yang akan
direncanakan dapat berjalan baik dan
berkelanjutan
- Penguatan kelompok dan - FGD: :membuat dan - Tidak ada, FGD sudah - Mahasiswa belajar aplikasi - Masyarakat belajar untuk - Terbentuknya 2 pokja yaitu Pokja
pembentukan Kelompok menyepakati aturan berjalan secara partisipatif institutional building melalui bisa berorganisasi secara Penggilingan Padi dan Pokja Tepung
Kerja (Pokja) kelompok, menyusun dan aktif, bahkan dalam fasilitasi penguatan lebih baik Ubi Jalar berikut tugas-tugasnya
struktur organisasi pembentukan Pokja telah kelompok ini - Pokja bersama mahasiswa membuat
kelompok, dan terlibat para generasi muda rencana usaha nmasing-masing
pembentukan pokja sebagai yang atas kemauan dan
pelaksana teknis dari keinginan sendiri menjadi
masing-masing usaha yang anggota Pokja
telah dipilih untuk
dikembangkan
2 Membuat rencana usaha
penggilingan padi
- Mengumpulkan data dan - Mahasiswa mengumpulkan - Masih sulit untuk mengajak - Mahasiswa belajar untuk - Masyarakat belajar menerima - Diperoleh serangkaian informasi
informasi informasi terkait dengan keterlibatan masyarakat sharing informasi dengan informasi baru mengenai mengenai usaha penggilingan padi
usaha penggilingan padi dari secara langsung dalam petani, memilih bahasa dan penggilingan padi - Perlu merumuskan permasalahan
berbagai sumber dan pengumpulan informasi awal teknis yang sesuai agar membandingkan dengan penelitian yang akan diteliti agar
kemudian ini, terutama karena informasi tersebut dapat informasi yang mungkin kegiatan penelitian lebih terfokus
menyampaikan/sharing keterbatasan waktu dari sampai ke petani dengan sudah mereka ketahui
informasi tersebut dengan petani baik sebelumnya dan membuat
petani - Mahasiswa belajar konsep kolaboratifnya bersama-sama
dan penerapan kolaboratif dengan mahasiswa
dari proses sharing tersebut
- Merumuskan masalah - FGD : Mahasiswa bersama - Tidak ada - Mahasiswa belajar - Masyarakat belajar - Dirumuskan masalah penelitian :
penelitian Pokja merumuskan masalah merumuskan masalah Apakah rencana pendirian usaha
penelitian penelitian sebagai langkah penggilingan padi layak? Masalah ini
awal untuk mencari solusi diangkat untuk memastikan usaha yang
akan dijalankan memang layak
sehingga akan menguntungkan
masyarakat
- Perlu membuat rencana aksi bersama
- Merencanakan studi - Melakukan kunjungan ke - Studi banding tidak selalu - Mahasiswa belajar - Menambah - Diperoleh gambaran riil mengenai
banding ke tempat usaha penggilingan padi di daerah dapat dilakukan bersama melakukan aksi bersama wawasan/pengetahuan usaha penggilingan padi
penggilingan padi untuk terdekat yaitu di Desa masyarakat karena kendala dan mendapat pengetahuan masyarakat tentang usaha - Melanjutkan aksi bersama untuk
mendapat gambaran riil Situgede dan Desa waktu juga karena baru tentang usaha penggilingan padi mengumpulkan data guna
Cikarawang (di wilayah kerja masyarakat sudah merasa penggilingan padi mempersiapkan rencana bisnis
KT Subur Jaya) tahu tentang operasional penggilingan padi dan uji kelayakannya
penggilingan padi (aspek pasar , teknis dan teknologi,
manajemen operasional, dan finansial)
- Menganalisa dan - Menilai dan menghitung - Tidak ada - Mahasiswa belajar - Masyarakat belajar - Dari aspek pasar, usaha penggilingan
merencanakan pasar potensi pasar yang dapat menganalisa pasar untuk menganalisa pasar dan padi telah mempunyai target pasar
diserap usaha: usaha penggilingan padi menyiapkan usaha yang jelas yaitu anggota kelompok tani
