Terjemahan
Terjemahan
Konsekuensinya
Marilyn J Cipolla
terhadap tingkat yang tinggi akan faktor-faktor pertumbuhan dan sitokin yang
bantalan vaskular lainnya terbatas pada sirkulasi serebral. Hal ini terjadi dan
arteri serebral, mungkin hal ini terjadi melalui regulasi yang menurun akan reseptor
angiotensin tipe 1. Sawar darah otak (BBB) secara penting beradaptasi ketika
sawan untuk tidak masuk ke dalam otak dan membatasi efek permeabilitas VEGF
adaptasi sirkulasi serebral pada saat kehamilan memberikan aliran darah serebrum
yang relatif normal dan sifat-sifat BBB pada perubahan kardiovaskular yang
adaptasi-adaptasi ini muncul untuk menyebabkan atau memicu cedera otak yang
lebih parah, didalamnya termasuk pembentukan edema selama terjadinya hipertensi
Kata kunci: sawar darah-otak; aliran darah serebral; sirkulasi serebral; kehamilan
PENDAHULUAN
plasental yang penting. Secara sitematis, kehamilan merupakan suatu kondisi yang
resistensi rendah dan volume tinggi yang dicirikan dengan peningkatan curah jantung
yang besar (CO) yang dikendalikan oleh hormon-hormon yang bersirkulasi yang
40% sampai 50% selama kehamilan tunggal (dan sampai 100% selama terjadinya
kehamilan dan akan meningkat sampai level yang normal pada waktu menjelang
peningkatan aliran darah selama terjadinya kehamilan, yang dimana organ-organ ini
mencakup ginjal, indung telur, dan uterus atau rahim. Distribusi CO pada masing-
masing organ juga berubah selama kehamilan dengan peningkatan yang tertinggi
Adaptasi sirkulasi otak dan serebral terhadap kehamilan adalah unik dibandingkan
dengan apa yang terjadi pada organ-organ lainnya karena kebutuhan otak akan suplai
darah yang konstan dan intoleransi terhadap volume darah yang meningkat.
Kebutuhan yang tinggi akan sistem kardiovaskular serta tingkat yang tinggi akan
keselamatan otak, yang dimana otak merupakan suatu organ yang membutuhkan
metabolisme yang tinggi yang membutuhkan homeostasis ion dan air yang cukup.
hemodinamika, dan koagulasi yang dapat meningkatkan resiko stroke, edema, dan
Artikel tinjauan ini akan menjelaskan pengetahuan yang sudah didapatkan tentang
pada aliran darah serebral (CBF), hemodinamika, struktur vaskular, dan sifat-sifat
manusia dan hewan akan dibahas, namun haruslah diingat bahwa penelitian-
penelitian pada manusia tentang aliran darah otak dan struktur serebrovaskular
adalah sulit untuk dilakukan dan dengan demikian informasi yang cukup mengenai
adaptasi sirkulasi serebral pada manusia masihlah kurang. Kami telah menggunakan
kehamilan dan hal inilah yang akan dijelaskan disini. Selain itu, ktia juga akan
membahas bagaimana adaptasi sirkulasi serebral selama terjadinya kehamilan dapat
Terjadinya Kehamilan
didistribusikan secara tidak merata ke beberapa sistem organ. Hal ini dapat terlihat
pada peningkatan aliran darah uteri pada saat kehamilan pra-persalinan yang
mencapai 10 kali lipat dibandingkan dengan yang terjadi pada kondisi tidak hamil,
dan persentase CO yang diterima oleh unit uteroplasental akan meningkat dari ~0,5%
menjadi 15%. Tidak diragukan lagi, peningkatan yang dramatis ini pada CBF tidak
dapat ditoleransi oleh otak. Namun dengan demikian, tingkat perubahan CBF selama
kehamilan adalah sulit untuk dinilai/ diteliti pada manusia. USG Transcranial
terjadinya kehamilan pada manusia, piranti ini digunakan karena bersifat tidak-
Namun, piranti USG ini tidak dapat mengukur diameter pembuluh darah, dan dengan
demikian validitas CBF yang dapat mengekstrapolasi dari pengukuran TCD masihlah
independent berkas ganda untuk mengukur perubahan aliran darah pada arteri karotid
internal (ICA) selama kehamilan pada wanita sehat. Penelitian ini juga mengukur
serebrovaskular (CVR) dan CBF global. Pada penelitian ini, CVR menurun dari
kondisi non-hamil yaitu 0,141 menjadi 0,112 mmHg x mL/100 g/menit pada wanita
hamil di trisemester ketiga, dan CBF nya meningkat 22% yaitu dari 42,2 mL/100 g/
menit pada wanita non-hamil menjadi 51,8 mL/100 g/menit pada wanita hamil di
trisemester ketiga. Kelebihan dari penelitian ini adalah bahwa diameter ICA dan
volume aliran darah dapatlah dihitung; namun, hal ini terbatas oleh analisis lintas-
bagian dan terdapat delapan kali lipat pasien yang diukur pada trisemester ketiga
dibandingkan dengan wanita non-hamil, dan lima kali lipat lebih banyak pada
tidaklah jelas. Temuan bahwa CBF meningkat sebanyak 22% pada saat kehamilan
dilakukan oleh Zeeman dkk, dimana Zeeman dkk menggunakan pencitraan resonansi
(PCA) pada 10 wanita hamil, dan mereka menemukan fakta bahwa CBF menurun
sebanyak 20% pada trisemester ketiga. Namun, penelitian ini menggunakan nilai
pasca-persalinan untuk pembandingan yang mungkin tidak setepat nilai pada saat
ini yang menyoroti kesulitan dalam hal pengukuran CBF pada wanita hamil.
Kami dan para peneliti lainnya telah menggunakan mikrosfer pada hewan untuk
mikrosfer adalah bersifat final, dengan demikian hal ini tidak menyertakan
domba yang diberi atau dipasangi kateter, CBF diketahui menurun dari 48 mL/100
g/menit pada kondisi tidak hamil menjadi 38 mL/100 g/menit pada kondisi hamil tua
(130 sampai 140 hari). Beberapa penelitian lain yang dilakukan terhadap tikus
menemukan adanya sedikit perubahan pada nilai CBF pada masa kehamilan tua
dibandingkan dengan pada tikus yang tidak hamil: 92 versus 88 mL/100 g/menit dan
Autoregulasi CBF merupakan satu mekanisme yang penting yang memberikan suplai
darah yang relatif konstan selama perubahan dalam hal tekanan perfusi. Ini
merupakan suatu mekanisme protektif pada otak yang memiliki batasan. Pada subjek
penelitian dewasa dengan tekanan darah yang normal, CBF akan mencapai ~50
mL/100 g/menit, hal ini memberikan tekanan perfusi serebral yang mencapai nilai
antara ~60 dan 160 mm Hg. Diatas dan dibawah batas ini, CBF akan menjadi
tergantung pada tekanan perfusi secara berbanding lurus. Selama kehamilan normal,
autoregulasi serebral akan menjadi sama dengan yang terjadi pada wanita yang
sedang tidak hamil, sebagaimana dinilai dengan respons hiperemik dan TCD.
