Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PAPER INDIVIDU

ILMU SENSORI TERPADU DAN STUDI KONSUMEN


PENGARUH EFEK POSISI PERTAMA TERHADAP RESPON EMOSIONAL

Dosen Pengampu : Wenny Bekti Sunarharum, STP, M. Food. St., PhD.

Disusun oleh :
Laila Yum Wahibah
166100100111022

PASCASARJANA TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Baru-baru ini telah berkembang minat dalam studi konsumen tentang respon emosional,
sehingga penelitian tentang topik ini menjadi lebih penting. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa
pengukuran respon emosional dapat memberikan informasi tambahan di luar penerimaan
konsumen secara keseluruhan dan bersifat emosional. Emosi adalah reaksi pada seseorang atau
suatu peristiwa, emosi lebih disebabkan oleh peristiwa yang cepat datang dan pergi. Emosi
dihasilkan oleh phylogeneticall sistem serebral kuno, yang terjadi secara singkat dan intens ketika
ada suatu reaksi fisologi dan mental akibat persepsi stimulus. Suasana hati (mood) adalah
perasaaan yang kurang intens jika dibandingkan dengan emosi dan muncul tanpa sebuah peristiwa
spesifik seperti stimulus. Suasana hati biasanya diarahkan pada orang atau peristiwa, dapat
berinteraksi secara dinamis dengan proses perseptual dan kognitif dari dampak perilaku. Mood
seseorang dapat berlangsung lebih lama daripada emosi dan tidak terfokus pada rujukan
(Damansio et al., 2009).

Respon emosional dapat diukur dengan tiga metode utama (Mauss and Robinson, 2009):
1. Automic measure
Tindakan otomatis, secara tersirat merupakan metodologi yang didasarkan pada reaksi
fisiologis (respon elektro-dermal, denyut jantung atau frekuensi pernafasan), atau ekspresi
wajah (elektromiografi atau perangkat lunak pengenal wajah).
2. Brain imaging
Pencitraan otak seperti EEG (Elektroensefalogram) adalah salah satu tes yang dilakukan untuk
mengukur aktivitas kelistrikan dari otak untuk mendeteksi kelainan dari otak. Tindakan ini
menggunakan sensor khusus yaitu elektroda yang dipasang di kepala dan dihubungkan
melalui kabel menuju computer dan fMRI (Fungsional Magnetic Resonance Imaging) adalah
teknik MRI dengan pencitraan berkecepatan tinggi, dapat menyediakan data yang sangat tepat.
Kedua pendekatan ini dapat digunakan untuk mengukur ketidaksadaran konsumen tentang
tanggapan, namun memiliki kekurangan yaitu memakan waktu, mahal dan sulit untuk di
tafsirkan.
3. Self-reported measures
Self-reported measures adalah ukuran dimana responden diminta untuk melaporkan secara
langsung perilaku, kepercayaan, sikap atau niat mereka sendiri, sehingga dapat diukur melalui
laporan konsumen sendiri. Metode ini dianggap lebih menguntungkan karena biaya yang
digunakan lebih rendah dan jangka panjang. Metode self-reported dikelompokkan menjadi
dua kategori, yaitu (Desmet, Hekkert and Jacobs, 2000):
a. Teknik visual
Teknik visual didasarkan pada gambar yang dapat mewakili sebagai emosi dengan cara
konsumen yang mengekpresikan perasaannya. Contohnya adalah SAM (Self Assessment
Manikin) dan PrEmo (Product Emotion Measure) (Lang, 1980). SAM adalah metode yang
menggambarkan setiap dimensi PAD dengan karakter grafis yang tersusun kontinu sepanjang
skala sembilan poin. PrEmo adalah instrument yang dapat melaporkan secara mandiri
berdasarkan 18 animasi karakter kartun. Di setiap animasi karakter dapat mengungkapkan
emosi yang berbeda dalam waktu sekitar satu detik.
b. Teknik verbal
Subjek dapat mengutarakan perasaan untuk mengevaluasi dirinya menggunakan daftar
kata-kata. Lexicon bisa dikembangkan secara luas dalam berbagai produk atau untuk kategori
tertentu. Diantaranya termasuk profil Essense, GEOS (Chrea et al., 2009; Ferdenzi et al.,
2011, 2013; Porcherot et al., 2010) dan Thomson dan Crocker (2013) dan kamus internasional.
Kategori produk yang sudah memiliki emosi sendiri dalam kosakata adalah coklat gelap
(Thomson, Crocker, and Marketo, 2010), anggur (Ferrarini et al., 2010), labu blackcurrant
(Ng et al., 2013a), salad buah (Ma1nzocco, Rumignani, and Lagazio, 2013), coklat dan
hazelnut menyebar (Spinelli, Masi, Dinnella, Zoboli, and Monteleone, 2014), kopi
(Bhumiratana, Adhikari, and Chambers, 2014) dan bir (Chaya et al., 2015).
Literatur sebelumnya telah mengidentifikasi kemungkinan untuk posisi pertama dapat
mempengaruhi tingkat penerimaan keseluruhan. Konsumen biasanya tanpa pelatihan
sebelumnya, sehingga tidak tahu cara menangani skala dengan benar. Dengan demikian
konsumen mungkin menggunakan sampel pertama untuk membiasakan diri dengan skala dan
prosedur yang harus diikuti. Respon emosional dan penerimaan keseluruhan produk
tampaknya berhubungan erat dan sering dipelajari bersama. Hal ini telah ditunjukkan ketika
beberapa produk yang diuji secara berurutan, keseluruhan penerimaan produk yang pertama
kali disajikan terasa terlalu tinggi. Berdasarkan fakta tersebut, penggunaan sampel dummy
direkomendasikan. Sampel dummy yang digunakan dinilai terlebih dulu, dan catatannya
dibuang dari penelitian. Sampel dummy digunakan sebagai titik acuan, untuk membandingkan
sampel selanjutnya dengan yang pertama (Boutrolle et al., 2007).

