Anda di halaman 1dari 14

Peran Jejaring dan Aktor dalam Mempertahankan Kesinambungan Energi di Perdesaan

PAPPIPTEKLIPI
Seri Laporan Teknis Penelitian No. : 2014-01-01-04

PERAN JEJARING DAN AKTOR


DALAM MEMPERTAHANKAN
KESINAMBUNGAN ENERGI DI PERDESAAN

Pengarang :
Hartiningsih
Wati Hermawati
Ikbal Maulana
Ishelina Rosaira

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

i
Peran Jejaring dan Aktor dalam Mempertahankan Kesinambungan Energi di Perdesaan

Penulisan Sitasi dilakukan dengan cara:

Hartiningsih, Wati H., Ikbal M., dan Ishelina R. 2013. Peran Jejaring dan Aktor dalam
Mempertahankan Kesinambungan Energi di Perdesaan. Laporan Hasil Penelitian
Pappiptek-LIPI. Katalog Perpustakaan Pappiptek-LIPI No. 333.7/Per/H, Seri Laporan
Penelitian No. 2014-01-01-04.

DISCLAIMER
Meskipun laporan ini telah melalui proses review internal Pappiptek-LIPI, namun
pengarang (para pengarang) bertanggung jawab penuh terhadap keseluruhan isi
laporan penelitian ini.
2014 Pappiptek-LIPI. Hak cipta dilindungi undang-undang.
Dicetak di Jakarta : Januari 2014

Katalog Perpustakaan Pappiptek-LIPI No. 333.7/Per/H


Seri Laporan Penelitian No. 2014-01-01-04

Gambar Sampul Oleh : Ontin Fatmakartika


Pengarang : Dra. Hartiningsih, M.A.
Editor : Drs. Budi Triyono, M.Si.

Tanggal Terbit : 20 Januari 2014


Korespondensi Pengarang
E-mail : hart003@lipi.go.id / hartiningsih13@yahoo.com

Diterbitkan oleh:
Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi LIPI
Gedung A PDII-LIPI Lantai 4
Jl. Jend. Gatot Subroto no. 10
Jakarta 12710, Indonesia
Tel : +62 21 5225711 Fax: +62 21 5201602
Informasi dari buku ini dapat diakses melalui:
http ://www.pappiptek.lipi.go.id/

ii
Peran Jejaring dan Aktor dalam Mempertahankan Kesinambungan Energi di Perdesaan

KATA PENGANTAR

Pusat Penelitian Perkembangan Iptek (Pappiptek)-LIPI pada Tahun Anggaran


2013 menyelesaikan beberapa program penelitian dan studi di bidang Kebijakan
Iptek dan Sistem Manajemen Iptek. Laporan ini merupakan salah satu hasil studi tim
peneliti pada Bidang Pengelolaan Sistem Manajemen Iptek dengan judul Peran
Jejaring dan Aktor dalam Mempertahankan Kesinambungan Energi di Perdesaan.
Studi ini juga merupakan salah satu studi dari berbagai tema studi tentang energi
terbarukan untuk masyarakat perdesaan. Hasil dari studi-studi terdahulu telah
diterbitkan dalam bentuk buku dan makalah jurnal maupun prosiding seminar
nasional dan internasional.
Sampai saat ini, topik energi terbarukan masih menjadi pembahasan penting
dalam berbagai forum di tingkat nasional dan internasional, mengingat krisis energi
terus menghantui berbagai negara termasuk Indonesia. Oleh karena itu,
kesinambungan implementasi teknologi energi terbarukan harus dipertahankan,
terutama untuk daerah yang belum terjangkau oleh energi.
Laporan penelitian ini memuat tentang pentingnya peran jejaring dan aktor
lokal di perdesaan dalam mempertahankan kesinambungan kinerja teknologi energi
terbarukan. Tiga kasus yang dianalisis dalam laporan ini adalah kasus Pembangkit
Listrik Tenaga Mikrohidro, Biogas, dan Tungku Sehat dan Hemat Energi. Lokasi
masing-masing teknologi adalah wilayah perdesaan di Kabupaten Lumajang,
Lombok Tengah dan Lombok Timur, serta Kabupaten Kulon Progo di Jawa Tengah.
Keberhasilan dalam melaksanakan studi dan penyelesaian laporan ini tidak
terlepas dari peran berbagai pihak dalam menyediakan data dan informasi terkait
dengan topik studi ini. Untuk itu semua kami mengucapkan terima kasih terutama
kepada pada nara sumber di Kemenko Ekuin, KESDM, LIPI, ITB, LSM Yayasan Dian
Desa, dan Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten yang menjadi lokus studi ini,
serta responden yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu persatu, terutama
kepada para pemuka masyarakat, pengguna, produsen, dan pengelola teknologi
energi terbarukan yang menjadi kasus dalam studi ini.
Untuk kelengkapan laporan studi ini, saran dan kritik para pembaca kami
nantikan. Selamat membaca, semoga laporan ini memberikan manfaat untuk para
pembaca.
Jakarta, Desember 2013

