UNTUK IMMUNISASI
Nama : Hadmawati
Kelas : XI.IA.2
Nis : 3277
Istilah '' vaksin '' berasal dari Edward Jenner 1796. Penggunaan istilah Vaksin
berasal dari bahasa latinvacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah bahan
antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit
sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau
liar. Vaksin cacar tidak dapat dipisahkan dari Edward Jenner (1749-1823).Jenner
menyusun tulisan ilmiahnya tentang kekebalan terhadap cacar pada manusia yang
pernah tertular cacar sapi.Ia juga melakukan survei nasional yang mendukung teorinya.
Sesudah penemuan Jenner diuji coba dan dikonfirmasi banyak ilmuwan vaksinasi cacar
mulai meluas di London untuk kemudian menyebar di Inggris, seluruh Eropa, dan
dunia.
Pasteur (1885) memperkenalkan cara penanggulangan penyakit akibat gigitan
tersangka rabies dengan menggunakan cara vaksinasi menggunakan vaksin anti rabies
(VAR). Secara umum vaksin adalah suatu bahan yang diyakini dapat melindungi
seseorang terhadap penyakit. Vaksin dibuat dari virus atau bakteri pathogen yang
menyebabkan terjadinya penyakit, pathogen inilah yang konon disuntikan kedalam
tubuh dengan harapan dapat membantu memerangi penyakit. Sehingga dapat juga
disimpulakan bahwa tujuan vaksin adalah suatu usaha untuk merangsang daya tahan
tubuh dengan memasukkan bibit penyakit yang dilemahkan dan dicampur dengan bahan
lain. Secara literal, imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal terhadap suatu
penyakit. Dengan demikian imunisasi berarti pengebalan terhadap suatu penyakit.
Prosedur pengebalan tubuh terhadap penyakit melalui teknik vaksinasi. Kata vaksin
itu sendiri berarti senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas atau
sistem kekebalan tubuh terhadap virus. Itulah sebabnya imunisasi identik dengan
vaksinasi. Vaksin terbuat dari virus yang telah dilemahkan dengan menggunakan bahan
tambahan seperti formaldehid dan thyrmorosal.
Pada masa lalu pembuatan vaksin banyak menggunakan serum binatang, namun
kemudian penggunaan bahan ini dilarang karena dampak buruk yang ditimbulkan tidak
terbendung. Pada masa sekarang ini pembuatan vaksin dengan mengunakan virus dan
bakteri. Meurut ahli farmasi dan tanaman obat Universitas Indonesia Dr. Abdul
Munim, Apt. bahwa vaksinasi / imunisasi adalah usaha memancing daya tahan atau
pertahanan tubuh seseorang, sehingga dengan demikian vaksinasi / imunisasi tidak ada
hubunganya dengan peningkatan daya tahan tubuh. Seperti halnya obat, tidak ada
vaksin yang bebas dari risiko efek samping. Namun keputusan untuk tidak memberi
vaksin juga lebih berisiko untuk terjadinya penyakit atau lebih jauh menularkan
penyakit pada orang lain. (http://pasarherbaltop.blogspot.com/2012/02/vaksin-
dan-cara-pembuatannya.html)
B. BAHAN-BAHAN VAKSIN
Disebutkan bahwa materi yang digunakan sebagai bahan vaksin ada dua macam :
a) bahan alami, antara lain: enzim yang berasal dari babi, seline janin bayi, organ
bagian tubuh seperti: paru-paru, kulit, otot, ginjal, hati, thyroid, thymus, dan hati
yang diperoleh dari aborsi janin. Vaksin polio terbuat dari babi; atau campuran dari
ginjal kera, sel kanker manusia, dan cairan tubuh hewan tertentu antara lain serum
dari sapi atau nanah dari cacar sapi, bayi kuda atau darah kuda dan babi, dan ekstrak
mentah lambung babi, jaringan ginjal anjing, sel ginjal kera, embrio ayam, dan
jaringan otak kelinci.
b) Bahan yang berasal dari unsur kimia antara lain: merkuri, formaldehid, aluminium,
fosfat, sodium, neomioin, fenol, dan aseton.
(http://danusiri.dosen.unimus.ac.id/materi-kuliah/kebidanan/pandangan-
islam-tentang-imunisasi/)
1. Alumunium, logam ini ditambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau garam
untuk mendorong anti body. Logam ini dikenal sebagai kemungkinan penyebab
kejang, penyakit Alzheimer, kerusakan otak, dan dementia (pikun). Menurut
pemerhati vaksin Australia bahan ini dapat meracuni darah, syaraf pernafasan,
mengganggu sistem imun dan syaraf seumur hidup. Alumunium digunakan pada
vaksin DPT dan Hepatitis B.
