Anda di halaman 1dari 11

ETIKA BISNIS

Resume Buku Etika Bisnis dan


Relevensasinya

DISUSUN OLEH :

SANTI WINARYA (028150019)

D3 KEUANGAN DAN PERBANKAN SYARIAH

UNIVERSITAS TRISAKTI
Judul Buku : Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya
Pengarang : DR, A, SONNY KERAF
Penerbit : Kanisius
Cetakan : 14
Tahun : 2010

Bab 1 "Teori-Teori Etika"

A. Pengertian Etika
Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya (ta etha) berarti 'adat
istiadat' atau 'kebiasaan'.Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang
baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini
berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik,
dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari
satu generasi ke generasi yanh lain. Kebiasaan ini lalu terungkap dalam perilaku berpola yang
terus berulang sebagai sebuah kebiasaan.
Yang menarik disini dalam pengertian ini etika justru persis sama dengan pengertian
moralitas. Moralitas beradal dari kata latin mos, yang dalam bentuk jamaknya (mores) berarti
'adat istiadat' atau 'kebiasaan'. Jadi , dalam pengertian pertama ini, yaitu pengertian
harifahnya, etika dan moralitas sama-sama berarti sistem nilai tentang bagaimana manusia
harus hidup baik sebagai manusia yang telah diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat
kebiasaan yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang ajek dan terulang dalam kurun
waktu yang lama sebagaimana layaknya sebuah kebiasaan.
Kedua, etika juga dipahami dalam pengertian yang sekaligus berbeda dengan moralitas.
Dalam pengertian kedua ini, etika mempunyai pengertian yang jauh lebih luas dari moralitas
yaitu sebagai filsafat moral, atau ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma yang
diberikan. Dengan demikian, nilai dan norma konkret yang menjadi pedoman dan pegangan
hidup manusia dalam seluruh kehidupannya.
Dalam bahasa Kant, etika berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak
secara otonom dan bukan seara heteronom. Etika bermaksud membantu manusia untuk
bertindak secara ebas tetapi dapat dipertanggung jawabkan. Kebebasan dan tanggung jawab
adalah unsur pokok dari otonomi moral yang merupakan salah satu prinsip untama moralitas.

B. Tiga Norma Umum

1. Norma sopan santun, atau yang juga disebut norma etiket, merupakan norma yang
mengatur pola perilaku dan sikap lahiriah manusia, misalnya menyangkut sikap dan
perilaku bertamu, makan dan minum, duduk, berpakaian, dan sebagainya. Norma ini
lebih menyangkut tata cara lahiriah dalam pergaulan sehari-hari.
2. Norma hukum adalah norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas oleh masyarakat
karena dianggap perlu dan niscaya dalam keselamatan dan kesejahteraan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat. Norma ini mencerminkan harapan, keinginan dan keyakinan
seluruh anggota masyarakat tentang bagaimana hidup bermasyarakat yang baik dan
bagaimana masyarakat tersebut harus diatur secara baik.
3. Norma normal yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia.
Norma ini menyangkut aturan tentang baik buruknya, adil tindaknya tindakan dan
perilaku manusia sejauh ia dilihat sebagai manusia. Norma moral lalu menjadi tolak ukur
yang dipakai oleh masyarakat untuk menentukan baik buruknya tindakan manusia
sebagai manusia, entah sebagai anggota masyarakat ataupun sebagai orang dengan
jabatan atau profesi tertentu.

C. Dua Teori Etika

1. Etika Deontologi yaitu suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan
akibat atau tujuan baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri
sebagai baik pada dirinya sendiri. Dengan kata lain tindakan itu bernilai moral karena
tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan
terlepas dari tujuan atau akibat dari tindakan itu. Atas dasar itu etika deontologi sangat
menekankan motivasi, kemauan baik dan watak yang kuat dari pelaku.
2. Etika Telelogi , mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau
dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Suatu tindakan di nilai baik, kalau bertujuan mencapai sesuatu yang baik. Atas dasar ini
dapat dikatakan bahwa etika telelogi lebih situasional, karena tujuan dan akibat suatu
tindakan bisa dangat tergantung pada situasi tertentu. Karena itu, setiap norma dan
kewajiban moral tidak bisa berlaku begitu saja dalam setiap situasi.

Bab 2 "Bisnis : Sebuah Profesi Etis?"

