Anda di halaman 1dari 19

Tugas Biologi

CARA PEMBUATAN VAKSIN

UNTUK IMMUNISASI

Nama : Hadmawati

Kelas : XI.IA.2

Nis : 3277

SMA NEGERI 1 LILIRILAU


Tahun Pelajaran 2013/2014
CARA PEMBUATAN VAKSIN UNTUK IMMUNISASI
A. DEFINISI VAKSIN / IMUNISASI

Istilah '' vaksin '' berasal dari Edward Jenner 1796. Penggunaan istilah Vaksin
berasal dari bahasa latinvacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah bahan
antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit
sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau
liar. Vaksin cacar tidak dapat dipisahkan dari Edward Jenner (1749-1823).Jenner
menyusun tulisan ilmiahnya tentang kekebalan terhadap cacar pada manusia yang
pernah tertular cacar sapi.Ia juga melakukan survei nasional yang mendukung teorinya.
Sesudah penemuan Jenner diuji coba dan dikonfirmasi banyak ilmuwan vaksinasi cacar
mulai meluas di London untuk kemudian menyebar di Inggris, seluruh Eropa, dan
dunia.
Pasteur (1885) memperkenalkan cara penanggulangan penyakit akibat gigitan
tersangka rabies dengan menggunakan cara vaksinasi menggunakan vaksin anti rabies
(VAR). Secara umum vaksin adalah suatu bahan yang diyakini dapat melindungi
seseorang terhadap penyakit. Vaksin dibuat dari virus atau bakteri pathogen yang
menyebabkan terjadinya penyakit, pathogen inilah yang konon disuntikan kedalam
tubuh dengan harapan dapat membantu memerangi penyakit. Sehingga dapat juga
disimpulakan bahwa tujuan vaksin adalah suatu usaha untuk merangsang daya tahan
tubuh dengan memasukkan bibit penyakit yang dilemahkan dan dicampur dengan bahan
lain. Secara literal, imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal terhadap suatu
penyakit. Dengan demikian imunisasi berarti pengebalan terhadap suatu penyakit.
Prosedur pengebalan tubuh terhadap penyakit melalui teknik vaksinasi. Kata vaksin
itu sendiri berarti senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas atau
sistem kekebalan tubuh terhadap virus. Itulah sebabnya imunisasi identik dengan
vaksinasi. Vaksin terbuat dari virus yang telah dilemahkan dengan menggunakan bahan
tambahan seperti formaldehid dan thyrmorosal.

Dalam hal penyakit, lebih bijaksana untuk mencegah daripada mengobati.Salah


satu caranya adalah dengan memberikan vaksinasi.Vaksinasi sangat membantu untuk
mencegah penyakit-penyakit infeksi yang menular baik karena virus atau bakteri,
misalnya polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan), rubella (campak
Jerman), meningitis, tetanus, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), hepatitis,
dll.Vaksin memanfaatkan kemampuan alami tubuh untuk belajar bagaimana untuk
menghilangkan hampir semua penyebab penyakit kuman, atau mikroba, yang
menyerang tubuhdan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk
antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit. Tubuh
manusia yang terinfeksi akan mempelajari bagaimana merespon terhadap virus
tertentu di masa depan, sehingga infeksi tunggal, terutama dari virus yang relatif jinak,
biasanya mengajarkan tubuh bagaimana cara untuk merespon invasi tambahan dari virus
yang sama.(http://kadekdharmadyatmika.blogspot.com/2013/01/makalah-
biologi-vaksin_30.html)

Pada masa lalu pembuatan vaksin banyak menggunakan serum binatang, namun
kemudian penggunaan bahan ini dilarang karena dampak buruk yang ditimbulkan tidak
terbendung. Pada masa sekarang ini pembuatan vaksin dengan mengunakan virus dan
bakteri. Meurut ahli farmasi dan tanaman obat Universitas Indonesia Dr. Abdul
Munim, Apt. bahwa vaksinasi / imunisasi adalah usaha memancing daya tahan atau
pertahanan tubuh seseorang, sehingga dengan demikian vaksinasi / imunisasi tidak ada
hubunganya dengan peningkatan daya tahan tubuh. Seperti halnya obat, tidak ada
vaksin yang bebas dari risiko efek samping. Namun keputusan untuk tidak memberi
vaksin juga lebih berisiko untuk terjadinya penyakit atau lebih jauh menularkan
penyakit pada orang lain. (http://pasarherbaltop.blogspot.com/2012/02/vaksin-
dan-cara-pembuatannya.html)

B. BAHAN-BAHAN VAKSIN

Disebutkan bahwa materi yang digunakan sebagai bahan vaksin ada dua macam :

a) bahan alami, antara lain: enzim yang berasal dari babi, seline janin bayi, organ
bagian tubuh seperti: paru-paru, kulit, otot, ginjal, hati, thyroid, thymus, dan hati
yang diperoleh dari aborsi janin. Vaksin polio terbuat dari babi; atau campuran dari
ginjal kera, sel kanker manusia, dan cairan tubuh hewan tertentu antara lain serum
dari sapi atau nanah dari cacar sapi, bayi kuda atau darah kuda dan babi, dan ekstrak
mentah lambung babi, jaringan ginjal anjing, sel ginjal kera, embrio ayam, dan
jaringan otak kelinci.
b) Bahan yang berasal dari unsur kimia antara lain: merkuri, formaldehid, aluminium,
fosfat, sodium, neomioin, fenol, dan aseton.
(http://danusiri.dosen.unimus.ac.id/materi-kuliah/kebidanan/pandangan-
islam-tentang-imunisasi/)

