Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Abdurahman Hanafi 114802000
Ade Nana Riyana 11480200
Agus Saepul anwar 11480200
Amanda Nabila Hidayat 11480200
Anissa Fitrina Sri O 11480200
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat taufik
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Mengelola Permodalan Usaha. Makalah ini kami susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah UMKM.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh untuk dapat dikatakan
sempurna. Karena sesunguhnya ilmu Allah itu Maha Luas dan tidak akan ada
habis-habisnya. Untuk itu kami senantiasa menerima masukan dan saran.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami, dan umumnya
bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I........................................................................................................... 3
PENDAHULUAN............................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang............................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................4
1.3 Tujuan Pembahasan........................................................................4
BAB II.......................................................................................................... 5
PEMBAHASAN.............................................................................................. 5
2.1 Organisasi Dan Manajemen............................................................5
2.2 Pengelolaan Msdm dalam UMKM..................................................15
2.3 Sumber daya manusia dalam pandangan islam...........................19
BAB III....................................................................................................... 22
PENUTUP................................................................................................... 22
3.1 Kesimpulan................................................................................... 22
3.2 Saran............................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Pada konsep ini, modal kerja bukan semua aktiva lancar tetapi telah
mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar. Dengan
demikian dana yang digunakan benar-benar khusus digunakan untuk membiayai
operasi perusahaan sehari-hari tanpa khawatir terganggu oleh pembayaran-
pembayaran hutang yang segera jatuh tempo.
a. Modal Kerja Primer. Modal kerja primer adalah modal kerja minimal yang harus ada
dalam perusahaan untuk menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi.
b. Modal Kerja Normal. Merupakan modal kerja yang harus ada agar perusahaan bias
beroperasi dengan tingkat produksi normal.
Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan kegiatan ataupun keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan atau
berfluktuasi berdasarkan volume produksi atau penjualan. Modal kerja variabel terdiri
dari:
b. Modal Kerja Siklus. Adalah modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh
fluktuasi konjungfur.
c. Modal Kerja Darurat. Modal kerja ini jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh
keadaan- keadaan yang terjadi diluar kemampuan perusahaan. Sebuah usaha akan sehat
apabila posisi modal kerjanya stabil, artinya dari dua jenis modal kerja di atas tersedia.
Kebutuhan modal kerja dari waktu ke waktu dalam satu periode belum tentu
sama. Hal ini disebabkan oleh berubah-ubahnya proyeksi volume produksi yang akan
dihasilkan oleh perusahaan. Perubahan itu sendiri kemungkinan disebabkan adanya
permintaan yang tidak sama dari waktu ke waktu. Oleh karena itu kebutuhan modal kerja
juga mengalami perubahan.
2.1.4 Komponen Modal Kerja
Modal kerja yang dibahas disini adalah modal kerja dalam konsep kualitatif, yaitu
modal kerja neto (net working capital) yang merupakan kelebihan antara aktiva lancar di
atas utang lancarnya.
Komponen modal kerja mencakup aktiva lancar dan utang lancar, yang dijelaskan
sebagai berikut:
1. Aktiva Lancar.
a) Kas (Cash).
Uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk membiayai
operasi perusahaan. Uang tunai dan alat pembayaran itu terdiri dari uang logam, uang
kertas, cek, dan lain-lain. Kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid yang bisa
dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban financial perusahaan, karena sifat
likuidnya tersebut kas memberikan keuntungan yang paling rendah.
Tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu promes.
Promes tagih adalah promes yang ditandatangani untuk membayar sejumlah uang dalam
waktu tertentu yang akan datang kepada seseorang atau suatu perusahaan yang tercantum
dalam surat perjanjian tersebut (nama perusahaan yang memegang surat tersebut).
d) Piutang Dagang (Accounts Receivable).
Penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasa-
jasanya kepada pihak lain, tetapi pembayarannya belum diterima sehingga merupakan
tagihan.
Barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali, yang masih ada di tangan
pada saat penyusunan neraca. Untuk perusahaan industri yang mengolah bahan dasar
menjadi barang jadi, mempunyai tiga persediaan yakni persediaan bahan dasar atau bahan
baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
Pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi pengeluaran tersebut
belum menjadi biaya atau jasa dari pihak lain yang belum dinikmati oleh perusahaan
pada periode yang sedang berjalan. Contohnya yaitu biaya sewa yang dibayar di muka
dan biaya iklan yang dibayar di muka.
2. Hutang Lancar
b) Hutang Dagang (Account Payable) Hutang Dagang Adalah semua pinjaman yang
timbul karena pembelian barang-barang dagangan atau jasa secara kredit. Pinjaman
tersebut akan dikembalikan dalam waktu satu tahun atau kurang (jangka waktu operasi
perusahaan yang normal).
Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu
perusahaan bukanlah merupakan hal yang mudah, karena modal kerja yang dibutuhkan
oleh suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor.
1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti
adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena
harganya merosot.
5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani
permintaan konsumennya.
7. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi denan lebih efisien karena tidak ada
kesulitan dalam memperoleh bahan baku biasa dan supply yang dibutuhkan.
Modal kerja yang permanen seharusnya atau sebaiknya dibiayai oleh perusahaan
atau para pemegang saham. Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau berasal
dari investasi pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena
akan semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek.
Munawir (2004:120) menyatakan bahwa pada umumnya modal kerja suatu perusahaan
dapat berasal dari:
1. Hasil Operasi Perusahaan Adalah jumlah net income yang tampak dalam laporan
perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Jumlah ini
menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari operasi perusahaan.
3. Penjualan Aktiva Tidak Lancer.Sumber lain yang dapat menambah modal kerja
adalah hasil dari penjualan aktiva tetap. Investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar
lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas
atau piutang menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar jumlah penjualan tersebut.
4. Penjualan Saham Atau Obligasi. Untuk menambah dana atau modal kerja yang
diperlukan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada
para pemilik perusahan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan juga dapat
mengeluarkan obligasi atau bentuk utang jangka panjang lainnya guna memenuhi
kebutuhan modal kerjanya. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa
perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan utang
dalam bentuk obligasi harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
a) Kas Merupakan bentuk aktiva yang paling likuid yang bisa digunakan segera untuk
memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan dapat memenuhi
kewajiban finansialnya, tapi apabila kas yang besar tidak di imbangi dengan kenaikan
penjualan maka tingkat perputaran akan menjadi rendah sehingga penggunaan kas menjadi
tidak efektif.
b) Piutang Merupakan penjualan secara kredit yang bertujuan untuk meningkatkan atau
untuk mencegah penurunan penjualan. Piutang yang terlalu besar mengakibatkan
perusahaan akan menanggung beban modal yang besar.
c) Persediaan Dalam hal ini, maka perusahaan akan menanggung biaya penyimpanan,
biaya asuransi dan biaya lain-lain yang semua itu akan memperkecil tingkat keuntungan.
d) Hutang Lancar Merupakan cash outflows yang terdiri dari hutang-hutang jangka
pendek seperti hutang wesel, hutang perniagaan dan hutang-hutang pada bank lainnya yang
berusia kurang dari 1 tahun.
Ada 3 (tiga) jenis dalam proses penggaran modal. Masalahnya adalah sulit
untuk mengukur resiko-resiko tersebut secara tepat. Kelemahan ini menyebabkan
perhitungan resiko dalam keputusan penganggaran modal menjadi sulit. Pada
dasarnya ada 2 (dua) metode untuk memasukkan pertimbangan risiko kedalam
keputusan penganggaran modal, yaitu :
Konsep Certainty Equivalent adalah merubah sesuatu yang tidak pasti menjadi
sesuatu yang pasti. Pada umumnya metode ini semakin tinggi resiko maka
semakin kecil certainly equivalentnya. Metode ini memasukkan unsur resiko pada
arus kas proyek dan tidak pada tingkat diskonto. Metode CE sangat sederhana dan
mudah dimengerti, namun kelemahan dari metoda ini adalah faktor subyektif
dalam menentukan CE sangat tinggi karena setiap orang punya pandangan dan
keengganan terhadap risiko yang berbeda. Kelebihan CE adalah kita dapat
mempertimbangkan resiko yang tidak sama setiap tahun.
2. Investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil penjualan di waktu
yang akan datang.
3. Pengeluaran dana untuk keperluan tersebut biasanya meliputi jumlah yang besar.
5. Penganggaran modal yang efektif akan menaikkan ketepatan waktu dan kualitas dari
penambahan aktiva.
B. Klasifikasi Proyek
Pengeluaran2 untuk meningkatkan output produk yg sudah ada atau menambah toko.
Oleh karena itu keputusan tentang pemilihan investasi merupakan keputusan yang
paling penting diantara berbagai jenis keputusan lain yang harus diambil oleh seorang
manajer keuangan. Keputusan tersebut tidak saja menentukan tingkat resiko yang harus
ditanggung, melainkan juga menentukn tingkat keuntungan perusahaan untuk masa
mendatang.
Proses Capital Budgeting terdiri dari 5 langkah yang saling berkaitan, yakni:
1. Pembuatan Proposal Anggaran Dana
Proposal penganggaran barang modal dibuat di semua tingkat dalam sebuah
organisasi bisnis. Untuk menstimulasi aliran berbagai ide, banyak perusahaan
menawarkan penghargaan berupa uang tunai untuk beberapa proposal yang diadopsi.
2. Kajian dan Analisa
Proposal penganggaran barang modal secara formal direview dalam rangka (a)
mencapai tujuan dan rencana utama perusahaan dan yang paling penting (b) untuk
mengevaluasi kemampuan ekonominya.
Biaya yang diajukan dan benefit yang diestimasikan dikonversikan menjadi
sebuah cash flow yang sesuai. Bermacam-macam teknik capital budgetingdapat
diaplikasikan untuk cash flow tersebut untuk menghitung tingkat keuntungan dari
investasi.
Berbagai macam aspek resiko diasosiasikan dengan proposal yang akan dievaluasi.
Setelah analisis ekonomi telah dibuat lengkap, diiringi dengan data tambahan dan
rekomendasi yang ditujukan untuk para pengambil keputusan.
3. Pengambilan Keputusan
Besarnya sejumlah dana yang dikeluarkan dan pentingnya penganggaran barang
modal menggambarkan tingkat organisasi tertentu yang membuat keputusan
penganggaran. Perusahaan biasanya mendelegasikan kewenangan penganggaran barang
modal sesuai dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Secara umum jajaran direksi
memberikan keputusan akhir untuk sejumlah tertentu penganggaran barang modal yang
dikeluarkan.
4. Implementasi
Ketika sebuah proposal telah disetujui dan dananya telah siap, tahap implementasi
segera dimulai. Untuk pengeluaran yang kecil, penganggaran dibuat dan pembayaran
langsung dilaksanakan. Namun untuk penganggaran dalam jumlah besar, dibutuhkan
pengawasan yang ketat.
5. Follow Up (tindak lanjut)
Setelah diimplementasikan maka perlu dilakukan monitoring selama tahap kegiatan
operasi berjalan dari proyek tersebut. Perbandingan dari biaya yang ada dan keuntungan
yang diekspektasikan dari berbagai proyek sebelumnya adalah sangat vital. Ketika biaya
yang dikeluarkan melebihi anggaran biaya yang ditetapkan, harus segera dilakukan
tindakan untuk menghentikannya, apakah dengan meningkatkan benefit atau mungkin
menghentikan proyek tersebut.
Setiap langkah dalam proses tersebut penting dilakukan terutama pada langkah kajian
dan analisa, maupun pengambilan keputusan (langkah 2 dan 3) yang membutuhkan
waktu dan tenaga yang paling besar. Langkah terakhir yakni follow up juga penting
namun sering diabaikan. Langkah tersebut dilakukan untuk menjaga perusahaan untuk
dapat meningkatkan akurasi cash flow yang diestimasi.
A. Macam-macam risiko:
Menurut sifat, dibedakan :
Risiko Murni
Yaitu resiko yang terjadi pasti akan menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa
sengaja.
Misal: kebakaran. bencana alam, pencurian dan sebagainya
Risiko Spekulatif
Yaitu resiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan agar memberikan
keuntungan bagi pihak tertentu.