iii
Peran Jejaring dan Aktor dalam Mempertahankan Kesinambungan Energi di Perdesaan

PERAN JEJARING DAN AKTOR DALAM MEMPERTAHANKAN


KESINAMBUNGAN ENERGI DI PERDESAAN

ABSTRAK

Ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar minyak (BBM) yang berasal dari
fosil masih sangat besar yaitu sekitar 65% pada tahun 2011. Padahal cadangan
minyak bumi di Indonesia semakin menipis. Di lain sisi, ketersediaan energi baru
terbarukan di Indonesia cukup besar, namun pemanfaatannya masih sangat minim.
Pemberlakuan Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional,
pemerintah berupaya mengatasi kelangkaan energi salah satunya dengan
memberikan peluang lebih besar dalam pemanfaatan energi baru dan terbarukan
(EBT). Target pemerintah sampai tahun 2025 untuk peningkatan penggunaan Energi
Terbarukan adalah sampai 15%. Untuk memanfaatkan sumber energi terbarukan,
terutama bagi daerah yang tidak terjangkau oleh listrik PLN, pemerintah
mengembangkan kawasan mandiri energi. Dalam studi yang telah dilakukan, bahwa
membangun kemandirian energi tidak dapat dilakukan hanya oleh satu instansi atau
satu aktor. Kontribusi dan koordinasi dari berbagai pihak dalam berbagai bentuk
sangat menentukan kesuksesan pembangunan Kawasan Mandiri Energi dan juga
keberlanjutannya. Studi dilakukan di empat kabupaten ini (Lumajang, Lombok
Tengah, Lombok Timur dan Kulon Progo) dengan menggunakan metoda ANT
(analisis network theory). Hasil studi ini memperlihatkan pentingnya peran jejaring
bidang energi, yaitu sebagai wadah knowledge sharing dan information center baik
untuk teknologi yang dibutuhkan, teknik dan metoda yang diinginkan, sampai pada
pencarian tenaga ahli di bidangnya dan sosialisasi kepada masyarakat luas. Peran
aktor yang paling dominan dalam menjaga kesinambungan teknologi energi
terbarukan adalah menjaga keselarasan kepentingan agar teknologi tetap memiliki
kinerja tinggi. Beberapa strategi alternatif dan kebijakan yang sebaiknya
dikembangkan untuk mempertahankan kinerja teknologi energi dan sekaligus
mempertahankan pengembangan Kawasan atau Desa Mandiri Energi yang
berkelanjutan antara lain: melakukan koordinasi efektif, membangun kerjasama
antara pengelola dengan pemerintah setempat, melakukan sosialisasi dan kegiatan
pemberdayaan masyarakat, serta menyediakan hibah atau fasilitas finansial untuk
masyarakat dalam mengadopsi teknologi.