Berikut bahan-bahan pembuat vaksin :

1. Alumunium, logam ini ditambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau garam
untuk mendorong anti body. Logam ini dikenal sebagai kemungkinan penyebab
kejang, penyakit Alzheimer, kerusakan otak, dan dementia (pikun). Menurut
pemerhati vaksin Australia bahan ini dapat meracuni darah, syaraf pernafasan,
mengganggu sistem imun dan syaraf seumur hidup. Alumunium digunakan pada
vaksin DPT dan Hepatitis B.

2. Benzetonium klorida, yaitu bahan pengawet yang belum dievaluasi untuk


konsumsi manusia dan banyak digunakan untuk vaksin anthrax.

3. Etilen Glikol, merupakan bahan utama anti beku yang digunakan pada beberapa
vaksin yaitu DPT, Polio, Hepatitis B sebagai bahan pengawet.

4. Formaldehida/Formalin, bahan ini menimbulkan kekhawatiran besar karena


dipakai sebagai karsinogen (zat pencetus kanker). Bahan ini dikenal sebagai bahan
pembalseman.

5. Gelatin, biasanya digunakan pada Vaksin Cacar Air dan MMR.

6. Glutamat, digunakan untuk menstabilkan beberapa vaksin panas, cahaya dan


kondisi lingkungan lainnya. Bahan Ini banyak ditemukan pada Vaksin Varicella.

7. Neomicin, antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman di dalam


perkembangbiakan vaksin. Bahan ini dapat menyebabkan gatal pada sebagian orang
dan biasanya terdapat pada Vaksin MMR dan Polio.

8. Fenol, bahan yang berasal dari tar batubara ini digunakan dalam produk bahan
pewarna. Bahan ini sangat berbahaya dan beracun.
9. Streptomisin, antibiotika ini dikenal menimbulkan reaksi alergi dan ditemukan
pada Vaksin Polio.

10. Timerosal, bahan ini adalah pengawet yang mengandung 50% etil merkuri.

Sementara itu pemerhati vaksin dari Australia juga mencatat adanya bahan-bahan lain
seperti :

1. Ammonium Sulfat, diduga dapat meracuni sistem pencernaan, hati, syaraf dan
sistem pernafasan.

2. Ampotericin B, sejenis obat yang digunakan untuk mencegah penyakit jamur.


Efek sampingya dapat menyebabkan pembekuan darah.

3. Kasein, perekat yang kuat, sering digunakan untuk merekatkan label pada botol.
Walaupun dihasilkan dari susu, namun di dalam tubuh protein ini dianggap sebagai
protein asing beracun.(
http://kadekdharmadyatmika.blogspot.com/2013/01/makalah-biologi-
vaksin_30.html)

C. EFEK VAKSINASI

Efek pemberian vaksinasi terhadap balita [bayi umur lima tahun ke bawah, selanjutnya
cukup disebut balita] berdasar laporan-laporan resmi secara garis besar ada dua macam:

1. Berbahaya. Conggres Amerika Serikat (AS) membentuk The National


Chilhoodvaccib injury act berkesimpulan vaksinasi menyebabkan luka dan
kematian. Dr. Wiliam Hay berkomentar, tidak masuk akal memikirkan bahwa
anda menyuntikkan nanah ke dalam tubuh anak kecil dan dengan proses tertentu
akan meningkatkan kesehatannya. WHO [World Health Organization], yaitu
organisasi kesehatan dunia menemukan bahwa anak yang divaksinasi campak
memiliki peluang 15 kali lebih besar unuk diserang campak. Banyak penelitian
medis mencatat kegagalan vaksinasi. Campak, gabag, polio, gondong juga terjadi
di pemukiman penduduk yang diimunisasi
2. Bermanfaat. Disimpulkan bahwa imunisasi merupakan sebab utama penurunan
jumlah penyakit. Dicatat oleh The Brithis Association for the Advancement of
Science menemukan bahwa di Amerika Serikat dan Enggris mengalami
penurunan penyakit sebanyak 80 % hingga 90 %. Umumnya di Indonesia seperti
kita alami, dulu ketika masih kecil yang bekas-bekasnya masih jelas hingga
sekarang, benar adanya menjadikan ada imunitas dalam tubuh kita. Jadi secara
real (nyata), imunisasi ada menfaatnya bagi kesehatan.