Misal: utang piutang, perdagangan berjangka, dan sebagainya
Risiko Fundamental
Yaitu risiko yang penyebabnya tidak dapat dilimpahkan kepada seseorang dan
yang menderita cukup banyak.
Misal: banjir, angin topan, dan sebagainya.
2.3.2 Risiko Yang Mungkin Akan Terjadi
1.Risiko bagi Usaha adalah risiko yang timbul dari menjalankan usaha dan
berdampak pada kelangsungan usaha itu sendiri. Risiko usaha ini apabila timbul
akan berakibat buruk bagi usaha yang sedang dijalankan. Risiko bagi usaha biasa
disebut dengan risiko usaha yang berdampak bagi internal usaha. Risiko usaha
internal diantaranya adalah :
a. Kehilangan modal apabila piutang tidak terbayarkan oleh konsumen
b. Kehilangan dan kerusakan perangkat keras-lunak (hard-software) apabila
memiliki karyawan yang tidak terampil dan kompeten
c. Kehilangan karyawan / personil yang handal apabila tidak dapat menangani
dengan baik dalam bidang upah, kesempatan berkarier, fasilitas kerja, wewenang,
tanggung jawab, kebijakan, kesalahpahaman manajeman internal.
d. Kehilangan kepercayaan konsumen karena tidak mampu memberikan barang atau
jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen. Kepercayaan konsumen
hilang akibat kesalahan membuat produk pesanan, kesalahan jadwal pengiriman,
kesalahan jumlah penagihan, dan kesalahan pelayanan purna jual. Akibat
ditinggalkan oleh konsumen adalah kesulitan mencari konsumen baru yang baik dan
memiliki loyalitas terhadap produk, merek, dan kualitas.
e. Kehilangan kepercayaan supliyer yaitu resiko usaha yang berakibat ditinggalkan
oleh pihak luar perusahaan yang menjadi pemasok kebutuhan perusahaan.
Kebutuhan itu diantaranya persediaan bahan baku, alat kantor, tenaga kerja, dan
lain-lain. Resiko ini bisa terjadi karena keterlambatan melakukan pembayaran ke
pihak supliyer dan melanggar ketentuan perjanjian kerjasama. Akibat ditinggalkan
oleh supliyer adalah kesulitan mencari pemasok yang baik, cepat, jujur, dan sesuai
dengan kualitas perusahaan.
f. Risiko Penghentian Ijin Usaha yaitu resiko usaha yang diberikan oleh pemerintah
dengan melakukan pencabutan ijin usaha. Pencabutan ijin usaha ini dikarenakan
melanggar ketentuan ijin bisnis yang ada di pemerintah, melakukan penipuan
dengan memanipulasi laporan keuangan dengan tujuan supaya tidak membayar
pajak ke pemerintah, merusak lingkungan hidup, menggangu keamanan dan
kenyamanan masyarakat di sekitarnya.
g. Risiko tidak diterima oleh masyarakat sekitar yaitu resiko usaha yang terjadi
akibat dari ketidakterimaan masyarakat dengan adanya usaha yang dijalankan.
Resiko usaha ini bisa terjadi karena merusak tatanan masyarakat, menggangu
ketenangan dan keamanan masyarakat, tidak memberikan dampak ekonomis bagi
masyarakat sekitar, dan lain-lain.
2. Risiko bagi Lingkungan Usaha yang bersifat eksternal adalah risiko yang
timbul dari menjalankan usaha dan berdampak pada kelangsungan bagi lingkungan
luar usaha itu sendiri. Risiko bagi usaha biasa disebut dengan risiko usaha yang
berdampak bagi eksternal usaha. Risiko usaha eksternal diantaranya adalah :
a. Risiko Pelestarian Lingkungan Hidup yaitu risiko usaha yang akan dihadapi oleh
wirausawan dalam rangka melestarikan lingkungan hidup supaya terjaga lingkungan
alam, ekosistem dan habitatnya. Risiko ini timbul karena bahan baku dari usaha
tersebut berhubungan dengan kelestarian lingkungan hidup. Contoh usaha yang
memiliki risiko usaha yang berhubungan dengan lingkungan hidup adalah: industri
kertas, industri furniture, pertambangan, sumber energi, dan lain-lain.