Kata kunci: jejaring, aktor, inovasi, energi, kawasan mandiri energi, perdesaan.

iv
Peran Jejaring dan Aktor dalam Mempertahankan Kesinambungan Energi di Perdesaan

DAFTAR ISI
Halaman

ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
Bab I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Ruang Lingkup 6
E. Sistematika Penulisan 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Konsep Jejaring 7
B. Peran Jejaring dalam Inovasi 8
C. Peran Jejaring dalam Pembelajaran 8
D. Pengertian Inovasi 9
E. Aktor Inovasi 13
F. Kawasan Mandiri Energi 14
G. Difusi Inovasi 17
H. Penelitian Terdahulu 18
I. Tinjauan Metodologis tentang Actor-Network 20
Theory (ANT)
Bab III METODE PENELITIAN 23
A. Kerangka Penelitian 23
B. Waktu dan Tempat Penelitian 24
C. Tahapan Penelitian 25
D. Jenis data, Sumbernya, dan Responden 25
E. Proses Pelaksanaan Studi 26

|v
Peran Jejaring dan Aktor dalam Mempertahankan Kesinambungan Energi di Perdesaan

BAB IV PROFIL STUDI KASUS 31


A. PLTMH Gunung Sawur, Kecamatan Candipuro, 31
Kabupaten Lumajang
B. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Lantan 40
di Lombok Tengah, NTB
C. Biogas di Desa Pendua, Kecamatan Kahayang, 42
Kabupaten Lombok Utara
D. Tungku Sehat Hemat Energi (TSHE) di 43
Kulonprogo dan Yayasan Dian Desa di
Yogyakarta
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48
A. PLTMH Gunung Sawur, Lumajang, Jawa Timur 48
B. PLTMH Lantan, Lombok Tengah 59
C. Biogas Desa Pendua, Lombok Utara 67
D. Tungku Sehat Hemat Energi (TSHE), Kulon 72
Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta
E. Pembahasan Lintas Kasus 81

BAB VI PENUTUP 84

DAFTAR PUSTAKA 86
LAMPIRAN 91

|vi
Peran Jejaring dan Aktor dalam Mempertahankan Kesinambungan Energi di Perdesaan

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1.1 Konsumsi Energi Final (termasuk Biomassa), 1


tahun 2011
Tabel 1.2 Konsumsi Energi Final Biomassa, Tahun 2011 1

Tabel 1.3 Potensi Energi Terbarukan di Indonesia 2


Tabel 5.1 Time Line PLTMH Lantan, Batukliang Utara, 59
Lombok Tengah (2005 2013)
Tabel 5.2 Para Pelaku (Human dan non Human Actor) 60
terkait dengan PLTMH Lantan
Tabel 5.3 Para Pelaku (Human dan non Human Actor) 68
terkait dengan Biogas di Desa Pendua

|vii
Peran Jejaring dan Aktor dalam Mempertahankan Kesinambungan Energi di Perdesaan

DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1.1 Rasio Elektrifikasi Indonesia 2011 (PLN) 3

Gambar 2.1 Model Proses Inovasi Generasi Pertama: Proses 11


Linear
Gambar 2.2 Model Proses Inovasi Generasi Kedua: Proses 12
Linear dengan Tarikan Pasar
Gambar 2.3 Model Proses Inovasi Generasi Ketiga: Proses 12
Interaksi Supply- Demand
Gambar 2.4 Model Proses Inovasi Generasi Kelima: Proses 13
Integratif

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian Sistematika Penulisan 24

Gambar 4.1 Tungku Hemat Energi Yayasan Dian Desa 45

Gambar 5.1 Tungku Tradisional 72

Gambar 5.2 Tungku TSHE dengan semen 75

Gambar 5.3 Tungku Liner gerabah 75

|viii
Peran Jejaring dan Aktor dalam Mempertahankan Kesinambungan Energi di Perdesaan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar minyak (BBM) terutama yang


berasal dari fosil saat ini sangat besar. Kementerian ESDM mengidentifikasi sekitar 65%
kebutuhan energi final masih tergantung pada BBM. Tahun 2011, konsumsi energi final
termasuk biomassa terbesar adalah sektor industri (32,26%) diikuti oleh rumah tangga
(28,74%), transportasi (24,88%) dan sektor komersial (3,06%), seperti terlihat pada Tabel
1.1.

