OSTEOPOROSIS
DISUSUSN OLEH;
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Masalah
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penyakit
B. Prevalensi
C. Epidemiologi
Saat ini diperkirakan 1 dari 3 wanita dan 1 dari 12 pria di atas usia 50
tahun di seluruh dunia mengidap osteoporosis. Jumlah ini menambah kejadian
jutaan fraktur lain pertahunnya yang sebagian besar melibatkan lumbar
vertebra, panggul, dan pergelangan tangan (wrist). Fraktur yang sering terjadi
antara lain adalah :
1. Fraktur Panggul
Fraktur panggul paling sering terjadi akibat osteoporosis. Insidensi fraktur
panggul meningkat setiap dekade dari urutan ke 6 menjadi urutan ke 9 baik
untuk wanita maupun pria pada semua populasi. Insidensi tertinggi
ditemukan pada pria dan wanita usia 80 tahun ke atas.
2. Fraktur Vertebral
Antara 35-50% dari seluruh wanita usia di atas 50 tahun setidaknya satu
orang mengidap fraktur vertebral. Dalam urutan kejadian dari 9.704 wanita
usia 68,8 tahun pada studi selama 15 tahun, didapatkan 324 wanita sudah
menderita fraktur vertebral pada saat mulai dimasukkan ke dalam
penelitian. Sejumlah 18,2% berkembang menjadi fraktur vertebra, tapi
resiko meningkat hingga 41,4% pada wanita yang sebelumnya telah terjadi
fraktur vertebra.
3. Fraktur Pergelangan Tangan
Fraktur pergelangan tangan merupakan tipe fraktur ketiga paling umum
dari osteoporosis. Resiko waktu hidup adalah 16% untuk wanita kulit putih
Ketika wanita mencapai usia 70 tahun, sekitar 20%-nya setidaknya
terdapatsatu fraktur pergelangan tangan.
4. Fraktur Tulang Rusuk
Fragility fracture dari tulang iga umumnya terjadi pada laki-laki usia muda
25 tahun ke atas. Tanda-tanda osteoporosis pada pria ini sering diabaikan
karena sering aktif secara fisik dan menderita fraktur pada saat
berlatih aktifitas fisik.
D. Patofisiologi
a. Remodeling tulang
b. Sel-sel Tulang
Fungsi dari sel-sel osteoklas dan osteoblas terkait erat dengan penyerapan
tulang oleh osteoklas diikuti dengan peningkatan osteoblas pada pembentukan
tulang. Produksi matriks baru tulang dan kalsifikasi merupakan bagian dari
proses osteogenesis. Peleburan mineral tulang dan substrat organik diketahui
sebagai penyerapan kembali atau osteolisis.
c. Inhibitors dan Stimulators pada Remodeling Tulang
E. Etiologi
F. Faktor Resiko
1. Umur
Tiap peningkatan 1 dekad,risiko meningkat 1,41,8
2. Genetik
Etnis (kaukasia dan oriental > kulit hitam dan polinesia)
Seks (perempuan > laki-laki)
Riwayat keluarga
3. Lingkungan
Defisiensi kalsium
Aktivitas fisik kurang
Obat-obatan(kortikosteroid,anti konvulsan,heparin,siklosporin)
Merokok,alkohol
Risiko terjatuh yang meningkat (gangguan keseimbangan, licin,
gangguan penglihatan)
4. Hormonal dan penyakit kronik
Defisiensi estrogen dan androgen
Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme primer, hiperkortisolisme)
Penyakit kronik (sirosis hepatis,gagal ginjal,gastrektomi)
5. Sifat fisik tulang
Densitas (massa)
Ukuran dan geometri
Mikroarsitektur
Komposisi
Beberapa penyebab osteoporosis, yaitu:
1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurangnya hormon estrogen
(hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan
kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang
berusia antara 51 75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih
lambat. Hormon estrogen produksinya mulai menurun 2-3 tahun sebelum
menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah menopause. Hal ini
berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 57
tahun pertama setelah menopause.
2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan
kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara
kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru
(osteoblas). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia
lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70
tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita sering kali
menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.