Namun, tentang apakah batas autoregulasi berubah atau tidak selama kehamilan
wanita hamil. Sebagai contoh, hipertensi merupakan salah satu komplikasi yang
paling umum selama kehamilan. Jika batas atas autoregulasi berubah sampai tekanan
autoregulasi CBF juga penting untuk dipahami karena pendarahan yang substansial
dapat terjadi selama kelahiran yang seringkali menurunkan tekanan darah. Jika batas
bawah autoregulasi berubah menjadi tekanan yang lebih tinggi, CBF akan turun
dengan tekanan yang juga menurun, dan hal ini dapat memunculkan gejala-gejala
otak iskhemik.
Kami telah mengukur batas autoregulasi CBF selama kehamilan normal pada hewan
tikus yang dibius dengan menggunakan laser Doppler untuk mengukur perubahan
CBF. Dengan menggunakan pentobarbital sebagai obat biusnya dengan infusi cepat
fenilefrin untuk meningkatkan tekanan darah, kami menemukan tidak ada perbedaan
dalam hal tekanan dimana perubahan autoregulatori terjadi baik pada tikus yang
tidak hamil dan juga tikus yang sedang hamil tua. Namun, karena laser Doppler
mengukur perubahan relatif pada CBF, apakah CBF berada pada level yang sama
atau tidak setelah perubahan & peningkatan autoregulasi secara cepat belumlah
untuk mengukur perubahan basal absolut pada CBF sebelum penginfusan fenilefrin
dan kemudian setelah tekanan darah secara cepat meningkat sampai 203 3 mmHg
untuk subjek penelitian yang tidak hamil dan 193 3 mm Hg untuk tikus yang
sedang hamil tua. Kami menemukan bahwa ketika CBF sama pada tikus yang sedang
hamil tua dan pada tikus yang tidak hamil pada kondisi awal, terdapat peningkatan
CBF sebanyak ~40% dengan hipertensi akut pada hewan yang sedang hamil
(Gambar 1A). Peningkatan CBF pada tekanan yang lebih tinggi dikarenakan oleh
penurunan CVR yang lebih tinggi pada hewan yang sedang hamil: 0,70 0,07 mm
mL/100 g/menit untuk hewan yang sedang hamil (Gambar 1B). Penurunan CVR
pada hewan yang sedang hamil yang disertai dengan hipertensi akut kemungkinan
disebabkan oleh peningkatan volume vaskular yang terjadi selama kehamilan, hal ini
disebabkan pemodelan ulang keluar arteriole otak dan karena densitas kapiler yang
meningkat (lihat dibawah). Autoregulasi CBF diukur pada tikus yang tidak hamil dan
pada tikus yang sedang hamil tua dengan menggunakan anestesi kloral hidrat, bukan
oleh pentobarbital. Diketahui bahwa batas atas autoregulasi itu agak berubah ke
tekanan yang lebih tinggi pada tikus yang sedang hamil tua, yaitu pada bagian
dan 2B). Namun, bentuk kurva autoregulatori CBF adalah berbeda dengan anestesi
yang berbeda, hal ini sepertinya karena kloral hidrat tidak menghasilkan perubahan
yang sama pada CBF, hal ini menunjukan adanya beberapa penurunan pada CVR
ketika isi air otak diukur, hanya hewan yang hamil lah yang mengalami pembentukan
edema yang signifikan sebagai respons terhadap hipertensi akut, dan hal yang sama
pun terjadi pada pemberian anestesi pentobarbital. Dengan demikian, hal ini
menunjukan bahwa otak akan lebih rentan mengalami pembentukan edema selama
dan hal ini dianggap dapat terjadi selama kehamilan dengan hipertensi.
Selain perubahan ke batas atas autoregulasi CBF, kehamilan juga tampaknya dapat
selama hipotensi hemoragis diukur pada tikus yang tidak hamil dan tikus yang
sedang hamil tua yang diberi bius kloral hidrat. Tidak seperti batas atas autoregulasi
CBF yang berubah pada korteks anterior dan posterior selama kehamilan, batas
bawah autoregulasi bergerak ke tekanan yang lebih rendah hanya pada korteks
autoregulasi ke tekanan yang lebih rendah selama kehamilan dapat menjadi suatu
dapat terjadi selama persalinan. Mekanisme lebih sering muncul pada korteks bagian
posterior, dan akibat dari hal ini belumlah sepenuhnya dipahami. Namun, perubahan
yang disebabkan oleh kehamilan pada sintase nitrik oksida neuronal dan endotelial
(eNOS dan nNos) secara spesifik pada korteks serebral posterior bisa jadi
penyebabnya.
Gambar 1. Dampak kehamilan terhadap aliran darah serebral (CBF) dan resistensi serbrovaskular
(CVR) sebagai respon terhadap hipertensi akut. (A) CBF regional yang diukur dengan menggunakan
mikrosfer dari tikus yang tidak hamil (NP) dan tikus yang hamil tua (LP) secara basal (Kendali) dan
setelah penginfusan fenilefrin untuk menyebabkan hipertensi akut (HTN). Pada kondisi kendali,
tidaklah terdapat perbedaan pada CBF di wilayah otak manapun yang diukur. Setelah hipertensi akut,
hewan yang sedang hamil tua mengalami peningkatan CBF yang signifikan dibandingkan dengan
tikus yang tidak hamil yang mengalami perubahan tekanan darah yang sama di setiap wilayah kecuali
di wilayah batang otak. **P<0,01 versus Kendali: P<0,01 versus NP HTN. (B) CVR pada tikus
yang tidak hamil (NP) dan tikus yang sedang hamil tua (LP) diukur dengan menggunakan mikrosfer
secara basal pada tekanan darah normal (Kendali) dan setelah penginfusan fenilefrin untuk memicu
hipertensi akut (HTN). Hipertensi akut menyebabkan penurunan CVR secara signifikan pada hewan
NP dan hewan LP, yang dimana hal ini mendemonstrasikan perubahan autoregulatori yang cepat.
Namun tikus yang mengalami hamil tua mengalami penurunan CVR yang signifikan dengan
peningkatan yang sama pada tekanan darah dibandingkan dengan subjek penelitian yang tidak hamil.