Apakah bisnis merupakan sebuah profesi? Profesi seperti apa itu? Sebuah profesi etis?
Atau sebaliknya, sebuah profesi kotor? Kalau itu sebuah profesi kotor yang penuh tipu
menipu, mengapa begitu banyak orang ingin menekuninya bahkan bangga dengan itu?
Disuatu pihak menyiratkan keyakinan tidak sepenuhnya sebuah profesi yang kotor
sebagaimana yang mungkin dianggap, justru sebaliknya, bisnis dapat menjadi sebuah profesi
yang etis dan baik secara moral yang akan dikemukakan dalam bab ini:

A. Etika Profesi

1. Pengertian Profesi

Profesi merupakan orang yang melakukan suatu pekerjaan purna waktu dan hidup dari
pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta punya
komitmen pribadi yang mendalam atas pekerjaannya itu. Dengan kata lain, orang profesional
adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan karena ahli dibidang tersebut dan meluangkan
seluruh waktu, tenaga, dan perhatiannya untuk pekerjaan tersebut.
Namun ini saja tidak cukup orang yang profesional adalah orang yang mempunyai
komitmen pribadi mendalam atas pekerjaannya itu. Ia melibatkan seluruh dirinya dan dengan
giat, tekun, dan serius menjalankan pekerjaan itu. Karena dia sadar dan yakin bahwa
pekerjaannya telah menyatu dengan dirinya. Pekerjaannya itu membentuk identitas dan
kematangan dirinya, dan karena itu dirinya berkembang bersama dengan perkembangan dan
kemajuan pekerjaannya itu.
Dengan demikian profesi memang sebuah pekerjaan, tetapi sekaligus tidak sama begitu
saja dengan pekerjaan pada umumnya. Profesi mempunyai tuntutan yang tinggi bukan saha
dari luar melainkan terutama dari dalam diri orang itu sendiri. Tuntunan ini menyangkut tidak
saja keahlian, namun komitmen moral : tanggung jawab, keseriusan, disiplin dan integritas
pribadi.

2. Ciri-Ciri Profesi
Adanya keahlian dan keterampilan khusus, profesi selalu mengandalkan adanya suatu
keahlian dan keterampilan khusus tertentu yang dimiliki oleh sekelompok orang yang
profesional untuk bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik.
Adanya komitmen moral yang tinggi. Komitmen moral ini biasanya dituangkan,
khususnya untuk profesi yang luhur, dalam bentuk aturan khusus yang menjadi
pegangan bagi setiap orang yang mengemban profesi yang bersangkutan.
Pengabdian kepada masyarakat. Adanya komitmen moral yang tertuang dalam kode
etik profesi ataupun sumpah jabatan menyiratkan bahwa orang-orang mengemban
profesi tertentu, khsusnya profesi luhur, lebih mendahulukan dan mengutamakan
kepentingan masyarakat dari pada kepentingan pribadinya.

3. Prinsip-Prinsip Etika Profesi

Terdapat empat prinsip etika profesi yaitu:

1) Prinsip Tanggung Jawab. Tanggung Jawab merupakan suatu prinsip yang pokok bagi kaum
profesional. Bahkan sedemikian pokoknya sehingga seakan tidak harus lagi dikatakan.
Karena, sebagaimana diuraikan diatas, orang profesional sudah dengan sendirinya berati
ornag yang bertanggung jawab.
2) Prinsip Keadilan, Prinsip ini menuntut orang yang profesional agar dalam menjalankan
profesinya tidak merugikan hak dan kepentingan tertentu.
3) Prinsip Integritas Moral, prinsip ini tuntutan kaum profesional atas dirinya sendiri bahwa
dalam menjalankan tugas profesinya tidak akan sampai merusak nama baiknya serta citra dan
martabat profesinya.
4. Prinsip Otonomi, Otonomi penting agar kaum profesional itu bisa secara bebas
mengembangkan profesinya, bisa melakukan inovasi, dan kreasi tertentu yang berguna bagi
perkembangan profesi itu dikalangan masyarakat luas.