3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis
sekunder yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan.
Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan
hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan
(misalnya kortikosteroid, barbiturat, antikejang, dan hormon tiroid yang
berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok dapat
memperburuk keadaan ini.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang
penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin
yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya
tulang.
G. Diagnosis
1. Anamnesis
Anamesis memegang peranan penting ada evaluasi pasien
osteoporosis. Biasanya, keluhan utama dapat berupa fraktur kolum femoris
pada osteoporosis bowing leg pada riket atau kesemutan atau rasa kebal
disekitar mulut atau ujung jari pada hipokalsemi. Fraktur lain adalah trauma
minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan orang tua, kurang paparan
sinar matahari, asupan kalsium, fosfor, dan vitamin D, serta latihan yang
teratur yang bersifat weight-bearing, obat-obatan yang harus diminum dalam
jangka panjang harus diperhatikan, alkohol dan merokok merupakan faktor
resiko osteoporosis.
2. Pemeriksaan Fisik
Tinggi badan dan berat badan harus di ukur pada setiap pasien
osteoporosis. Demikian juga gaya berjalan pasien, deformitas tulang, nyeri
spinal dan jaringan parut pada leher. Pasien dengan osteoporosis
menunjukkan kifosis dorsal atau gibbus ( Dowagers hump ) ada penurunan
tinggi badan. Selain itu juga didapatkan protuberansia abdomen, spasme otot
paravetebral dan kulit yang tipis.
4. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi yang khas pada osteoporis adalah penipisan
korteks dan daerah trabekular yang lebih lusen. Hal ini akan tampak pada
tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
a. Vertebra
b. Femur proksimal
c. Metakarpal
d. Skintigrafi tulang
6. Sonodensitometri
Metode ini lebih murah dalam menilai densitas tulang perifer dengan
menggunakan gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi. Dilakukan
pengukuran densitas btulang berdasarkan kecepatan gelombang suara,
atenuasi ultrasound broadband dan kekakuan (stiffness). Namun, metode ini
masih dalam penelitian.
H. Gejala
I. Penangan Nonfarmakologi
1. Tujuan Terapi
Tujuan utama dari terapi pengelolan gangguan osteoporosis adalah melalui
pencegahan terjadinya dan perkembangan osteoporosis. Mengoptimalkan
perkembangan tulang dan massa tulang terutama pada masa anak-anak, remaja,
dan awal dewasa, dapat menurunkan resiko terjadinya osteoporosis di masa
yang akan datang. Tujuan terapi osteoporosis juga ditentukan oleh tingkat
perkembangan osteoporosis. Apabila osteoporosis sudah mulai berkembang,
maka tujuan terapi yang dilakukan adalah untuk menstabilkan dan
meningkatkan massa dan kekuatan tulang dan mencegah terjadinya fraktur.
Untuk pasien yang sudah mengalami osteoporosis yang disertai fraktur, maka
tujuan terapi adalah untuk menurunkan resiko pasien mengalami jatuh dan
fraktur yang lebih parah, meningkatkan kapasitas fungsional fisik, menurunkan
nyeri dan deformasi tulang, serta meningkatkan kualitas hidup yang merupakan
tujuan utama dari terapi osteoporosis.
2. Strategi Terapi
Strategi terapi terapi yang dapat dilakukan untuk pencegahan dan
pengobatan osteoporosis adalah mengatur gaya hidup yang dapat menunjang
kesehatan tulang. Menjaga kadar kalsium dan vitamin D yang adekuat dalam
tubuh, baik melalui konsumsi makanan maupun obat-obatan. Penggunaan
Obat-obatan untuk pasien dengan penderita osteopenia dengan T-score -1
hingga -2,4 masih kontroversial. Penggunaan obat-obatan untuk terapi
osteoporosis direkomendasikan pada wanita postmenopause dengan T-score
kurang dari -2,0 atau kurang dari -1,5 apabila memiliki faktor resiko
osteoporosis. Penggunaan biphosphonat sebagai pilihan terapi obat
direkomendasikan untuk pasienosteoporosis dengan T-score -2,5 atau kurang
atau apabila ada trauma faktur ringan.