1.2 Tujuan
1. Menganalisis pengaruh posisi pertama terhadap respon emosional, dengan melakukan dua
penelitian terpisah dengan produk yang berbeda (coklat dan bir), kosakata emosional
(EsSense profile and consumer-led lex-icon) dan jenis skala (5-poin skala dan skala garis)
2. Mengetahui apakah sampel dummy dapat mengurangi efek posisi pertama dengan
menggunakan pendekatan alternative dengan menghapus analisa statistik dari sampel
produk pertama dan dievaluasi pada masing-masing dokumen.

1.3 Manfaat
1. Mengetahui pengaruh posisi pertama terhadap respon emosional, dengan melakukan dua
penelitian terpisah dengan produk yang berbeda (coklat dan bir), kosakata emosional
(EsSense profile and consumer-led lex-icon) dan jenis skala (5-poin skala dan skala garis).
2. Mengetahui apakah sampel dummy dapat mengurangi efek posisi pertama dengan
menggunakan pendekatan alternative dengan menghapus analisa statistik dari sampel
produk pertama dan dievaluasi pada masing-masing dokumen.
II. METODOLOGI

2.1 Studi 1
Menyelidiki efek posisi pertama pada emosi menanggapi coklat, dan menerapkan terjemahan
Bahasa Spanyol dari profil EsSense. Skala yang digunakan adalah skala rating 5 point (1 : tidak
sama sekali ; 5 : sangat).

2.1.1 Tes konsumen

Kelompok konsumen pertama (n = 84, 48% pria) berusia 18-70 tahun (Tabel 1). Konsumen
menghadiri satu sesi evaluasi (15-20 menit), dimana dua coklat susu berbeda (C1 dan C2) disajikan
menggunakan desain monadic sekuensial. Urutan presesentasi diimbangi sedemikian rupa
sehingga setiap produk yang muncul memiliki jumlah waktu yang sama di posisi pertama.

2.1.2 Mengukur respon emosional


Untuk mengetahui respon emosional konsumen, lexicon diterjemahkan dalam Bahasa
Spanyol oleh dua peneliti (Tabel 2). Pada daftar asli tercantum 39 namun hanya ditampilkan 38,
karena ada 2 istilah yang artinya sama (gembira). Setelah mengkonsumsi sampel coklat, konsumen
menilai keseluruhan penerimaan sampel dengan skala 9 poin hedonik dari (tidak suka sangat
sangat). Bersamaan dengan respon emosional konsumen (intensitas masing-masing emosi dalam
jangka waktu dan skala rating 5 point dari 1 = tidak sama sekali, untuk 5 =sangat) (Brislin,
1986).

