Konstitusi Dan Demokrasi
Konstitusi Dan Demokrasi
OTONOMI DAERAH
Oleh :
Ony Vina Agustina
165310029
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan karena atas izin dan
kehendak-Nya lah makalah sederhana ini dapat saya kerjakan tepat pada waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan. Adapun yang saya bahas dalam makalah
Dalam penulisan makalah ini saya menemui berbagai hambatan yang dikarenakan
terbatasnya Ilmu Pengetahuan saya mengenai hal yang berkenan dengan penulisan
makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen
pembimbing yakni Bapak Ramzi Durin, SH., MH yang telah memberikan limpahan ilmu
Saya menyadari akan kemampuan saya yang masih amatir. Dalam makalah ini saya
sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi saya yakin makalah ini masih banyak
kekurangan disana-sini. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan juga kritik
Saya harap, makalah ini menjadi referensi dan dapat berguna bagi orang lain yang
membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia para founding fathers telah
pemerintahan Negara.
Cita desentralisasi ini senantiasa menjadi bagian dalam praktek pemerintahan Negara sejak
berlakunya UUD 1945, terus memasuki era Konstitusi RIS, UUDS 1950 sampai pada era kembali
dipegang teguh oleh Negara Republik Indonesia, sekalipun dari satu periode ke periode lainnya
Sebagai perwujudan dari cita desentralisasi tersebut, maka langkah-langkah penting sudah
tentang pemerintahan daerah membuktikan bahwa keinginan untuk mewujudkan cita-cita ini terus
berlanjut. Sekalipun demikia, kenyataan membuktikan bahwa cita tersebut masih jauh dalam
realisasinya. Otonomi daerah masih lebih sebagai harapan ketimbang sebagai kenyataan yang telah
terjadi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Otonomi Daerah belumlah terwujud
sebagaimana yang diharapkan. Kita nampaknya baru menuju kea rah Otonomi Daerah yang
sebenarnya.
Faktor Pertama adalah faktor manusia sebagai subyek penggerak (faktor dinamis) dalam
peenyelenggaraan otonomi daerah. Faktor manusia ini haruslah baik, dalam pengertian moral
maupun kapasitasnya. Faktor ini mencakup unsur pemerintah daerah yang terdiri dari Kepala
Daerah dan DPRD, aparatur daerah maupun masyarakat daerah yang merupakan lingkungan
Faktor kedua adalah faktor keuangan yang merupakan tulang punggung bagi
terselenggaranya aktivitas pemerintahan Daerah. Salah stu cirri daerah otonom adalah terletak
pada kemampuan self supportingnya / mandiri dalam bidang keuangan. Karena itu, kemampuan
keuangan ini akan sangat memberikan pengaruh terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Sumber keuangan daerah yang asli, misalnya pajak dan retribusi daerah, hasilm perusahaan
daerah dan dinas daerah, serta hasil daerah lainnya yang sah, haruslah mampu memberikan
Faktor ketiga adalah faktor peralatan yang merupakan sarana pendukung bagi
terselenggaranya aktivitas pemerintahan daerah. Peralatan yang ada haruslah cukup dari segi
jumlahnya, memadai dari segi kualitasnya dan praktis dari segi penggunaannya. Syarat-syarat
peralatan semacam inilah yang akan sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
Faktor keempat adalah faktor organisasi dan manajemen. Tanpa kemampuan organisasi
dan manajemen yang memadai penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilakukan dengan baik,
efisien, dan efektif.oleh sebab itu perhatian yang sungguh-sunggguh terhadap masalah ini dituntut
Sejarah perkembangan Otonomi Daerah membuktikan bahwa keempat faktor tersebut di atas
masih jauh dari yang diharapkan. Karenanya Otonomi Daerah masih menunjukkan sosoknya yang
kurang menggembirakan.oleh sebab itu apabila kita berkeinginan untuk merealisasi cita-cita
Otonomi Daerah maka pembenahan dan perhatian yang sungguh-sungguh perlu diberikan kepada
Dengan adanya otonomi daerah diharapkan daerah tingkat I maupun Tingkat II mampu
mengelola daerah nya sendiri. Untuk kepentingan rakyat dan untuk meningkatkan kesejahteraan
PEMBAHASAN
Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu autosnamos. Kalimat ini terbagi menjadi
dua, autos dan namos autos yang berarti sendiri dan namos yang berarti Undang-undang atau
aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur dan
1. F. Sugeng Istianto
Otonomi daerah sebagai hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga
daerah.