Disebutkan pula bahwa secara umum vaksinasi-imunisasi cukup aman karena


keuntungan perlindungan jauh lebih besar dari pada efek samping yang mungkin
ditimbulkan. Demikian laporan WHO [World Health Organization] tentang efek buruk
vaksinasi-imunisasi itu benar adanya. Akan tetapi, penelitian, penyempurnaan di bidang
kesehatan terus dilakukan sehingga efek buruk dari vaksinasi-imunisasi itu dapat
dikuramngi bahkan sekuat tenaga dinetralisir. Sehingga, perkembangan selanjutnya
terdapat penyempurnaan di berbagai unsur. Perkembangan selanjutnya, formula
vaksinasi-imunisasai lebih bagus, lebih halus, dan lebih aman, sehingga ada manfaatnya
bagi usaha meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia, termasuk balita bagi
vaksinasi-imunisasi mereka seperti: MMR , DPT, BCG, IPV, dan polio.
(http://danusiri.dosen.unimus.ac.id/materi-kuliah/kebidanan/pandangan-
islam-tentang-imunisasi/)

Dari penelitian, diketahui bahwa Antigen perlu disertai oleh zat-zat lain agar
kerjanya selalu optimal, kualitasnya terjaga dan harus sempurna. Antigen rentan sekali
rusak, sehingga itulah sebabnya mengapa semua vaksin wajib disimpan dalam suhu 2-8
C (bahkan vaksin Polio -20 C). Antigen ini harus dilengkapi dengan zat-zat
aditif/tambahan, seperti :

a. Adjuvants berfungsi memaksimalkan respons sistem imun tubuh. Antigen +


Adjuvant dikenali jauh lebih cepat oleh tubuh daripada Antigen saja. Adjuvant
yang paling sering digunakan antara lain garam aluminium.
b. Preservatives berfungsi untuk mencegah tumbuhnya bakteri/jamur selama
proses pembuatan vaksin. Namun tidak semua vaksin menggunakan
preservatives. Zat ini terutama digunakan di kemasan vaksin multidosis untuk
mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Saat ini, hanya ada 4 jenis
Preservatives yang diizinkan digunakan. Yang paling terkenal adalah Timerosal
(turunan merkuri).
c. Stabilizer berfungsi untuk menstabilkan vaksin saat berada pada kondisi
ekstrem, misalnya panas. Dosis yang digunakan amat kecil, yaitu < 10
mikrogram. Jenis-jenis Stabilizers antara lain: gula (sukrosa & laktosa), asam
amino (glisin, asam glutamat) atau protein (albumin, gelatin).

Saat proses kultur substrat untuk menumbuhkan bibit beberapa (tak semua)
vaksin, diperlukan penggunaan enzim Tripsin. Reaksi kimia tidak mungkin berjalan
tanpa bantuan Tripsin. Akibatnya proses produksi vaksin pasti gagal tanpa Tripsin. Dan
saat ini, satu-satunya tripsin yang bisa digunakan untuk proses ini bersumber dari organ
pankreas babi. Di sinilah letak perdebatannya.

Namun ada sebagian pendapat yang menyatakan, Sekali bersinggungan dengan


unsur dari babi, ya seterusnya akan tetap babi.

Sebagian ulama menyatakan vaksin tetap halal, karena beberapa pertimbangan :

1. karena tanpa vaksin, banyak penyakit infeksi mematikan. Disini poin manfaat
yang lebih besar daripada mudharat sangat diperhatikan. Dan selayaknya kita
mengingat proses ultrafiltrasi tadi.

2. Jikapun haram, vaksin dinyatakan halal karena pengganti Tripsin babi belum
ditemukan. Ini merupakan alasan kedaruratan, dan para ulama terus
menganjurkan untuk menemukan Tripsin non-babi yang sampai saat ini masih
terus diusahakan.

Perlu pula kita ketahui bahwa tidak semua vaksin menggunakan Tripsin babi.
Yang menggunakan antara lain : vaksin rotavirus (diare), beberapa merek vaksin flu,
merek-merek tertentu vaksin Meningitis (namun yg Indonesia gunakan tidak
mengandung) dan MMR. Vaksin juga tidak bertentangan dengan ajaran Islam/agama
manapun. Mayoritas ulama di seluruh dunia, termasuk dewan ulama di negara-negara
Islam, juga Arab Saudi, tidak ada yang mengharamkan vaksinasi.
(http://iluvimunisasi.wordpress.com/2012/07/24/komposisi-proses-
pembuatan-kehalalan-vaksin/)

