Anda di halaman 1dari 9

Fitoremediasi adalah penggunaan tanaman untuk mengekstrak,

mengakulumasi dan / atau detoksifikasi polutan dan merupakan teknik baru

dan kuat untuk membersihkan lingkungan. Tumbuhan adalah agensia ideal

untuk perbaikan tanah dan air, karena sifat genetik tanaman yang unik baik dari

aspek biokimia maupun fisiologisnya. (Abdul R. MEMON, Aylin Anastassiia

VERTII, 2001).

Mekanisme kerja fitoremediasi terdiri dari beberapa konsep dasar yaitu:

fitoekstraksi, fitovolatilisasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, rhizofiltrasi dan

interaksi dengan mikroorganisme pendegradasi polutan. Fitoekstraksi

merupakan penyerapan polutan oleh tanaman dari air atau tanah dan kemudian

diakumulasi/disimpan didalam tanaman (daun atau batang), tanaman seperti itu

disebut dengan hiperakumulator. Setelah polutan terakumulasi, tanaman bisa

dipanen dan tanaman tersebut tidak boleh dikonsumsi tetapi harus di musnahkan

dengan insinerator kemudian dilandfiling. Fitovolatilisasi merupakan proses

penyerapan polutan oleh tanaman dan polutan tersebut dirubah menjadi bersifat

volatil dan kemudian ditranspirasikan oleh tanaman. Polutan yang dilepaskan

oleh tanaman ke udara bisa sama seperti bentuk senyawa awal polutan, bisa

juga menjadi senyawa yang berbeda dari senyawa awal.

Tanaman telah mengembangkan tiga strategi dasar untuk tumbuh di

tanah yang terkontaminasi oleh logam yaitu : (Baker and Walker, 1990

dalam Abdul, et.al. 2001).


1. Metal excluders: Tanaman ini secara efektif mencegah logam berat

memasuki area bagian atas tanaman, namun konsentrasi logam di

sekitar area perakaran masih tinggi demikian juga di akar.


2. Metal indicators : Tanaman ini mengakumulasi logam pada jaringan

bagian atas tanaman dan kadar logam dalam jaringan tanaman ini

umumnya mencerminkan. kadar logam di dalam tanah.


3. Akumulator : tanaman hiperakumulator dapat menimbun konsentrasi

logam yang tinggi dalam jaringan tanamannya bahkan melebihi

konsentrasi didalam tanah. Tanaman yang mengandung lebih dari 0.1%

unsur Ni, Co, Cu, Cr atau Pb atau 1% unsur Zn pada daun atau

per berat kering biomassa terlepas dari konsentrasi logam dalam tanah

disebut sebagai tanaman hiperakumulator.

Hiperakumulator adalah tanaman yang dapat menyerap logam berat sekitar

1% dari berat keringnya (Fahrudin, 2010). Semua tumbuhan memiliki

kemampuan menyerap logam tetapi dalam jumlah yang bervariasi. Sejumlah

tumbuhan dari banyak famili terbukti memiliki sifat hipertoleran, yakni mampu

mengakumulasi logam dengan konsentrasi tinggi pada jaringan akar dan tajuknya,

sehingga bersifat hiperakumulator. Sifat hiperakumulator berarti dapat

mengakumulasi unsur logam tertentu dengan konsentrasi tinggi pada tajuknya dan

dapat digunakan untuk tujuan fitoekstraksi. Dalam proses fitoekstraksi ini logam

berat diserap oleh akar tanaman dan ditranslokasikan ke tajuk untuk diolah

kembali atau dibuang pada saat tanaman dipanen (Chaney et al. 1995 dalam

Hidayati, 2005).
Tumbuhan hiperakumulator merupakan tumbuhan yang dapat digunakan

dalam proses fitoremediasi. Fitoremediasi merupakan salah satu cara pembersihan

polutan menggunakan tumbuhan, umumnya terdefinisi seperti pembersihan dari

toksin atau kontaminan dari lingkungan dengan menggunakan tumbuhan

hyperaccumulator. Fitoremediasi berasal dari dua kata yaitu Phyto dalam bahasa

Yunani yang berarti tumbuhan/tanaman dan remediare yang berasal dari bahasa

latin yaitu memperbaiki atau membersihkan sesuatu. Jadi fitoremediasi

(phytoremediation) merupakan suatu sistim dimana tanaman dapat mengubah zat

kontaminan (pencemar/polutan) menjadi berkurang atau tidak berbahaya bahkan

menjadi bahan yang dapat digunakan kembali. (Irawanto, 2010).

