3. Penyerahan jasa kena pajak yang dilakukan di dalam daerah pabean oleh pengusaha
kena pajak dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan.
4. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean didalam
daerah pabean.
5. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam derah pabean.
8. Penyerahan aktiva oleh pengusaha kena pajak yang menurut tujuan semula aktiva
tersebut tidak untuk diperjualbelikan sepanjang PPN yang dibayar pada saat
perolehannya menurut ketentuan dapat dikreditkan.
Pada dasarnya, sejak 1 Januari 1995 semua barang dikenakan PPN, kecuali undang-
undang menetapkan sebaliknya sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan Pasal 1
huruf c Undang-undang PPN tahun 1984. Barang yang tidak dikenakan PPN (Pasal
4A UU PPN 1984 Jo Pasal 3 sampai dengan Pasal 8 PP Nomor 50 tahun 1994)
1. Barang hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil kehutanan yang diperik
langsung , diambil langsung atau disadap langsung dari sumbernya;
PPN dan PPnBM Hal. 80 dari 119
4. Daun teh segar yang diproses sampai pada tahap pengeringan, sepanjang
tidak meliputi tahap fermentasi dan tidak diserahkan dalam bentuk dikemas
(SE-
47/PJ.51/1995)
5. Kayu yang ditebang dan diproses melalui tahapan pemangkasan cabang dan
ranting, pengupasan kulit dari batang serta dipotong-potong menjadi kayu
bulat/ gelondongan masih dianggap sebagai barang hasil kehutanan (SE-
60/PJ.51/1995)
6. Kopi dan lada yang diproses sampai tahap dikeringkan masih dianggap
sebagai barang hasil tanaman perkebunan (SE-61/PJ.51/1995) PPN dan
PPnBM
7. Buah Kakao basah yang diproses sampai tahap yang dikeringkan (SE-
10/PJ.51/1997)
8. Kopra (SE-15/PJ.51/1998)
Seperti halnya barang, pada hakikatnya semua jasa dikenakan PPN, kecuali UU PPN
1984 menentukan sebaliknya. Dalam upaya memberikan gambaran kepada
masyarakat (Wajib Pajak) telah dikeluarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
Nomor KEP-05/PJ./1994 tentang 28
jenis jasa yang dikenakan PPN sebagai berikut :
1. Jasa pencarian sumber-sumber minyak dan gas bumi dan jasa pengeboran
di bidang minyak dan gas bumi, termasuk kegiatan pengeboran sumur minyak
dan gas bumi, kegiatan pemasangan pipa, casing, tubin, cementing dan
sejenisnya
7. Jasa hukum : termasuk jasa pengacar, jasa notaris dan PPAT, jasa LBH, jasa
konsulen pajak dan jasa hukum lainnya. PPN dan PPnBM
10. Jasa perusahaan dan jasa perdagangan: meliputi jasa makelar (broker),
jasa keagenan, jasa pengurusan perusahaan (manajemen), jasa penaksiran nilai
(valuer, appraisal dan surveyor), jasa perencanaan, jasa konsultan manajemen,
jasa penerjemahan, jasa stenografi, jasa pelaporan persidangan, dan
sejenisnya.
11. Jasa periklanan dan riset pemasaran : termasuk jasa periklanan dengan
media
cetak radio, televisi dan bioskop, pembuatan dan pemasangan poster/gambar
dan
tulisan untuk iklan seperti pamflet, brosur dan macam-macam reklame
lainnya.
12. Jasa bangunan, arsitek dan teknik : termasuk jasa konsultasi bangunan,
jasa arsitek/perancang bangunan, jasa perancang interior, jasa perancang
pertamanan, jasa bangunan dan teknik dalam hubungan dengan industri
pengolaha, konstruksi atau kegiatan lain, jasa survey geologi, penyelidikan
tamban/ pencarian bijih tambang , jasa pemetaan dan foto udara, dan jasa
penyelidikan lainnya.
14. Jasa pembersihan : kecuali jasa pembersihan kota yang dilakukan oleh dan
atas
nama Dinas Kebersihan Kota.
15. Jasa pembasmian hama, kecuali jasa pembasmian hama dalam lingkungan
pertanian, peternakan serta pembasmian hama untuk kepentingan umum.
18. Jasa pergudanagan : termasuk cold storage, dan jasa pergudangan lainnya.
20. Jasa perawatan jasmani : termasuk jasa pusat kebugaran jasmani (fitness
centre), jasa pemeliharaan rambur dan kecantikan (salon kecantikan), panti
pijat kecualipanti pijat tradisonal yang dibawah pembinaan Pemerintah.
21. Jasa pelimpahan barang tidak berwujud berupa hak dengan nama dan
dalam bentuk apapun, seperti royalty, paten, merek dagang dan sejenisnya.
24. Jasa pemindahan barang, yaitu jasa pemindahan barang dari satu tempat
ke tempat lain termasuk jasa penderekan mobil, jasa pindah rumah, dan jasa
sejeninsnya.