3. Etilen Glikol, merupakan bahan utama anti beku yang digunakan pada beberapa
vaksin yaitu DPT, Polio, Hepatitis B sebagai bahan pengawet.
8. Fenol, bahan yang berasal dari tar batubara ini digunakan dalam produk bahan
pewarna. Bahan ini sangat berbahaya dan beracun.
9. Streptomisin, antibiotika ini dikenal menimbulkan reaksi alergi dan ditemukan
pada Vaksin Polio.
10. Timerosal, bahan ini adalah pengawet yang mengandung 50% etil merkuri.
Sementara itu pemerhati vaksin dari Australia juga mencatat adanya bahan-bahan lain
seperti :
1. Ammonium Sulfat, diduga dapat meracuni sistem pencernaan, hati, syaraf dan
sistem pernafasan.
3. Kasein, perekat yang kuat, sering digunakan untuk merekatkan label pada botol.
Walaupun dihasilkan dari susu, namun di dalam tubuh protein ini dianggap sebagai
protein asing beracun.(
http://kadekdharmadyatmika.blogspot.com/2013/01/makalah-biologi-
vaksin_30.html)
C. EFEK VAKSINASI
Efek pemberian vaksinasi terhadap balita [bayi umur lima tahun ke bawah, selanjutnya
cukup disebut balita] berdasar laporan-laporan resmi secara garis besar ada dua macam:
Dari penelitian, diketahui bahwa Antigen perlu disertai oleh zat-zat lain agar
kerjanya selalu optimal, kualitasnya terjaga dan harus sempurna. Antigen rentan sekali
rusak, sehingga itulah sebabnya mengapa semua vaksin wajib disimpan dalam suhu 2-8
C (bahkan vaksin Polio -20 C). Antigen ini harus dilengkapi dengan zat-zat
aditif/tambahan, seperti :
Saat proses kultur substrat untuk menumbuhkan bibit beberapa (tak semua)
vaksin, diperlukan penggunaan enzim Tripsin. Reaksi kimia tidak mungkin berjalan
tanpa bantuan Tripsin. Akibatnya proses produksi vaksin pasti gagal tanpa Tripsin. Dan
saat ini, satu-satunya tripsin yang bisa digunakan untuk proses ini bersumber dari organ
pankreas babi. Di sinilah letak perdebatannya.
1. karena tanpa vaksin, banyak penyakit infeksi mematikan. Disini poin manfaat
yang lebih besar daripada mudharat sangat diperhatikan. Dan selayaknya kita
mengingat proses ultrafiltrasi tadi.
2. Jikapun haram, vaksin dinyatakan halal karena pengganti Tripsin babi belum
ditemukan. Ini merupakan alasan kedaruratan, dan para ulama terus
menganjurkan untuk menemukan Tripsin non-babi yang sampai saat ini masih
terus diusahakan.
Perlu pula kita ketahui bahwa tidak semua vaksin menggunakan Tripsin babi.
Yang menggunakan antara lain : vaksin rotavirus (diare), beberapa merek vaksin flu,
merek-merek tertentu vaksin Meningitis (namun yg Indonesia gunakan tidak
mengandung) dan MMR. Vaksin juga tidak bertentangan dengan ajaran Islam/agama
manapun. Mayoritas ulama di seluruh dunia, termasuk dewan ulama di negara-negara
Islam, juga Arab Saudi, tidak ada yang mengharamkan vaksinasi.
(http://iluvimunisasi.wordpress.com/2012/07/24/komposisi-proses-
pembuatan-kehalalan-vaksin/)
1. Keluarga Virus
Biasanya ada beberapa variasi atau strain dari virus tertentu. Tergantung pada jumlah
variasi, ahli biologi mengelompokkan virus sesuai jenis atau strainnya. Vaksin sering
dibuat dari lebih dari satu kelompok virus yang berkaitan. Reaksi pencegahan yang
timbul dengan vaksinasi multivalen mungkin akan menyebabkan kekebalan untuk
hampir semua varian kelompok virus, atau setidaknya untuk varian virus yang
seseorang lebih mungkin terkena. Pilihan spesifik dari kelompok virus untuk digunakan
dalam pembuatan vaksin ditentukan dengan hati-hati dan secara bersama-sama.
Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan setelah tugas
yang berat untuk membuat vaksin potensial di laboratorium. Perubahan dari produksi
vaksin potensial dengan jumlah kecil menjadi produksi bergalon-galon vaksin yang
aman dalam sebuah situasi produksi sangat dramatis, dan prosedur laboratorium yang
sederhana tidak dapat digunakan untuk meningkatkan skala produksi.