B. Menuju bisnis sebagai Profesi Luhur

Untuk melihat tepat tidaknya kata profesi dipakai kuga untuk dunia bisnis dan untuk
melihat apakah bisnis dapat menjadi sebuah profesi yang luhur, mari kita tinjau dua
pandangan mengenai pekerjaan dan kegian bisnis yang dianut oleh para pelaku bisnis
1. Pandangan Praktis-Realistis, Dalam pandangan ini ditegaskan secara jalas bahwa tujuan
utama bisnis bahkan tujuan satu satunya adalah mencari keuntungan. Bisnis adalah suatu
kegiatan profit making. Dasar pemikirannya adalah bahwa orang yang terjun kedalam bisnis
tidak punya keinginan dan tujuan lain selain ingin mencari keuntungan.
2. Pandangan Ideal, menurut pandangan ini bisnis tidak lain adalah kegiatan suatu yang
menyangkut memproduksi, menjual, dan membeli barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat

Bab 3 "Bisnis dan Etika"

A. Mitos Bisnis Amoral


Menurut mitos ini, karena kegiatan orang bisnis adalah melakukan bisnis sebaik mungkin
untuk mendapat keuntungan, maka yang menjadi pusat perhatian orang bisnis adalah
bagaimana memproduksi, mengedarkan, menjual dan membeli barang dengan memperoleh
keuntungan . Untuk memperlihatkan mitos amoral tersebut, bisnis diibaratkan sebagai pemain
judi, yang dapat menghalalkan segala cara untuk menang, untuk memperoleh keuntungan.
Atas dasar ini muncul beberapa argumen yang pada dasarnya mau memperlihatkan bahawa
antara bisnis dan etika tidak ada hubungan sama sekali.
Pertama, seperti halnya judi, atau permainan pada umumnya, bisnis adalah sebuah bentuk
persaingan (yang mengutamakan kepentingan pribadi). Dengan kata lain visnis sebagaimana
permainan penuh persaingan ketat lainnya, cenderung menghalalkan segala cara demi
memperoleh keuntungan.
Kedua, aturan yang dipakai dalam permainan penuh persaingan itu berbeda dari aturan
yang ada dan dikenal dalam kehidupan sosial pada umumnya. Karena itu bisnis tidak bisa di
nilai dengan aturan moral dan sosial sebagaimana yang kita temukan dalam kehidupan sosial
pada umunya.
Oleh karena itu bisnis dan etika adalah dua hal yang berbeda dan terpisah satu sama lain.
Bahkan sebagaimana yang diungkapkan etika justru bertentangan dengan bisnis dan akan
membuat pelaku bisnis kalah dalam persaingan bisnis yang ketat. Maka, orang bisnis tidak
perlu memperhatikan imbauan-imbauan norma-norma dan nilai-nilai moral.

B. Keuntungan dan Etika

Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang buruk. Bahkan secara moral
keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Karena pertama, keuntungan memungkin
suatu perusahaan bertahan dalam kegiatan bisnisnya. Kedua, tanpa memperoleh keuntungan
tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan modalnya dan karena itu berarti tidak
akan terjadi aktivitas ekonomi yang produktif demi memacu pertumbuhan ekonomi yang
menjamin kemakmuran nasional. Ketiga, keuntungan memungkinkan perusahan tidak hanyak
bertahan melainkan juga dapat menghidupi karyawan-karyawannya bahkan pada tingkan dan
taraf hidup yang semakin baik.

Bab 4 " Prinsip-Prinsip Etika Bisnis"

A. Beberapa Prinsip Utama Etika Bisnis


Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik
sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia. Demikian pula
prinsip-prinsip itu sangat erat terkait dengan sistem bilai yang dianut oleh masing-masing
masyarakat. Terdapat 3 prinsip Etika bisnis yaitu :
1. Prinsip Otonomi, Otonomi adalahsikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya sendri tentang apa yang dianggapnya baik
untuk dilakukan. Orang bisnis yang otonomi adalah orang yang sadar sepenuhnya akan apa
yang menjadi kewajibannya dalam dunia bisnis. Ia tahu mengenai bidang kegiatannya, situasi
yang dihadapinya, apa yang diharapkan darinya, tuntutan dan aturan yang berlaku bagi bidang
kegiatannya.
2. Prinsip Kejujuran, harus diakui bahwa memang prinsip ini paling problamatik karena
masih banyak pelaku bisnis yang mendasarkan kegiatan bisnisnya pada tipu-menipu atau
tindakan curang. Untuk itu kejujuran adalah prinsip yang sangat relevan dan penting.
3. Prinsip Keadilan, Prinsip Keadilan menuntut agar setiap orang dalam kegiatan bisnis entah
dalam relasi eksternal prrusahaan maupun internal perusahaan perlu diperlakukan sesuai
dengan haknya masing-masing. Keadilan menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan
hakbdan kepentingannya.
4. Prinsip saling menguntungkan, Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian
rupa sehingga menguntungkan semua pihak. Jadi kalau prinsip keadilan menuntut agar tidak
boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya, prinsip saling menguntungkan
secara positif menuntut hal yang sama yaitu agar semua pihak saling menguntungkan satu
sama lain.