b. Risiko Sosial dan Budaya Masyarakat yaitu resiko yang terjadi atas berdirinya
sebuah usaha dan berdampak pada lingkungan sosial dan budaya masyarakat. Wujud
dari risiko ini adalah perubahan struktur sosial masyarakat (semula satu suku
menjadi beberapa suku), perubahan budaya masyarakat (semula tidak ada
pementasan barongsai menjadi ada kegiatan pentas barongsai), perubahan cara kerja
masyarakat (semula waktu kerja hanya pagi-sore berubah menjadi pagi-malam),
perubahan gaya hidup masyarakat (gaya hidup konsumtif yang meningkat).
c. Risiko Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yaitu risiko usaha yang timbul sebagai
bentuk kepedulian sosial perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Bentuk kepedulian ini seperti pemberian beasiswa, bantuan pembangunan sarana
dan prasarana umum (tempat ibadah, pembangkit listrik, pengelolaan sumber air,
jalan raya, irigasi), bantuan dana sosial untuk kegiatan keagamaan, kegiatan budaya
lokal maupun hari nasional,
d. Risiko Pengelolaan Limbah yaitu risiko bisnis yang timbul sebagai akibat dari
limbah industri yang keluarkan dalam rangka memproduksi sebuah barang atau jasa.
Limbah dari produksi dapat berupa limbah cair dan limbah padat. Limbah industri
yang tidak dikelola dengan baik akan memberikan akibat pencemaran lingkungan
seperti air, udara dan tanah. Supaya tidak menimbulkan pencemaran maka setiap
perusahaan diwajibkan oleh pemerintah dan pencinta lingkungan untuk mengolah
limbah industrinya dengan baik sebelum dibuang ke luar pabrik.
e. Risiko Perekonomian Masyarakat dan Negara adalah risiko bisnis yang terjadi
karena sebuah kesalahan manajemen di internal perusahaan dan menimbulkan
dampak perubahan perekonomian masyarakat dan negara. Akibat dari resiko ini
adalah memburuknya kondisi perekonomian akan mengakibatkan daya beli
masyarakat menurun. Kondisi ekonomi makro yang buruk akan berpengaruh
terhadap volume kegiatan usaha.
f. Risiko Perubahan Peraturan dan Kebijakan Pemerintah yaitu resiko usaha yang
timbul dan berakibat kepada perubahan dan kebijakan pemerintah. Risiko ini terjadi
karena kesalahan perusahaan dalam melakukan operasinya yang mengakibatkan
suhu politik (baik lokal, nasional maupun internasional) dapat berakibat kurang baik.
Kesalahan perusahaan dalam operasional yang berakibat pada sebuah bencana bagi
masyarakat dan menuntut lahirnya sebuah peraturan dan kebijakan pemerintah yang
baru.
Jenis-jenis risiko yang umum di kenal dalam usaha asuransi antara lain
meliputi:
Risiko murni atau pure risk adalah ketidakpastian terjadinya suatu kerugian atau
dengan kata lain hanya ada suatu peluang merugi dan bukan suatu peluang
keuntungan. Risiko murni adalah suatu risiko yang bilamana terjadi akan
memberikan kerugian dan apabila tidak terjadi maka tidak menimbulkan kerugan
namun juga tidak menimbulkan keuntungan. Risiko ini akibatnya hanya ada 2
macam: rugi atau break event, contohnya adalah pencurian, kecelakaan atau
kebakaran.
Risiko spekulatif atau speculative risk adalah risiko yang berkaitan dengan
terjadinya dua kemungkinan, yaitu peluang mengalami kerugian financial atau
memperoleh keuntungan. Risiko ini akibatnya ada 3 macam: rugi, untung atau break
event, contohnya adalah investasi saham di bursa efek, membeli undian dan
sebagainya.
Risiko individu atau individual risk adalah kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi pada kehidupan sehari-hari. Misalnya risiko yang akan tibul bila kita
memiliki rumah, mobil, melakukan investasi usaha, atau menyewa apartemen.