**P<0,01 versus Kendali: P<0,01 versus NP. Sebagian dari artikel ini sudah diterbitkan pada J
Gambar 2. Perubahan pada autoregulasi aliran darah serebral (CBF) selama kehamilan. (A. B)
Autoregulasi CBF pada serebrum anterior dan posterior diukur dengan menggunakan laser Doppler
selama infusi cepat fenilefrin untuk meningkatkan tekanan darah pada subjek penelitian/ tikus yang
tidak hamil (NP) dan tikus yang hamil tua (LP). Pada kedua wilayah otak, kehamilan dapat merubah
kurva autoregulasi ke arah kanan. *P < 0,05 versus CBF pada 100 mm Hg; *p < 0,05 versus LP. (C,
D) Autoregulasi CBF pada korteks serebral anterior dan posterior yang diukur dengan menggunakan
laser Doppler selama hipotensi hemoragik untuk menurunkan tekanan darah pada tikus yang tidak
hamil (NP) dan tikus yang sedang hamil tua (LP). Kehamilan dapat merubah kurva autoregulatori ke
tekanan yang lebih rendah hanya pada serebrum posterior saja. *p < 0,05 versus LP.
Disamping perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi ginjal dan uterus selama
ini, kita belum begitu memahami tentang bagaimana kehamilan dapat mempengaruhi
arteri serebral. Tidak seperti organ-organ yang lain, arteri serebral yang besar yang
mempengaruhi CVR dan CBF, adaptasi ini terhadap kehamilan adalah penting untuk
dipahami. Selain itu, pemodelan ulang arteri serebral selama kehamilan dapat
karena kebanyakan disebabkan oleh propensitas untuk edema yang terbentuk pada
eklampsia. Kehamilan pra-persalinan (hamil tua) telah secara khusus diteliti karena
berbeda pada tikus yang mengalami hamil tua, namun keduanya ini memaksakan
terjadinya dilatasi pada tekanan yang lebih rendah. Interpretasi awal kami akan hasil-
hasil ini adalah bahwa kurva autoregulasi bergeser ke tekanan yang lebih rendah
selama kehamilan. Saat ini kami mengetahui bahwa hal ini tidaklah terjadi (lihat
diatas) dan mengingatkan kita bahwa aktifitas miogenik arteri pial bukanlahs satu-
Sudah sangat diketahui bahwa hewan dan manusia yang hamil adalah lebih sensitif
terhadap endotoksin bakteri dibandingkan dengan ketika tidak hamil, hal ini
terhadap LPS dianggap disebabkan oleh perubahan pada sistem imun bawaan dan
adaptif selama kehamilan. Saat ini, kami pun mengeksplorasi tentang apakah
sirkulasi serebral juga dapat meningkatkan sensitifitas terhadap LPS atau tidak
dengan menginfuskannya sebanyak 1,5 g/kg pada hari ke-14 kehamilan tikus dan
kemudian kami mempelajari perubahan pada struktur PCA dan fungsinya pada hari
ke-20 dari masa kehamilan tikus yang biasanya mencapai 22 hari (yaitu kehamilan-
tua). Dibandingkan dengan hewan yang tidak hamil yang mendapatkan perlakuan
yang sama, PCA dari hewan yang sedang hamil tua ternyata merespon terhadap LPS
dengan penurunan tonal dan peningkatan sensitivitas terhadap nitrik oksida (Gambar
3). Selain itu, ekspresi sintase nitrik oksidase yang diinduksi (iNOS) pun
meningkatkan PCA tiga kali lipat pada hewan yang sedang hamil tua pada kondisi
terkendali (yang diberi infusan larutan salin). Lebih jauh lagi, ketika pembuluh-
pembuluh darah dari hewan yang sedang tidak hamil dan yang sedang hamil
merespon infusi LPS dengan peningkatan ekspresi iNOS, peningkatan ini adalah
lebih tinggi pada hewan yang sedang hamil. Ketika ekspresi mRNA sitokin dikur
pada arteri pial dari hewan yang tidak hamil dan hewan yang sedang hamil, diketahui
kehamilan sendiri dapatlah meningkatkan ekspresi faktor nekrosis tumor sitokin pro-
muncul pada kondisi inflamasi, dengan peningkatan iNOS yang substansial dan
hipertrofik kedalam, yang dimana memiliki diameter lumen yang lebih kecil dan
dinding yang lebih tebal. Hipertensi kronis juga meningkatkan tonal basal arteri
mikrosirkulasi aliran dari kerusakan yang diakibatkan oleh tekanan hidrostatik yang
proteksi mikrosirkulasi. Satu aspek yang menarik akan kehamilan adalah bahwa hal
Tikus betina yang diberikan inhibitor NOS L-NAME pada air minumnya selama
mingu terakhir kehamilan ternyata memiliki PCA yang sama pada diameter lumen,
sedangkan tikus betina yang tidak hamil yang diberikan L-NAME dengan durasi
yang sama dengan hewan yang hamil ternyata memiliki PCA yang secara signifikan
lebih sedikit pada diameter dengan peningkatan ketebalan dinding arteri. Lemahnya
pemodelan ulang pada hewan yang hamil tidaklah disebabkan karena tekanan darah
yang lebih rendah karena hewan yang tidak hamil dan hewan yang hamil memiliki
tingkat hipertensi yang sama dengan inhibisi NOS. Fakta bahwa kehamilan dapat
kebenarannya pada penelitian yang dilakukan oleh Dahl tentang sensitifitas tikus
hipertensif arteri serebral kedalam belumlah kita pahami, namun hal ini mungkin
kontribusi terhadap tonal dan ekspresi iNOS pada arteri serebral dari hewan yang hamil dan hewan
yang tidak hamil. (A, B) Penanganan LPS tidak mempengaruhi dilasi arteri serebral terhadap donor
NO NONOate pada hewan yang tidak hamil, namun secara signifikan meningkatkan reaktifitas arteri
pada hewan yang hamil. (C) Hal yang sama, tidak terdapat perbedaan dalam konstriksi terhadap
inhibitor NOS L-NNA pada arteri serebral hewan yang tidak hamil dengan penanganan LPS, namun
secara signifikan meningkatkan konstriksi pada arteri dari hewan yang hamil tua yang ditangani
dengan LPS. (D) Hewan yang hamil juga telah meningkatkan iNOS mRNA pada arteri dari kedua
kendali dan hewan yang ditangani dengan LPS. Penanganan/ pemberian LPS juga meningkatkan
iNOS pada arteri pada hewan yang tidak hamil, namun kadarnya/ tingkatnya adalah lebih tinggi pada
hewan yang hamil tua. NP-CTL, kelompok hewan yang tidak hamil yang ditangani/ diberi perlakuan;
NP-LPS, hewan yang tidak hamil yang ditangani dengan LPS; LP-CTL, kelompok hewan yang hamil
tua dan diberi perlakuan; LP-LPS, hewan yang hamil dan ditangani dengan LPS. *p < 0,05 versus LP-
CTL. Terakhir, versi definitif akan makalah ini telah diterbitkan pada Reproduct Sci 2011;18:1211-
1221 oleh SAGE Publications Ltd/SAGE Publications, Inc. Hak cipta dilindungi. .