D. PROSES PEMBUATAN VAKSIN


Pengembangan vaksin untuk melindungi manusia dari penyakit virus adalah
salah satu keunggulan dari pengobatan modern. Vaksin pertama diproduksi oleh Edward
Jenner pada tahun 1796 untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit cacar.
Jenner menyadari bahwa pemerah susu yang telah tertular cacar sapi, sebuah infeksi
yang relatif tidak berbahaya, menjadi tahan terhadap penyakit cacar, sebuah penyakit
manusia yang sering menjadi epidemi dengan angka kematian yang sangat tinggi.
Jenner berteori bahwa yang cacar sapi, penyakit hewan, tidak berbeda dengan
penyakit cacar. Dia menyimpulkan bahwa reaksi manusia terhadap suntikan virus cacar
sapi entah bagaimana mekanismenya akan mengajarkan tubuh manusia bagaimana
untuk menghadapi kedua virus ini sehingga tidak menyebabkan penyakit berat atau
kematian. Saat ini, penyakit cacar sudah benar-benar diberantas. Hanya dua sampel
beku dari virus ganas ini yang masih disimpan (satu di Amerika Serikat, yang lain di
Rusia). Pada pertengahan tahun 1995 ada perdebatan ilmiah yang serius tentang apakah
sampel akan dihancurkan, atau tetap disimpan untuk studi laboratorium lebih lanjut.
Virus terdiri dari sejumlah kecil RNA (asam ribonukleat) atau DNA (asam
deoksiribonukleat), bahan dalam semua sel hidup yang menginstruksikan sel bagaimana
untuk tumbuh dan berkembang biak. Virus tidak dapat mereproduksi dengan sendirinya,
tapi hanya dengan mengambil alih inti sel host dan memerintahkan sel untuk membuat
virus. Ketika virus berhasil menyerang organisme, virus itu mengambil alih proses
pertumbuhan sel dalam host.
Dalam keadaan biasa, tubuh manusia bereaksi terhadap invasi virus dengan
beberapa cara berbeda. Kekebalan secara umum terhadap virus dapat dikembangkan
oleh sel-sel dalam tubuh yang menjadi sasaran invasi virus. Dalam situasi ini, virus akan
dicegah agar tidak mendapatkan akses ke sel inang. Sebuah perlindungan yang lebih
umum adalah kemampuan tubuh untuk membuat sel-sel darah dan getah bening yang
merusak atau membatasi efektivitas dari serangan virus.
Seringkali, tubuh manusia yang terinfeksi akan mempelajari bagaimana
merespon terhadap virus tertentu di masa depan, sehingga infeksi tunggal, terutama dari
virus yang relatif jinak, biasanya mengajarkan tubuh bagaimana cara untuk merespon
invasi tambahan dari virus yang sama. Common cold, misalnya, disebabkan oleh satu
dari ratusan virus. Setelah sembuh dari pilek, kebanyakan orang resisten terhadap virus
tertentu yang menyebabkan flu tersebut, meskipun virus flu serupa masih akan
menyebabkan gejala yang sama atau identik. Untuk beberapa virus berbahaya,
seseorang mungkin bahkan sudah mengembangkan kekebalan terhadap virus tanpa
menampakkan gejala sakit sama sekali.

1. Keluarga Virus

Biasanya ada beberapa variasi atau strain dari virus tertentu. Tergantung pada jumlah
variasi, ahli biologi mengelompokkan virus sesuai jenis atau strainnya. Vaksin sering
dibuat dari lebih dari satu kelompok virus yang berkaitan. Reaksi pencegahan yang
timbul dengan vaksinasi multivalen mungkin akan menyebabkan kekebalan untuk
hampir semua varian kelompok virus, atau setidaknya untuk varian virus yang
seseorang lebih mungkin terkena. Pilihan spesifik dari kelompok virus untuk digunakan
dalam pembuatan vaksin ditentukan dengan hati-hati dan secara bersama-sama.

2. Proses Pembuatan Vaksin

Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan setelah tugas
yang berat untuk membuat vaksin potensial di laboratorium. Perubahan dari produksi
vaksin potensial dengan jumlah kecil menjadi produksi bergalon-galon vaksin yang
aman dalam sebuah situasi produksi sangat dramatis, dan prosedur laboratorium yang
sederhana tidak dapat digunakan untuk meningkatkan skala produksi.

3. Benih Virus

Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut benih). Virus
harus bebas dari kotoran, baik berupa virus yang serupa atau variasi dari jenis virus
yang sama. Selain itu, benih harus disimpan dalam kondisi ideal, biasanya beku, yang
mencegah virus menjadi lebih kuat atau lebih lemah dari yang diinginkan. Benih
disimpan dalam gelas kecil atau wadah plastik. Jumlah yang kecil hanya 5 atau 10
sentimeter kubik, mengandung ribuan hingga jutaan virus, nantinya dapat dibuat
menjadi ratusan liter vaksin. Freezer dipertahankan pada suhu tertentu. Grafik di luar
freezer akan mencatat secara terus menerus suhu freezer. Sensor terhubung dengan
alarm yang dapat didengar atau alarm komputer yang akan menyala jika suhu freezer
berada di luar suhu yang seharusnya.