B. Etos Bisnis

Etos bisnis adalah suatu kebiasaan atau budaya moral menyangkut kegiatan bisnis yang
dianut dalam suatu perusahaan dari satu generasi ke generasi yang lain. Inti etos ini adalah
pembudayaan atau prmbiasaan penghayatan akan nilai, norma, atau prinsip moral tertentu
dianggap sebagai inti kekuatan dari suatu perusahaan yang sekaligus juga membedakannya
dari perusahaan yang lain.
Sebuah etos bisnis dalam sebuah perusahaan sangat ditentukan pula oleh gaya
kepemimpinan dalam perusahaan tersebut. Betapapun baiknya nilai dan prinsip moral
tertentu, tetapi kalau tidak ditunjanh oleh gaya kepemimpinan yang kondusif untuk
menumbuhkan etos bisnis yang baik, etos bisnis sukut akan berkembang dalam sebuah
perusahaan.

C. Pendekatan Stakeholder

Pendekatan Stakeholder adalah cara mengamati dan menjelaskan secara analitis


bagaimana berbagai unsur dipengaruhi dan mempengaruhi keputusan dan tindakan bisnis.
Pendekatan ini lalu terutama memetakan hubungan-hubungan yang terjalin dalam kegiatan
bisnis pada umumnya untuk memperlihatkan siapa saja yang punya kepentingan, terkait dan
terlibat dalam kegiatan bisnis pada umumnya. Pada akhirnya, pendektan ini mempunyai satu
tuhuan imperatif : bisnis harus dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan semua
pihak terkait yang berkepentingan (stakeholders) dengan suatu kegiatan bisnis dijamin,
diperhatikan dan dihargai.

Bab 5 Etika Utilitarianisme dalam Bisnis


1. Nilai Positif Etika Utilitarianisme
Terdapat 3 Nilai Positif Etika Utilitarianisme antara lain :
a. Nilai positif pertama adalaha Rasionalitasnya. Maksudnya, prinsip moral yang diajukan
oleh Etika Utilitarianisme ini tidak didasarkan pada aturan-aturan kaku yang
mungkin tidak kita pahami dan yang tidak bisa kita persoalkan keabsahannya.
Justru sebaliknya, utilitarianisme memberi kita kriteria yang objektif dan rasional
mengapaq suatu tindakan dianggap baik.
b. Nilai positif kedua utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku
moral. Setiap orang dibiarkan bebas untuk menggambil keputusan dan bertindak.
c. Nilai positif ketiga yaitu adalah universalitasnya. Etika Utilitarianisme justru
mengutamakan manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan bagi banyak orang.
Suatu tindakan dinilai baik secara moral bukan karena tindakan itu mendatangkan
manfaat bagi orang yang melakukan tindakan

2. Utilitarianisme sebagai proses dan sebagai Standar Penilaian

Secara umum Etika Utilitarianisme dapat dipakai dalam dua wujud yang berbeda.
Pertama, Etika Utilitarianisme dipakai sebagai proses untuk mengambil sebuah
keputusan, kebijaksanaan ataupun untuk bertindak. Dengan kata lain, Etika
Utilitarianisme dipakai sebagai prosedur untuk mengambil keputusan. Dalam wujud
yang pertama ini, Etika Utilitarianisme dipakai untuk perencanaan, untuk mengatur
sasaran dan target yang hendak dicapai.
Kedua, Etika Utilitarianisme juga dipakai sebagai standar penilaian bagi tindakan
atau kebijaksanaan yang telah dilakukan. Dalam hal ini prosedur atau metode
tindakan dan kebijaksanaan yang telah terjadi berdasarkan akibat atau konsekuensinya
yaitu sejauh mana ia mendatangkan hasil terbaik bagi banyak orang. Sebagai
penilaian atas kebijaksanaan yang sudah terjadi, kriteria etika utilitarianisme dapat
juga sekaligus berfungsi sebagai sasaran atau tujuan ketika kebijaksanaan atau
program tertentu yang sudah dijalankan akan direvisi. Pada tingkat ini Etika
Utilitarianisme sebagai standar penilaian berfungsi sekaligus sebagai sasaran akhir
dari sebuah kebijaksanaan atau program yang ingin direvisi.
3. Kelemahan Etika Utilitarianisme