sebelum era reformasi. Andai dalam penerapannya, masih terdapat berbagai kekurangan, tidak
3. Ateng Syarifuddin
Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu terwujud pemberian kesempatan yang harus
dipertanggungjawabkan.
4. Aim Abdulkarim ( 2007 )
Otonomi daerah merupakan kewenangan daerah untuk mengurus daerahnya sendiri sesuai
dengan kebutuhan nyata daerah dan sesuai dengan aspirasi masyarakat yang berkembang di
daerahnya
Otonomi daerah merupakan kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus
7. Syarif Saleh
Otonomi daerah adalah hak mengatur dan memerintah daerah sendiri. Hak mana diperoleh
Otonomi daerah merupakan beberapa aspek dari paradigma politik yang baru yang
mengharuskan kita secara kritis menempatkan perspektif SDM dalam konteks sejarah yang
baru
9. Hadi Wiyono, Isworo ( 2007 )
Otonomi daerah merupakan pancaran kedaulatan rakyat. Otonomi diberikan oleh pemerintah
kepada masyarakat dan sama sekali bukan kepada daerah ataupun pemerintah daerah. Dengan
demikian, pernyataan bahwa otonomi merupakan milik masyarakat berarti masyarakat tersebut
1. Benyamin Hoesein
Otonomi daerah adalah pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional
otonomi daerah ada kebebasan untuk menentukan apa yang menjadi kebutuhan daerah, tetapi
dalam kebutuhan daerah senantiasa disesuaikan dengan kepentingan nasional, ditetapkan dalam
Otonomi daerah adalah suatu pemerintah daerah yang mempunyai kewenangan sendiri
yang keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diserahkan oleh pemerintah guna
mengalokasikan sumber sumber material yang substansial tentang fungsi-fungsi yang berbeda.
4. Mariun (1979)
Dengan kebebasan yang dimiliki pemerintah daerah memungkinkan untuk membuat inisiatif
sendiri, mengelola dan mengoptimalkan sumber daya daerah. Adanya kebebasan untuk berinisiatif
merupakan suatu dasar pemberian otonomi daerah, karena dasar pemberian otonomi daerah adalah
dapat berbuat sesuai dengan kebutuhan setempat. Kebebasan yang terbatas atau kemandirian
demikian, hak dan kewajiban serta kebebasan bagi daerah untuk menyelenggarakan urusan-
urusannya sepanjang sanggup untuk melakukannya dan penekanannya lebih bersifat otonomi yang
luas.
a. Berinisiatif sendiri yaitu harus mampu menyusun dan melaksanakan kebijaksanaan sendiri.
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat vsetempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
a) Warisan Kolonial
Pada tahun 1903, pemerintah kolonial mengeluarkan staatsblaad No. 329 yang memberi
staatblaad ini deperkuat dengan Staatblaad No. 137/1905 dan S. 181/1905. Pada tahun 1922,
menggantikan locale ressort. Selain itu juga, terdapat pemerintahan yang merupakan persekutuan
Pemerintah kerajaan satu per satu diikat oleh pemerintahan kolonial dengan sejumlah kontrak
politik (kontrak panjang maupun kontrak pendek). Dengan demikian, dalam masa pemerintahan
Ketika menjalar PD II Jepang melakukan invasi ke seluruh Asia Timur mulai Korea Utara ke
Daratan Cina, sampai Pulau Jawa dan Sumatra. Negara ini berhasil menaklukkan pemerintahan
kolonial Inggris di Burma dan Malaya, AS di Filipina, serta Belanda di Daerah Hindia Belanda.