2.1.3 Analisa statistik


ANOVA model campuran diterapkan pada skor hedonik (keseluruhan akseptabilitas)
terhadap 38 emosi, mengingat produk (C1 atau C2) dan posisi sampel (1 atau 2) sebagai faktor
tetap dan konsumen sebagai faktor acak. Perbedaan signifikan (LSD) digunakan untuk
membandingkan tingkat masing-masing faktor. Analisa statistik menggunakan program Statgrafik
(Centurion Versi XVI).
Tabel 1. Ringkasan penelitian dengan rincian karakteristik partisipan, eksperimental desain dan
hasil utama

Tabel 2. Syarat dan klasifikasi lexicon King dan Meiselman (2010) dan usulan versi Spanyol
2.2 Studi 2
Studi 2 menyelidiki efek posisi pertama pada respon emosional untuk bir menerapkan
emosional lexicon yang dipimpin konsumen, namun perlu dicatat bahwa lexicon yang diajukan
mungkin sesuai dengan budaya Spanyol dan tidak boleh secara otomatis digunakan dalam semua
budaya berbahasa Spanyol. Skala yang digunakan terus menerus (skala garis 15 cm) (Tabel 1).

2.2.1 Tes konsumen


Kelompok konsumen kedua (n= 138, 53% laki-laki). Konsumen diharuskan
mengkonsumsi bir setidaknya satu kali sebulan. Peserta menghadiri satu sesi evaluasi (20-30
menit) menilai respon emosional mereka terhadap empat bir komersial (B1-B4). Sampel 15 ml
disiapkan secara transparan pada wadah satu jam sebelum penilaian. Keempat sampel bir disajikan
dalam desain yang seimbang. Selain itu, sampel kedua bir B2 disajikan sebagai sampel dummy,
dan selalu bertugas di posisi pertama.

2.2.2 Mengukur respon emosional


Lexicon Spanyol digunakan untuk menginvestigasi respon emosional konsumen terhadap
bir (Chaya et al., 2015). Rating respon emosional dihadirkan sebanyak 12 garis secara kontinu
dengan skala garis yang dikaitkan dengan emosi (Tabel 3). Konsumen membaca semua istilah
yang terkait dengan kategori emosi dan memberikan nilai (dari sangat rendah hingga sangat tinggi
dengan skala garis 15 cm, dengan lingkar 0,5 cm pada kedua ekstrim) perasaan mereka mewakili
emosi yang mendasari kata-kata yang dideskripsikan. Urutan kategori emosi diacak untuk masing-
masing konsumen, meskipun demikian pesanan tetap konsisten untuk setiap konsumen untuk
setiap sampel. Keseluruhan penerimaan masing-masing sampel diberi nilai tambahan skala garis
15 cm. Semua nilai dikonversi ke skala dari 0 -100 oleh perangkat lunak FIZZ.

2.2.3 Analisa statistik


Efek posisi pertama dianalisis dengan membandingkan efek dari posisi pengecapan yang
berbeda pada peringkat untuk bir yang sama. Kemudian kita mempelajari efektivitas dalam
menghindari efek posisi pertama dengan penghapusan data sampel dummy. Semua analisis
statistik dilakukan dengan program Statgraphics (Centurion XVI version).
Tabel 3. Persyaratan disertakan dalam setiap kategori emosi dari konsumen oleh Lexicon

2.2.3.1 Perbandingan antara peringkat bir yang sama tergantung pada posisi
Desain eksperimen yang digunakan yaitu setiap konsumen mencicipi sampel bir B2
sebanyak dua kali : pertama sebagai sampel dummy (selalu pada posisi pertama) dan kedua dalam
posisi apapun (seimbang antara semua konsumen). Tujuannya adalah menganalisis variasi dua
arah campuran (posisi sebagai fixed efek dan konsumen sebagai efek acak) dilakukan dengan
hanya skoring B2.

2.2.3.2 Efektifivitas pengambilan data sampel dummy


Posisi pertama yang dikontrol dengan sampel dummy dilakukan penghapusan untuk
mengetahui pengaruhnya, signifikasi posisi pertama diuji dalam model termasuk set data bir
(sampel dummy, posisi P1 sampai P5). Kemudian sampel dummy dihapus dan dianalisis serupa
dengan (posisi P2 sampai P5), untuk memeriksa apakah efek posisi berpengaruh signifikan jika
dihilangkan. Analisis varian dua arah (posisi sebagai efek tetap dan konsumen sebagai efek acak)
dilakukan seriap kategori emosi dan akseptabilitas keduanya denga dataset (dengan dan tanpa
contoh dummy) diikuti oleh Tukeys Uji post hoc pada efek posisi signifikan (a = 0,005).
III. HASIL PENELITIAN

3.1 Hasil penelitian 1


Efek posisi yang signifikan (p-value = 0,014) diamati tingkat penerimaan secara
keseluruhan, produk yang dicicipi pertama kali lebih banyak disukai konsumen daripada posisi
kedua, meskipun tidak memberikan efek signifikan pada penerimaan keseluruhan. Efek signifikan
dari produk yang disajikan diamati 7 dari 38 emosi, antara lain : affectionate (sayang), nyaman,
agresif, gembira, hangat, ringan dan diam (Tabel 4).