Mungkin yang lebih menarik lagi adalah bahwa kehamilan dapat mengembalikan
darah. Tikus betina yang mengalami hipertensi melalui penghambatan NOS selama 2
minggu pun dikembangbiakan dan struktur PCA serta sifat-sifat biokimia nya diukur
hamil yang mengalami hipertensi selama 2 atau 5 minggu. Tikus yang tidakhamil
hipertrofik kedalam yang signifikan, hal ini menunjukan bahwa PCA pada hewan
minggu kehamilan, PCA memiliki diameter lumen dan ketebalan dinding arteri yang
sama dengan kendali/ subjek yang tidak mengalami hipertensi (Gambar 4C). Dengan
demikian, satu adaptasi sirkulasi serebral pada masa kehamilan adalah berfungsi
tekanan darah masihlah meningkat dan dengan demikian; efek protektif akan CVR
yang meningkat selama hipertensi kronis tidaklah dialami pada kondisi kehamilan.
transkripsi teraktivasi-ligan yang terekspresi pada berbagai tipe sel dan meregulasi
lipid. Peseptor yang teraktivasi proliferator peroksisom juga terekspresi pada sel-sel
vaskular dan memiliki efek protektif langsung yaitu anti-hipertensif, anti-inflamasi,
plasental dan perubahan pada metabolisme maternal/ ibu. Aktivasi reseptor yang
teraktivasi proliferator peroksisom (PPAR) menekan ekspresi AT1R pada otot polos
vaskular yang termediasi oleh Ang II. Namun, peranan aktivasi PPAR selama
kehamilan pada pemodelan arteri serebral belum lah secara utuh dipahami.
Penghambatan PPAR dengan penghambat ligan GW9662 pada tikus yang tidak
hamil dapat menyebabkan pemodelan hipertrofik kedalam arteri serebral, hal ini
reseptor yang teraktivasi proliferator peroksisom pada tikus yang tidak hamil juga
meningkatkan tonal basal, hal ini menunjukan bahwa aktivasi PPAR pada subjek
penelitian dengan tekanan darah yang normal dan tidak hamil adalah penting untuk
fungsi endotelial dan otot polos. Efek yang sama akan penghambatan PPAR
terhadap vaskulatur serebral telah diketahui pada beberapa penelitian yang lain.
Namun, dampak penghambatan PPAR selama kehamilan memiliki efek yang sama
sekali berbeda dengan pada kondisi tidak hamil. Penghambatan reseptor yang
terhadap arteri serebral dan tidak mempengaruhi fungsi endotelial ataupun fungsi
otot polos, dan juga diameter dalam. Hal tersebut memang dapat menyebabkan
peningkatan ketebalan dinding arteri dan diameter bagian luar, hal ini menunjukan
kehamilan berkaitan dengan penurunan ekspresi PPAR dan AT1R pada arteri
Gambar 4. Dampak kehamilan terhadap ekspresi reseptor yang teraktivasi proliferator peroksisom
(PPAR), reseptor angiotensin tipe 1 (AT1R) dan pemodelan ulang hipertensif arteri serebral. (A, B)
Ekspresi mRNA relatif PPAR dan AT1R arteri serebral posterior yang terisolasi pada tikus yang
tidak hamil (NP) dan tikus yang hamil tua (LP) tanpa dan dengan penanganan selama 10 hari dengan
penghambat PPAR GW9662 (NP + GW, LP + GW). Kehamilan secara signifikan menyebabkan
penurunan regulasi PPAR dan AT1R pada arteri serebral. Tidak ada pengaruh penanganan dengan
GW9662 baik pada hewan yang hamil maupun yang tidak hamil terhadap ekspresi PPAR ataupun
AT1R. *p < 0,05 versus NP. +p < 0,05 versus NP + GW. Diterbitkan pada Front Physiol 2010;1:130.
(C). Diameter lumen pasif versus tekanan arteri serebral posterior pada tikus yang tidak hamil yang
tidak mengalami hipertensi (NP-CTL), atau setelah penanganan dengan penghambat sintase nitrik
oksida (NOS) L-NAME selama 2 minggu (NP-HTN-2) atau 5 minggu (NP-HTN-5) untuk
menyebabkan hipertensi. Kelompok tikus yang tidak hamil yang terpisah adalah hipertensif dengan L-
NAME selama 2 minggu kemudian dikembangbiakan dan arteri serebral posterior dibandingkan
dengan hewan yang hamil tua (LP-HTN). Hewan NP-CTL memiliki diameter lumen yang secara
signifikan lebih besar dibandingkan dengan hewan NP-HTN-2 atau NP-HTN-5, sedangkan hewan LP-
HTN memiliki diameter lumen yang sama dengan subjek penelitian normotensif walaupun selama 5
berhubungan dengan penurunan regulasi PPAR dan/atau AT1R pada pembuluh-pembuluh darah
tersebut. *p < 0,05 dan **p<0,01 NP-CTL versus NP-HTN-2 dan NP-HTN-5; p <0,01 LP-HTN
versus NP-HTN-2 dan NP-HTN-5. Sebelumnya diterbitkan dengan judul Hypertension 2008;51:1052-
1057.
Perubahan dalam Reaktifitas dan Struktur Arteriol Parenkhimal dan Kapiler Selama
Kehamilan Normal
Ketika tingkat ekspresi PPAR menurun pada arteri serebral dapat menjelaskan
ini tampaknya tidaklah terjadi untuk arteriol parenkhimal otak (PA). Arteriol
selama kehamilan yang tergantung pada PPAR; namun, ekspresi mRNA PPAR
akan menurun di dalam segmen pembuluh darah ini dibandingkan dengan arteri-
arteri pial. Tidak seperti arteri pial yang strukturnya berubah dan sedikit fungsional
dibarengi dengan sedikit perubahan pada diameter luar namun juga dibarengi dengan
hipotrofi dinding pembuluh darah adalah adanya peningkatan tekanan dan tensi
dinding pada segemen vaskular tersebut bahkan tanpa perubahan pada tekanan
autoregulatori dan dilatasi pembuluh pial, peningkatan pada volume vaskular dan
tekanan dinding secara serius akan merusak integritas dinding pembuluh dan dapat
hewan yang hamil-tua akan mengalami formasi edema yang signifikan sebagai
respon terhadap hipertensi akut, yaitu suatu respon yang tidak terjadi pada hewan
yang tidak hamil. Ketika kita tidak tahu secara pasti bahwa pemodelan PA hipotrofik
keluar merupakan penyebab atau hanyalah mekanisme akan kondisi ini, namun
pada hewan yang sedang hamil, CVR pun menurun cukup drastis pada hewan yang
kehamilan memiliki hubungan dengan peningkatan CBF sebanyak ~40% pada hewan
yang hamil selama hipertensi akut. Dengan demikian, adalah mungkin bahwa
pembentukan edema.