Pemerintahan Jepang yang singkat, sekitar tiga setengah tahun berhasil melakukan perubahan-
wilayah-wilayah bekas Hindia Belanda. Pihak penguasa militer di Jawa mengeluarkan undang-
undang (Osamu Seire) No. 27/1942 yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pada
masa Jepang pemerintah daerah hampir tidak memiliki kewenangan. Penyebutan daerah otonom
c) Masa Kemerdekaan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945 menitik beratkan pada asas dekonsentrasi, mengatur
pembentukan KND (komite Nasional Daerah) di keresidenan, kabupaten, kota berotonomi, dan
daerah-daerah yang dianggap perlu oleh mendagri. Pembagian daerah terdiri atas dua macam yang
1) Provinsi
2) Kabupaten/kota besar
3) Desa/kota kecil.
UU No.1 Tahun 1945 hanya mengatur hal-hal yang bersifat darurat dan segera saja. Dalam
batang tubuhnya pun hanya terdiri dari 6 pasal saja dan tidak memiliki penjelasan.
Peraturan kedua yang mengatur tentang otonomi daerah di Indonesia adalah UU Nomor 22
tahun 1948 yang ditetapkan dan mulai berlaku pada tanggal 10 Juli 1948. Dalam UU itu dinyatakan
a) Propinsi
b) Kabupaten/kota besar
c) Desa/kota kecil
Menurut UU No. 1 Tahun 1957, daerah otonom diganti dengan istilah daerah swatantra.
Wilayah RI dibagi menjadi daerah besar dan kecil yang berhak mengurus rumah tangga sendiri,
UU No. 1 Tahun 1957 ini menitikberatkan pelaksanaan otonomi daerah seluas-luasnya sesuai
Penpres No. 6 Tahun 1959 yang berlaku pada tanggal 7 November 1959 menitikberatkan pada
Penyebutan daerah yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri dikenal dangan daerah tingkat
Dekonsentrasi sangat menonjol pada kebijakan otonomi daerah pada masa ini, bahwa kepala
daerah diangkat oleh pemerintah pusat, terutama dari kalangan pamong praja.
1) Provinsi (tingkat I)
Sebagai alat pemerintah pusat, kepala daerah bertugas memegang pimpinan kebijaksanaan
oleh pemerintah pusat. Sebagai alat pemerintah daerah, kepala daerah mempunyai tugas
keputusan yang ditetapkan DPRD, dan mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan.
UU ini menyebutkan bahwa daerah berhak mengatur, dan mengatur rumah tangganya berdasar
asas desentralisasi. Dalam UU ini dikenal dua tingkatan daerah, yaitu daerah tingkat I dan daerah
2) Kabupaten/kotamadya
3) Kecamatan
Titik berat otonomi daerah terletak pada daerah tingkat II karena daerah tingkat II berhubungan
langsung dengan masyarakat sehingga lebih mengerti dan memenuhi aspirasi masyarakat. Prinsip
otonomi dalam UU ini adalah otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.
mengutamakan desentralisasi. Pokok pikiran dalam penyusunan UU No. 22 tahun 1999 adalah
sebagai berikut:
2) Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dan dekonsentrasi adalah daerah provinsi
sedangkan daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi adalah daerah kabupaten dan
daerah kota.
3) Daerah di luar provinsi dibagi dalam daerah otonomi.
