Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia cukup tinggi. Menurut survei


demografidan kesehatan Indonesia 2007 AKI di Indonesia adalah
228/100.000 kelahiran hidup. Ada 3 penyebab klasik kematian ibu
yaitu perdarahan, keracunan kehamilan dan infeksi. Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) 15-50% kematian ibu disebabkan oleh abortus.
Abortus berdampak perdarahan atau infeksi yang dapat
menyebabkan kematiann oleh karena itu kematian ibu yang
disebabkan abortus sering tidak dilaporkan dalam penyebab kematian
ibu tapi dilaporkan sebagai perdarahan / sepsis. Abortus dapat terjadi
secara tidak disengaja maupun disengaja.
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%,
namun demikian frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar
ditentukan karena abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali
bila terjadi komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan hanya
disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak dapat ke dokter
atau rumah sakit. Oleh karena itu bidan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam memberikan pelayanan ANC, dalam memberikan
penyuluhan mengenai tanda bahaya kehamilan secara dini. Dengan
begitu maka kehamilan ibu akan terpantau dan dapat segera ditangani
jika ada komplikasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Abortus

1. Pengertian Abortus
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus
belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila
fetus itu beratnya antara 400 sampai 1000 gram, atau usia kehamilan kurang
dari 28 minggu. (Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Nasional Maternal
dan Neonatal, 2003).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum kehamilan berusia
22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan.
(Sarwono, 2001 : 145).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan. (Mochtar, R., 2002 : 209).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
(Kapita Selekta, Jilid I, 2001 : 260).
Kesimpulannya abortus adalah hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan, berat janin < 500 gram dan umuyr kehamilan < 20
minggu.
JEFFCOAT : Abortus adalah pengeiuaran dihasil konsepsi sebelum usia
kehamilan 28 rninggu, yaitu fetus belurn viable by low (Mochtar, R., 2002 :
209).
HOLNER : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke
16 di mana proses plarentasi belum selesai (Mochtar, R., 2002 : 209: 209).
EASTMAN : Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan
dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup
diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 1000 gram, atau
usia kehamilan kurang dari 28 minggu (Mochtar, R., 2002 : 209).
2. Etiologi Abortus

Faktor faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum


sendiri, faktor ibu, faktor bapak.
2.1. Faktor Ovum
Berbagai penyakit ibu dapKelainan telur menyebabkan kelainan
pertumbuhan yang sedemikian rupa hingga janin tidak mungkin hidup terus,
misalnya karena faktor endogen seperti kelainan kromosom (trisomi &
polyploidy). Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi
hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari
ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu
bulan. Kelainan pertumbuhan selain oleh kelainan benih dapat juga
disebabkan oleh kelainan lingkungan atau exogen (virus, radiasi, zat kimia).
2.2. Faktor ibu
Dapat at menimbulkan abortus, misalnya :
1. Infeksi akut yang berat : peneumonia, types dan lain-lain, dapat
menyebabkan abortus atau partus prematurus. Janin dapat meninggal oleh
toxin-toxin atau karena penyemburan kuman-kuman sendiri.
2. Kelainan genetalia ibu, misalnya pada ibu yang menderita :
Anomalia congenital (hipoplasia uteri, tumor uterus, uterus bikornis, dan
lain-lain)
Kelainan letak dari uterus seperti retroflexi uteri fixate
Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti esterogen atau
progesterone, endometritis, mioma submoka.
Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mioma)
Distosia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis
3. Gangguan sirkulasi placenta
Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit netritis, hipertensi, toxemia
gravidarum, anomalia placenta, dan endarteritis oleh karena lues.

3. Antagonis resus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui placenta merusak darah fetus,
sehingga terjadi anemia pada fetis yang berakibat meninggalnya fetus.
4. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi misalnya :
sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan, laparatomi, dan lain-lain,
atau dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus, selaput janin rusak
langsung karena instrument, benda, dan obat-obatan.
Faktor Bapak
Umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemia, dekompensasi, kordis,
malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, dll), sinar roentgen,
avitaminosis.(Mochtar, R., 2002 : 209)
2.4. Kekurangan hormon
Corpus luteum dan trophoblast menghasilkan progesteron untuk
mempertahankan decidua. Jika kadar progesteron kurang maka akan
mempengaruhi pemberian makanan kepada foetus dan menyebabkan
kematian. Hormon lain terutama hormon tiroid, kadang-kadang dapat
menyebabkan abortus.
2.5. Kelainan organ-organ reproduksi
Mioma uteri dianggap sebagai faktor etiologik terjadinya abortus jika
pemeriksaan klinik lainnya tidak ada kelainan dan pada histerogram
menunjukkan deformitas cavum uteri.
Retrofleksi uteri gravidi incancerati akan mengganggu sirkulasi yang
menyebabkan perubahan pada decidua dan terjadinya abortus.
Serviks yang pendek, baik kongenital maupun pasca bedah, dan serviks
inkompeten dapat menyebabkan abortus.
2.6. Trauma
Trauma psikis dan trauma fisik jarang menyebabkan abortus. Pada umumnya
trauma yang berat atau trauma yang langsung mengenai uterus (misalnya
terkena tembakan peluru atau trauma tumpul pada perut) dan operasi
abdominal yang besar dapat merangsang terjadinya abortus.
2.7. Penyakit Autoimun
Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit
autoimun seperti SLE dan antipofolipid antibody. Kejadian abortus spontan
diantara pasien SLE sekitar 10% disbanding populasi umum.
2.8. Faktor Lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat paparan obat dan kimia radiasi
dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan terhadap gas
buangan anastesi dan tembakau
(http://materikebidanan.wordpress.com).

