PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Pengertian Abortus
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus
belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila
fetus itu beratnya antara 400 sampai 1000 gram, atau usia kehamilan kurang
dari 28 minggu. (Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Nasional Maternal
dan Neonatal, 2003).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum kehamilan berusia
22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan.
(Sarwono, 2001 : 145).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan. (Mochtar, R., 2002 : 209).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
(Kapita Selekta, Jilid I, 2001 : 260).
Kesimpulannya abortus adalah hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan, berat janin < 500 gram dan umuyr kehamilan < 20
minggu.
JEFFCOAT : Abortus adalah pengeiuaran dihasil konsepsi sebelum usia
kehamilan 28 rninggu, yaitu fetus belurn viable by low (Mochtar, R., 2002 :
209).
HOLNER : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke
16 di mana proses plarentasi belum selesai (Mochtar, R., 2002 : 209: 209).
EASTMAN : Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan
dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup
diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 1000 gram, atau
usia kehamilan kurang dari 28 minggu (Mochtar, R., 2002 : 209).
2. Etiologi Abortus
3. Antagonis resus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui placenta merusak darah fetus,
sehingga terjadi anemia pada fetis yang berakibat meninggalnya fetus.
4. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi misalnya :
sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan, laparatomi, dan lain-lain,
atau dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus, selaput janin rusak
langsung karena instrument, benda, dan obat-obatan.
Faktor Bapak
Umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemia, dekompensasi, kordis,
malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, dll), sinar roentgen,
avitaminosis.(Mochtar, R., 2002 : 209)
2.4. Kekurangan hormon
Corpus luteum dan trophoblast menghasilkan progesteron untuk
mempertahankan decidua. Jika kadar progesteron kurang maka akan
mempengaruhi pemberian makanan kepada foetus dan menyebabkan
kematian. Hormon lain terutama hormon tiroid, kadang-kadang dapat
menyebabkan abortus.
2.5. Kelainan organ-organ reproduksi
Mioma uteri dianggap sebagai faktor etiologik terjadinya abortus jika
pemeriksaan klinik lainnya tidak ada kelainan dan pada histerogram
menunjukkan deformitas cavum uteri.
Retrofleksi uteri gravidi incancerati akan mengganggu sirkulasi yang
menyebabkan perubahan pada decidua dan terjadinya abortus.
Serviks yang pendek, baik kongenital maupun pasca bedah, dan serviks
inkompeten dapat menyebabkan abortus.
2.6. Trauma
Trauma psikis dan trauma fisik jarang menyebabkan abortus. Pada umumnya
trauma yang berat atau trauma yang langsung mengenai uterus (misalnya
terkena tembakan peluru atau trauma tumpul pada perut) dan operasi
abdominal yang besar dapat merangsang terjadinya abortus.
2.7. Penyakit Autoimun
Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit
autoimun seperti SLE dan antipofolipid antibody. Kejadian abortus spontan
diantara pasien SLE sekitar 10% disbanding populasi umum.
2.8. Faktor Lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat paparan obat dan kimia radiasi
dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan terhadap gas
buangan anastesi dan tembakau
(http://materikebidanan.wordpress.com).
Klasifikasi Abortus
Abortus dibagi atas dua golongan :
3.1. Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis
ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah
Klinis abortus spontan :
Abortus komplentus (keguguran lengkap)
Seluruh hasil konsepsi telah dilahirkan dengan lengkap, sehingga rongga
rahim kosong.
Abortus incompletes (keguguran bersisa)
Hanya sebagian dari konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah
desidua atau plasenta.
Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung)
Adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan astium yang sudah trbuka
dan ketuban yang teraba, kehamilan tidak dipertahankan lagi.
Abortus imminens (keguguran membakat)
Keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih
dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti spasmodika
serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka
perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi
kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan
(kuret).
Patologis Abortus
Perubafian patofisiologi dimulai dari perdarahan pada desidua yang
menyebabkan necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian /
seluruh janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan
benda asing bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi
eksplusi seringkali fatus tak tampak dan ini disebut Bligrted Ovum.
Kelainan terpenting ialah perdarahan dalam dicidua dan necrose sekitarnya.