3. Benih Virus
Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut benih). Virus
harus bebas dari kotoran, baik berupa virus yang serupa atau variasi dari jenis virus
yang sama. Selain itu, benih harus disimpan dalam kondisi ideal, biasanya beku, yang
mencegah virus menjadi lebih kuat atau lebih lemah dari yang diinginkan. Benih
disimpan dalam gelas kecil atau wadah plastik. Jumlah yang kecil hanya 5 atau 10
sentimeter kubik, mengandung ribuan hingga jutaan virus, nantinya dapat dibuat
menjadi ratusan liter vaksin. Freezer dipertahankan pada suhu tertentu. Grafik di luar
freezer akan mencatat secara terus menerus suhu freezer. Sensor terhubung dengan
alarm yang dapat didengar atau alarm komputer yang akan menyala jika suhu freezer
berada di luar suhu yang seharusnya.
4. Pertumbuhan Virus
Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu secara
hati-hati (misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah kecil sel virus
ditempatkan ke dalam pabrik sel, sebuah mesin kecil yang telah dilengkapi sebuah
media pertumbuhan yang tepat sehingga sel memungkinkan virus untuk berkembang
biak.
Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media tertentu, namun semua media
umumnya mengandung protein yang berasal dari mamalia, misalnya protein murni dari
darah sapi. Media juga mengandung protein lain dan senyawa organik yang mendorong
reproduksi sel virus. Penyediaan media yang benar, pada suhu yang tepat, dan dengan
jumlah waktu yang telah ditetapkan, virus akan bertambah banyak.
Selain suhu, faktor-faktor lain harus dipantau adalah pH. pH adalah ukuran
keasaman atau kebasaan, diukur pada skala dari 0 sampai 14. dan virus harus disimpan
pada pH yang tepat dalam pabrik sel. Air tawar yang tidak asam atau basa (netral)
memiliki pH 7. Meskipun wadah di mana sel-sel tumbuh tidak terlalu besar (mungkin
ukuran pot 4-8 liter), terdapat sejumlah katup, tabung, dan sensor yang terhubung
dengannya. Sensor memantau pH dan suhu, dan ada berbagai koneksi untuk
menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen untuk mempertahankan pH,
tempat untuk mengambil sampel untuk analisis mikroskopik, dan pengaturan steril
untuk menambahkan komponen ke pabrik sel dan mengambil produk setengah jadi
ketika siap.
Virus dari pabrik sel ini kemudian dipisahkan dari media, dan ditempatkan
dalam media kedua untuk penumbuhan tambahan. Metode awal yang dipakai 40 atau 50
tahun yang lalu yaitu menggunakan botol untuk menyimpan campuran, dan
pertumbuhan yang dihasilkan berupa satu lapis virus di permukaan media. Peneliti
kemudian menemukan bahwa jika botol itu berubah posisi saat virus tumbuh, virus bisa
tetap dihasilkan karena lapisan virus tumbuh pada semua permukaan dalam botol.
Sebuah penemuan penting dalam tahun 1940-an adalah bahwa pertumbuhan sel sangat
dirangsang oleh penambahan enzim pada medium, yang paling umum digunakan yaitu
tripsin. Enzim adalah protein yang juga berfungsi sebagai katalis dalam memberi makan
dan pertumbuhan sel.
Dalam praktek saat ini, botol tidak digunakan sama sekali. Virus yang sedang
tumbuh disimpan dalam wadah yang lebih besar namun mirip dengan pabrik sel, dan
dicampur dengan manik-manik, partikel mikroskopis dimana virus dapat
menempelkan diri. Penggunaan manik-manik memberi virus daerah yang lebih besar
untuk menempelkan diri, dan akibatnya, pertumbuhan virus menjadi yang jauh lebih
besar. Seperti dalam pabrik sel, suhu dan pH dikontrol secara ketat. Waktu yang
dihabiskan virus untuk tumbuh bervariasi sesuai dengan jenis virus yang diproduksi,
dan hal itu sebuah rahasia yang dijaga ketat oleh pabrik.
5. Pemisahan Virus
Ketika sudah tercapai jumlah virus yang cukup banyak, virus dipisahkan dari manik-
manik dalam satu atau beberapa cara. Kaldu ini kemudian dialirkan melalui sebuah
filter dengan bukaan yang cukup besar yang memungkinkan virus untuk melewatinya,
namun cukup kecil untuk mencegah manik-manik dapat lewat. Campuran ini
sentrifugasi beberapa kali untuk memisahkan virus dari manik-manik dalam wadah
sehingga virus kemudian dapat dipisahkan. Alternatif lain yaitu dengan mengaliri
campuran manik-manik dengan media lain sehingga mencuci manik-manik dari virus.