25. Jasa pengurusan dan konsultasi pesta, termasuk jasa pengurusan dan
konsultasi pesta perkawinan dengan segala tata caradan tata upacara adat, jasa
pengurusan dan konsultasi pesta ulang tahun, jasa pengurusan dan konsultasi
upacara tradisional dan jasa sejenisnya.
Jasa yang tidak dikenakan PPN (Pasal 4A UU PPN 1984 Jo Pasal 9 PP nomor
50
tahun 1994)
1. Jasa dibidang pelayanan kesehatan medik, meliputi : jasa dokter umum,
dokter spesialis , dokter gigi, jasa dokter hewan, jasa akupunktur, ahli gigi,
ahli gizi, fisioterapi dan sejenisnya, jasa kebidanan, dukun bayi dan
sejenisnya, jasa paramedis, perawat dan sejenisnya
2. Jasa di bidang pelayanan sosial, meliputi : Jasa pelayanan panti asuhan dan
panti jompo, jasa pemadam kebakaran, kecuali yang komersial, jasa
pemberian pertolongan pada kecelakaan, jasa lembaga rehabilitasi, jasa
pemakaman trmasuk krematorium, jasa di bidang olahraga, kecuali yang
komersial.
7. Jasa di bidang kesenian adalah jasa dibidang kesenian yang tidak bersifat
komersial seperti pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan
secara cuma-cuma.
8. Jasa di bidang penyiaran adalah jasa penyiaran radio dan televisi baik yang
dilakukan oleh instansi Pemerintah maupun swasta yang bukan bersifat iklan
dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersil.
10. Jasa di bidang tenaga kerja, meliputi jasa tenaga kerja, jasa penyediaan
tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung
jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut, dan jasa penyelenggaraan
latihan bagi tenaga kerja.
12. Jasa di bidang telekomunikasi meliputi jasa telepon umum coin-box dan
jasa telegram.
PPN atas Jasa perdagangan (Surat Edaran Direktut Jenderal Pajak Nomor SE-
08/PJ.52/1996 tanggal 29 Maret 1996)
2. SUBYEK PAJAK
1. Pengusaha
Dalam Pasal 1 huruf k UU PPN 1984 dirumuskan, bahwa Pengusaha adalah orang
pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah
pabean, melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
JKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp 120 juta Apabila
Pengusaha disamping melakukan penyerahan BKP juga melakukan
penyerahan JKP,
maka kriteria Pengusaha Kecil adalah :
4. Hubungan Istimewa
Berdasarkan Pasal 2 UU PPN 1984, Hubungan Istimewa dapat terjadi, karena
a. Penyertaan
Pengusaha yang mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung
sebesar 25 % atau lebih pada pengusaha lain
Hubungan antar pengusaha dengan penyertaan 25 % atau lebih pada dua
pengusaha atau lebih
c. Hubungan Kekeluargaan
Hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan
lurus satu derajat dan/ atau kesamping satu derajat
Hubungan antara suami isteri jika ada perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan
c. Menyetor PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih
besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan
PPnBM yang terutang
4.FAKTUR PAJAK
a.pengertian
Faktur Pajak adalah bukti peungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak
(PKP) karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena
Pajak (JKP) atau oleh Ditjen Bea dan Cukai karena impor BKP.
Faktur Pajak wajib dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak untuk setiap penyerahan BKP
dan/ atau JKP (Pasal 13 ayat 1 UU PPN 1984)
c. Macam, jenis, kuantum, harga satuan, jumlah harga jual atau penggantian dan
potongan harga
f. Nama, jabatan dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak
c. Jumlah harga jual atau peggantian yang sudah termasuk pajak atau besarnya
pajak dicantumkan secara terpisah.
Faktur Pajak Standar yang diisi tidak lengkap bukan merupakan Faktur Pajak
Sederhana. Kelemahan Faktur Pajak Sederhana adalah Pajak Masukannya
tidak dapatdikreditkan
a. Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan BKP dan/atau JKP.
c. Apabila jumlah BKP dan/ atau JKP yang diserahkan tidak dapat ditampung
dalam
satu Faktur Pajak, dapat ditempuh dua cara, yaitu :
Boleh dipecah menjadi lebih dari satu Faktur Pajak dan masing-
masing Faktur Pajak harus diisi dengan lengkap sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
d. Pengisian yang tidak sesuai dengan ketentuan akann berakibat Faktur Pajak
tergolong sebagai Faktur Pajak cacat sehingga Pajak Masukannya tidak dapat
dikreditkan
f. Membetulkan Faktur Pajak tidak boleh dengan cara lain, sseperti dengan
coretan, dihapus atau menggunakan tipp-ex.
g. Dalam hal Faktur Pajak hilang, PKP yang berkepentingan dapat minta
Faktur Pajak Pengganti kepada PKP yang menjual dengan tembusan kepada
KPP atau tempat PKP penjual dan pembeli dikukuhkan.
f. sanksi
Berdasarkan pasal 14 ayat 1 huruf e dan pasal 14 ayat 4 UU KUP ditetapkan,
bahwa Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi membuat Faktur
Pajak atau Pengusha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak
membuat Faktur Pajak atau tidak mengisi selengkapnya Faktur Pajak
dikenakan sanksi berupa denda administrasi sebesar 2 % dari Dasar
Pengenaan Pajak PPN dan PPnBM.
saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Faktur Pajak gabungan harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.
lembar ke-2 : Untuk PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Standar sebagai
bukti Pajak Keluaran.Dalam hal Faktur Pajak dibuat lebih dari rangkap dua,
maka harus dinyatakan secara jelas penggunaannya dalam lembar Faktur
Pajak yang bersangkutan.
e. Faktur Pajak yang tidak diisi secara lengkap, jelas, benar, dan/atau tidak
ditandatangani termasuk kesalahan dalam pengisian kode dan nomor seri merupakan
Faktur Pajak cacat;
f. dalam hal rincian BKP atau JKP yang diserahkan tidak 20 Pajak Pertambahan Nilai
dapat ditampung dalam satu Faktur Pajak, maka PKP dapat membuat Faktur Pajak
dengan cara :
dibuat lebih dari satu Faktur Pajak yang masing- masing menggunakan kode
dan nomor seri Faktur Pajak yang sama, ditandatangani setiap lembarnya, dan
khusus untuk pengisian baris Harga Jual/ Penggantian/ Uang Muka/ Termijn,
Potongan Harga,Uang Muka yang telah diterima, Dasar Pengenaan Pajak, dan
PPN cukup diisi pada lembar Faktur Pajak terakhir; atau
dibuat satu Faktur Pajak asalkan menunjuk nomor dan tanggal Faktur
Penjualan yang bersangkutan dan faktur penjualan tersebut merupakan
lampiran Faktur Pajak yang tidak terpisahkan.
h. Faktur Pajak tidak perlu dibuat secara khusus atau berbeda dengan faktur
penjualan. Faktur Pajak dapat berupa faktur penjualan atau dokumen tertentu yang
ditetapkan sebagai Faktur Pajak.
i. atas Faktur Pajak yang cacat, atau rusak, atau salah dalam pengisian, atau
penulisan, atau yang hilang, PKP yang menerbitkan Faktur Pajak tersebut dapat
membuat Faktur Pajak Pengganti.
c. Faktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuat/ dikeluarkan oleh PERTAMINA
untuk penyerahan Bahan Bakar Minyak dan/atau bukan Bahan Bakar Minyak;
e. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, yang
dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;
k. Bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh perusahaan air minum;
Orang Pribadi atau Badan yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dilarang membuat Faktur Pajak.
.
Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan jumlah peredaran usaha dalam 2 (dua) tahun
buku sebelumnya tidak melebihi Rp 1.800.000.000,00 (satu milyar delapan ratusjuta
rupiah) untuk setiap 1 (satu) tahun buku; dan
Pada saat batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
Nilai Masa Pajak pertama dalam tahun buku dimulainya penggunaan Pedoman
Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan, bagi PKP dengan jumlah peredaran
usaha dalam 2 (dua) tahun buku sebelumnya tidak melebihi Rp 1.800.000.000,00(satu
milyar delapan ratus juta rupiah) untuk setiap 1 (satu) tahun buku.
Dalam hal Pengusaha Kena Pajak tidak melakukan penghitungan pajak terutang
menggunakan mekanisme pengkreditan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran pada
Masa Pajak berikutnya setelah peredaran usahanya melebihi Rp 1.800.000.000,00
(satu miliar delapan ratus jutarupiah), Pengusaha Kena Pajak dikenai sanksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
2. Tarif PPnBM adalah paling rendah 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi
200% (dua ratus persen).
3. Tarif PPnBM atas ekspor BKP yang tergolong mewah adalah 0% (nol
persen).
1. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP), tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan
potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
2. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak
(JKP),ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang
PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai
berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh penerima jasa karena
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/ atau oleh penerima manfaat Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud.
3. Nilai Impor adalah nilai berupa uang menjadi dasar penghitungan bea
masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan
ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan Pabean untuk Impor BKP, tidak termasuk PPN
yang dipungut menurut Undang-Undang PPN.
4. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semuabiaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh eksportir.
1. Nilai Lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar
Pengenaan Pajak dengan Keputusan Menteri Keuangan. Nilai Lain yang
ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan
Pajak adalah sebagai berikut :
a. untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau
Penggantian setelah dikurangi laba kotor;
b. untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau
Penggantian setelah dikurangi laba kotor;
c. untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan
Harga Jual rata-rata;
14 Pajak Pertambahan Nilai
d. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata- rata per judul film;
e. untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar Harga Jual eceran;
f. untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/ atau aktiva yang menurut
tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan, adalah harga pasar wajar;
g. untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya
dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah Harga Pokok
Penjualan
atau Harga Perolehan;
h. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah Harga
Lelang;
j. untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10%
(sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.
3. Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dengan
Nilai Impor sebesar Rp15.000.000,00. PPN yang dipungut melalui Direktorat
Jenderal Bea dan
Cukai = 10% x Rp15.000.000,00 = Rp 1.500.000,00