Belajar Coding
Belajar Coding
Terence Lee
12:31 pm on January 14, 2015
31
Programming adalah sebuah candu yang membuat saya kembali lagi terlepas dari kepahitan
pengalaman pertama yang saya dapatkan. Dan hal tersebut merangkum pengalaman saya selama
dua tahun belajar coding.
Tentu saja, hal ini terdengar bodoh sekarang. Namun, kala itu saya sedang kuliah dan belum
melihat seperti apa dunia nyata itu. Silicon Valley tidak berarti apa-apa selain sebuah tempat
nan jauh di sana.
Namun satu hal tentang saya yang Anda tidak ketahui saya dulu merupakan presiden klub IT di
SMP. Saya belajar HTML dan flash, menghabiskan waktu senggang saya bermain Sim City 3000,
dan menciptakan sebuah website tentang game tersebut. Saya selalu mempunyai sisi geek di
dalam diri saya.
Tidak lama bagi saya untuk kembali merangkul sisi tersebut. Film The Social Network rilis pada
tahun terakhir universitas saya. Setelah lulus, saya bergabung dengan ranah startup Singapura
yang masih muda sebagai seorang wartawan teknologi.
Film The Social Network membuat industri teknologi terlihat keren
Saya seolah dikelilingi dengan tren bahwa semua orang harus belajar coding. Menjadi
programmer merupakan sesuatu yang keren, dan saya berbohong jika tidak pernah berkhayal
mengenai hal tersebut.
Keadaan telah berputar balik. Banyak teman kuliah saya di sekolah komunikasi akhirnya
bergabung dengan perusahaan internet atau menjadi bagian public relations untuk perusahaan
teknologi. Teknologi yang dibuat para geek yang dulu kami tertawakan sedang mengubah dunia
jurnalisme.
Dan gerakan belajar coding ini semakin meriah karena sangat mudah untuk mulai
mempelajarinya. Pada saat itu, gerakan open source telah berkembang sebegitu rupa hingga
siapapun dapat dengan mudah mencari bantuan, sumber daya, dan dokumentasi lewat Google.
Gerakan belajar coding ini telah berkembang menjadi sebuah industri, dan masih ada banyak
ruang di pasar, berhubung suplai engineer yang tidak banyak.
Dan sekarang kita ada di tahun 2015. Jika Anda ingin belajar programming sebagai sebuah
resolusi tahun baru, maka artikel ini cocok bagi Anda. Saya berbagi sejarah pribadi ini bukan
karena narsis (well, mungkin sedikit), namun untuk menggambarkan kenyataan yang ada:
Saya akan bersaing langsung dengan lulusan universitas baru yang mungkin sudah mulai belajar
programming sejak mereka berumur 12 tahun. Ekspektasi gaji mereka lebih rendah dan mereka
mungkin memiliki komitmen hubungan yang tidak terlalu serius. Saya harus mengubah tujuan
hidup saya, menunda target finansial, dan mengejar sebuah karir alternatif sembari menghadapi
pengorbanan-pengorbanan kecil. Bahkan, kecil kemungkinan saya akan terus menekuni bidang
ini.
Semua berujung pada hal ini: saya sudah menginvestasikan bertahun-tahun hidup saya di dalam
karir industri media yang sedang berubah namun tetap sehat. Saya menikmati apa yang saya
lakukan dan tidak sedang mengalami krisis 25 tahunan. Saya tidak memiliki kemampuan
finansial maupun insentif untuk masuk sepenuhnya ke dalam bidang baru ini.
Jadi inilah yang terjadi: Saya belajar coding di waktu senggang dan memastikan bahwa hobi saya
itu tidak mengganggu pekerjaan utama saya. Memang sulit, tapi satu-satunya cara adalah
mengorbankan waktu luang saya.
Anda mungkin seorang siswa yang hanya memikirkan pekerjaan sekolah atau kehidupan sosial
(dan ini bukan apa-apa dibandingkan memiliki sebuah pekerjaan full-time). Coding dapat
membuka lebih banyak jalan bagi Anda untuk, katakanlah, menjadi miliarder ketika Anda
berusia 25 tahun.
Atau mungkin Anda seorang profesional muda yang patah semangat dan sedang mencari sesuatu
yang berbeda. Anda sudah mengumpulkan cukup banyak tabungan untuk merambah hal lain.
Programming bisa saja menjadi tiket Anda menuju karir yang lebih menjanjikan.
Tentu saja, programming mungkin bukan untuk para CEO perusahaan besar dengan karyawan
dan keluarga untuk dinafkahi. Namun jika Anda seorang eksekutif muda yang ingin memulai
sebuah perusahaan teknologi dalam jangka waktu satu tahun, belajar programming akan sangat
berguna bagi Anda agar mampu bekerja dengan lancar dengan para developer atau menciptakan
produk sederhana sendiri.