Karena perdarahan ini ovum terlepas sebagian atau seluruhnya dan berfungsi
sebagai benda asing yang menimbulkan kontraksi. Kontraksi ini akhirnya
mengeluarkan isi rahim. (Obstetri Patologi, 9)
Pada kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan
seluruhnya, karena vili korealis belum menembus desidua terlalu dalam,
sedangkan kehamilan 8-14 minggu telah masuk agak dalam, sehingga
sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu akan banyak
terjadi perdarahan.
Kadang-kadang telur yang lahir dengan abortus mempunyai bentuk yang
istimewa, misalnya :
Telur kosong (blighted ovum) yang berbentuk kantong amnion berisi
air ketuban tanpa janin.
Mola curenta adalah telur yang dibungkus oleh darah kental. Mola
curenta terbentuk, kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah
berkesempatan membeku antara desidua dan chorion. Jika darah beku ini
sudah seperti dagin diebut juga mola carnosa.
Mola tuberose, ialah telur yang memperlihatkan benjolan-benjolan
disebabkan haematom-haematom antara amnion dan chorion.
Nasib janin yang mati bermacam-macam, kalau masih sangat kecil
dapat diabsorbsi hingga janin tertekan atau disebut foetus conpresus.
Kadang-kadang janin menjadi kering, mengalami mumnifikasi hingga
menyerupai perkamen (foetus papyraceus).
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis terjadinya abortus adalah :
Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
Rasa mulas atau keram perut di daerah atas sympisis, sering disertai
nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
Pemeriksaan ginekologi
Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva.
Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium.
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, kavum donglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
(Kapita Selekta, Jilid I, 2001 : 261)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :
Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus
Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup
Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
(Kapita Selekta, Jilid I, 2001 : 261)
Konsep Dasar Abortus Incompletus
1. Pengertian
Abortus incompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus. (Sarwono, 1999: 307).
Adalah abortus yang ditandai dengan adanya pembukaan cerviks, keluarnya
jaringan sebagian dan sebagian masih tertinggal di dalam kandungan serta
perdarahan pervaginam dalam jumlah yang banyak (Sarwono
Prawirorahardjo, 1999).
Abortus adalah sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan. yang
tertinggal adalah desidua.plasenta (Sinopsis, Obsetri, Fisiologi, Pathologi :
1998).
2. Gejala Abortus Incompletes
Gejala abortus meliputi :
Amenorrhea
Perdarahan bisa sedikit, bisa banyak, perdarahan berupa stolsel
(darah beku) sudah ada keluar fetus atau jaringan.
Sakit perut dan mules-mules
Pada pemeriksaan dalam, ostium uteri terbuka didapatkan sisa
kehamilan atau placenta dalam kanalis servikalis atau cavum uteri (jika
dbiarkan lama cervik akan menutup).
Uterus lebih kecil dari kehamilan seharusnya.
(Rustam, Muchtar. 1998: 212)
Perdarahan pada abortus incompletes dapat banyak sekali, sehingga
menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil
konsepsi dikeluarkan.
(Sarwono, 1999: 307)
3. Komplikasi Abortus Incompletus
Perdarahan mengakibatkan syok hemoragik
Perforasi sering terjadi sewaktu dilatasi dan curettage yang dilakukan
oleh tenaga yang tidak ahli
Infeksi dan tetanus
Payah ginjal akut
Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh perdarahan yang banyak
(syok hemoragik) dan infeksi berat atau sepsis (syok septik).
(Muchtar. R. 214.)
4. Penatalaksanaan Abortus Incompletus
Temukan besarnya uterus (taksir usia gestasi) kenali dan atasi setiap
komplikasi (perdarahan hebat, syok, infeksi / sepsis)
Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai
perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau
cunam ovum, setelah itu evaluasi perdarahan.
Bila perdarahan berkausi, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol
400 mg per oral.
Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan
AVM atau DDK (pilihan tergantung dari usia / gestasi, pembukaan serviks
dan keberadaan bagian janin).
Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotik provilaksis
(acupisillin 3x500 mg selama 5 hari, atau doksisiklin 100 mg)
Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 gr dan metronidazol 500 mg
setiap 8 jam.
Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16 minggu
segera lakukan evakuasi dengan AVM.
Bila pasien tampak anemia, berikan sulfat ferosus 600 mg perhari
selama 2 minggu (anemi sedang) atau transfusi darah.
Setelah syok diatasi lakukan gerakan dengan karet tajam lalu
suntikkan metil ergometrin 0,2 mg IM.
Bila janin sudah keluar tetapi plasenta belum terlepas, lakukan
pelepasan plasenta secara manual.
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.