Gambar 5. Dampak kehamilan dan aktivasi reseptor yang teraktivasi oleh proliferator peroksisom
(PPAR) terhadap pemodelan-ulang arteriol yang mempenetrasi otak. Arterior yang mempenetrasi
otak terisolasi pada kelompok subjek penelitian yang tidak hamil (NP), kelompok kendali yang hamil-
tua (LP), dan NP yang ditangani dengan rosiglitazone agonis PPAR selama 3 minggu untuk meniru
kondisi kehamilan (NP + Rosi), atau LP yang ditangani dengan inhibitor/ penghambat PPAR
GW9662 (LP + GW9662) selama paruh terakhir kehamilan yang digunakan untuk mengukur diameter
lumen dan ketebalan dinding dengan kondisi yang bertekanan. (A) Tekanan pasif versus kurva
diameter arteri-arteri serebral (pial) pada tikus yang tidak hamil dan tikus yang hamil-tua. Kehamilan
tidak mempengaruhi ukuran luminal arteri serebral. (B) Arteriol yang mempenetrasi otak pada LP dan
NP yang diberikan rosiglitazone ternyata memiliki diameter lumen yang secara signifikan lebih besar
dibandingkan dengan subjek kendali yang tidak hamil dan hewan yang hamil-tua yang diberi
++
GW9662: *p<0,05 versus NP; p<0,01 versus LP + GW. (C) Ketebalan dinding secara signifikan
menurun pada arteriole yang mempenetrasi selama kehamilan dan aktivasi PPAR. **p<0,01 versus
NP; p < 0,01 versus LP + GW. Dengan demikian, kehamilan dan aktivasi PPAR dapat
++
menyebabkan pemodelan ulang hipotrofik keluar pada arteriol yang mempenetrasi otak. (D) Tekanan
aktif versus kurva diameter akan arteriol yang mempenetrasi menunjukkan bahwa semua pembuluh
darah memiliki reaktivitas miogenik di dalam tekanan autoregulator yang berkisar dari 25 sampai 100
mmHG, kemudian mengalami dilatasi yang terkondisikan. Arteriole dari LP dan hewan yang tidak
hamil yang diberikan rosiglitazone memiliki lumen yang lebih besar dibandingkan dengan hewan
++
yang tidak hamil dan hewan yang hamil tua yang diberikan GW9662. **p<0,01 versus NP; p<0,01
Gambar 6. Diagram ringkas adaptasi vaskular serebral selama terjadinya kehamilan dan dampak akan
hipertensi akut. (A) Arteri serebral dan arteriol pada kondisi tidak hamil. (B) Selama kehamilan,
arteriol yang mempenetrasi akan mengalami pemodelan-ulang hipotrofik keluar karena pengaruh
aktivasi reseptor yang teraktivasi oleh proliferator peroksisom (PPAR) yang meningkat selama
terjadinya kehamilan. Selain terhadap pemodelan arteriol keluar pada otak, denistas kapiler pun
meningkat. (C) Selama hipertensi akut, seperti halnya yang terjadi selama preeklampsia dan
eklampsia yang parah, dilatasi yang dipaksakan pada arteri serebral yang besar akant terjadi, hal ini
menurunkan resistensi vaskular dan memungkinkan transmisi tekanan hidrostatis yang lebih besar lagi
(Ph) terhadap aliran arteriol dan kapiler. Karena arteriol mengalami pemodela-ulang hipotrofik keluar,
tekanan dinding pun secara signifikan meningkat, hal ini merupakan pengaruh yang dapat
meningkatkan peningkatan permeabilitas dan juga pecahnya pembuluh darah serta pendarahan
(digambarkan dengan tanda panah yang berwarna hitam). Peningkatan pada tekanan hidrostatis juga
terjadinya pembentukan edema yang lebih tinggi selama kehamilan karena adanya penurunan
resistensi vaskular dan peningkatan volume vaskular serta densitas kapiler. Sebagian diterbitkan pada
dan ditiru oleh aktivasi PPAR pada hewan yang tidak hamil, hal ini menunjukan
bahwa aktivasi PPAR yang meningkat selama kehamilan merupakan penyebab akan
kami menginvestigasi peranan hormon peptida relaksin pada aktivasi PPAR dan
kadar relaksin adalah tinggi selama kehamilan dan diketahui dapat mengaktifkan
PPAR pada sel di dalam jaringan. Penanganan dengan pemberian relaksin pada
pemodelan-ulang keluar PA yang selektif, hal yang sama pada kehamilan, yang
dicegah oleh penghambatan PPAR. Dengan demikian, diduga bahwa relaksin dapat
menjadi salah satu pengaktivasi endogen PPAR yang meningkat selama kehamilan.
Densitas kapiler juga terdampak oleh kehamilan pada beberapa wilayah. Pada
meningkatkan densitas kapiler. Peningkatan jumlah kapiler sama pada hewan yang
tidak hamil melalui aktivasi PPAR dengan rosiglitazon, namun tidak tercegah
dengan menggunakan penghambatan PPAR selama hari ke-10 kehamilan. Adalah
yang terlambat akan tidak mempengaruhi angiogenesis. Hal yang sama pada
hipertensi akut.
Inervasi Perivaskular
tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap CBF ketika subjek penelitian diam.
Namun, pada kondisi patologis, syaraf-syaraf ini memiliki peranan yang lebih
penting. Sebagai contoh, selama hipertensi akut, aktifitas syaraf simpatetik memiliki
arteri dural dan pial selama terjadinya kondisi migrain, dan stimuli yang merugikan.
terjadi pada saat preeklampsia/ eklampsia, dan sakit kepala yang parah dan kronis
mengandung peptida yang berkaitan dengan gen kalsitonin pada PCA, hal ini
menunjukan tidak ada pengaruh akan kehamilan terhadap inervasi arteri pial
(Gambar 7). Akibat dari peningkatan syaraf yang mengandung CGRP selama
kenyataannya, sakit kepala merupakan gejala neurologis yang paling umum pada
kondisi-kondisi ini. Selain itu, wanita yang mengalami migrain sering mengalami
gejala-gejala yang hilang pada saat hamil, yang dimana hal ini mungkin berkaitan
dengan perubahan pada inervasi trigeminal selama kehamilan. Perlu diketahui bahwa
hanya PCA yang diteliti, bukanlah pembuluh dural, yang merupakan salah satu
sedikit syaraf yang mengandung CGRP pada PCA pada tikus jantan.