Kelemahan paling pokok dari Etika Utilitarianisme membenarkan hak kelompok


minoritas tertentu dikorbankan demi kepentingan mayoritas. Jadi kendati suatu
tindakan merugikan bahkan melanggar hak dan kepentingan kelompok kecil teretentu,
tapi menguntungkan sebaqgian orang yang terkait, tindakan itu tetap dinilai baik dan
etis. Artinya, Etika Utilitarianisme membenarkan penindasan dan ketidakadilan demi
manfaat yang diperoleh oleh sebagian besar orang.

Bab 6 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

1. Syarat bagi Tanggung Jawab Moral


Paling kurang ada tiga syarat penting bagi tanggung jawab moral yaitu.
a. Pertama, tanggung jawab mengandalikan bahwa suatu tindakan dilakukan dengan
sadar dan tahu. Tanggung Jawab hanya bisa dituntut dari seseorang kalau ia bertindak
dengan sadar dan tahu mengenai tindakannya itu serta konsekuensi dari tindakannya.
Hanya kalau seseorang bertindak dengan sadar dan tahu, baru relevan bagi kita untuk
menuntut tanggung jawab dan pertanggungjawaban moral atas tindakannya itu.
b. Tanggung Jawab juga mengandaikan adanya kebebasan pada tempat pertama.
Artinya, tanggung jawab hanya mungkin relevan dan dituntut dari seseorang atas
tindakannya, kalau tindakannya itu dilakukan secara bebas. Ini berarti orang tersebut
melakukan tindakan itu bukan dalam keadaan dipaksa atau terpaksa . ia sendiri secara
bebas dan suka rela melakukan tindakan itu.
c. Tanggung jawab juga mensyaratkan bahwa orang itu melakukantindakan tertentu
memang mau melakukan tindakan itu. Ia sendiri mau dan bersedia melakukan
tindakan itu.

Sehubung dengan tanggung jawab moral, berlaku prinsip yang disebut the principle of alternate
possibilities. Menurur prinsip ini, seseorang bertanggung jawab secara moral atas tindakan yang
telah dilakukannya hanya kalau ia bisa bertindak secara lain. Artinya, hanya kalau masih ada
alternatif baginya untuk bertindak secara lain, yang tidak lain berarti ia tidak dalam keadaan
terpaksa melakukan tindakan itu.
2. Status Perusahaan

De George secara khusus membedakan dua macam pandangan mengenai status perusahaaan
yaitu :
a. Pandangan Legal-Creator, yang melihat perusahaan sebagai sepenuhnya ciptaan
hukum, dan karena itu ada hanya berdasarkan hukum. Menurut pandangan ini,
perusahaan diciptakan oleh negara dan tidak mungkin ada tanpa negara.
b. Pandangan Legal-Recognition, yang tidak memusatkan perhatian pada status
perusahaan melainkan pada perusahaan sebagai suatu usaha dan produktif. Menurut
pandangan ini, perusahaan terbentuk oleh orang atau kelompok orang tertentu untuk
melakukan kegiatan tertentu dengan cara tertentu secara bebas demi kepentingan
orang. Dalam hal ini, perusahaan tidak dibentuk oleh negara.

Bersadarkan pemahaman tersebut mengenai status perusahaan, jelas bahwa perusahaan tidak
punya tanggung jawab moral dan sosial. Pertama, karena perusahaan bukan moral person yang
punya akal budi dan kemauan bebas dalam bertindak. Kedua, dalam kaitan dengan pandangan
legal-recognition perusahaan dibangun oleh orang atau kelompok orang tertentu untuk
kepentingannya dan bukan untuk melaytani kepentingan masyarakat.
3. Lingkup Tanggung Jawab Sosial

Ada empat bidang sebagai tanggung jawab sosial yaitu :


a. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial, maksudnya yaitu ada keterlibatan
perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial diantaranya perusahaan dan seluruh
karyawannya adalah bagian integral dari masyarakat setempat
b. Perusahaan telah diuntungkan dengan mendapatkan hak untuk mengelola sumber
daya alam yang ada dalam masyarakat dengan mendapatkan keuntungan bagi
perusahaan.
c. Dengan tanggung jawab sosial melalui berbagai kegiatan sosial, perusahaan
memperlihatkan komitmen moralnya untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan bisnis
tertentu yang dapat merugikan bagi perusahaan tersebut.
d. Dengan keterlibatan sosial, perusahaan tersebut menjalin hubungan sosial yang lebih
baik dengan masyarakatdan dengan demikian perusahaan tersebut akan diterima
kehadirannya dalam linkup masyarakat tersebut.