Algoritma Pencegahan Osteoporosis
3. Ekskresi
Kalsium dieksresikan melalui feses, urin dan keringat.
Kontraindikasi
Kalsium dikontraindikasikan pada pasien dengan hiperkalsemia dan
fibrilasi ventrikuler
Efek samping
Efek samping yang terjadi ketika mengkonsumsi kalsium yaitu gangguan
gastrointestinal ringan, bradikardia, aritmia, dan iritasi pada injeksi intravena
(Anonim, 2008).
Vitamin D
Mekanisme kerja obat
Vitamin D merupakan vitamin larut lemak yang diperoleh dari sumber alami
(minyak hati ikan) atau dari konversi provitamin D (7-dehidrokolesterol dan
ergosterol). Pada manusia, suplai alami vitamin D tergantung pada sinar
ultraviolet untuk konversi 7-dehidrokolesterol menjadi vitamin D3 atau ergosterol
menjadi vitamin D2. Setelah pemaparan terhadap sinar uv , vitamin D3 kemudian
diubah menjadi bentuk aktif vitamin D (Kalsitriol) oleh hati dan ginjal. Vitamin D
dihidroksilasi oleh enzim mikrosomal hati menjadi 25-hidroksi-vitamin D 3 (25-
[OH]- D3 atau kalsifediol). Kalsifediol dihidroksilasi terutama di ginjal menjadi
1,25-dihidroksi-vitamin D (1,25-[OH]2-D3 atau kalsitriol) dan 24,25-
dihidroksikolekalsiferol. Kalsitriol dipercaya merupakanbentuk vitamin D3 yang
paling aktif dalam menstimulasi transport kalsium usus dan fosfat.
Kontraindikasi
Vitamin D dikontraindikasikan dengan hiperkalsemia, bukti adanya toksistas
vitamin D, sindrom malabsorpsi, hipervitaminosis D, sensitivitas abnormal
terhadap efek vitamin D, penurunan fungsi ginjal.
Efek samping
efek samping yang terjadi ketika mengkonsumsi vitamin D ini yaitu sakit
kepala, mual, muntah, mulut kering dan konstipasi.
Biofosfonat
Mekanisme kerja obat
Biofosfonat bekerja terutama pada tulang. Kerja farmakologi utamanya adalah
inhibisi resorpsi tulang normal dan abnormal. Tidak ada bukti bahwa biofosfonat
dimetabolisme. Biofosfonat utnuk menoptimalkan manfaat klinis harus dengan
dosis yang tepat dan meminimalkan resiko efeksamping terhadap saluran
pencernaan. Semua bifosfonat sedikit diabsorpsi (bioavaibilitas 1-5%).
Efek samping
Efek samping yang terjadi ketika mengkonsumsi biofosfonat yaitu mual, nyeri
abdomen dan dyspepsia (Anonim, 2008).
Selective Estrogen Receptor Modulators (SERMs)
Raloxifene merupakan agonis estrogen pada jaringan tulang tetapi merupakan
antagonis pada payudara dan uterus. Raloxifen meningkatkan BMD tulang
belakang dan pinggul sebesar 2-3% dan menurunkan fraktur tulang belakang.
Fraktur non-vertebral tidak dapat dicegah dengan raloxifene.
Mekanisme kerja
Raloxifene merupakan reseptor estrogen selektif yang mengurangi resorpsi
tulang dan menurunkan pembengkokan tulang.
Data farmakokinetik
1. Absorpsi
Raloxifene diabsorpsi secara cepat setelah pemberian oral dengan sekitar
60% dosis oral absorpsi.
2. Distribusi
Volume distribusi nyata sebesar 2348L/kg dan tidak tergantung dosis.
sekitar 95% raloxifene dan konjugat monoglukoronid terikat pada protein
plasma.
3. Metabolisme
Raloxifene mengalami metabolisme lintas pertama menjadi konjugat
glukoronid dan tidak dimetabolisme melalui jalur sitokrom P450.
4. Ekskresi
Raloxifene terutama diekskresikan pada feses dan urin.