4. Pertumbuhan Virus

Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu secara
hati-hati (misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah kecil sel virus
ditempatkan ke dalam pabrik sel, sebuah mesin kecil yang telah dilengkapi sebuah
media pertumbuhan yang tepat sehingga sel memungkinkan virus untuk berkembang
biak.
Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media tertentu, namun semua media
umumnya mengandung protein yang berasal dari mamalia, misalnya protein murni dari
darah sapi. Media juga mengandung protein lain dan senyawa organik yang mendorong
reproduksi sel virus. Penyediaan media yang benar, pada suhu yang tepat, dan dengan
jumlah waktu yang telah ditetapkan, virus akan bertambah banyak.
Selain suhu, faktor-faktor lain harus dipantau adalah pH. pH adalah ukuran
keasaman atau kebasaan, diukur pada skala dari 0 sampai 14. dan virus harus disimpan
pada pH yang tepat dalam pabrik sel. Air tawar yang tidak asam atau basa (netral)
memiliki pH 7. Meskipun wadah di mana sel-sel tumbuh tidak terlalu besar (mungkin
ukuran pot 4-8 liter), terdapat sejumlah katup, tabung, dan sensor yang terhubung
dengannya. Sensor memantau pH dan suhu, dan ada berbagai koneksi untuk
menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen untuk mempertahankan pH,
tempat untuk mengambil sampel untuk analisis mikroskopik, dan pengaturan steril
untuk menambahkan komponen ke pabrik sel dan mengambil produk setengah jadi
ketika siap.
Virus dari pabrik sel ini kemudian dipisahkan dari media, dan ditempatkan
dalam media kedua untuk penumbuhan tambahan. Metode awal yang dipakai 40 atau 50
tahun yang lalu yaitu menggunakan botol untuk menyimpan campuran, dan
pertumbuhan yang dihasilkan berupa satu lapis virus di permukaan media. Peneliti
kemudian menemukan bahwa jika botol itu berubah posisi saat virus tumbuh, virus bisa
tetap dihasilkan karena lapisan virus tumbuh pada semua permukaan dalam botol.
Sebuah penemuan penting dalam tahun 1940-an adalah bahwa pertumbuhan sel sangat
dirangsang oleh penambahan enzim pada medium, yang paling umum digunakan yaitu
tripsin. Enzim adalah protein yang juga berfungsi sebagai katalis dalam memberi makan
dan pertumbuhan sel.
Dalam praktek saat ini, botol tidak digunakan sama sekali. Virus yang sedang
tumbuh disimpan dalam wadah yang lebih besar namun mirip dengan pabrik sel, dan
dicampur dengan manik-manik, partikel mikroskopis dimana virus dapat
menempelkan diri. Penggunaan manik-manik memberi virus daerah yang lebih besar
untuk menempelkan diri, dan akibatnya, pertumbuhan virus menjadi yang jauh lebih
besar. Seperti dalam pabrik sel, suhu dan pH dikontrol secara ketat. Waktu yang
dihabiskan virus untuk tumbuh bervariasi sesuai dengan jenis virus yang diproduksi,
dan hal itu sebuah rahasia yang dijaga ketat oleh pabrik.
5. Pemisahan Virus

Ketika sudah tercapai jumlah virus yang cukup banyak, virus dipisahkan dari manik-
manik dalam satu atau beberapa cara. Kaldu ini kemudian dialirkan melalui sebuah
filter dengan bukaan yang cukup besar yang memungkinkan virus untuk melewatinya,
namun cukup kecil untuk mencegah manik-manik dapat lewat. Campuran ini
sentrifugasi beberapa kali untuk memisahkan virus dari manik-manik dalam wadah
sehingga virus kemudian dapat dipisahkan. Alternatif lain yaitu dengan mengaliri
campuran manik-manik dengan media lain sehingga mencuci manik-manik dari virus.

6. Memilih Strain Virus


Vaksin bisa dibuat baik dari virus yang dilemahkan atau virus yang dimatikan.
Pemilihan satu dari yang lain tergantung pada sejumlah faktor termasuk kemanjuran
vaksin yang dihasilkan dan efek sekunder. Virus yang dibuat hamper setiap tahun
sebagai respon terhadap varian baru virus penyebab, biasanya berupa virus yang
dilemahkan. Virulensi virus bisa menentukan pilihan; vaksin rabies, misalnya, selalu
vaksin dari virus yang dimatikan.
Jika vaksin dari virus dilemahkan, virus biasanya dilemahkan sebelum dimulai
proses produksi. Strain yang dipilih secara hati-hati dibudidayakan (ditumbuhkan)
berulang kali di berbagai media. Ada jenis virus yang benar-benar menjadi kuat saat
mereka tumbuh. Strain ini jelas tidak dapat digunakan untuk vaksin attenuated. Strain
lainnya menjadi terlalu lemah karena dibudidayakan berulang-ulang, dan ini juga tidak
dapat diterima untuk penggunaan vaksin. Seperti bubur, kursi, dan tempat tidur yang
disukai Goldilocks, hanya beberapa virus yang tepat mencapai tingkat atenuasi yang
membuat mereka dapat diterima untuk penggunaan vaksin, dan tidak mengalami
perubahan dalam kekuatannya. Teknologi molekuler terbaru telah memungkinkan
atenuasi virus hidup dengan memanipulasi molekul, tetapi metode ini masih langka.
Virus ini kemudian dipisahkan dari media tempat dimana virus itu tumbuh.
Vaksin yang berasal dari beberapa jenis virus (seperti kebanyakan vaksin)
dikombinasikan sebelum pengemasan. Jumlah aktual dari vaksin yang diberikan kepada
pasien akan relatif kecil dibandingkan dengan jumlah medium yang dengan apa vaksin
tersebut diberikan. Keputusan mengenai apakah akan menggunakan air, alkohol, atau
solusi lain untuk injeksi vaksin, misalnya, dibuat setelah tes berulang-ulang demi
keselamatan, steritilitas, dan stabilitas.
7. Pengontrolan Kualitas
Untuk melindungi kemurnian vaksin dan keselamatan pekerja yang membuat dan
mengemas vaksin, kondisi kebersihan laboratorium diamati pada seluruh prosedur.
Semua transfer virus dan media dilakukan dalam kondisi steril, dan semua instrumen
yang digunakan disterilisasi dalam autoklaf (mesin yang membunuh organisme dengan
suhu tinggi, dan yang berukuran sekecil kotak perhiasan atau sebesar lift) sebelum dan
sesudah digunakan.