Tabel 4. Peringkat sampel coklat dan nilai p untuk penerimaan keseluruhan dan respon emosional
menggunakan profil EsSense.

King and Malseman (2010), mengklasifikasikan semua emosi dari daftar yang sesuai
dengan sifatnya sebagai positif, tidak jelas atau negatif (Tabel 2). Dalam penelitian ini 4 dari 24
emosi positif (sayang, nyaman, senang dan hangat) dan 2 dari 24 emosi positif (sayang,
menyenangkan, membahagiakan dan hangat) dan 2 dari 11 emosi yang tidak jelas (ringan dan
diam) menunjukkan hasil lebih tinggi jika produk disajikan pada posisi pertama (Gambar 1),
sedangkan emosi agresif (tidak jelas memiliki arti yang rendah pada posisi pertama dibandingkan
dengan posisi kedua. Di sisi lain, efek produk yang signifikan yang diteliti sebagai emosi
menyenangkan, lembut, senang, jinak dan aman (Tabel 4). Kecuali untuk istilah jinak, dianggap
tidak jelas dari semua persyaratan ini, artinya produk C1 lebih tinggi dari C2.

Gambar 1. Efek posisi pada emosi menyenangkan pada coklat (P1 : coklat pertama; P2 : coklat
kedua)

3.2 Hasil penelitian 2


3.2.1 Perbandingan antara tingkat bir yang sama tergantung posisi
ANOVA dua arah (posisi tetap dan konsumen sebagai faktor acak) dilakukan untuk sampel
bir B2. Perbedaan signifikan ditemukan pada penerimaan keseluruhan 7 dari 12 kategori emosi :
kenikmatan, klasik, menyenangkan, jijik, kekecewaan, ketidakpuasan, dan kegembiraan (Tabel 5).

Tabel 5. P-value efek posisi pada ANOVA campuran dua arah (posisi dan konsumen) bir B2
Saat bir B2 dinilai pada posisi pertama peringkat penerimaan dan emosional secara
keseluruhan menghasilkan respon untuk kesenangan, klasik, menyenangkan dan kegembiraan
lebih tinggi. Sedangkan penilaian sampel dummy untuk kategori emosi jijik, kekecewaan,
ketidakpuasan lebih rendah (Gambar 2).

Gambar 2. Rata-rata profil emosi untuk sampel bir B2 bergantung pada posisi

3.2.2 Efektivitas pengambilan data sampel dummy


Analisis varian menunjukkan bahwa posisi signifikan terhadap penerimaan keseluruhan
dan 7 dari 12 kategori emosi (kesenangan, klasik, menyenangkan, jijik, kekecewaan,
ketidakpuasan dan intensitas) terlepas dari sampel lain yang dievaluasi dalam eksperimen. Perlu
dicatat bahwa efek posisi ditemukan dalam dataset yang dicampur dengan produk yang
menghasilkan efek, karena berarti pada posisi pertama (P1) dihitung hanya dengan satu produk
(B2), sedangkan mean pada posisi lain (P2 P5) dihitung dengan semua bir (B1-B4). Namun pada
sampel dummy data telah dihapus dari data mentah, efek posisi tidak lagi signifikan untuk
penerimaan keseluruhan dan semua kategori emosi kecuali intensitas (Tabel 6).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efek poisisi untuk kategori akseptabilitas dan
emosi secara keseluruhan seperti kesenangan, klasik, menyenangkan, jijik, kekecewaan dan
ketidakpuasan adalah efek dari posisi pertama.
Tabel 6. P-value untuk efek posisi dalam model ANOVA campuran dua arah (posisi dan
konsumen) sesuai dengan penyertaan atau bukan data sampel dummy

Selain itu, pada penelitian ini menunjukkan bahwa posisi pertama berpengaruh terhadap
sampel bir yang dinilai. Menariknya dengan menggunakan sampel dummy dalam penelitian dapat
bersifat intermediet, sehingga produk mencapai nilai lebih tinggi dan bisa menutupi posisi
pertama. Selanjutnya dengan menghapus data sampel dummy secara efektif dapat menekan efek
posisi pertama. Akhirnya, intensitas kategori emosi (strong, powerful dan intense) patut
mendapatkan perhatian secara khusus. Pada Gambar 3 menunjukkan hasil uji post hoc Tukeys
dan hasil menunjukkan bajwa sampel terakhir yang dievaluasi memiliki penerimaan dengan skor
lebih tinggi dari sampel lainnya dalam kategori emosi ini, intensitas kategori emosi sepertinya
dipengaruhi oleh efek posisi terakhir bukan dari posisi pertama.