Kontraindikasi
Kontraindikasi pada SERMs ini yaitu pada wanita hamil dan menyusui.
hipersensitif raloxifene (Anonim, 2008).
Kalsitonin
Mekanisme kerja
Bersama dengan hormon paratiroid, kalsitonin berperan dalam mengatur
homeostasis Ca dan metabolisme Ca tulang. Kalsitonin dilepaskan dari kelenjar
tiroidketika terjadi peningkatan kadar kalsium serum.
Efek samping
Efek samping yang terjadi ketika mengkonsumsi kalsitonin yaitu mual,
muntah, flushing (Anonim, 2008).
Fitoestrogen
Isoflavonoid (protein kedelai) dan lignan (flaxseed) merupakan bentuk
estrogen dimana efeknya terhadap tulang dapat disebabkan aktivitas agonis
reseptor estrogen tulang atau efek terhadap osteoblas dan osteoklas. beberapa
studi isoflavon menggunakan dosis yang lebih besar dilaporkan dapat
menurunkan penanda resorpsi tulang dan sedikit meningkatkan densitas (Anonim,
2008).
Testosteron
Penurunan konsentrasi testosteron tampak pada penyakit gonad, gangguan
pencernaan dan terapi glukokortikoid. Berdasarkan penelitian terapi testosteron ini
dapat meningkatkan BMD dan mengurangi hilangnya massa tulang pada pasien
osteoporosis laki-laki (Dipiro et.al , 2005).
Teriparatide
Terapi anabolik ini hanya untuk terapi menjaga dan memelihara bentuk tulang.
Teriparatide merupakan produk rekombinan yang mewakili 34 asam amino
pertama dalam PTH manusia. Teriparatide meningkatkan formasi tulang,
perubahan bentuk tulang dan jumlah osteoblast beserta aktivitasnya sehingga
massa tulang akan meningkat. Teriparatide disarankan oleh FDA kepada wanita
postmenopouse dan laki-laki yang memiliki resiko tinggi terjadi fraktur. Efikasi
dari teriparatide ini dapat meningkatkan BMD. PTH analog sangat penting dalam
pengelolaan pasien osteoporosis yang memiliki risiko tinggi patah tulang karena
PTH merangsang pembentukan tulang baru. Kontraindikasi teriparatide ini yaitu
pada pasien hiperkalsemia, penyakit metabolik tulang lainnya dan kanker otot
(Dipiro et.al , 2005).
Hasil penelitian terbaru membuktikan bahwa obat teriparatide berperan lebih
baik dibanding alendronate dalam meningkatkan kepadatan tulang dan
mengurangi patah tulang belakang pada pasien dengan osteoporosis yang
diinduksi glukokortikoid (glucocorticoid-induced osteoporosis) (Anonim, 2010).
Diuretik Tiazid
Diuretik tiazid meningkatkan reabsorbsi kalsium. Berdasarkan penelitian
pasien yang mengkonsumsi diuretik tiazid memiliki massa tulang lebih besar dan
fraktur yang lebih sedikit. Diuretik tiazid ini diberikan ketika pasien osteoporosis
dengan glukokortikoid yang lebih besar dari 300mg dari jumlah kalsium yang
dikeluarkan dalam urin selama lebih dari 24 jam (Dipiro et.al , 2005).