4. Argumen yang menentang Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan

Argumen yang menentang Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan diantaranya :


a. Tujuan bisnis adalah mengejar keuntungan sebesar-besarnya, argumen yang paling
keras yang menentang keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial sebagai
wujud tanggung jawab perusahaan adalah paham dasar bahwa tujuan utama dari
kegiatan bisnis mengejar keuntungan sebesar besarnya.
b. Biaya keterlibatan sosial, Keterlibatan sosial sebagai tanggung jawab sosial
perusahaan malah dianggap memberatkan masyarakat. Alasannya, biaya yang
digunakan untuk keterlibatan sosial perusahaan itu bukan biaya yang disediakan oleh
perusahaan itu, melainkan merupakan biaya yang telah diperhitungkan sebagai salah
satu komponen dalam harga barang dan jasa yang ditawarkan dalam pasar. Ini berarti
pada akhirnya yang akan menanggung biaya dari keterlibatan sosial perusahaan
tersebut adalah masyarakat, khususnya konsumen , dan bukan perusahaan tersebut.
c. Kurangnya tenaga terampil di Bidang Kegiatan Sosial, Argumen ini dikatakan bahwa
pimpinan perusahaan tidak professional dalam membuat pilihan dan keputusan moral.
Mereka hanya profesionaldalam bidang bisnis dan ekonomi. Karena itu, perusahaan
tidak punya tenaga terampil yang siap untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial
tertentu
Bab 6 Keadilan dalam Bisnis

1. Paham Tradisional mengenai Keadilan

Keadilan dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Keadilan Legal, keadilan legal menyangkut hubungan antara individu atau


kelompok masyarakat dengan Negara. Intinya adalah semua orang atau
kelompok masyarakat diperlakukan secara sama oleh Negara dihadapan dan
berdasarkan hokum yang berlaku.
b. Keadilan Komutatif, keadilan ini mengatur hybyngan yang adil antara orang
yang satu dan yang lain atau antara warga Negara lainnya. Prinsip keadilan
komutatif menuntut agar semua orang memberikan, menghargai, menjaminapa
yang menjadi hak orang lain. Kita diharapkan untuk selalu menghargai hak
dan kepentingan orang lain sebagaimana kita sendiri ingin agar hak dan
kepentingan kita dihargai orang lain.
c. Keadilan Distributif yaitu termasuk keadilan ekonomi dimana distribusi
ekonomi yang merata atau yang dianggap adil bagi semua warga Negara
keadilan distributive menyangkut pembagian kekayaan ekonomi atau hasil-
hasil pembangunan.

2. Teori Keadilan Adam Smith


Adam Smith hanya menerima satu konsep atau teori keadilan yaitu keadilam
komulatif. Keadilan komulatif yaitu keadlian yang menyangkut kesetaraan,
keseimbangan, keharmonisan hubungan antara satu oran atau pihak dengan orang atau
pihak yang lain.
Ada 3 prinsip pokok keadlian komutatif menurut Adam Smith yaitu :
a. Prinsip no harm (prinsip tidak merugikan orang lain), dasar dari prinsip ini
adalah penghargaan atas` harkat dan martabat manusia manusia beserta hak-
hak yang melekat padanya, termasuk hak untuk hidup.
b. Prinsip non-intervention, (prinsip tidak campur tangan), tidak satu orang pun
diperkenankan untuk ikut campur tangan dalam kehidupan dan kegiatan orang
lain. Campur tangan dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran terhadap
hak orang merupakan suatau harm (kerugian).
c. Prinsip Keadilan Tukar , merpakan penerapan lebih lanjut prinsip no harm
secara khusus dalam pertukaran dagang antara satu pihak dengan pihak lain
antar pasar.

Anda mungkin juga menyukai