Disusun oleh :
1.Debataraja Martua Saulus / 2014-11-234
2.Bayu Ekoputro Kurniawan / 2014-11-233
3.Alfin Fauzan / 2013-11-240
4.Arrizal Haris Fathoni / 2014-11-248
Motor Sinkron adalah motor AC tiga-fasa yang dijalankan pada kecepatan sinkron, tanpa
slip. Motor sinkron adalah motor AC, bekerja pada kecepatan tetap pada sistem frekuensi
tertentu. Motor ini memerlukan arus DC untuk pembangkitan daya dan memiliki torsi awal yang
rendah, dan oleh karena itu motor sinkron cocok untuk penggunaan awal untuk beban rendah,
seperti kompresor udara, perubahan frekuensi dan generator motor. Motor sinkron mampu
memperbaiki faktor daya sistem sehingga sering digunakan pada sistem yang menggunakan
banyak listrik.
BAB II
GENERATOR SINKRON
(ALTERNATOR)
(a) (b)
Gambar 1.2 Gambaran bentuk (a) rotor Non-salient (rotor silinder), (b) penampang rotor
pada generator sinkron
Arus DC disuplai ke rangkaian medan rotor dengan dua cara:
1. Menyuplai daya DC ke rangkaian dari sumber DC eksternal dengan sarana
slip ring dan sikat.
2. Menyuplai daya DC dari sumber DC khusus yang ditempelkan langsung
pada batang rotor generator sinkron.
Gambar 1.3 Gambaran sederhana kumparan 3-fasa dan tegangan yang dibangkitkan
. Pada rotor kutub sepatu, fluks terdistribusi sinusoidal didapatkan dengan mendesain
bentuk sepatu kutub. Sedangkan pada rotor silinder, kumparan rotor disusun secara khusus untuk
mendapatkan fluks terdistribusi secara sinusoidal. Untuk tipe generator dengan kutub internal
(internal pole generator), suplai DC yang dihubungkan ke kumparan rotor melalui slip ring dan
sikat untuk menghasilkan medan magnet merupakan eksitasi daya rendah. Jika rotor
menggunakan magnet permanen, maka tidak slip ring dan sikat karbon tidak begitu diperlukan.
1.3 Kecepatan Putar Generator Sinkron
Frekuensi elektris yang dihasilkan generator sinkron adalah sinkron dengan kecepatan
putar generator. Rotor generator sinkron terdiri atas rangkaian elektromagnet dengan suplai arus
DC. Medan magnet rotor bergerak pada arah putaran rotor. Hubungan antara kecepatan putar
medan magnet pada mesin dengan frekuensi elektrik pada stator adalah:
nr . p
f e= (1.1)
120
yang mana:
fe = frekuensi listrik (Hz)
nr = kecepatan putar rotor = kecepatan medan magnet (rpm)
p = jumlah kutub magnet
Oleh karena rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan medan magnet, persamaan
diatas juga menunjukkan hubungan antara kecepatan putar rotor dengan frekuensi listrik yang
dihasilkan. Agar daya listrik dibangkitkan tetap pada frekuensi 50Hz atau 60 Hz, maka generator
harus berputar pada kecepatan tetapdengan jumlah kutub mesin yang telah ditentukan. Sebagai
contoh untuk membangkitkan 60 Hz pada mesin dua kutub, rotor arus berputar dengan kecepatan
3600 rpm. Untuk membangkitkan daya 50 Hz pada mesin empat kutub, rotor harus berputar pada
1500 rpm.
Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator, karenanya tidak
terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh arus medan (IF). Apabila arus
medan (IF) diubah-ubah harganya, akan diperoleh harga Ea seperti yang terlihat pada kurva
sebagai berikut.
Karakteristik pembebanan dan diagram vektor dari alternator berbeban induktif (faktor
kerja terbelakang) dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 1.5 Karakteristik alternator berbeban induktif
Rangkaian ekuivalen generator sinkron perfasa ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Pengujian yang kedua yaitu pengujian hubung singkat. Pada pengujian ini mula-mula
arus eksitasi medan dibuat nol, dan terminal generator dihubung singkat melalui ampere meter.
Kemudian arus jangkar Ia (= arus saluran) diukur dengan mengubah arus eksitasi medan. Dari
pengujian hubung singkat akan menghasilkan hubungan antara arus jangkar (Ia ) sebagai fungsi
arus medan (IF), dan ini merupakan garis lurus. Gambaran karakteristik hubung singkat
alternator diberikan di bawah ini.
Gambar 1.8 Karakteristik hubung singkat alternator
Ketika terminal generator dihubung singkat maka tegangan terminal adalah nol.
Impedansi internal mesin adalah:
Ra
Zr = Ra Xs =
2 2
Ia (1.5)
Oleh karena Xs >> Ra, maka persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi:
Ea Voc
Xs=
Ia Iahs (1.6)
Jika Ia dan Ea diketahui untuk kondisi tertentu, maka nilai reaktansi sinkron dapat
diketahui. Tahanan jangkar dapat diukur dengan menerapkan tegangan DC pada kumparan
jangkar pada kondisi generator diam saat hubungan bintang (Y), kemudian arus yang mengalir
diukur. Selanjutnya tahanan jangkar perfasa pada kumparan dapat diperoleh dengan
menggunakan hukum ohm sebagai berikut.