Gambar 7. Pengaruh kehamilan terhadap inervasi perivaskular arteri serebral. Fotomikrograf (10 x)
arteri serebral posterior yang diberi pewarna untuk serat syaraf yangmengandung peptida yang
berkaitan-dengan-gen kalsitonin (CGRP) pada (A) tikus yang tidak hamil, (B) tikus yang hamil tua,
(C) tikus pasca persalinan, dan (D) tikus jantan. (E) Densitas syaraf rata-rata CGRP perivaskular,
produk gen protein 9,5 (PGP 9,5)- dan syaraf yang mengandung tirosin-hidroksilase (TH) pada
seluruh segmen arteri serebral posterior dari tikus yang tidak hamil (NP), tikus yang hamil tua (LP),
tikus pascapersalinan (PP) dan tikus jantan. Densitas syaraf diekspresikan per mikron kuadrat pada
dinding vaskular. Kehamilan dan jenis kelamin jantan tidak memiliki pengaruh terhadap inervasi total
(PGP 9,5) atau inervasi simpatetik (TH); namun, inervasi serat syaraf yang mengandung CGRP pada
arteri serebral posterior dianggap lebih tinggi pada hewan yang hamil-tua, sedangkan arteri pada tikus
jantan hanya sedikit memiliki serat yang mengandung CGRP. *p <0,01 versus PGP, **p<0,01 versus
TH, p<0,05 versus TH, +p<0,05 versus CGRP jantan. Terakhir, versi definitif makalah ini telah
diterbitkan pada Reproduct Sci 2008;15:411-419 oleh SAGE Publications Ltd/SAGE Publications,
Vena Serebral
Selain pada arteri serebral, vena serebral juga memliki peranan yang penting di
arterial vaskulatur, 70 sampai 80% volume darah ada pada sisi vena. Dengan
demikian, perubahan pada aliran vena keluar dapat secara signifikan mempengaruhi
volume darah serebral dan tekanan intrakranial. Selain itu, thrombosis vena serebral
resiko beberapa komplikasi yang berhubungan dengan vena serebral, hal ini
mencakup trombosis vena intrakranial, stroke, dan pendarahan serebral, hal ini
sebagian disebabkan oleh kehamilan yang menjadi suatu kondisi terhiperkoagulasi.
Namun, bagaimana kehamilan dapat merubah vena serebral selain efeknya terhadap
mempengaruhi vena Galen serebral, yaitu suatu vena dari sistem vena dalam. Vena
yang besar ini mengkondisikan aliran dari area medial diencefalon, ganglia basal,
otak tengah, aspek medial bagian serebral, dan korpus kalosum. Dengan demikian,
hal ini memiliki peranan yang besar di dalam otak. Vena ini dikelilingi oleh lapisan
sel-sel otot polos yang besar dan memiliki tingkat basal yang rendah, tonal yang
terpicu-tekanan (4 sampai 6%) pada kondisi tidak hamil yang dapat menurun selama
terjadinya kehamilan menjadi hanya 1 sampai 2% saja (Gambar 8). Penurunan tona
ini memliki diameter yang lebih besar. Namun, peningkatan diameter lumen tidaklah
hanya disebabkan oleh penurunan tonal selama kehamilan. Pada kondisi pasif, vena
Galen juga lebih besar dengan dinding vaskular yang secara signifikan lebih tipis
yang dimana hal ini akan meningkatkan tekanan dinding vaskular. Dengan demikian,
kehamilan, hal ini sama dengan PA. Hal tentang apakah pemodelan-ulang vena
Galen yang dipicu oleh kehamilan ini disebabkan oleh aktivasi PPAR atau relaksin
atau tidak adalah hal yang belum sepenuhnya dipahami. Namun, pembesaran vena
serebral selama kehamilan dapat meningkatkan stasis atau penggabungan vena, hal
ini merupakan suatu pengaruh yang dapat dipicu oleh peningkatan koagulasi. Selain
itu, tekanan dinding vena yang meningkat selama kehamilan juga dapat
meningkatkan resiko pecah atau rusak, terutama pada kondisi hipertensif. Adalah
penting untuk diingat bahwa tidaklah diketahui pengaruh apa yang terjadi pada vena
serebral lain selama kehamilan seperti contohnya pada vena parenkhimal dan venula
yang merupakan pemicu terjadinya pendarahan petekhial yang terjadi pada kondisi
eklampsia.
Endotelium serebral yang meliputi BBB secara struktural dan fungsional berbeda
dari endotelium diluar CNS yang dimana mengandung taut kedap resistensi listrik
yang tinggi yang tidak hanya membatasi fluks paraselular namun juga ion. Hal ini
hidrostatik untuk mengendalikan filtrasi transvaskular, hal ini karena ion merupakan
susunan yang jumlahnya lebih banyak dari protein. BBB juga tidak mengandung
fenestrasi dan memiliki transport transelular yang rendah jika dibandingkan dengan
endotelium di tepi. Terakhir, jalur banyak protein, termasuk didalamnya sitokin dan
berupa influks ataupun efluks. Sifat-sifat ini memberikan interface yang teregulasi
antara darah dan otak, dan ini menjadi pelindung terhadap edema vasogenik dan
Adaptasi BBB selama kehamilan menjadi hal yang menarik bagi para peneliti karena
plasenta memproduksi sitokin dalam jumlah yang banyak (contohnya TNF) dan
yang didalamnya mencakup permeabilitas BBB terhadap air dan larutan. Disamping
secara normal berkembang sesuai perkembangan usia kehamilan, dan hal ini
menunjukan bahwa terdapat adaptasi BBB pada saat terjadinya kehamilan yang
membatasi dampak dari faktor-faktor ini. Kedua, hipertensi dapat memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap permeabilitas BBB dan hal ini adalah kondisi yang umum
stadium dini dan sindrom HELLP dapat mengakibatkan beberapa penyakit yang
gangguan BBB sebagai etiologi sentral. Namun, beberapa wanita yang mengalami
preeklampsia dan sindrom HELLP biasanya memiliki tekanan darah yang normal
dan tidak mengalami gejala sebelum kehamilan, hal ini menunjukan bahwa
kehamilan saja dapat mempengaruhi BBB pada kondisi-kondisi seperti ini. Terakhir,
gangguan BBB juga memiliki peranan yang penting dalam hal kemunculan kondisi
sawan pada saat kehamilan. Pada kenyataannya, penjelasan utama akan gejala-gejala
neurologis memiliki kaitan dengan eklampsia, terutama sawan, adalah hal tersebut
demikian, tentang kehamilan yang dapat merubah permeabilitas BBB pada kondisi-
kondisi normal, dan juga respon terhadap hipertensi akut, adalah penting untuk
Gambar 8. Dampak kehamilan terhadap diameter aktif dan tonus vena serebral. (A) Tekanan aktif
versus kurva diameter untuk vena serebral pada tikus yang tidak hamil (NP) dan tikus yang hamil-tua
(LP). Vena dari hewan yang hamil tua (kotak terbuka, n = 11) memiliki diameter yang secara
signifikan lebih besar dibandingkan dengan vena pada hewan yang tidak hamil (lingkaran tertutup, n =
13) pada semua tekanan. (B) Persentase tonus vena yang terpicu-tekanan secara signifikan lebih tinggi
pada hewan yang tidak hamil dibandingkan dengan hewan yang hamil pada semua tekanan. *p<0,05
versus NP, **p<0,01 versus NP; #p<0,05 versus 10 mmHg pada hewan yang hamil-tua. Sebagian
telah diterbitkan pada J Cereb Blood Flow & Metab oleh Van der Wijk dkk.