Klasifikasi Abortus
Abortus dibagi atas dua golongan :
3.1. Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis
ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah
Klinis abortus spontan :
Abortus komplentus (keguguran lengkap)
Seluruh hasil konsepsi telah dilahirkan dengan lengkap, sehingga rongga
rahim kosong.
Abortus incompletes (keguguran bersisa)
Hanya sebagian dari konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah
desidua atau plasenta.
Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung)
Adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan astium yang sudah trbuka
dan ketuban yang teraba, kehamilan tidak dipertahankan lagi.
Abortus imminens (keguguran membakat)
Keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih
dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti spasmodika
serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka
perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi
kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan
(kuret).

Missed abortion (keguguran tertunda)


Adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim
dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan/lebih, dimana janin telah mati sebelum
minggu ke-22.
Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang)
Ialah abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang-
kurangnya 3x berturut-turut.
Abortus infeksiosus dan abortus septic
Adalah keguguran disertai infeksi genital. Abortus septic adalah keguguran
disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam
peredaran darah atau peritoneum.
.2. Abortus provokatus (induced abortus)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan. Abortus
ini dibagi 2, yaitu :
Abortus medisinalis (abortus therapeutikus)
Adalah abortus karena kita sendiri dengan alas an bila kehamilan dilanjutkan
dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu
mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis. (Mochtar, R., 2002 : 209)

Gejala-gejala Dari Abortus


Abortus Iminens
Perdarahan sedikit
Nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali
Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan.
Tidak diketemukan kelainan pada serviks.
Abortus insipiens
Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.
Nyeri karena kontraksi rahim kuat.
Akibat kontraksi rahim terjadi pembukaan.
Abortus Incompletus
Perdarahan masih berlanjut
Pada pemeriksaan dalam terjadi pembukaan.
Abortus Completus
Keluar gumpalan darah dan bagian tubuh dari janin.
Missed Abortion
Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban.
Terjadinya amenore berlangsung terus menerus.
Abortus Habitualis
Komplikasi Aborsi
Perdarahan (hemmorage)
Dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian transfusi darah, kematian karena perdarahan dapat
terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
Porferasi uterus
Dapat terjadi perforasi uterus pada kerokan terutama pada uterus dalam
posisi hiperetrofleksi. Jika terjadi perforasi harus segera dilakukan
laparatomi. Perforasi sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang
dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.
Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus. Lebih
sering ditemukan pada abortus incompletes dan abortus buatan yang tanpa
memperhatikan aseptic dan antiseptic.
Syok
Keadaan syok dapat ditimbulkan oleh bermacam-macam sebab. Yang
terbanyak adalah syok hipotolemik, yaitu adanya kekurangan volume darah
yang beredar akibat perdarahan atau dehidrasi.
(Sarwono, 2008 : 331)
Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat
terjadi kelainan pembekuan darah. (Kapita Selecta, Jilid I, 2001 : 263)

Patologis Abortus
Perubafian patofisiologi dimulai dari perdarahan pada desidua yang
menyebabkan necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian /
seluruh janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan
benda asing bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi
eksplusi seringkali fatus tak tampak dan ini disebut Bligrted Ovum.
Kelainan terpenting ialah perdarahan dalam dicidua dan necrose sekitarnya.
Karena perdarahan ini ovum terlepas sebagian atau seluruhnya dan berfungsi
sebagai benda asing yang menimbulkan kontraksi. Kontraksi ini akhirnya
mengeluarkan isi rahim. (Obstetri Patologi, 9)
Pada kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan
seluruhnya, karena vili korealis belum menembus desidua terlalu dalam,
sedangkan kehamilan 8-14 minggu telah masuk agak dalam, sehingga
sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu akan banyak
terjadi perdarahan.
Kadang-kadang telur yang lahir dengan abortus mempunyai bentuk yang
istimewa, misalnya :
Telur kosong (blighted ovum) yang berbentuk kantong amnion berisi
air ketuban tanpa janin.
Mola curenta adalah telur yang dibungkus oleh darah kental. Mola
curenta terbentuk, kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah
berkesempatan membeku antara desidua dan chorion. Jika darah beku ini
sudah seperti dagin diebut juga mola carnosa.
Mola tuberose, ialah telur yang memperlihatkan benjolan-benjolan
disebabkan haematom-haematom antara amnion dan chorion.
Nasib janin yang mati bermacam-macam, kalau masih sangat kecil
dapat diabsorbsi hingga janin tertekan atau disebut foetus conpresus.
Kadang-kadang janin menjadi kering, mengalami mumnifikasi hingga
menyerupai perkamen (foetus papyraceus).