Vdc
Ra=
2. Idc (1.7)
Penggunaan tegangan DC ini adalah supaya reaktansi kumparan sama dengan nol pada
saat pengukuran.
1.8 Diagram Fasor
Gambar 1.9 Diagram fasor (a) Faktor daya satu (b) faktor daya tertinggal (c) faktor daya
mendahului
Diagram fasor memperlihatkan bahwa terjadinya pebedaan antara tegangan teminal V
dalam keadaan berbeban dengan tegangan induksi (Ea ) atau tegangan pada saat tidak berbeban.
Diagram dipengaruhi selain oleh faktor kerja juga oleh besarnya arus jangkar (Ia ) yang
mengalir. Dengan memperhatikan perubahan tegangan V untuk faktor keja yang berbeda-beda,
karakteristik tegangan teminal V terhadap arus jangkar Ia diperlihatkan pada gambar 1.9.
(1.8)
Bila sebuah generator G akan diparaelkan dengan jala-jala, maka mula-mula G diputar
oleh penggerak mula mendekati putaran sinkronnya, lalu penguatan IF diatur hingga tegangan
terminal generator tersebut sama denga jala-jala. Untuk mendekati frekuensi dan urutan fasa
kedua tegangan (generator dan jala-jala) digunakan alat pendeteksi yang dapat berupa lampu
sinkronoskop hubungan terang. Benar tidaknya hubungan pararel tadi, dapat dilihat dari lampu
tersebut. Bentuk hubungan operasi paralel generator sinkron dengan lampu sinkronoskop
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
BAB III
MOTOR SINKRON
Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi listrik
menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan
medan pada rotor. Kumparan jangkarnya berbentuk sama dengan mesin induksi, sedangkan
kumparan medan mesin sinkron dapat berbentuk kutub sepatu (salient) atau kutub dengan celah
udara sama rata (rotor silinder). Arus searah (DC) untuk menghasilkan fluks pada kumparan
medan dialirkan ke rotor melalui cincin dan sikat.
Gambar 2.1 Terjadinya torsi pada motor sinkron (a) tanpa beban (b) kondisi berbeban (c) kurva
karakteristik torsi
Gambar 2.1 memperlihatkan keadaan terjadinya torsi pada motor sinkron. Keadaan ini
dapat dijelaskan sebagai berikut: apabila kumparan jangkar (pada stator) dihubungkan dengan
sumber tegangan tiga fasa maka akan mengalir arus tiga fasa pada kumparan. Arus tiga fasa pada
kumparan jangkar ini menghasilkan medan putar homogen (BS). Berbeda dengan motor induksi,
motor sinkron mendapat eksitasi dari sumber DC eksternal yang dihubungkan ke rangkaian rotor
melalui slip ring dan sikat. Arus DC pada rotor ini menghasilkan medan magnet rotor (BR) yang
tetap. Kutub medan rotor mendapat tarikan dari kutub medan putar stator hingga turut berputar
dengan kecepatan yang sama (sinkron). Torsi yang dihasilkan motor sinkron merupakan fungsi
sudut torsi (). Semakin besar sudut antara kedua medan magnet, maka torsi yang dihasilkan
akan semakin besar seperti persamaan di bawah ini.
T = k .BR .Bnet sin (2.1)
Pada beban nol, sumbu kutub medan putar berimpit dengan sumbu kumparan
medan ( =
0). Setiap penambahan beban membuat medan motor tertinggal dari medan
stator, berbentuk sudut kopel (); untuk kemudian berputar dengan kecepatan yang sama
lagi. Beban maksimum tercapai ketika = 90o. Penambahan beban lebih lanjut
mengakibatkan hilangnya kekuatan torsi dan motor disebut kehilangan sinkronisasi. Oleh
karena pada motor sinkron terdapat dua sumber pembangkit fluks yaitu arus bolak-balik
(AC) pada stator dan arus searah (DC) pada rotor, maka ketika arus medan pada rotor
cukup untuk membangkitkan fluks (ggm) yang diperlukan motor, maka stator tidak perlu
memberikan arus magnetisasi atau daya reaktif dan motor bekerja pada faktor daya = 1,0.
Ketika arus medan pada rotor kurang (penguat bekurang), stator akan menarik arus
magnetisasi dari jala-jala, sehingga motor bekerja pada faktor daya terbelakang (lagging).
Sebaliknya bila arus pada medan rotor belebih (penguat berlebih), kelebihan fluks (ggm)
ini harus diimbangi, dan stator akan menarik arus yang bersifat kapasitif dari jala-jala,
dan karenanya motor bekerja pada faktor daya mendahului (leading). Dengan demikian,
faktor daya motor sinkron dapat diatur dengan mengubah-ubah harga arus medan (IF)