Tabel 1.1 Konsumsi Energi Final (termasuk Biomassa), Tahun 2011


Pengguna Energi Unit (BOE) Persentase
Industri 359.686.797 32,26
Rumah Tangga 320.369.268 28,74
Komersial 34.077.140 3,06
Transportasi 277.404.656 24,88
Sumber : Pusdatin, KESDM (2012)

Jika dilihat dari konsumsi energi final biomassa, sektor rumah tangga menempati
urutan pertama, disusul dengan industri dan komersial (Tabel 1.2)

Tabel 1.2 Konsumsi Energi Final Biomassa, Tahun 2011


Pengguna Original Unit (Ribu Ton) Energi Unit (Ribu BOE)
Rumah Tangga 102.242 234.943
Industri 19.032 43.733
Komersial 598 1.374
Sumber : Pusdatin, KESDM (2012)

Di lain pihak, cadangan minyak bumi Indonesia juga semakin menipis. Krisis energi
mulai melanda Indonesia ditandai dengan ketersediaan energi terutama bahan bakar
minyak dan listrik pada beberapa provinsi di Indonesia semakin langka dan mahal
harganya. Cadangan energi terutama minyak bumi semakin menyusut dengan rasio
cadangan per produksi sekitar sebelas tahun. Guna memenuhi kelangkaan BBM,
pemerintah telah mengambil beberapa kebijakan seperti mengimpor bahan bakar
minyak dari luar negeri dan memberikan subsidi BBM pada masyarakat. Namun demikian,
kebijakan yang ada tersebut tidak dapat memecahkan persoalan akan ketersediaan dan

|9
Peran Jejaring dan Aktor dalam Mempertahankan Kesinambungan Energi di Perdesaan

keterjangkauan masyarakat terhadap BBM di dalam negeri. Kebijakan subsidi BBM telah
menjadi beban berat bagi pemerintah.
Melalui Kebijakan Energi Nasional, yang dituangkan dalam Perpres No 5 Tahun
2006, pemerintah berupaya mengatasi kelangkaan energi, salah satunya dengan
memberikan peluang lebih besar dalam pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Target
pemerintah sampai tahun 2025 untuk peningkatan penggunaan Energi Terbarukan
adalah sampai 15%. Percepatan penggunaan energi terbarukan juga dilakukan dengan
menerbitkan Permen No 25 Tahun 2013, dimana pemerintah mendorong penggunaan
biodiesel untuk campuran solar sebagai bahan bakar transportasi.
Sebagai negara agraris dan beriklim tropis, Indonesia memiliki potensi sumber
energi terbarukan (biomassa, angin, sinar matahari, panas bumi, air, gelombang laut, dan
sebagainya) yang sangat besar dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Data potensi
EBT di Indonesia disajikan dalam Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1.3 Potensi Energi Terbarukan di Indonesia


Energi Terbarukan Kapasitas Terpasang (MW) Potensi (MW)
Air skala besar 4.200 75.674
Mikrohidro 84 459
Panas bumi 800 27.000
Biomassa 302,4 49.807
Energi surya 8 4-6 kWh/m2/day
Angin 0.5 448 at 3-6 m/sec
Sumber: Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (2008).

Di sisi lain, tingkat rasio elektrifikasi atau jumlah rumah tangga yang terjangkau
aliran listrik di Indonesia cenderung lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara di
ASEAN seperti Thailand, Filipina, Malaysia dan Singapura. Per Maret 2012, rasio
elektrifikasi Indonesia hanya mencapai 74,30%; dibandingkan dengan Singapura 100%;
Malaysia 99,40%; Thailand 99,3%; Filipina 89,70%; dan Brunei Darrussalam 99,70%1. Namun
demikian jika dibandingkan dengan tahun 2010, rasio elektrifikasi Indonesia (67,20%)
mengalami peningkatan (Gambar 1.1).

1
Koran Jakarta, 16 juli 2012. Rasio Elektrifikasi Masih 74%.

|10
Peran Jejaring dan Aktor dalam Mempertahankan Kesinambungan Energi di Perdesaan

Sumber: PLN, 2011


Gambar 1.1 Rasio Elektrifikasi Indonesia 2011 (PLN)