Risiko ini di bagi ke dalam tiga macam risiko, yaitu:
Risiko pribadi atau personal risk, adalah risiko yang mempengaruhi kapasitas atau
kemampuan seseorang dalam memperoleh keuntungan, cotohnya adalah mati muda,
uzur, cacat fisik, dan kehilangan pekerjaan.
Risiko harta atau property risk adalah risiko terjadinya kerugian keuangan apabila
kita memiliki suatu benda atau harta. Yaitu adanya peluang harta tersebut untuk
hilang, di curi, atau rusak.
Kata insan dan manusia sebenarnya memiliki arti yang sama. Jika dalam
tulisan ini digunakan kata Sumber Daya Insani dan bukan Sumber Daya Manusia,
hal ini untuk mengingatkan bahwa dalam islam dikenal adanaya konsep Insan
Kamil, atau manusia seutuhnya. Iqbal, seorang filosof muslim berpendapat bahwa
insan kamil adalah mukmin yang dalam dirinya terdapat kekuatan wawasan,
perbuatan, dan kebijaksanaan. Sifat-sifat mulia ini tergambar dengan jelas pada
pribadi Nabi SAW.
Sebagaimana kita ketahui bahwa rujukan kita umat islam adalah al-
Quran, baru kemudian hadits dan setelah itu ijtihad ulama. Oleh karena itu,
pengelolaan SDI pun harus mengacu pada sumber-sumber ini. Pada saat nabi
Muhammad membawa ajaran islam tahun 570 M pastinya revolusi industri belum
terjadi sehingga usaha-usaha berskala besar belum ada. Sehingga negara dikenal
sebagai organisasi terbesar saat itu. Sedangkan saat ini organisasi besar adalah
perusahaan multinasional yang tidak jarang memiliki asset melebihi PDB (produk
Dometik bruto) suatu Negara. Jarak waktu yang memisahkan kita dengan
rosulullah SAW, ditambah dengan kondisi dan situasi yang telah jauh berbeda,
menuntut kepiawaian tersendiri dalam menerjemahkan manajemen SDI saat ini.
Bagi islam bekerja adalah sebuah kewajiban, setiap muslim yang mampu
bekerja harus bekerja karena hal itu adalah juga tanggung jawab moral terhadap
masyarakat dan dirinya sendiri. Kuatnya dorongan bekerja ini sehingga bagi
mereka yang melakukan suatu pekerjaan, pahalanya sama seperti orang yang
melakukan ibadah (At-Tmimi, 1992). Casio salah seorang tokoh konvensional
berpendapat, pekerjaan adalah hal yang amat penting bagi individu karena
pekerjaan menentukan standar kehidupan, tempat tinggal, status bahkan harga
diri. Sedangkan bagi organisasi pekerjaan penting artinya karena merupakan
kendaraan yang diapakai organisasi untuk mencapai tujuannya (Casio, 2003).
Dikalangan medis, ditemukan bahwa bagi orang lanjut usia bekerja sesuai
dengan kemampuan fisiknya akan memperlambat ketuaan, menyehatkan dan
menghindari kepikunan. Tidak jarang kita menemukan ulama yang alim dan
sholeh tetap mengajar murid-muridnya, mereka tidak menderita Alzheimer
(pikun).
Rosulullah SAW pernah berkata ketika ditanya mengenai usaha yang baik,
yaitu: Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap transaksi jual-beli
yang dibenarkan. Allah sesungguhnya menyukai orang-orang beriman yang
professional. Orang yang menderita karena membiayai keluarganya tak ubahnya
seperti pejuang di jalan Allah. (HR Ali bin Abi Tholib). Selain itu beliau juga
pernah berkata, seandainya seorang mencari kayu bakar (bekerja) dan
dipikulkan di atas punggungnya, hal itu lebih baik daripada meminta-minta pada
seorang yang kadang diberi, kadang ditolak. (HR Bukhori dan Muslim).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Abdul Muhyi, Hermawan, dkk. 2016. HR Plan & Strategy : Strategi Jitu
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Raih Asa Sukses
Efendi Hariandja, Marihot Tua. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia :
Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan
Produktivitas Pegawai. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia
Hasibuan, Malayu S.P. 2011. Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta : Bumi
Aksara
Al-Quran dan Hadits