Pekerja yang melakukan prosedur memakai pakaian pelindung yang meliputi gaun
Tyvek sekali pakai, sarung tangan, sepatu bot, jaring rambut, dan masker wajah.
Ruangan pabrik sendiri memakai AC yang khusus sehingga jumlah partikel di udara
minimal.

8. Proses Perizinan

Dalam rangka untuk peresepan obat untuk dijual di Amerika Serikat, produsen
obat harus memenuhi persyaratan lisensi yang ketat yang ditetapkan oleh hukum dan
diberlakukan oleh Food and Drug Administration (FDA). Semua obat yang diresepkan
harus menjalani tiga tahap pengujian, meskipun data dari fase kedua kadang-kadang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tahap ketiga.
Tahap 1 pengujian harus membuktikan bahwa obat aman, atau setidaknya tidak
ada efek yang tidak diinginkan atau tak terduga akan terjadi dari pemberiannya. Jika
obat dapat melewati tahap 1 pengujian, di samping harus diuji efektivitasnya (obat harus
memiliki efek apa yang seharusnya). Obat-obatan yang tidak berguna tidak dapat dijual,
atau yang membuat klaim untuk efek yang sebenarnya tidak dimiliki. Akhirnya, tahap 3
pengujian ini dirancang untuk mengukur efektivitas obat. Meskipun vaksin diharapkan
memiliki efektivitas hampir 100%, obat-obat tertentu mungkin dapat diterima bahkan
jika mereka mempunyai efektivitas yang minimal, asalkan dokter yang meresepkan
mengetahuinya.
Seluruh proses produksi ditelaah dengan hati-hati oleh FDA dengan mempelajari
catatan prosedur serta mengunjungi tempat produksi itu sendiri. Setiap langkah dalam
proses produksi harus didokumentasikan, dan produsen harus menunjukkan suatu
kontrol yang tetap untuk proses produksi. Ini berarti bahwa prsedur yang teliti harus
terjaga untuk setiap langkah dalam proses, dan harus ada instruksi tertulis untuk setiap
langkah dari proses. Kecuali dalam kasus-kasus kesalahan yang memilukan, FDA tidak
menentukan apakah setiap langkah dalam proses benar, tetapi hanya bahwa itu aman
dan cukup terdokumentasi dengan baik untuk dilakukan, seperti yang ditetapkan oleh
produsen.

9. Masa depan Vaksin

Memproduksi vaksin antivirus yang aman dan dapat dimanfaatkan melibatkan


sejumlah besar langkah yang, sayangnya, tidak selalu dapat dilakukan pada setiap virus.
Masih banyak yang harus dilakukan dan dipelajari. Metode baru dari manipulasi
molekul telah menyebabkan lebih dari satu ilmuwan meyakini bahwa teknologi vaksin
baru sekarang memasuki zaman keemasan. Perbaikan vaksin sangat mungkin
dilakukan di masa depan. vaksin Rabies, misalnya, menghasilkan efek samping yang
membuat vaksin tidak memuaskan untuk imunisasi masal, di Amerika Serikat, vaksin
rabies sekarang digunakan hanya pada pasien yang telah tertular virus dari hewan yang
terinfeksi dan mungkin bila tanpa imunisasi, menjadi penyakit yang fatal.
Virus HIV, saat ini tidak bisa dibuat dengan metode produksi vaksin tradisional.
Virus AIDS cepat bermutasi dari satu strain ke yang lain, dan setiap strain tampaknya
tidak memberikan kekebalan terhadap jenis lain. Selain itu, kendalanya, efek imunisasi
baik virus yang dilemahkan atau virus yang dibunuh tidak dapat diperlihatkan baik di
laboratorium ataupun pada hewan uji. Vaksin HIV belum berhasil dibuat.
(http://myhealing.wordpress.com/2010/12/02/proses-pembuatan-vaksi/)