Secara umum, UU No. 22 tahun 1999 banyak membawa kemajuan bagi daerah dan
ternyata UU ini juga dirasakan belum memenuhi rasa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Pada tanggal 15 Oktober disahkan UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah Daerah
yang dalam pasal 239 dengan tegas menyatakan bahwa dengan berlakunya UU ini, UU No. 22
tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan tidak berlaku lagi. UU baru ini memperjelas
dan mempertegas hubungan hierarki antara kabupaten dan provinsi, antara provinsi dan
pemerintah pusat berdasarkan asas kesatuan administrasi dan kesatuan wilayah. Pemerintah pusat
demikian juga provinsi terhadap kabupaten/kota. Di samping itu, hubungan kemitraan dan sejajar
1. Dasar Hukum
Tidak hanya pengertian tentang otonomi daerah saja yang perlu kita bahas.Namun ada dasar-
dasar yang bisa menjadi landasan.Ada beberapa peraturan dasar tentang pelaksanaan otonomi
Pengaturan, pembagian, serta Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yangg Berkeadilan, dan
perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
5) UU No. 33 Tahun 2004 mengenai Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
Selain berbagai dasar hukum yang mengatur tentang otonomi daerah,saya juga menulis apa
3. Keadilan nasional.
5. Pemeliharaan hubungan antara pusat dengan daerah serta antar daerah dalam rangka
Secara konseptual, negara Indonesia dilandasi oleh 3 tujuan utama antara lain : tujuan politik,
Hal yang ingin dicapai melalui tujuan administratif adalah adanya pembagian antara urusan
2. Landasan Teori
Berikut ini ada beberapa yang menjadi landasan teori dalam otonomi daerah .
a. Asas Otonomi
pemerintahan yang berpedoman pada asas umum dalam penyelenggaraan negara yang terdiri
sebagai berikut : :
Asas yang menjadi landasan keteraturan, keseimbangan, serta keserasian dalam pengendalian
penyelenggara negara.
Asas yang lebih mengutamakan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif,
serta selektif.
Asas yang lebih mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam
4. Asas keterbukaan
Asas yang membuka diri terhadap hak-hak masyarakat guna memperoleh berbagai informasi
yang benar, nyata, jujur, serta tidak diskriminatif mengenai penyelenggara negara dan masih
tetap memperhatikan perlindungan hak asasi pribadi, golongan, serta rahasia negara.
5. Asas Profesionalitas
6. Asas proporsionalitas
Asas yang lebih mengutamakan keadilan berlandaskan kode etik serta berbagai ketentuan
7. Asas akuntabilitas
Asas yang menentukan setiap kegiatan serta hasil akhir dari suatu kegiatan penyelenggara
negara harus dapat untuk dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan
Asas yang dapat menjamin terselenggaranya kepada masyarakat menggunakan sumber daya
1. Asas Desentralisasi
daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari
rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. dengan adanya desentralisasi
maka muncullan otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya adalah istilah
Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini seringkali
sebagai pengalihan tanggung jawab, kewenangan, dan sumber-sumber daya (dana, manusia dll)
dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Dasar pemikiran yang melatarbelakanginya adalah
keinginan untuk memindahkan pengambilan keputusan untuk lebih dekat dengan mereka yang
merasakan langsung pengaruh program dan pelayanan yang dirancang dan dilaksanakan oleh
pemerintah. Hal ini akan meningkatkan relevansi antara pelayanan umum dengan kebutuhan dan
kondisi masyarakat lokal, sekaligus tetap mengejar tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah
ditingkat daerah dan nasional, dari segi sosial dan ekonomi. Inisiatif peningkatan perencanaan,
digunakannya sumber-sumber daya pemerintah secara efektif dan efisien untuk memenuhi
kebutuhan lokal.
c. Sentralisasi
pembagian sumber daya dan wewenang. Pembahasan masalah ini sebelum tahun 1980-an terbatas
pada titik perimbangan sumber daya dan wewenang yang ada pada pemerintah pusat dan
pemerintahan di bawahnya. Dan tujuan baik dari perimbangan ini adalah pelayanan negara
terhadap masyarakat.