* Usaha telah mempunyai penggilingan padi secara Hurip dan masyarakat sekitar yang
captive market yaitu anggota terencana dan sistematis terletak di dusun II, sedangkan target
kelompok sendiri yang juga pasar potensial adalah masyarakat
petani padi dan masyarakat yang berada di dusun I dan III.
sekitar - Namun perlu ditinjau apakah secara
- Analisa permintaan teknis target pasar tersebut mencukupi
Perlu analisa aspek yang lain: teknis
dan teknologi
- Menganalisa dan - Menganalisa aspek teknis - Tidak ada - Mahasiswa belajar - Masyarakat belajar - Dari aspek teknis dan teknologi, usaha
merencanakan aspek dan teknologi dari hasil studi menganalisa aspek teknis menganalisa aspek teknis penggilingan padi ini teknologinya
teknis dan teknologi banding di penggilingan padi dan teknologi dari usaha dan teknologi dari usaha cukup mudah, sudah dikenal
milik Bpk Acep (kelompok penggilingan padi penggilingan padi masyarakat, dan masyarakat
tani Subur Jaya) mempunyai kemampuan teknis untuk
- Melakukan obervasi dan menjalankannya.
survei ke toko penjual - Dari pemilihan lokasi akan didapatkan
mesin penggilingan lokasi yang sesuai dan tepat
- Menganalisa dari literatur - Perlu analisa aspek yang lain:
terkait manajemen operasional
- Pemilihan Lokasi
- Menganalisa dan - Menganalisa aspek - Tidak ada - Mahasiswa belajar - Masyarakat belajar - Dari hasil analisa aspek manajemen
merencanakan aspek manajemen operasional menganalisa aspek menganalisa aspek operasional didapatkan rencana
manajemen operasional untuk menjalankan usaha manajemen operasional dari manajemen operasional dari pendirian dan rencana operasional, di
penggilingan padi usaha penggilingan padi usaha penggilingan padi dalamnya terdapat perangkat
organisasi yang terdiri dari struktur
organisasi, dan job desc yang jelas
bagi pengelola.
- Dari hasil analisa aspek manajemen
operasional diketahui ada bbrp
masalah yaitu: (1) masy belum
mempunyai ketrampilan manajerial
untuk menjalankan usaha penggilingan
padi, (2) belum tersedia lokasi untuk
pendirian pabrik
- Perlu pelatihan ketrampilan manajerial,
khususnya untuk para calon pengelola
penggilingan padi
- Perlu segera menyiapkan lokasi untuk
penggilingan padi
- Rencana pelatihan Bu, Rencana pelatihan dan
ketrampilan manajerial penyiapan lokasi pabrik
dilakukan setelah analisis
kelayakan (bila sudah
dinyatakan layak)
- Penyiapan lokasi pabrik
- Menganalisa dan - Menganalisa aspek finansial - Tidak ada - Mahasiswa belajar - Masyarakat belajar - Dari hasil analisa aspek finansial
merencanakan aspek untuk menjalankan usaha menganalisa aspek finansial menganalisa aspek finansial diketahui ada beberapa masalah : (1)
finansial penggilingan padi dari usaha penggilingan padi dari usaha penggilingan padi kurangnya modal ........(2).......
Belum di analisis lebih mendalam, bu
tolong periksa excel penggilingan padi
hurip. NPVnya besar sekali. Makasih
banyak
STRUKTUR ORGANISASI
KELOMPOK TANI HURIP
Sekretariat : RT 4/3 No. 43 Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Telepon : (0251) 626232 HP 0817181272

Penasehat I Ketua Kelompok Penasehat II


Bpk. Kuming Bpk. Ahmad B. Bpk. Efendi

Sekretaris Bendahara
Bpk. Napi Bpk. Rachman

Seksi Pertanian Seksi Kehutanan Seksi Humas Seksi Usaha


Bpk. Eeng Bpk. Amran Bpk. Dedy Bpk. Endang

Keterangan : Seksi Kelompok Seksi


: Garis Koordinasi Wanita Tani Pengairan/P3A
Ibu Titin Bpk. Matsari
: Garis Instruksi

: Garis Pertanggungjawaban

Anda mungkin juga menyukai