E. MANFAAT VAKSIN

Dalam hal penyakit, lebih bijaksana untuk mencegah daripada mengobati.Salah


satu caranya adalah dengan memberikan vaksinasi.Vaksinasi sangat membantu untuk
mencegah penyakit-penyakit infeksi yang menular baik karena virus atau bakteri,
misalnya polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan), rubella (campak
Jerman), meningitis, tetanus, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), hepatitis, dll.
Sebenarnya setiap anak lahir dengan sistem kekebalan penuh terdiri dari sel,
kelenjar, organ, dan cairan yang berada di seluruh tubuhnya untuk melawan bakteri dan
virus yang menyerang.Sistem kekebalan mengenali kuman yang memasuki tubuh
sebagai penjajah asing, atau antigen, dan menghasilkan zat protein yang disebut
antibodi untuk melawan mereka.Suatu sistem kekebalan tubuh yang sehat dan normal
memiliki kemampuan untuk menghasilkan jutaan antibodi untuk membela serangan
terhadap ribuan antigen setiap hari.Mereka melakukannya-secara alami sampai-sampai
orang bahkan tidak menyadari mereka sedang diserang dan membela diri. Ketika
serangan sudah terlalu banyak dan tubuh tidak mampu bertahan, barulah orang akan
merasakan sakit atau berbagai gejala penyakit. Banyak antibodi akan menghilang ketika
mereka telah menghancurkan antigen menyerang, tetapi sel-sel yang terlibat dalam
produksi antibodi akan bertahan dan menjadi sel memori. Sel memori ini dapat
mengingat antigen asli dan kemudian mempertahankan diri ketika antigen yang sama
mencoba untuk kembali menginfeksi seseorang, bahkan setelah beberapa dekade
kemudian. Perlindungan ini disebut imunitas.
Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yang
menyebabkan penyakit, tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam keadaan
sudah dibunuh atau sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan ke dalam jaringan
lemak atau otot, antigen vaksin tidak cukup kuat untuk menghasilkan gejala dan tanda-
tanda penyakit, tetapi cukup kuat bagi sistem imun untuk menghasilkan antibodi
terhadap mereka. Sel-sel memori yang menetap akan mencegah infeksi ulang ketika
mereka kembali lagi berhadapan dengan antigen penyebab penyakit yang sama di
waktu-waktu yang akan datang. Dengan demikian, melalui vaksinasi, anak-anak
mengembangkan kekebalan tubuh terhadap penyakit yang mestinya bisa dicegah.
Keuntungan vaksin :
1. penyakit infeksi akan sulit mewabah
2. pengurangi biaya pegobatan
3. memperkecil penyebaran penyakit
4. Vaksinasi dapat mengurangi morbiditas dan menurunkan mortalitas
5. Mempunyai daya proteksi : vaksin yang diberikan harus mampu melindungi
penerima vaksin dari patogen.
6. Dapat melindungi penerima vaksin dalam jangka waktu yang lama
7. Mampu menimbulkan netralisasi oleh antibodi yang diberikan.
8. Mampu memberikan proteksi dengan meningkatkan respons imun sekuler terutama
pada patogen yang ultraseluler.
Kerugian vaksin :
1. bisa menimbulkan efek samping
2. dapat memperparah peyakit ketika disuntikkan pada orang yang sedang terserang
penyakit tersebut.

Namun perlu juga diingat bahwa karena vaksin berupa antigen, walaupun sudah
dilemahkan, jika daya tahan anak atau host sedang lemah, mungkin bisa juga
menyebabkan penyakit. Karena itu pastikan anak/host dalam keadaan sehat ketika akan
divaksinasi. Jika sedang demam atau sakit, sebaiknya ditunda dulu untuk
imunisasi/vaksinasi.
(http://kadekdharmadyatmika.blogspot.com/2013/01/makalah-biologi-
vaksin_30.html)

F. JENIS-JENIS VAKSIN YANG SERING DIGUNAKAN

Vaksin yang sering digunakan dalam program imunaisasi wajib atau yang dianjurkan
dibagi atas 4 golongan vaksin: Vaksin Hidup (Live Attenuated),Vaksin yang Tidak
Aktif (Inactivated),Vaksin Toksoid dan Vaksin Rekombinan.
a) Vaksin Hidup: berisi virus atau bakteri yang dilemahkan, dibuat dilaboratorium
dengan memodifikasikan kuman penyebab penyakit. Kuman yang dilemahkan
tersebut masih bisa berkembang (bereplikasi) dan menimbulkan kekebalan tapi tidak
membuat sakit seseorang. Contoh vaksin yang berisi virus hidup adalah Vaksin
Polio dan MMR. Vaksin yang berisi virus hidup contohnya Vaksin BCG, Vaksin
Campak, dan Vaksin Tifoid Oral (vivotif).
b) Vaksin yang tidak aktif (inactivated): berisikan virus atau bakteri yang dibuat
tidak aktif, dapat terdiri dari seluruh komponen kuman atau sebagian komponen
kuman. Contoh vaksin yang mengandung virus mati: Vaksin Influenza, Vaksin
Rabies, Vaksin Hepatitis A, Vaksin Hepatitis B. Sementara vaksin yang
mengandung bakteri mati: Vaksin Pertusis (batuk rejan), Vaksin HiB, Vaksin
Kolera, dan Vaksin Meningokokus.
c) Vaksin toksoid adalah vaksin yang dibuat dari racun (toksin) kuman yang
dilemahkan, contohnya adalah Vaksin untuk Tetanus dan Difteri.Kemajuan iptek
kedokteran memungkinkan vaksin dari hasil rekayasa genetika yang dikenal sebagai
vaksin rekombinan seperti :Vaksin Hepatitis B, Vaksin Tifoid dan Vaksin
Rotavirus.Selain pembagian golongan berdasarkan isi vaksin tadi, vaksin yang ada
juga bisa dibagi atasvaksintunggal dan vaksin kombinasi. Vaksin tunggalberisi
hanya 1 antigen/kuman yang dilemahkan, misalnyavaksin hepatitis B, vaksin
campak dan sebagainya. Sementara,
d) Vaksin kombinasi (combo vaccine) berisi beberapa antigen/kuman yang
dilemahkan, misalnya DPT yang dapat mencegah Difteri, Pertusis dan Tetanus.
Bahkan belakangan ada kecenderungan untuk membuat vaksin kombinasi yang
lebih banyak sampai 4 atau 5 antigen/kuman sehingga dengan 1 kali pemberian
vaksin dapat mencegah 4 atau 5 penyakit sekaligus, Contoh vaksin kombinasi
seperti ini : vaksin DPT digabung dengan hepatitis B atau HiB. Di Puskesmas
sudah dikenalkan vaksin kombo yaitu vaksin DPT yang digabung dengan
hepatitis B.
(http://kadekdharmadyatmika.blogspot.com/2013/01/makalah-biologi-
vaksin_30.html)