Pekerja yang melakukan prosedur memakai pakaian pelindung yang meliputi gaun
Tyvek sekali pakai, sarung tangan, sepatu bot, jaring rambut, dan masker wajah.
Ruangan pabrik sendiri memakai AC yang khusus sehingga jumlah partikel di udara
minimal.
8. Proses Perizinan
Dalam rangka untuk peresepan obat untuk dijual di Amerika Serikat, produsen
obat harus memenuhi persyaratan lisensi yang ketat yang ditetapkan oleh hukum dan
diberlakukan oleh Food and Drug Administration (FDA). Semua obat yang diresepkan
harus menjalani tiga tahap pengujian, meskipun data dari fase kedua kadang-kadang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tahap ketiga.
Tahap 1 pengujian harus membuktikan bahwa obat aman, atau setidaknya tidak
ada efek yang tidak diinginkan atau tak terduga akan terjadi dari pemberiannya. Jika
obat dapat melewati tahap 1 pengujian, di samping harus diuji efektivitasnya (obat harus
memiliki efek apa yang seharusnya). Obat-obatan yang tidak berguna tidak dapat dijual,
atau yang membuat klaim untuk efek yang sebenarnya tidak dimiliki. Akhirnya, tahap 3
pengujian ini dirancang untuk mengukur efektivitas obat. Meskipun vaksin diharapkan
memiliki efektivitas hampir 100%, obat-obat tertentu mungkin dapat diterima bahkan
jika mereka mempunyai efektivitas yang minimal, asalkan dokter yang meresepkan
mengetahuinya.
Seluruh proses produksi ditelaah dengan hati-hati oleh FDA dengan mempelajari
catatan prosedur serta mengunjungi tempat produksi itu sendiri. Setiap langkah dalam
proses produksi harus didokumentasikan, dan produsen harus menunjukkan suatu
kontrol yang tetap untuk proses produksi. Ini berarti bahwa prsedur yang teliti harus
terjaga untuk setiap langkah dalam proses, dan harus ada instruksi tertulis untuk setiap
langkah dari proses. Kecuali dalam kasus-kasus kesalahan yang memilukan, FDA tidak
menentukan apakah setiap langkah dalam proses benar, tetapi hanya bahwa itu aman
dan cukup terdokumentasi dengan baik untuk dilakukan, seperti yang ditetapkan oleh
produsen.
E. MANFAAT VAKSIN
Namun perlu juga diingat bahwa karena vaksin berupa antigen, walaupun sudah
dilemahkan, jika daya tahan anak atau host sedang lemah, mungkin bisa juga
menyebabkan penyakit. Karena itu pastikan anak/host dalam keadaan sehat ketika akan
divaksinasi. Jika sedang demam atau sakit, sebaiknya ditunda dulu untuk
imunisasi/vaksinasi.
(http://kadekdharmadyatmika.blogspot.com/2013/01/makalah-biologi-
vaksin_30.html)
Vaksin yang sering digunakan dalam program imunaisasi wajib atau yang dianjurkan
dibagi atas 4 golongan vaksin: Vaksin Hidup (Live Attenuated),Vaksin yang Tidak
Aktif (Inactivated),Vaksin Toksoid dan Vaksin Rekombinan.
a) Vaksin Hidup: berisi virus atau bakteri yang dilemahkan, dibuat dilaboratorium
dengan memodifikasikan kuman penyebab penyakit. Kuman yang dilemahkan
tersebut masih bisa berkembang (bereplikasi) dan menimbulkan kekebalan tapi tidak
membuat sakit seseorang. Contoh vaksin yang berisi virus hidup adalah Vaksin
Polio dan MMR. Vaksin yang berisi virus hidup contohnya Vaksin BCG, Vaksin
Campak, dan Vaksin Tifoid Oral (vivotif).
b) Vaksin yang tidak aktif (inactivated): berisikan virus atau bakteri yang dibuat
tidak aktif, dapat terdiri dari seluruh komponen kuman atau sebagian komponen
kuman. Contoh vaksin yang mengandung virus mati: Vaksin Influenza, Vaksin
Rabies, Vaksin Hepatitis A, Vaksin Hepatitis B. Sementara vaksin yang
mengandung bakteri mati: Vaksin Pertusis (batuk rejan), Vaksin HiB, Vaksin
Kolera, dan Vaksin Meningokokus.