Karakteristik tumbuhan hiperakumulator adalah:

(i) Tahan terhadap unsur logam dalam konsentrasi tinggi pada jaringan

akar dan tajuk;


(ii) Tingkat laju penyerapan unsur dari tanah yang tinggi dibanding

tanaman lain;
(iii) Memiliki kemampuan mentranslokasi dan mengakumulasi unsur

logam dari akar ke tajuk dengan laju yang tinggi. Translokasi ini

merupakan komponen yang harus diperhatikan dalam penentuan

tumbuhan hiperakumulator (Agunbiade, 2009 dalam Hidayat, 2011).


Menurut Lasat (2003) dalam Hardiani ( 2008), menyatakan bahwa untuk

acuan tanaman yang bersifat hiperakumulator adalah tanaman yang dapat

menyerap logam berat, sebagai berikut:


1. Dapat mengakumulasi logam merkuri (Hg) sebesar 10 mg/kg berat

kering.
2. Dapat mengakumulasi logam kadmium (Cd) sebesar 100 mg/kg berat

kering.
3. Dapat mengakumulasi logam kobal (Co), kromium (Cr), tembaga (Cu),

dan timbal (Pb) sebesar 1000 mg/kg berat kering.


4. Dapat mengakumulasi logam nikel (Ni) dan seng (Zn) sebesar 10000

mg/kg berat kering.


Beberapa jenis tumbuhan yang diketahui mampu mengakumulasi merkuri

dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya. Sebagai contoh,

Paspalum conjugatum diketahui mampu mengakumulasi 47 mg Hg/kg bobot

kering, Cyperus Monocephala 13,05 mg Hg/kg, Ipomea batatas 18,57-22,57 mg

Hg/kg, Zingiber sp 49,33 mg Hg/kg, Caladium 9,12 mg Hg/kg Digitaria radicosa

50,93 mg Hg/kg, Commelia nudi 30,37 mg Hg/kg dan Lindernia crustacea

mampu mengakumulasi hingga 89,13 mg Hg/kg. Potensi daya adaptasi dan

dayaya serap terhadap merkuri dari beberapa jenis tumbuhan tersebut sangat

signifikan (Juhaeti dkk, 2009).

Suatu jenis tumbuhan dikategorikan sebagai spesies hiperakumulator

ketika memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Bersifat toleran terhadap kandungan logam yang tinggi sehingga

pertumbuhan akar dan pucuk tidak mengalami hambatan. Tanaman yang

toleran tidak akan terganggu pertumbuhannya walaupun tumbuh pada

tanah dengan toksisitas yang tinggi. Toleransi ini diduga berasal dari

kemampuan tanaman untuk menyimpan logam dalam vakuola sel atau

mampu mengkelat logam-logam (Chaney et al., 1997 dalam Widyati,

2011).
2. Mampu menyerap logam (uptake) yang terdapat dalam larutan tanah

dengan cepat. Kecepatan uptake ditentukan oleh jenis tumbuhan dan

macam logam yang di-uptake. Mampu mentranslokasikan suatu unsur


logam dari akar ke bagian pucuk tanaman dengan kecepatan tinggi.

(Chaney et al., 1997 dalam Widyati, 2011).


3. Mampu mentranslokasikan suatu unsur logam dari akar ke bagian pucuk

tanaman dengan kecepatan tinggi. (Chaney et al.,1997 dalam Widyati,

2011).
4. Harus mampu menghasilkan biomasa yang tinggi dalam waktu yang cepat

(cepat tumbuh), mudah dibudidayakan dan mudah dipanen. (Peer et al.,

2008 dalam Widyati, 2011).


Banyak jenis tumbuhan berpembuluh (vascular plants) ditemukan

mempunyai kemampuan untuk mengakumulasikan logam berat (metal

hyperaccumulator plants). Lebih dari 400 jenis tumbuhan telah ditemukan

mempunyai kemampuan hiperakumulator termasuk anggota family Asteraceae,

Brassicaceae, Caryophyllaceae, Cyperaceae, Cunouniaceae, Fabaceae,

Flacourtiaceae, Lamiaceae, Poaceae, Violaceae, dan Euphorbiaceae.