G. EFEK SAMPING DARI VAKSINASI

Seperti halnya obat, tidak ada vaksin yang bebas dari risiko efek samping.
Namun keputusan untuk tidak memberi vaksin juga lebih berisiko untuk terjadinya
penyakit atau lebih jauh menularkan penyakit pada orang lain. Resiko komplikasi serius
dari vaksin selalu jauh lebih rendah daripada risiko jika anak Anda jatuh sakit dengan
salah satu penyakit.
Vaksin terhadap Difteri, Tetanus, Batuk rejan, Polio dan Hib dapat
menyebabkan area merah dan bengkak di tempat vaksinasi. Hal ini akan hilang dalam
beberapa hari. Anak Anda mungkin mendapatkan demam pada hari suntikan dan hingga
10 hari kemudian.
Efek samping yang paling sering terkait dengan Vaksin Pneumokokus adalah
reaksi di tempat suntikan seperti rasa sakit, nyeri, kemerahan atau bengkak, demam dan
lekas marah. Anak Anda mungkin juga mengantuk. Vaksin MMR dapat menyebabkan
reaksi singkat yang dapat dimulai dari beberapa hari sampai tiga minggu setelah
vaksinasi. Anak Anda mungkin mendapatkan gejala-gejala ringan seperti penyakit yang
sedang divaksinasi, misalnya dingin, reaksi kulit, demam atau kelenjar ludah
membengkak. Penelitian intensif selama beberapa tahun terakhir telah menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara vaksin MMR dengan penyakit Crohn dan autis
belum terbukti. Efek samping yang paling sering berkaitan dengan Vaksin HPV adalah
rasa sakit, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan.
Vaksin Meningitis C mungkin mempunyai efek sebagai berikut.
Bayi: beberapa pembengkakan dan kemerahan di tempat suntikan diberikan.
Balita selama 12 bulan: beberapa pembengkakan dan kemerahan di tempat
suntikan diberikan. Sekitar satu dari empat anak mungkin telah terganggu tidur.
Anak-anak Pra-sekolah: sekitar 1 dalam 20 mungkin memiliki beberapa bengkak
di tempat suntikan. Sekitar 1 dalam 50 mungkin mengalami demam ringan dalam
beberapa hari vaksinasi.
Anak-anak dan remaja: sekitar satu dari empat mungkin memiliki beberapa
pembengkakan dan kemerahan di tempat injeksi. Sekitar 1 dalam 50 mungkin
mengalami demam ringan. Sekitar 1 dari 100 mungkin mengalami sakit pada lengan
yang diinjeksi, yang bisa berlangsung satu atau dua hari.
Efek samping umum lainnya antara lain adalah: sakit kepala, sakit otot atau
sendi, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan, demam, pusing, iritasi kulit, seperti
gatal dan ruam, gangguan usus, seperti mual dan muntah, diare, sakit perut.
(http://kadekdharmadyatmika.blogspot.com/2013/01/makalah-biologi-
vaksin_30.html)

H. JANGKA WAKTU VAKSINASI


o Difteri dan Tetanus : setidaknya selama 10 tahun, atau mungkin lebih lama
o Batuk Rejan : setidaknya selama tiga tahun. Namun, ini masih sedang dipelajari.
o Meningitis : perlindungan jangka panjang
o Polio : perlindungan seumur hidup
o Campak, mumps dan rubella (campak Jerman) : menawarkan perlindungan yang
tahan lama yang sangat mungkin seumur hidup.
o Meningitis C : menawarkan perlindungan yang tahan lama yang sangat mungkin
seumur hidup.
o Kanker Serviks : studi menunjukkan bahwa perlindungan berlangsung setidaknya
selama lima tahun. Penelitian lebih lanjut sedang berlangsung untuk membuktikan
apakah boosterakan dibutuhkan.
(http://kadekdharmadyatmika.blogspot.com/2013/01/makalah-biologi-
vaksin_30.html)

Anda mungkin juga menyukai