Program pengembangan energi di perdesaan menjadi salah satu program


pemerintah yang dilakukan oleh beberapa pemangku kepentingan seperti Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), Perusahaan Listrik Negara (PLN), pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota, serta beberapa kementerian lain yang memiliki program
pemberdayaan masyarakat. Program ini dikembangkan dengan konsep pemanfaatan
energi setempat khususnya energi terbarukan untuk pemenuhan kebutuhan energi
masyarakat dan kegiatan yang bersifat produktif. Diharapkan dengan adanya
kemandirian energi pada suatu daerah, maka masyarakat di daerah tersebut dapat
meningkatkan produktivitas, kesempatan kerja, dan kesejahteraannya.
Sejalan dengan program pengembangan energi di perdesaan, Kementerian Riset
dan Teknologi (KRT) melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) juga menetapkan pengembangan klaster inovasi daerah
melalui Model Pengembangan Kawasan Inovasi Energi yang berbasis non-renewable dan
renewable energy di beberapa provinsi. Hal ini merupakan upaya untuk meningkatkan
porsi pemanfaatan energi terbarukan, yang berarti secara bertahap melepaskan diri dari
ketergantungan pada bahan bakar fosil. Upaya ini secara tersebar dilakukan melalui
berbagai proyek pengembangan beberapa kawasan mandiri energi di berbagai daerah
yang memiliki potensi besar energi terbarukan.
Kawasan mandiri energi merupakan suatu wilayah yang dapat memenuhi
kebutuhan energinya sendiri dengan memanfaatkan potensi yang ada dan tidak
tergantung pada daerah lain. Beberapa contoh Kawasan Mandiri Energi yang ada di
Indonesia diantaranya adalah (1) Kawasan lindung gunung lumut yang dihuni suku Paser
Muluy di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur dengan memanfaatkan air sungai atau
menggunakan pembangkit mikrohidro; (2) Kawasan pesisir pantai gesing Kabupaten

|11
Peran Jejaring dan Aktor dalam Mempertahankan Kesinambungan Energi di Perdesaan

Gunung Kidul, Yogyakarta yang memanfaatkan tiupan angin sebagai kincir angin; (3)
Desa Haurngombong di Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat yang
memanfaatkan biogas dari kotoran ternak; dan (4) Desa Lantang di Lombok Tengah
memanfaatkan air melalui teknologi mikrohidro sebagai penyedia listrik bagi masyarakat.
Studi awal tentang potensi energi maupun pengelolaan dan pembiayaan menuju
kemandirian energi memperlihatkan, bahwa membangun kemandirian energi bukan
kegiatan yang mudah. Berbagai sektor saling terkait, namun koordinasi antar-sektor
tersebut sangat lemah (Hermawati, dkk, 2009; 2010; Purnama dan Hermawati, 2011).
Berbagai instansi pemerintah, lembaga litbang, perguruan tinggi dan organisasi
masyarakat sipil (OMS) sudah melakukan kegiatan yang tujuan formalnya selaras dengan
membangun kemandirian energi melalui EBT. Namun sinergi di antara mereka masih
lemah, atau bahkan berbagai upaya tersebut bisa saling melemahkan. Misalnya ada satu
pihak yang berupaya agar masyarakat mandiri dan turut bertanggung jawab dalam
penyediaan fasilitas EBT, maka masyarakat perlu turut mendanai pembangunan fasilitas
tersebut. Namun, setelah upaya ini memperlihatkan hasilnya, tiba-tiba ada instansi yang
memberi hibah penuh dalam menyediakan fasilitas tersebut, sehingga masyarakat tidak
mau lagi membiayai sendiri pembangunannya, lebih memilih menunggu hibah datang.
Membangun dengan memberikan sesuatu pada masyarakat saja bisa kontra-produktif.
Perlu diselaraskan dengan upaya-upaya yang bertujuan memandirikan mereka.
Peran jejaring antar pelaku EBT tidak kalah pentingnya. Melalui jejaring ini terjadi
pemberbagian informasi dan pengetahuan (information and knowledge sharing) tentang
berbagai hal, mulai dari pencarian tenaga ahli dan peralatan sampai mendiskusikan
pembuatan mesin dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Jejaring juga bisa menjadi
saluran untuk mencari mitra kerja sama.
Peran jejaring dan para penggiat energi terbarukan yang telah
mengimplementasikan program atau proyek energi terbarukan untuk masyarakat
perdesaan, dapat dilihat pada berbagai tahapan implementasi dan pengembangan energi
terbarukan, antara lain:
a. Tahapan dimana terbentuknya peningkatan kesadaran (awareness) terhadap
pentingnya energi terbarukan.
b. Perencanaan proyek energi.
c. Implementasi proyek energi (mulai dari pembelian peralatan sampai pelaksanaan
monitoring, evaluasi, dan pembuatan laporan akhir)
d. Pengoperasian (pemanfaatan) pasca proyek atau setelah proyek selesai.
e. Pemeliharaan, termasuk perbaikan ketika menghadapi masalah.
Peran masing-masing pelaku dan media yang digunakannya bisa berbeda-beda
pada tiap tahap. Mulai dari perencanaan, pengoperasian, sampai pada pemeliharaan dari
(proyek) teknologi energi tersebut.