Gambar 3. Efek posisi pada intensitas kategori emosi pada sampel bir (P1: sampel bir dummy;
P2-P5: sampel bir B1 sampai B4)
IV. PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi 1

Hasil menunjukkan bahwa efek posisi pertama akan muncul terlepas dari produk, jumlah
produk yang dievaluasi, emoticon atau jenis lexicon. Kegagalan untuk memperhitungkan efek
posisi pertama yang bias terhadap respon emosional konsumen. Pada diskusi ini akan fokus pada
dampak posisi terhadap tingkat penerimaan dan respon emosional secara keseluruhan, dan cara
untuk mengendalikan pengaruh posisi pertama pada penerimaan keseluruhan dan respon
emosional.
Respon emosional sepertinya juga sensitif terhadap posisi pertama yang terlepas dari efek
posisi pertama dari lexicon emosional. Dalam penelitian ini ada 7 dari 38 istilah emosional dari
EsSense profil, menunjukkan bahwa posisi pertama produk coklat menunjukkan emosi positif atau
tidak jelas seperti sayang, menyenangkan, senang, hangat, ringan dan pendiam. Sampel coklat
dummy dinilai lebih tinggi. Sedangkan untuk emosi secara agresif sampel dummy dinilai lebih
rendah.
Efek posisi pertama lebih menonjol dalam lexicon konsumen, dengan adanya kepekaan
yang lebih besar daripada kosakata yang dikembangkan untuk kategori makanan. Hal ini
merupakan deskriminasi yang lebih tinggi yang dapat tercermin dalam efek posisi pertama.
Penjelasan ini masuk akal, melibatkan pengaruh jenis skala. Skala garis menunjukkan hasil yang
lebih baik, sensitivitas lebih besar daripada skala penilaian dikrit, yang mungkin dapat
memperkuat efek posisi pertama. Penelitian lebih lanjut dari ilmu psikologi penyebab efek posisi
pertama diperlukan, karena efek posisi pertama harus diperhitungkan dalam desain eksperimental
terutama mengingat pengaruh yang tak terduga yang dampaknya tergantung pada kedua produk
yang dievaluasi dan emosi.

4.2 Hasil Studi 2


Tujuan kedua dari penelitian ini adalah untuk mengerahui apakah sampel dummy dapat
mengurangi efek posisi pertama. Caranya dengan pendekatan alternatif dengan menghapus analisa
statistik dari sampel produk pertama dan dievaluasi masing-masing konsumen. Dalam hal ini,
konsumen dalam jumlah yang lebih banyak diminta untuk mencapai jumlah data yang sama untuk
semua produk yang dievaluasi, peningkatan usaha, waktu, material, kuantitas sampel dan biaya
pasti percobaan sensori. Harus diperhatikan bahwa kegagalan dalam memperhitungkan posisi
pertama dapat menurunkan perbedaan antar produk.
Studi kedua mengungkapkan bahwa penghilangan sampel dummy bir, memberikan efek
menghilangnya posisi pertama untuk penerimaan keseluruhan dan untuk semua kategori lexicon
yang dipimpin konsumen kecuali untuk intensitas, yang nampaknya berada dibawah pengaruh
posisi terakhir. Efek posisi pertama telah diakuai secara luas, sementara efek posisi akhir hanya
disebutkan secara anekdot dalam literatur dan sepengetahuan kami, tidak ada penelitian khusus
yang menangani masalah ini. Mungkin karena penting dan frekuensi penampilan yang rendah.
Hottenstein et al (2008) mengidentifikasi efek posisi pertama yang jelas pada rating hedonik
sandwich, sementara skor hanya sedikit lebih tinggi untuk sampel terakhir yang dievaluasi. Mereka
menyarankan posisi terakhir dapat dipertanggungjawabkan oleh konsumen yang akan mengakhiri
percobaan.
Dalam penelitian ini, hanya kategori emosi intensitas yang dikelompokkan dengan istilah
strong, intense dan powerful, yang nampaknya dipengaruhi oleh posisi terakhir. Kategori ini terkait
dengan perasaan semangat dan kekuatan. Dalam penelitian sebelumnya (Chaya et al, 2015)
menemukan bahwa rating emosi jauh lebih tinggi pada kategori intensitas dengan sampel bir
dengan kandungan tinggi alcohol (8% ABV). Dalam penelitian ini, analisa lanjut juga
mengungkapkan bahwa bir B1 (bir komersial Spanyol dengan 8% ABV) memberikan skor yang
signifikan lebih tinggi daripada sampel B2, B3 dan B4. Mengingat hal tersebut, intensitas kategori
emosi dapat berkaitan erat dengan konsumsi alkohol. Karena itu posisi terakhir dapat
mempengaruhi emosi, yang dapat dijelaskan sebagai hasil akumulasi asupan alcohol sepanjang tes
konsumen.
V. KESIMPULAN

Dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa konsumen lebih memilih atau memiliki
kecenderungan terhadap sampel pertama dibandingkan dengan sampel berikutnya, tidak peduli
terhadap produk, emoticon lexicon atau jenis skala. Selain itu dalam penelitian ini dapat
membuktikan bahwa penempatan sampel dummy sebelum set produk yang akan mengevaluasi
penghilangan posisi pertama dari data eksperimen. Secara keseluruhan, kami merekomendasikan
penggunaan sampel dummy untuk mengevaluasi respon emosional. Kami percaya bahwa
penelitian ini merupakan perbaikan dalam bidang penelitian sebelumnya dan dapat membantu
respon emosional yang lebih dapat diandalkan untuk mencapai deskriminasi yang lebih baik dalam
pengujian produk.
Efek posisi pertama juga penting dalam mempelajari aspek lain dari respon konsumen
seperti diasosiasikan dengan makanan (King et al, 2015) atau kerelaan untuk membayar suatu
produk (Loheac and Issanchou, 2011). Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan jika
efek posisi pertama lebih relevan saat produk dikonsumsi selama pengujian atau jika sebaliknya
konsumsi independen atau konsumsi non produk dapat diasosiasikan dengan kerelaan.

REFERENSI

Bhumiratana, N., Adhikari, K., and Chambers, E. IV, (2014). The development of an emotion
lexicon for the coffee drinking experience. Food Research International, 61, 8392.
http://dx.doi.org/10.1016/j.foodres.2014.03.008.
Boutrolle, I., Delarue, J., Arranz, D., Rogeaux, M., and Kster, E. P. (2007). Central location test
vs. home use test: Contrasting results depending on product type. Food Quality and
Preference, 18(3), 490499. http://dx.doi.org/10.1016/ j.foodqual.2006.06.003.
Brislin, R. W. (1986). In: W. J. Lonner, J. W. Berry, (Eds.), The wording and translation of
research instruments. Beverly Hills: Sage: Field methods in cross-cultural research.
Cardello, A. V., Borgogno, M., Craig, C., and Lesher, L. L. (2014). Emotion questionnaires: Effect
of number of emotions on consumer responses (poster). In: EuroSense 2014: A Sense of Life.
6th European Conference on Sensory and Consumer Research. Denmark: Copenhagen.
Cardello, A. V., Meiselman, H. L., Schutz, H. G., Craig, C., Given, Z., Lesher, L. L., et al. (2012).
Measuring emotional responses to foods and food names using questionnaires. Food Quality
and Preference, 24(2), 243250. http://dx.doi.org/10.1016/j.foodqual.2011.12.002.
Chaya, C., Eaton, C., Hewson, L., Vzquez, R. F., Fernndez-Ruiz, V., Smart, K. A., et al. (2015).
Developing a reduced consumer-led lexicon to measure emotional response to beer. Food
Quality and Preference, 45, 100112. http://dx.doi.org/10.1016/j.foodqual.2015.06.003.
Chaya, C., Pacoud, J., Ng, M., Fenton, A., and Hort, J. (2015). Measuring the emotional response
to beer and the relative impact of sensory and packaging cues. Journal of the American Society
of Brewing Chemists, 73(1), 4960. http://dx.doi.org/10.1094/ASBCJ-2015-0114-01.
Chrea, C., Grandjean, D., Delplanque, S., Cayeux, I., Le Calv, B., Aymard, L.Scherer, K. R.
(2009). Mapping the semantic space for the subjective experience of emotional responses to
odors. Chemical Senses, 34(1), 4962. http://dx.doi.org/10.1093/chemse/bjn052
Clore, G. L., Ortony, A., and Foss, M. A. (1987). The psychological foundations of the affective
lexicon. Journal of Personality and Social Psychology, 53(4), 751766.
http://dx.doi.org/10.1037/0022-3514.53.4.751.
Damasio, A. (2009). Neuroscience and the emergence of neuroeconomics-chapter 14. (pp.
207,209207,213) Elsevier Inc. doi:10.1016/B978-0-12-374176-9.00014-2.
Desmet, P. M. A., Hekkert, P., and Jacobs, J. (2000). When a car makes you smile: Development
and application of an instrument to measure product emotions. (pp.111117). Valdosta: Assoc
Consumer Research.