Air
hipertensi akut dibandingkan dengan kondisi tidak hamil. Model in situ permeabilitas
BBB telah digunakan bersamaan dengan hipertensi akut untuk menunjukan bahwa
dan arteri pial serebral yang tertekan pun diukur pada tikus yang tidak hamil dan
pada tikus yang sedang hamil-tua untuk mengetahui apakah kehamilan dapat
diasumsikan bahwa arteri pial tidak mengandung sifat-sifat BBB, resistensi listrik
transendotelial telah diukur pada arteri pial serebral dan diketahui memiliki susunan
~1500-cm2, hal ini mengindikasikan BBB yang ketat dengan permeabilitas ion
yang rendah. Ketika permeabilitas BBB terhadap Lucifer Yellow diukur pada PCA
susunan ketiga pada tikus yang hamil tua dan tikus yang tidak hamil sebagai respons
permeabilitas dengan tekanan > 180mmHg, dengan PCA pada hewan yang sedang
hamil-tua memiliki permeabilitas yang lebih tinggi dibandingkan pada hewan yang
tidak hamil yaitu 200mmHg, suatu tekanan yang tidak akan secara normal terlihat
pada pembuluh darah ini bahkan ketika terjadi hipertensi akut (Gambar 9C) Dari
selama hipertensi akut sepertinya disebabkan oleh CVR yang menurun dan volume
peningkatan densitas kapiler. Selain itu, ekspresi protein taut kedap pada arteri
serebral pada tikus yang tidak hamil dan pada tikus yang hamil-tua tidaklah berbeda,
juga hal ini menunjukan bahwa permeabilitas paraselular tidaklah meningkat selama
pada hewan yang hamil-tua. Lp dan Jv/S merupakan parameter yang penting yang
berkaitan dengan pergerakan air melalui dinding vaskular sebagai respon terhadap
tekanan hidrostatis. Hal yang sama pada permeabilitas larutan, tidaklah terdapat
Salah satu faktor pertumbuhan yang paling penting untuk kehamilan yang sehat
adalah VEGF. VEGF ini diproduksi pada beragam sel dengan tingkat yang tinggi
endotelial, dan vasodilasi melalui interaksi yang kompleks antara VEGF dengan dua
reseptornya, yaitu tirosin kinase 1 yang mirip FMS (Flt 1) atau reseptor VEGF 1
(VEGFR1) dan kinase liver janin 1 (Flk1) atau reseptor VEGF 2 (VEGFR2). Pada
bantalan vaskular. Pada vena serebral, ekspresi mRNA VEGF juga meningkat tiga
kali lipat dibandingkan dengan pada kondisi tidak hamil, tanpa peningkatan pada
reseptor VEGFR1, VEGFR2, atau neuropilin (Gambar 10A dan 10B). Hal yang sama
aksinya. Ketika vena serebral diperfusikan dengan plasma pada hewan yang tidak
hamil, VEGF akan memicu peningkatan permeabilitas BBB secara signifikan.
Namun, ketika vena serebral pada tikus yang hamil-tua diperfusikan dengan plasma
permeabilitas BBB (Gambar 10C). Kurangnya permeabilitas yang dipicu oleh VEGF
pun terjadi walaupun terjadi peningkatan ekspresi VEGF setingkat tiga kali lipat
pencegahan permeabilitas yang dipicu oleh VEGF, hal ini diketahui dengan
memperfusikan vena pada hewan yang tidak hamil dimana hal tersebut tidak
hewan yang hamil-tua, dan hal ini diketahui dapat mencegah peningkatan
larutan Flt1 (sFlt1) merupakan kandidat yang paling kuat. Pada kenyataannya, selain
sFlt1 terhadap plasma non-hamil dapat mencegah permeabilitas yang dipicu oleh
VEGF sama dengan plasma hamil-tua (Gambar 10D). SFlt1 secara signifikan
meningkat pada sirkulasi maternal/ ibu selama kehamilan dan mengendalikan aksi
salah satu adaptasi yang paling penting yang terjadi selama kehamilan karena hal
untuk membandingkan permeabilitas BBB pada tikus yang hamil (NP) dan pada tikus yang hamil-tua
(LP) setelah hipertensi akut (HTN) yang dipicu dengan pemberian fenifefrin. Kehamilan berkaitan
dengan peningkatan permeabilitas BBB yang signifikan terhadap sodium fluoresein (NaFl) (A) dan
dekstran Texas Red 70-kDa (B). Arteri serebral terisolasi digunakan untuk mengukur permeabilitas
BBB terhadap Lucifer yellow (LY) sebagai respon terhadap perubahan yang sama pada tekanan
hidrostatik (C) dan ekspresi protein taut kedap (D). Arteri dari hewan yang hamil tua dan dari hewan
yang tidak hamil cukup meningkatkan permeabilitas sebagai respon terhadap tekanan; namun,
peningkatan ini lebih tinggi terjadi pada hewan yang hamil tua dibandingkan dengan pada hewan yang
tidak hamil, dan perbedaan peningkatan ini terjadi hanya pada tekanan yang lebih tinggi. Tidak
++
terdapat perubahan dalam ekspresi mRNA protein taut kedap. *p<0,05 versus NP HTN. p<0,01
Kadar atau tingkat sFlt1 yang terlalu meningkat selama kehamilan telah terimplikasi
terlalu signifikan dari sirkulasi maternal, hal ini dapat menyebabkan disfungsi
endotelial. Namun, pada sirkulasi serebral, kadar sFlt1 yang tinggi tidak akan
protektif yang sama terhadap permeabilitas yang dipicu oleh VEGF seperti halnya
kadar sFlt1 yang diproduksi selama kehamilan normal (Gambar 10D). Adalah
mungkin dimana periode paparan yang lebih lama terhadap sFlt1 yang terlalu banyak
secara in vivo dapat menyebabkan disfungsi BBB yang serupa terhadap endotelium
normal memiliki kaitan dengan jumlah hormon dan sitokin yang tinggi yang
menyebabkan kondisi inflamasi tepi/ periferal yang ringan. Produksi sitokin pro-
Namun, inflamasi periferal dapat mempengaruhi otak dan dapat menyebabkan sawan
karena laluan leukosit yang teraktivasi melalui BBB, aktivasi mikroglia, dan
irisan/ potongan hiopkampal, dimana potongan/ irisan yang secara normal tumbuh
digantikan oleh serum dari tikus yang tidak hamil atau tikus yang hamil-tua. Serum
hamil-tua menyebabkan hipereksitabilitas neuron ketika diukur, dan pada serum non-
hamil hal ini tidaklah terjadi. Hipereksitabilitas neuronal sebagai respon terhadap
paparan dari serum hamil-tua memiliki hubungan dengan aktivasi mikroglial dan
meningkat pada serum hewan yang hamil-tua, hal ini menunjukkan bahwa faktor
yang bersirkulasi yang lain di dalam serum mengaktivasi mikroglia dan produksi
TNF untuk menyebabkan hipereksitabilitas. Faktor yang mendasari hal ini belumlah
sepenuhnya dipahami.