Anda mungkin akan menemukan bahwa belajar coding merupakan sesuatu yang tidak
menyenangkan atau tidak ada gunanya. Itu hal yang biasa. Atau mungkin Anda ingin belajar
dengan alasan sederhana seperti ingin masuk ke dalam kelompok yang keren (banyak sekali
komedian yang mulai bergelut di bidang komedi karena hal itu), atau mungkin sekadar mencari
tahu apakah Anda akan tertarik dengan dunia coding. Atau Anda ingin meningkatkan situasi
finansial Anda.
TujuanHasil
Tentu saja, penilaian di atas berdasarkan pendapat pribadi. Tapi apabila Anda setuju dengan
penilaian tersebut, terus baca untuk mengetahui apa yang membuat saya terus bertahan:
Mari kita berbicara jujur, coding tidaklah menyenangkan. Tentu saja, menciptakan kode-kode
elegan dan memperbaiki bug terasa memuaskan, namun semuanya akan menjadi sia-sia jika
tidak ada produk akhir, seperti nasi kari tanpa kari.
Buat perjalanan programming Anda berkelanjutan dengan menatanya sebagai jajaran gunung
yang harus didaki. Kerjakan proyek demi proyek, masing-masing akan membuat Anda belajar
hal baru, memperbarui pengetahuan lama Anda, dan membawa Anda semakin dekat dengan
tujuan Anda. Berikut proyek-proyek yang saya kerjakan, dalam urutan kronologis:
Sebuah script Ruby yang menghitung tag dalam blog teknologi untuk melihat topik apa yang
populer.
Sebuah script Ruby yang mencari informasi di dalam website dan menyalin informasi tersebut
ke dalam database lain.
Tabel dan bagan yang dapat disortir. Saya menyambungkan sebuah aplikasi Ruby on Rails
dengan D3.js, sebuah library visualisasi berbasis javascript.
Aplikasi Rails yang menyambungkan WordPress dan API Google Analytics untuk menghasilkan
konten secara terprogram.
Aplikasi Rails yang diciptakan menggunakan API Buffer, ini memungkinkan saya untuk mem-
posting ulang konten populer di media sosial.
Statsy, aplikasi Rails yang bertindak sebagai database fakta yang memiliki fungsi pencarian dan
sebuah pembuat bagan berbasis Google Charts.
Setiap proyek yang sukses menjadi lebih rumit. Saya mulai dengan menciptakan script, yang
merupakan program yang hidup di dalam lingkungan bahasa pemrograman desktop Anda. Lalu
saya belajar Rails, sebuah framework untuk menciptakan aplikasi web yang dibuat di atas bahasa
pemrograman Ruby. Perjalanan ini menjadi lebih menyenangkan saat saya coba mencari proyek
yang berarti untuk dikerjakan. Seperti yang ditulis oleh salah seorang programmer:
Programming seharusnya hanya diperkenalkan sebagai sebuah cara untuk menyelesaikan suatu
masalah nyata atau menyelesaikannya dengan cepat. Meretas sesuatu yang sudah kamu pahami.
Lalu ada tujuan dan motivasi untuk belajar. Maka programming menjadi lebih bermakna. Sangat
sedih [bagi saya] untuk mengetahui bahwa kontak pertama orang dengan dunia programming
adalah sebuah kelas tata bahasa yang membosankan dimana mereka harus duduk belajar, seperti
hal lainnya yang mereka lakukan di sekolah.
Namun berdasarkan pengalaman saya, semua menjadi lebih sulit ketika Anda mencoba membuat
sebuah aplikasi web yang berjalan sepenuhnya. Mengapa? Karena banyak sekali hal yang harus
dipelajari. Kecuali Anda belajar Node.js, Anda tidak sedang belajar satu bahasa pemrograman,
namun dua: bahasa pemrograman server (hal-hal yang terjadi di dalam server) dan javascript
untuk sisi pengguna (sihir yang terjadi di dalam browser Anda)
Sebagai tambahan, Anda harus menggunakan bahasa markup seperti HTML dan CSS, yang
mengendalikan tampilan sebuah website dan bagaimana perasaan pengguna saat memakai
website tersebut, serta mendirikan dan menjaga agar server selalu berjalan (saya
merekomendasikan para pemula untuk menggunakan Heroku). Bukan hanya itu. Setiap bahasa
pemrograman memiliki banyak sekali library untuk dikuasai dan masing-masing API memiliki
dokumentasinya sendiri. Anda juga harus belajar bagaimana sebuah database bekerja. Dan
jangan sampai saya memulai tentang Git dan test-driven development.
Saya mengetahui perasaan itu. Saya juga kewalahan ketika saya benar-benar melihat tantangan
yang ada di hadapan saya. Namun hal itu tidak menghentikan saya. Triknya adalah dengan
memulai dari hal yang kecil, dan mengumpulkan kepercayaan diri untuk menangani proyek yang
lebih besar. Seiring berjalannya waktu, Anda akan belajar lebih cepat. Anda akan kaget seberapa
banyak yang bisa Anda serap.