Desmet, P. M. A., and Schifferstein, H. N. J. (2008). Sources of positive and negativeemotions in
food experience. Appetite, 50(23), 290301. http://dx.doi.org/10.1016/j.appet.2007.08.003.
Dorado, R., Picard, A., Perez-Hugalde, C., and Chaya, C. (2014). First position effect on the
emotional response of consumers: A case study in chocolate and beer(poster). In: EuroSense
2014: A Sense of Life. 6th European Conference on Sensory and Consumer Research.
Denmark: Copenhagen.
Ferdenzi, C., Delplanque, S., Barbosa, P., Court, K., Guinard, J., Guo, T., Grandjean, D. (2013).
Affective semantic space of scents. towards a universal scale to measure self-reported odor-
related feelings. Food Quality and Preference, 30(2), 128138.
http://dx.doi.org/10.1016/j.foodqual.2013.04.010.
Ferdenzi, C., Grandjean, D., Schirmer, A., Roberts, S. C., Delplanque, S., Porcherot, C., Scherer,
K. R. (2011). Affective dimensions of odor perception: A comparison between swiss, british,
and singaporean populations. Emotion (Washington, DC), 11(5), 11681181.
http://dx.doi.org/10.1037/a0022853.
Ferrarini, R., Carbognin, C., Casarotti, E. M., Nicolis, E., Nencini, A., and Meneghini, A. M.
(2010). The emotional response to wine consumption. Food Quality and Preference, 21(7),
720725. http://dx.doi.org/10.1016/j.foodqual.2010.06.004.
Forde, C. G., and Delahunty, C. M. (2004). Understanding the role cross-modal sensory
interactions play in food acceptability in younger and older consumers. Food Quality and
Preference, 15(78), 715727. http://dx.doi.org/10.1016/j.foodqual.2003.12.008.
Greene, J. L., Bratka, K. J., Drake, M. A., and Sanders, T. H. (2006). Effectiveness of category
and line scales to characterize consumer perception of fruity fermented flavor in peanuts.
Journal of Sensory Studies, 21(2), 146154.http://dx.doi.org/10.1111/j.1745-
459X.2006.00057.x.
Hottenstein, A. W., Taylor, R., and Carr, B. T. (2008). Preference segments: A deeper
understanding of consumer acceptance or a serving order effect? Food Quality and Preference,
19(8), 711718. http://dx.doi.org/10.1016/j.foodqual.2008.04.004.
Izard, C. (2009). Emotion theory and research: Highlights, unanswered questions, and emerging
issues. Annual Review of Psychology,
60,125.http://dx.doi.org/10.1146/annurev.psych.60.110707.163539.
Jaeger, S. R., Andani, Z., Wakeling, I. N., and MacFie, H. J. H. (1998). Consumer preferences for
fresh and aged apples: A cross-cultural comparison. Food Quality and Preference, 9(5), 355
366. http://dx.doi.org/10.1016/S0950-3293(98) 00031-7.
King, S. C., and Meiselman, H. L. (2010). Development of a method to measure consumer
emotions associated with foods. Food Quality and Preference, 21(2), 168177.
http://dx.doi.org/10.1016/j.foodqual.2009.02.005.
King, S. C., Meiselman, H. L., and Carr, B. T. (2013). Measuring emotions associated with foods:
Important elements of questionnaire and test design. Food Quality and Preference, 28(1), 8
16. http://dx.doi.org/10.1016/j.foodqual.2012.08.007.
King, S. C., Snow, J., Meiselman, H. L., Sainsbury, J., Carr, B. T., McCafferty, D., Li, Q. (2015).
Development of a questionnaire to measure consumer wellness associated with foods: the
WellSense ProfileTM. Food Quality and Preference, 39, 8294.
http://dx.doi.org/10.1016/j.foodqual.2014.06.003.
Lang, P. J. (1980). Behavioral treatment and bio-behavioral assessment: Computer applications.
Technology in Mental Health Care Delivery Systems, 119137.
Lange, C., Rousseau, F., and Issanchou, S. (1998). Expectation, liking and purchase behaviour
under economical constraint. Food Quality and Preference, 10(1), 3139.
http://dx.doi.org/10.1016/S0950-3293(98)00035-4.
Lawless, H. T., and Heymann, H. (2010). Sensory evaluation of food: Principles and practices.
USA: Springer Science and Business Media.