Famili yang paling banyak dijumpai sebagai hiperakumulator adalah

Brassicaceae, spesies dari famili ini mampu mengakumulasikan lebih dari satu

jenis logam.Salah satu contoh adalah Brassica juncea mampu mengakumulasikan

Se, As, Cd, Cu, Hg dan Zn. Thlaspi caerulescens merupakan akumulator Cd

sedangkan Alyssum sp merupakan akumulator dari Ni.

Gambar 1. Alyssum sp
Contoh lainnya, Pistia stratiotes dapat mengakumulasikan Ag, Cd, Cr, Cu, Hg, Ni,

Pb dan Zn dengan konsentrasi mencapai 5 mM per kg biomas. Tumbuhan Pistia

stratiotes mengakumulasikan logam pada jaringan akar. Tembakau (Nicotiana

tabaccum) juga dikenal mempunyai kemampuan untuk mengakumulasikan Hg.


Gambar 2. Pistia stratiotes

Berbagai hasil penelitian telah membuktikan bahwa banyak spesies

tumbuhan yang berasal dari daerah tropis berhasil dalam remediasi polutan

(khususnya logam berat) pada tanah ataupun perairan yang tercemar, bahkan

beberapa diantaranya adalah hiperakumulator. Species tersebut diantaranya

Thlaspi calaminare untuk seng (Zn), T. caerulescens untuk kadmium (Cd),

Aeolanthus biformifolius untuk tembaga (Cu), Phylanthus serpentinus untuk

nikel (Ni), Haumaniastrum robertii untuk kobalt (Co) Astragalus racemosus

untuk selesium (Se), dan Alyxia rubricaulis untuk mangan (Mn) (Li, et. al.,

2000 dalam Titi et al,. 2005).

Gambar 3. Phylanthus serpentinus

Sifat hipertoleran terhadap logam berat adalah kunci karakteristik yang

mengindikasikan sifat hiperakumulator suatu tumbuhan. Suatu tumbuhan


dapat disebut hiperakumulator apabila memiliki karakter-karakter sebagai

berikut: (i) Tumbuhan memiliki tingkat laju penyerapan unsur dari tanah

yang lebih tinggi dibanding tanaman lainnya, (ii) Tumbuhan dapat

mentoleransi unsur dalam tingkat yang tinggi pada jaringan akar dan

tajuknya, dan (iii) Tumbuhan memiliki laju translokasi logam berat dari akar

ke tajuk yang tinggi sehingga akumulasinya pada tajuk lebih tinggi dari pada

akar (Brown et al, 1995).

Hasil penelitian Titi, dkk. (2005) tentang inventarisasi tumbuhan

potensial untuk fitoremediasi lahan dan air tercemar limbah logam berat dari

tambang emas menunjukkan bahwa beberapa tumbuhan memiliki potensi

untuk menyerap logam berat maupun sianida (lihat tabel 1 ).

Tabel 1. Kandungan Sianida dan timbal pada tumbuhan yang tumbuh di sekitar
tailing adan PT Antam Pongkor Bogor

Marga Nephrolepis dengan kemampuan hiperakumulatornya telah

banyak digunakan sebagai fitoremediator, misalnya N. Cordifolia yang


mampu meremediasi logam berat Cd, Cr, Cu, Ni, Pb, dan Zn (Kachenko et

al. 2007).

Gambar 4. N. Cordifolia

N. Excaltata mampu mengakumulasi As dan Hg dalam akar (Tu et

al. 2004; Chen et al. 2009). Sementara marga Pteris juga menjadi

hiperakumulator khususnya untuk As, misalnya P. fauriei memiliki

kandungan As pada daun dengan konsentrasi yang sangat tinggi, yaitu

sebesar 1362 mg/kg di lokasi bekas pertambangan As Dama Mountain,

Provinsi Guangxi, Cina (Wang et al. 2007).

Gambar 5. P. fauriei
Teni badot (Cyperus kyllingia) memiliki karakter yang ideal sebagai

hiperakumulator As dan Hg baik untuk individu maupun dalam komunitas.

Rumput ini juga mampu mengakumulasi logam Mn, Ni, Pb, Zn, Fe, Al dan Cd

(Latief et al. 2012). Cyperus kyllingia bersama dengan Lindernia crustacea,

dan Paspalum conjugatum merupakan tiga jenis rumput yang sering

digunakan untuk pengujian kontaminasi Hg (Muddarisna et al. 2013).

Tabel 2. Beberapa jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk mengakumulasi


logam

(1) (2)

Gambar 6. 1) Alyssum argenteum, 2) Thlaspi sylvium

Anda mungkin juga menyukai