|12
Peran Jejaring dan Aktor dalam Mempertahankan Kesinambungan Energi di Perdesaan

B. Perumusan Masalah
Pembentukan jejaring kerja (Network) yang terkait dengan energi mulai banyak
bermunculan, baik ditingkat nasional seperti IMIDAP (Integrated Microhydro Development
Project), maupun di tingkat daerah seperi JAKET (Jejaring Kerja Energi Terbarukan) Riau.
Jejaring ini banyak mendukung aktivitas sosialisasi, implementasi, inovasi, dan evaluasi
terkait energi energi terbarukan. Namun, sampai saat ini belum pernah ada penelitian
tentang peran jejaring dan aktor energi dalam menumbuhkan dan mempertahankan
kesinambungan energi terbarukan di perdesaan.
Untuk mengetahui seberapa besar peran jejaring dan para pelaku energi
terbarukan dalam pembangunan kawasan mandiri energi, diperlukan studi mendalam
dengan mengambil contoh dari kawasan/daerah yang menggunakan energi terbarukan.
Pertanyaan dari studi ini adalah :
Bagaimana jejaring dalam pengembangan kawasan mandiri energi yang
berkelanjutan?
Bagaimana peran pelaku (aktor) dalam pengembangan kawasan mandiri energi
yang berkelanjutan.
Alternatif strategi apa yang harus dilakukan dilihat dari sisi pemanfaatan jejaring
dan peran aktor energi terbarukan, agar dapat membangun dan mempertahankan
kesinambungan energi terbarukan di perdesaan.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari studi ini adalah:
Mengetahui apakah tumbuhnya kawasan mandiri energi berlangsung melalui
cara-cara/proses inovatif yang dilakukan oleh para pemangku kepentingan terkait
energi.
Memetakan peran pelaku pengembangan kawasan mandiri energi.
Merumuskan rekomendasi kebijakan alternatif yang berkaitan dengan jawaban
atas pertanyaan di atas.
D. Ruang Lingkup
Penelitian ini dibatasi pada peran jejaring dan aktor yang terkait dengan energi
serta berkontribusi terhadap pembangunan kawasan mandiri energi yang berkelanjutan
di perdesaan Indonesia.

E. Sistematika Penulisan

|13
Peran Jejaring dan Aktor dalam Mempertahankan Kesinambungan Energi di Perdesaan

Laporan penelitian terdiri dari enam bab. Bab pertama berjudul pendahuluan yang
membahas tentang latar belakang pentingnya penelitian ini dilakukan. Bab kedua
membahas tentang tinjauan pustaka terkait dengan energi, jejaring, peran aktor energi
dan energi terbarukan. Bab ketiga membahas tentang metodologi. Bab keempat
menjelaskan tentang profil lokasi penelitian. Bab kelima membahas tentang pelaksanaan
penelitian dengan metode ANT (Actor Network Theory). Bab keenam merupakan
penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

Informasi lengkap dari Laporan Teknis Seri Penelitian ini dapat dilihat di :

Perpustakaan PAPPIPTEK-LIPI
Gedung A PDII-LIPI Lantai 4
Jl. Jend. Gatot Subroto no. 10 Jakarta Selatan 12710
Tel. : +62-21-5225711 ext 4028
+62-21-5225206
Fax: +62-21-5201602
http://www.pappiptek.lipi.go.id

|14

Anda mungkin juga menyukai