Satu aspek yang penting penelitian ini adalah bahwa hewan yang hamil dimana
serum diambil tidaklah mengalami sawan, hal ini menunjukan bahwa BBB memiliki
peran yang penting di dalam melindungi otak dari serum yang dapat menyebabkan
sawan selama kehamilan. Adalah mungkin bahwa BBB beradaptasi ke tingkat faktor
sirkulasi yang tinggi selama periode kehamilan untuk mencegah laluan ke otak dan
lain, BBB dapat secara cukup terlengkapi untuk menangani peningkatan faktor-
temuan ini dapat berhubungan dengan ~20% wanita yang mengalami sawan yang
tidak diketahui penyebabkan selama mengalami kehamilan normal, dan para wanita
ini tidaklah terdiagnosa memiliki preeklampsia. Adalah mungkin bahwa pada kasus-
kasus ini apakah adaptasi terhadap faktor-faktor ini tidak cukup atau
transporter/reseptor BBB kalah oleh kadar serum yang dapat menyebabkan kondisi
sawan.
Gambar 10. Peranan faktor-faktor yang bersirkulasi di dalam adaptasi sawar darah-otak (BBB)
terhadap faktor pertumbuhan endotelial vaskular (VEGF) selama kehamilan. (A) Ekspresi mRNA
relatif VEGF pada vena serebral dari tikus yang tidak hamil dan tikus yang hamil-tua melalui qPCR.
Ekspresi VEGF secara signifikan meningkat selama kehamilan pada vena serebral. (B) Ekspresi
mRNA relatif VEGFRs: VEGFR1 (Flt1), VEGFR2 (Flk1), dan neuropilin pada vena serebral dari
tikus yang tidak hamil dan tikus yang hamil-tua melalui qPCR. Tidak terdapat perubahan ekspresi
VEGFR dengan kehamilan (*p < 0,05 versus tidak hamil). (C) Permeabilitas BBB sebagai respon
terhadap VEGF 50 ng/mL pada vena serebral dari tikus yang tidak hamil (NP V) diperfusikan dengan
plasma NP (NPpi) dan vena dari tikus yang hamil-tua (LPv) yang diperfusikan dengan plasma LP
(LPpl). (D) Permeabilitas yang terpicu VEGF dicegah pada pembuluh LP yang diperfusikan dengan
plasma LP. Kurangnya respon terhadap VEGF selama kehamilan disebabkan oleh faktor-faktor yang
bersirkulasi yang ada pada plasma LP karena plasma LP yang diperfusikan pada vena serebral dari
tikus yang tidak hamil dicegah oleh sFlt1 pada kadar 50 ng/mL dan 500 ng/mL, hal ini menunjukan
bahwa sFlt1 merupakan satu faktor yang bersirkulasi yang penting yang dilepaskan selama kehamilan
yang mengendaliikan permeabilitas yang dipicu oleh VEGF (**p<0,01 versus semuanya). Sebagian
saluran yang memfasilitasi pergerakan air, gliserol, dan larutan lainnya yang
otak dan terlokalisasi pada kaki ujung astrositik yang mengelilingi pembuluh-
edema otak telah didemonstrasikan dengan menggunakan tikus yang DNA nya telah
direkayasa untuk AQP4 dan sintrofin-, yaitu suatu protein membran yang
melekatkan AQP4 pada ujung kaki astrositik. Pada tikus yang DNA nya sudah
meningkatkan intensitas edema. Selain itu, tikus yang DNA nya sudah direkayasa
AQP4 diketahui memiliki edema sitotoksik yang menurun setelah stroke iskemik dan
hiponatremia akut. Dengan demikian, AQP4 dapat meregulasi kandungan air otak
yang dapat menyebabkan cedera otak. Protein AQP4 dan mRNA secara signifikan
meningkat pada otak selama kehamilan dengan puncaknya pada pertengahan masa
kehamilan dibandingkan dengan kondisi di masa kehamilan-tua dan atau pada saat
pasca persalinan. Akibat dari AQP4 yang meningkat di otak selama kehamilan
AQP4 yang meningkat selama kehamilan yang terlibat di dalam pembentukan edema
sebagai respons terhadap hipertensi akut belumlah sepenuhnya dipahami. Satu aspek
yang penting akan AQP4 di otak adalah bahwa AQP4 dapat mempengaruhi ambang
batas sawan. Tikus yang DNA nya direkasaya AQP4 memliki ambang batas sawan
yang lebih tinggi, hal ini menunjukan bahwa kondisi-kondisi yang meningkatkan
diukur, namun hal ini secara potensial merupakan adaptasi yang penting selama
PERSPEKTIF
Kehamilan memiliki suatu tantangan yang unik terhadap otak dan sirkulasi otak yang
berbeda dengan organ-organ yang lain. Ketika sistem organ yang lain mengalami
bertujuan untuk menjaga konstansi relatif dalam hal peningkatan volume plasma
yang dan CO yang tinggi. Namun, sirkulasi serebral tidaklah berubah selama
kehamilan. Sama halnya dengan bantalan vaskula lainnya, sirkulasi serebral adalah
lebih sensitif terhadap pengaruh LPS dan mengalami peningkatan ekspresi iNOS dan
besar tidaklah mengalami perubahan yang substansial dalam hal struktur ataupun
vaskular, yang dimana hal ini dapat meningkatkan resiko edema atau pendarahan
selama peningkatan tekanan darah yang berlebihan, hal ini seperti yang terlihat pada
kasus preeklampsia dan eklampsia yang parah. Selain itu, peningkatan densitas
kapiler juga dapat berperan untuk meningkatkan filtrasi transvaskular sebagai respon
terhadap tekanan hidrostatik yang meningkat dan dapat menjadi penyebab akan
peningkatan pembentukan edema yang terjadi pada hewan yang hamil selama
hipertensi akut. Pembesaran PA dan densitas kapiler yang lebih tinggi di otak
tekanan yang lebih rendah dapat menjadi suatu pelindungan dari cedera hipoksis/
iskemik pada otak selama hipotensi hemoragik yang dapat terjadi ketika proses
persalinan. Kehamilan juga menurunkan regulasi AT1R dan PPAR pada sirkulasi
Walaupun ekspresi VEGF meningkat sebanyak tiga kali lipat pada vena serebral
selama kehamilan, peningkatan permeabilitas BBB yang dipicu oleh VEGF dicegah
merupakan salah satu adaptasi yang paling penting yang terjadi untuk mencegah
peningkatan permeabilitas dan membatasi laluan serum ke otak yang dapat
KONFLIK KEPENTINGAN