c) Vaksin toksoid adalah vaksin yang dibuat dari racun (toksin) kuman yang
dilemahkan, contohnya adalah Vaksin untuk Tetanus dan Difteri.Kemajuan iptek
kedokteran memungkinkan vaksin dari hasil rekayasa genetika yang dikenal sebagai
vaksin rekombinan seperti :Vaksin Hepatitis B, Vaksin Tifoid dan Vaksin
Rotavirus.Selain pembagian golongan berdasarkan isi vaksin tadi, vaksin yang ada
juga bisa dibagi atasvaksintunggal dan vaksin kombinasi. Vaksin tunggalberisi
hanya 1 antigen/kuman yang dilemahkan, misalnyavaksin hepatitis B, vaksin
campak dan sebagainya. Sementara,
d) Vaksin kombinasi (combo vaccine) berisi beberapa antigen/kuman yang
dilemahkan, misalnya DPT yang dapat mencegah Difteri, Pertusis dan Tetanus.
Bahkan belakangan ada kecenderungan untuk membuat vaksin kombinasi yang
lebih banyak sampai 4 atau 5 antigen/kuman sehingga dengan 1 kali pemberian
vaksin dapat mencegah 4 atau 5 penyakit sekaligus, Contoh vaksin kombinasi
seperti ini : vaksin DPT digabung dengan hepatitis B atau HiB. Di Puskesmas
sudah dikenalkan vaksin kombo yaitu vaksin DPT yang digabung dengan
hepatitis B.
(http://kadekdharmadyatmika.blogspot.com/2013/01/makalah-biologi-
vaksin_30.html)
Seperti halnya obat, tidak ada vaksin yang bebas dari risiko efek samping.
Namun keputusan untuk tidak memberi vaksin juga lebih berisiko untuk terjadinya
penyakit atau lebih jauh menularkan penyakit pada orang lain. Resiko komplikasi serius
dari vaksin selalu jauh lebih rendah daripada risiko jika anak Anda jatuh sakit dengan
salah satu penyakit.
Vaksin terhadap Difteri, Tetanus, Batuk rejan, Polio dan Hib dapat
menyebabkan area merah dan bengkak di tempat vaksinasi. Hal ini akan hilang dalam
beberapa hari. Anak Anda mungkin mendapatkan demam pada hari suntikan dan hingga
10 hari kemudian.
Efek samping yang paling sering terkait dengan Vaksin Pneumokokus adalah
reaksi di tempat suntikan seperti rasa sakit, nyeri, kemerahan atau bengkak, demam dan
lekas marah. Anak Anda mungkin juga mengantuk. Vaksin MMR dapat menyebabkan
reaksi singkat yang dapat dimulai dari beberapa hari sampai tiga minggu setelah
vaksinasi. Anak Anda mungkin mendapatkan gejala-gejala ringan seperti penyakit yang
sedang divaksinasi, misalnya dingin, reaksi kulit, demam atau kelenjar ludah
membengkak. Penelitian intensif selama beberapa tahun terakhir telah menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara vaksin MMR dengan penyakit Crohn dan autis
belum terbukti. Efek samping yang paling sering berkaitan dengan Vaksin HPV adalah
rasa sakit, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan.
Vaksin Meningitis C mungkin mempunyai efek sebagai berikut.
Bayi: beberapa pembengkakan dan kemerahan di tempat suntikan diberikan.
Balita selama 12 bulan: beberapa pembengkakan dan kemerahan di tempat
suntikan diberikan. Sekitar satu dari empat anak mungkin telah terganggu tidur.
Anak-anak Pra-sekolah: sekitar 1 dalam 20 mungkin memiliki beberapa bengkak
di tempat suntikan. Sekitar 1 dalam 50 mungkin mengalami demam ringan dalam
beberapa hari vaksinasi.
Anak-anak dan remaja: sekitar satu dari empat mungkin memiliki beberapa
pembengkakan dan kemerahan di tempat injeksi. Sekitar 1 dalam 50 mungkin
mengalami demam ringan. Sekitar 1 dari 100 mungkin mengalami sakit pada lengan
yang diinjeksi, yang bisa berlangsung satu atau dua hari.
Efek samping umum lainnya antara lain adalah: sakit kepala, sakit otot atau
sendi, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan, demam, pusing, iritasi kulit, seperti
gatal dan ruam, gangguan usus, seperti mual dan muntah, diare, sakit perut.
(http://kadekdharmadyatmika.blogspot.com/2013/01/makalah-biologi-
vaksin_30.html)