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis terjadinya abortus adalah :
Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
Rasa mulas atau keram perut di daerah atas sympisis, sering disertai
nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
Pemeriksaan ginekologi
Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva.
Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium.
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, kavum donglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
(Kapita Selekta, Jilid I, 2001 : 261)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :
Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus
Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup
Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
(Kapita Selekta, Jilid I, 2001 : 261)
Konsep Dasar Abortus Incompletus
1. Pengertian
Abortus incompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus. (Sarwono, 1999: 307).
Adalah abortus yang ditandai dengan adanya pembukaan cerviks, keluarnya
jaringan sebagian dan sebagian masih tertinggal di dalam kandungan serta
perdarahan pervaginam dalam jumlah yang banyak (Sarwono
Prawirorahardjo, 1999).
Abortus adalah sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan. yang
tertinggal adalah desidua.plasenta (Sinopsis, Obsetri, Fisiologi, Pathologi :
1998).
2. Gejala Abortus Incompletes
Gejala abortus meliputi :
Amenorrhea
Perdarahan bisa sedikit, bisa banyak, perdarahan berupa stolsel
(darah beku) sudah ada keluar fetus atau jaringan.
Sakit perut dan mules-mules
Pada pemeriksaan dalam, ostium uteri terbuka didapatkan sisa
kehamilan atau placenta dalam kanalis servikalis atau cavum uteri (jika
dbiarkan lama cervik akan menutup).
Uterus lebih kecil dari kehamilan seharusnya.
(Rustam, Muchtar. 1998: 212)
Perdarahan pada abortus incompletes dapat banyak sekali, sehingga
menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil
konsepsi dikeluarkan.
(Sarwono, 1999: 307)
3. Komplikasi Abortus Incompletus
Perdarahan mengakibatkan syok hemoragik
Perforasi sering terjadi sewaktu dilatasi dan curettage yang dilakukan
oleh tenaga yang tidak ahli
Infeksi dan tetanus
Payah ginjal akut
Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh perdarahan yang banyak
(syok hemoragik) dan infeksi berat atau sepsis (syok septik).
(Muchtar. R. 214.)
4. Penatalaksanaan Abortus Incompletus
Temukan besarnya uterus (taksir usia gestasi) kenali dan atasi setiap
komplikasi (perdarahan hebat, syok, infeksi / sepsis)
Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai
perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau
cunam ovum, setelah itu evaluasi perdarahan.
Bila perdarahan berkausi, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol
400 mg per oral.
Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan
AVM atau DDK (pilihan tergantung dari usia / gestasi, pembukaan serviks
dan keberadaan bagian janin).
Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotik provilaksis
(acupisillin 3x500 mg selama 5 hari, atau doksisiklin 100 mg)
Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 gr dan metronidazol 500 mg
setiap 8 jam.
Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16 minggu
segera lakukan evakuasi dengan AVM.
Bila pasien tampak anemia, berikan sulfat ferosus 600 mg perhari
selama 2 minggu (anemi sedang) atau transfusi darah.
Setelah syok diatasi lakukan gerakan dengan karet tajam lalu
suntikkan metil ergometrin 0,2 mg IM.
Bila janin sudah keluar tetapi plasenta belum terlepas, lakukan
pelepasan plasenta secara manual.
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

Konsep Dasar Asuhan Kebidanan


1. Pengertian
Asuhan kebidanan ini adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada
klien atau pasien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara bertahap dan
Sistematis ,melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan.
2. Manajemen Kebidanan menurut Varney, 1997 :
Pengertian
Proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah penemuan-
penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Langkah-langkah
Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar / Pengkajian
Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang terdiri dari
data subjektif data objektif. Data subjektif adalah yang menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. Yang
termasuk data subjektif antara lain biodata, riwayat kesehatan, keluhan
utama, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan
dan nifas, pengetahuan klien.
Data objektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus. Data objektif terdiri dari pemeriksaan fisik
yang sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi) dan pemeriksaan
penunjang (laboratorium, catatan baru dan sebelumnya).
Langkah II : Intepretasi Data Dasar / Diagnosa Masalah
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial &
Mengantisipasi Penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap diagnosa
atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan
Segera untuk Melakukan Konsultai, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan
lain berdasarkan kondisi klien.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh / Intervensi
Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
masalah atau diagnosa yang telah di identifikasi atau di antisipasi.
Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan
Aman / Implementasi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan
pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini
bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri ia tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.

Langkah VII : Evaluasi


Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan kebidanan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar tetap terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah di
identifikasi didalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dianggap
efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya. (Saminem, 2008)

Anda mungkin juga menyukai