Lohac, Y. and Issanchou, S. (2011). Using auctions to estimate prices and value of food products:
471491. In: H. Mac Fie, (Ed.), Consumer-led food product development. Woodhead
Publishing in Food Science, Technology and Nutrition. doi:10.1016/B978-1-84569-072-
4.50025-0.
Macfie, H. J., Bratchell, N., Greenhoff, K., and Vallis, L. V. (1989). Designs to balance the effect
of order of presentation and first-order carry-over effects in hall tests. Journal of Sensory
Studies, 4(2), 129148. http://dx.doi.org/10.1111/j.1745- 459X.1989.tb00463.x.
Manzocco, L., Rumignani, A., and Lagazio, C. (2013). Emotional response to fruit saladswith
different visual quality. Food Quality and Preference, 28(1), 1722.
http://dx.doi.org/10.1016/j.foodqual.2012.08.014.
Mauss, I. B., and Robinson, M. D. (2009). Measures of emotion: A review. Cognition and
Emotion, 23(2), 209237. http://dx.doi.org/10.1080/02699930802204677.
Meilgaard, M., Civille, G. V., and Carr, B. T. (2006). Sensory evaluation techniques. USA:CRC
Press.
Ng, M., Chaya, C., and Hort, J. (2013a). Beyond liking: Comparing the measurement of emotional
response using EsSense profile and consumer defined check-all-thatapply methodologies.
Food Quality and Preference, 28(1), 193205.
http://dx.doi.org/10.1016/j.foodqual.2012.08.012.
Ng, M., Chaya, C., and Hort, J. (2013b). The influence of sensory and packaging cues on both
liking and emotional, abstract and functional conceptualisations. Food Quality and Preference,
29(2), 146156. http://dx.doi.org/10.1016/ j.foodqual.2013.03.006.
Piqueras-Fiszman, B., and Jaeger, S. R. (2014a). Emotion responses under evoked consumption
contexts: A focus on the consumers frequency of product consumption and the stability of
responses. Food Quality and Preference, 35, 2431.
http://dx.doi.org/10.1016/j.foodqual.2014.01.007.
Piqueras-Fiszman, B., and Jaeger, S. R. (2014b). The impact of evoked consumption contexts and
appropriateness on emotion responses. Food Quality and Preference, 32(Part C(0)), 277288.
http://dx.doi.org/10.1016/ j.foodqual.2013.09.002.
Porcherot, C., Delplanque, S., Raviot-Derrien, S., Calv, B. L., Chrea, C., Gaudreau, N., et al.
(2010). How do you feel when you smell this? optimization of a verbal measurement of odor-
elicited emotions. Food Quality and Preference, 21(8), 938947.
http://dx.doi.org/10.1016/j.foodqual.2010.03.012.
Qiu, C., and Yeung, C. (2008). Mood and comparative judgment: Does mood influence everything
and finally nothing?. Journal of Consumer Research, 34.
Silva, A. N. D., Silva, Rita de Cssia dos Santos Navarro da, Ferreira, M. A. M., Minim, V. P. R.,
Costa, Thiago de Melo Teixeira da, and Perez, R. (2013). Performance of hedonic scales in
sensory acceptability of strawberry yogurt. Food Quality and Preference, 30(1), 9-21.
doi:10.1016/j.foodqual.2013.04.001.
Spinelli, S., Masi, C., Dinnella, C., Zoboli, G. P., and Monteleone, E. (2014). How does it make
you feel? A new approach to measuring emotions in food product experience. Food Quality
and Preference, 37, 109122. http://dx.doi.org/10.1016/ j.foodqual.2013.11.009.
Thomson, D. M. H., and Crocker, C. (2013). A data-driven classification of feelings. Food Quality
and Preference, 27(2), 137152. http://dx.doi.org/10.1016/j.foodqual.2012.09.002.
Thomson, D. M. H., Crocker, C., and Marketo, C. G. (2010). Linking sensory characteristics to
emotions: An example using dark chocolate. Food Quality and Preference, 21(8), 11171125.
http://dx.doi.org/10.1016/j.foodqual.2010.04.011
Wakeling, I. N., and MacFie, H. J. H. (1995). Designing consumer trials balanced for first and
higher orders of carry-over effect when only a subset of k samples from t may be tested. Food
Quality and Preference, 6(4), 299308. http://dx.doi.org/ 10.1016/09503293(95)00032-1.

Anda mungkin juga menyukai