Bagian yang paling membuat frustrasi dari programming adalah ketika aplikasi Anda ngadat dan
Anda kebingungan dalam mencari apa yang salah. Karena sebuah aplikasi sepenuhnya dibuat
dari bagian saling menyambung dalam kode open source yang diciptakan oleh orang lain,
sumber dari bug bisa terdapat di mana saja. Belajar melakukan debug secara produktif
merupakan keterampilan yang diremehkan.
Karena itulah penting bagi Anda untuk merayakan kemenangan kecil. Anggap versi pertama
aplikasi Anda sebagai penghargaan tertinggi sebuah jamuan bagi mental Anda. Untuk
mencapai kesana, Anda perlu mengumpulkan kemenangan-kemenangan kecil sepanjang
perjalanan untuk membantu Anda melewati momen terendah ketika Anda merasa ingin berhenti
belajar programming. Ingat perkataan saya, akan banyak sekali waktu dimana Anda merasa ingin
menyerah.
Jika hal tersebut terjadi, ambil istirahat mental. Kunjungi masalah tersebut nanti. Pikirkan secara
seksama kemungkinan sumber kesalahan. Minta bantuan orang lain. Dan ketika Anda telah
memperbaiki bug yang ada, adakan pesta kecil. Lalu ambil nafas panjang dan mulai lagi.
Coding di dalam grup merupakan sesuatu yang menguntungkan. Jika tujuan Anda adalah
bergabung dalam tim pengembangan, anggap hal ini sebagai latihan untuk menjadi seorang
coder profesional. Setiap tim akan mengembangkan protocol, workflow, dan toolset masing-
masing, yang biasanya ditentukan oleh programmer paling senior di dalam kumpulan tersebut.
Mulai dengan mengerjakan proyek sampingan bersama teman-teman. Jika Anda merupakan
bagian dari sebuah startup dengan tim pengembangan yang mempunyai kesabaran untuk
mengajar para pemula, tawarkan melakukan coding secara sukarela bagi mereka.
Menang dengan Ruby on Rails
Ketika belajar coding, Anda harus menentukan bahasa pemrograman mana yang ingin Anda
pelajari. Video ini dapat membantu Anda:
Bagi saya, tidak ada alasan ilmiah di balik keputusan yang saya ambil. Saya awalnya memilih
Python karena sering disebut sebagai bahasa ideal bagi para pemula. Lalu, saya beralih ke Ruby
karena kolega saya sudah terbiasa dengan bahasa ini. Hal tersebut merupakan sebuah keputusan
sosial (lihat poin sebelumnya). Secara sekilas, hal itu sangat masuk akal.
Terlepas dari dukungan yang baik, Ruby memiliki salah satu syntax yang paling bersih,
membuatnya mudah untuk dibaca dan dipelajari. Sementara itu, Rails memiliki banyak sekali
plugin yang memberi sebuah aplikasi berbagai kemampuan seperti otentikasi pengguna, sebuah
sistem pengelolaan konten, atau sebuah dashboard admin langsung ketika pertama digunakan.
Rails mempunyai fitur yang sangat banyak sehingga membangunnya terasa seperti mencocokkan
berbagai aplikasi mini sekaligus, dan kemudian berusaha semampu Anda untuk membuatnya
pas.
Jadi jika tujuan Anda adalah untuk membuat sebuah prototipe berjalan dengan momen
menjengkelkan yang paling sedikit dalam waktu singkat, maka Ruby on Rails bisa menjadi
pilihan Anda. Untuk pembelajaran lanjutan, simak video dari Michael Cheng, developer PHP
berbasis di Singapura yang baru-baru ini belajar Ruby on Rails.
Atur ekspektasi
Tergantung pada tujuan Anda, mencapai posisi dimana Anda menjadi produktif berkat coding
akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Jika Anda merupakan bagian dari sebuah startup
dan Anda ingin berkontribusi dengan melakukan coding front-end, belajar HTML, CSS, dan Git
sudah lebih dari cukup dan dapat dipelajari dalam hitungan minggu. Jika Anda seorang calon
entrepreneur yang ingin membangun sebuah aplikasi web, belajar ketrampilan yang dibutuhkan
dapat memakan waktu berbulan-bulan tergantung dari niat Anda untuk belajar. Jadi mungkin
Anda dapat melihat diri Anda sendiri menggali-gali dalam kegelapan sebelum akhirnya
menemukan jalan keluar.
Ini merupakan hal penting yang harus ditanyakan sebelum Anda memulai, meskipun saya belum
mempunyai jawaban pasti bagi diri saya sendiri. Meskipun sudah belajar selama dua tahun,
mungkin nantinya saya akan merasa jalan ini tidak sesuai dengan tujuan saya lagi.
Anggap Anda adalah seorang CEO startup dengan waktu yang terbatas. Belajar programming
mungkin kurang produktif untuk perusahaan Anda ketimbang belajar desain user experience,
user testing, analisa data, dan keterampilan lainnya yang tidak dimiliki para developer. Pada
akhirnya, programming hanyalah sebuah alat untuk membuat sebuah produk yang sukses.