Di Indonesia sejak tahun 1998 hingga baru-baru ini, pandangan politik yang dianggap tepat
dalam wacana publik adalah bahwa desentralisasi merupakan jalan yang meyakinkan, yang akan
menguntungkan daerah. Pandangan ini diciptakan oleh pengalaman sejarah selama masa Orde
Baru di mana sentralisme membawa banyak akibat merugikan bagi daerah. Sayang, situasi ini
diri sebesarnya dari pusat bukan membagi tanggung jawab kesejahteraan daerah.
Sentralisasi dan desentralisasi tidak boleh ditetapkan sebagai suatu proses satu arah dengan
tujuan pasti. Pertama- tama, kedua sasi itu adalah masalah perimbangan. Artinya, peran
pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan selalu merupakan dua hal yang dibutuhkan. Tak ada
rumusan ideal perimbangan. Selain proses politik yang sukar ditentukan, seharusnya ukuran yang
Daerah diberikan kebebasan dalam mengurus serta mengatur berbagai urusan pemerintahan
yang mencakup kewenangan pada semua bidang pemerintahan, kecuali kebebasan terhadap
bidang politik luar negeri, agama, keamanan, moneter, peradilan, keamanan, serta fiskal nasional.
berdasarkan tugas, wewenang, serta kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi dapat
tumbuh, hidup, berkembang dan sesuai dengan potensi yang ada dan ciri khas daerah.
Prinsip otonomi yang dalam sistem penyelenggaraannya harus sejalan dengan tujuan yang ada
dan maksud dari pemberian otonomi, yang pada dasarnya guna untuk memberdayakan daerahnya
Pelaksanaan otonomi daerah adalah titik fokus penting guna memperbaiki kesejahteraan
rakyat. Pengembangan suatu daerah disesuaikan oleh pemerintah daerah itu sendiri dengan potensi
22 Tahun 1999 mengenai Pemerintahan Daerah. Pada tahun 2004, Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 mengenai Pemerintahan Daerah sudah dianggap tidak sesuai dengan adanya
perkembangan keadaan dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, sehingga sudah digantikan
Nomor 32 Tahun 2004 sampai saat ini sudah banyak mengalami perubahan, terakhir kali adalah
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 mengenai Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
Hal ini dapat dijadikan kesempatan yang baik bagi pemerintah daerah guna membuktikan
kemampuannya untuk melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah masing-masing. Maju
dan tidaknya suatu daerah ditentukan oleh kemampuan serta kemauan dalam melaksanakannya.
Pemerintah daerah dapat bebas berkreasi dalam rangka membangun daerahnya masing-masing,
Di dalam Otonomi daerah selalu identik dengan yang namanya Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah atau yang sering disebut APBd.Di sini saya akan membahas sedikit mengenai
APBD.
Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas dari kemampuan bidang keuangan yang merupakan
salah satu indikator penting dalam menghadapi otonomi daerah. Kedudukan faktor keuangan
dalam penyelenggaraan suatu pemerintah sangat penting, karena pemerintahan daerah tidak akan
dapat melaksanan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan
pelayanan pembangunan dan keuangan inilah yang mrupakan salah satu dasar kriteria
untukmengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri. Suatu daerah otonom diharapkan mampu atau mandiri di dalam membiayai
kegiatan pemerintah daerahnya dengan tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat
mempunyai proposal yang lebih kecil dan Pendapatan Asli Daerah harus menjadi bagian
itu,sudah sewajarnya apabila PAD dijadikan tolak ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah demi
hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial,sedangkan
mendefinisikan nya sebagai berikut ,anggaran publik merupakan suatu dokumen yang
menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai
pendapatan belanja dan aktifitasSecara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran publik
2) Berapa banyak dan bagaimana cara uang untuk mendanai rencana tersebut(pendapatan)
Sedangkan menurut UU No.17 tahun 2003 tentang keuangan Negara disebutkan bahwa APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.Lebih lanjut dijelaskan dalam PP No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolahan
Keuangan Daerah disebutkan bahwa APBD adlah rencana keuangan tahunan Pemerintah daerah
yang di bahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD,dan ditetapkan dengan
peraturan daerah.