K. Interaksi Obat
- Dengan aminoglikosida
- Antibakteri
meningkatkan risiko
hipokalsemia
- Mengurangi absorpsi
- Garam kalsium
- Mengurangi absorpsi
- Besi
OBAT INTERAKSI OBAT EFEK INTERAKSI
Estrogen dan - Penghambat ACE - Estrogen dan kontrasepsi
Terapi Homonal oral kombinasi melawan
efek hipotensif
- Dilaporkan adanya
- Antidiabetika antagonisme terhadap efek
antidepresan, tetapi efek
samping trisiklik dapat
meningkat karena kadar
plasma yang lebih tinggi
- Antagonisme efek
- Antiepileptika : hipoglikemia
karbamazepin,
fenobarbiton,
fenitoin,
primidon dan
topiramat - mempercepat metabolisme
(menurunkan efek
- Antijamur : kontrasepsi kombinasi dan
Gliseofulvin, progesteron tunggal)
Flukonazol,
Itrakonazol,
Ketokanazol - mempercepat metabolisme
(menurunkan efek
- Antihipertensi estrogen);
L. Terminologi Medik
M. Studi Kasus
Studi Kasus I:
Ny AK, 54 th, sejak 1 bulan yang lalu mengeluh nyeri pada punggung
dan tulang belakang. Siklus menstruasinya sudah berhenti sekitar 3 tahun yang
lalu. Untuk mengatasi keluhannya, dia minum Natrium Diklofenak tablet 2X50
mg sehari. Beberapa saat nyeri bisa berkurang, namun kemudian sering
kambuh lagi. Pilihan obat osteroporosis apa yang tepat digunakan untuk pasien
tersebut?
Riwayat Pengobatan
Kaptopril 3X12,5 mg seharidan nifedipin 3X10 mg sehari
Diagnosa osteoporosis post menopause
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Fisik
Hasil Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan
Tekanan Darah 160mg/100 mg 120/80 Tinggi
Tekanan Nadi 35 mmHg 30-40 Normal
Respiration 17x per menit 12-18 x per menit Normal
Rate(RR)
Pemeriksaan Laboratorium
Kolesterol total 237 mg/dL <200 mg/dL Tinggi
Serum Kreatinin 0,9 mg/dL 0,5- 1,5 mg/dL Normal
Kalsium 9,0 mg/dL 9-11 mg/dL Normal
Phospor 4,0 mg/dL 2,5-4,5 mg/dL Normal
BUN 30 mg/dL 8-25 mg/dL Tinggi
Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan Normal
Radiologis
Papsmer dan Normal
Mamogram
T-score < -2,7 >-1 Rendah
3. Assessment
Pasien mengalami osteoporosis post-menopause dan hipertensi stadium II.
4. Plan
Terapi obat untuk mengurangi perkembangan osteoporosis dan
terjadinya fraktur. Terapi untuk mengurangi gejala nyeri pada pasien. Terapi
non-farmakologi untuk mencegah perkembangan osteoporosis,
hipertensi, dan overweight pada pasien.
a. Nutrisi
b. Olahraga
Terapi Farmakologi
a. Raloxifene
Dosis : 60 mg
Alasan Pemilihan:
Studi Kasus II
S umur 27 setelah 2 bulan menikah kemudian hamil. Namun saat
kandungannya menginjak 2 bulan S sering merasa ngilu di bagian sendi dan
giginya, S kemudian tidak peduli, namun sampai kandungannya menginjak
usia lima bulan, ngilu di tubuhnya tak kunjung hilang. Kemudian hal ini
dikeluhkan ke dokter kandungannya dan dianjurkan untuk test darah dan
rontgen. Hasilnya menunjukan ia menderita osteoprosis.
Anonim,2011,SenamOsteoporosis,http://www.medistra.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=45:Senam%20Osteoporosis,
diakses tanggal 22 September 2011.
Dipiro, Joseph T., Robert L. Talbert., Gary C. Yee., Barbara G. Wells., L. Michael
Posey. 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, Seventh
Edition. United states : Mc Graw Hill.
Gudjonsson J. dan Elder J. 2012. Psoriasis Vulgaris. In: Wolff K., Goldsmith L.,
Katz S., Gilchrest B., Paller A., Leffell D. editors Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine8 th ed. New York: McGraw-Hill
Kemenkes RI. 2015. Data & Kondisi Penyakit Osteoporosis di Indonesia, dalam
http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/buletin/buletin-lansia.pdf
Prof. Dr. Elin Yulinah Sukandar, apt dan tim penyusun, 2011, Iso farmakoterapi
buku 2 (52-85). Penerbit Ikatan Apoteker Indonesia, Jakarta.
Sukandar, Elin Yulinah., Retnosari Andrajati., Joseph I Sigit., dkk. 2008. ISO
Farmakoterapi, Buku 1. Jakarta : PT. Isfi Penerbitan