a. Dampak Positif
Dampak positif otonomi daerah adalah bahwa dengan otonomi daerah makapemerintah daerah
pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yangberada di daerahnya sendiri. Bahkan dana
yang diperoleh lebih banyak daripada yangdidapatkan melalui jalur birokrasi dari pemerintah
b. Dampak Negatif
pemerintah daerah untuk melakukan tindakan yang dapat merugikaNegara dan rakyat seperti
korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain itu terkadang adakebijakan-kebijakan daerah yang tidak
sesuai dengan konstitusi Negara yang dapat menimbulkan pertentangan antar daerah satu dengan
daerah tetangganya, atau bahkandaerah dengan Negara, seperti contoh pelaksanaan Undang-
undang Anti Pornografi ditingkat daerah. Hal tersebut dikarenakan dengan system otonomi daerah
maka pemerintahpusat akan lebih susah mengawasi jalannya pemerintahan di daerah, selain itu
karena memang dengan sistem.otonomi daerah membuat peranan pemeritah pusat tidak begitu
berarti.
a. Penggelembungan (mark up) nilai barang dan jasa dari harga pasar.
3) Pungli penerimaan pegawai, pembayaran gaji, keniakan pangkat, pengurusan pensiun dan
sebagainya Modus :
4) Pemotongan uang bantuan sosial dan subsidi (sekolah, rumah ibadah, panti asuhan dan
jompo) Modus :
a. Pemotongan dana bantuan sosial b. Biasanya dilakukan secara bertingkat (setiap meja).
a. Membuat surat permohonan fiktif seolah-olah ada bantuan dari pemerintah ke pihak luar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kritik
Berdasarkan pembahasan diatas dapat dipahami dengan adanya otonomi daerah, maka
setiap daerah akan diberi kebebasan dalam menyusun program dan mengajukannya kepada
pemerintahan pusat. Hal ini sangat akan berdampak positif dan bisa memajukan daerah tersebut
apabila Orang/badan yang menyusun memiliki kemampuan yang baik dalam merencanan suatu
program serta memiliki analisis mengenai hal-hal apa saja yang akan terjadi dikemudia hari. Tetapi
sebaliknya akan berdamapak kurang baik apabila orang /badan yang menyusun program tersebut
kurang memahami atau kurang mengetahui mengenai bagaimana cara menyusun perencanaan
3.2 Saran
Daerah:
1. Merumuskan kerangka hukum yang memenuhi aspirasi untuk otonomi di tingkat propinsi dan
4. Proses otonomi tidak dapat dilihat sebagai semata-mata tugas dan tanggung jawab dari menteri
negara otonomi atau menteri dalam negeri,akan tetapi menuntut koordinasi dan kerjasama dari
Upaya Yang Menurut Saya harus Dilakukan Pejabat Daerah Untuk Mengatasi Ketimpangan
Yang Terjadi :
1. Pejabat harus dapat melakukan kebijakan tertentu sehingga SDM yang berada di pusat dapat
terdistribusi ke daerah.
pendidikan politik dan keberadaan organisasi swadaya masyarakat, media massa dan lainnya.
http://susisitisapaah.blogspot.com/2011/03/sejarah-perkembangan-otonomi-daerah-di.html
Obatkafe.blogspot.com/2012/11/pengertian-dan-definisi-otonomi-daerah.html?m=1
Otonomidaerah.com/pengertian-otonomi-daerah.html
http://woocara.blogspot.com/2015/10/pengertian-otonomi-daerah-dasar-hukum-prinsip-asas-dan-
tujuan-otonomi-daerah.html#ixzz4MLOchgYe