Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH MACAM-MACAM MODEL

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


MATEMATIKA

Disususn oleh: Teguh Imam Prasetyo


NPM: 41154020140001

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
2015

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas nikmat kesehatan
dan Kesempatan yang telah diberikan sehingga makalah yang berjudul Macam-
macam model belajar dan pembelajaran matematika dapat selesai tepat pada
waktunya.

Makalah ini saya susun berdasarkan buku-buku yang pernah saya baca, makalah ini
dapat dijadikan acuan bagi teman-teman khususnya saya sendiri dan umummnya bagi
kita semua Dalam penyusunan makalah ini sayai menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang tentunya bersifat membangun demi kelengkapan makalah yang
telah kami susun.

Akhir kata kami ucapkan banyak-banyak terimakasih kepada semua pihak yang
menyempatkan diri membuka dan membaca makalah ini semoga dapat bermanfaat.

Penyusun

Bandung, 3 Januari 2016

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR............................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1 Latar Belakang............................................................................................... 1

2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

3 Tujuan Masalah..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3

1 Hakikat model pembelajaran......................................................................... 3

2 Pengertian model pembelajaran.................................................................... 3

3 Strategi pembelajaran.................................................................................... 6

4 Model pengajaran langsung........................................................................... 8

5 Cooperative learning......................................................................................12

6 Problem based instruction............................................................................. 21

7 Contextual teaching and learning.................................................................. 22

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 28

3
1 Kesimpulan................................................................................................... 28

2 Saran ............................................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 30

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru


mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan
intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.
Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara
aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang
optimal.
Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap
guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-
cara pengimplementasian model model pembelajaran tersebut dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat
pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi siswa di kelas. Demikian juga
pentingnya pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas sekolah yang tersedia,
kondisi kelas dan beberapa faktor lain yang terkait dengan pembelajaran. Tanpa
pemahaman terhadap berbagai kondisi ini, model yang dikembangkan guru
cenderung tidak dapat meningkatkan peran serta siswa secara optimal dalam
pembelajaran, dan pada akhirnya tidak dapat memberi sumbangan yang besar
terhadap pencapaian hasil belajar siswa.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pembelajaran matematika?

2. Macam macam model belajar atau pembelajaran matematika.

1
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran siswa?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian pembelajaran matematika .

2. Mengetahui macam madel model belajar matematika.

3. Mengetahui dan menyikapi problematika karakter siswa dalam


pembelajaran

BAB II
ISI

2.1. Hakikat Model Pembelajaran

2
Seluruh aktivitas pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru
bermuara pada terjadinya proses belajar siswa. Dalam hal ini model model
pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan guru hendaknya dapat mendorong
siswa untuk belajar dengan mendayagunakan potensi yang mereka miliki secara
optimal. Model model pembelajaran dikembangkan utamanya beranjak dari adanya
perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik siswa. Karena siswa memiliki
berbagai karakteristik kepribadian, kebiasaan kebiasaan, modalitas belajar yang
bervariasi antara individu satu dengan yang lain, maka model pembelajaran guru juga
harus selayaknya tidak terpaku hanya pada model tertentu, akan tetapi harus
bervariasi.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya
rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi
dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami
pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.

2.2. Pengertian Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran sangat dekat dengan pengertian strategi


pembelajaran dan dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode
pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas
daripada suatu strategi, metode, dan teknik. Sedangkan istilah strategi awal
mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan perang atau dunia olah
raga, namun demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada pada dunia militer atau
olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial, pendidikan.
Menurut Ruseffendi (1980), istilah strategi, metode, pendekatan dan teknik
didefinisikan sebagai berikut :

3
1. Strategi pembelajaran adalah separangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah
dikaitkan dengan faktor yang menetukan warna atau strategi tersebut, yaitu :
a. Pemilihan materi pelajaran ( guru atau siswa )
b. Penyaji materi pelajaran ( perorangan atau kelompok, atau belajar mandiri
c. Cara menyajikan materi pelajaran ( induktif atau deduktif, analitis atau
sintesis, formal atau non formal )
d. Sasaran penerima materi pelajaran ( kelompok, perorangan, heterogen,
atau homogen).
2. Pendekatan Pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan.
Misalnya memahami suatu prinsip dengan pendekatan induktif atau deduktif.

3. Metode Pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan
pada semua mata pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya
jawab, penemuan terbimbing dan sebagainya.

4. Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang
telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media
pembelajaran serta kesiapan siswa. Misalnya teknik mengajarkan perkalian dengan
penjumlahan berulang.
Sedangkan Model Pembelajaran adalah sebagai suatu desain yang
menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan
pada diri siswa.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998 : 203), pengertian
strategi (1) ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa untuk melaksanakan
kebijaksanaan tertentu dalam dan perang damai, (2) rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Soedjadi (1999 :101) menyebutkan strategi

4
pembelajaran adalah suatu siasat melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan
mengubah keadaan pembelajaran menjadi pembelajaran yang diharapkan. Untuk
dapat mengubah keadaan itu dapat ditempuh dengan berbagai pendekatan
pembelajaran. Lebih lanjut Soedjadi menyebutkan bahwa dalam satu pendekatan
dapat dilakukan lebih dari satu metode dan dalam satu metode dapat digunakan lebih
dari satu teknik. Secara sederhana dapat dirunut sebagai rangkaian : teknik
metode pendekatan strategi model
Istilah model pembelajaran berbeda dengan strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu
model pembelajaran yang luas dan menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir
dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen
yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan
oleh Bruce dan koleganya.
Lebih lanjut Ismail (2003) menyatakan istilah Model pembelajaran
mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu
yaitu :
1. Rasional Teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
2. Tujuan Pembelajaran yang akan dicapai,
3. Tingkah Laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
secara berhasil dan
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang dirangkai menjadi


satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah Model Pembelajaran. Jadi, model
pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Model Pembelajaran menurut Bruce Joys dan Marsha Weil terdiri dari empat
kelompok yaitu :

5
1. Model Interkasi Sosial
2. Model Pengolahan Informasi
3. Model Personal humanistik dan
4. Model modifikasi tingkah laku

2.3. Strategi Pembelajaran.

Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran


yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan Model
pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan
menyeluruh. Misalnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-
kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati
oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut,
seringkali siswa menggunakan bermacam macam keterampilan, prosedur
pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran berdasarkan masalah
dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai
dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan
kerjasama diantara siswa siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu
siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru
memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan
supaya tugas tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas
yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.
Tiap tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan
lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif
memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang
mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku
yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan model
pembelajaran langsung siswa duduk berhadap hadapan dengan guru. Pada model

6
pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada
model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru.
Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam
pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan
cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator
pembelajarannya dapat tercapai. Jadi, pada prinsipnya strategi pembelajaran sangat
terkait dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswanya.
Pada saat ini banyak dikembangkan model model pembelajaran. Menurut
penemunya, model pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara
model pembelajaran yang lain. Untuk menyikapi hal tersebut diatas, maka perlu kita
sepakati hal-hal sebagai berikut :
1. Kita tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada. Setiap
model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan.
2. Kita dapat memilih salah satu model pembelajaran yang kita anggap sesuai
dengan materi pembelajaran kita; dan jika perlu kita dapat menggabungkan beberapa
model pembelajaran.
3. Model apa pun yang kita terapkan, jika kita kurang menguasai meteri dan tidak
disenangi para siswa, maka hasil pembelajaran menjadi tidak efektif.
4. Oleh kerena itu komitmen kita adalah sebagai berikut :
a. Kita perlu menguasai materi yang harus kita ajarkan, dapat mengajarkannya, dan
terampil dalam menggunakan alat peraga.
b. Kita berniat untuk memberikan yang kita punyai kepada para siswa dengan
sepenuh hati, hangat, ramah, antusias, dan bertanggung jawab.
c. Menjaga agar para siswa mencintai kita, menyenangi materi yang kita ajarkan,
dengan tetap menjaga kredibilitas dan wibawa kita sebagai guru dapat
mengembangkan model pembelajaran sendiri.

7
Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Model
pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang
diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat
dapat di capai dengan lebih efektif dan efisien.

2.4. Model Pengajaran Langsung

Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran dimana


kegiatannya terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik sehingga di dalam
implementasi kegiantan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap
kemajuan belajar siswa. Pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang di kontrol
secara ketat pula.
Pembelajaran langsung pada umumnya dirancang secara khusus untuk
mengembangkan aktivitas belajar di pihak siswa berkaitan dengan aspek pengetahuan
prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) serta
pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep,
prinsip, atau generalisasi) yang terstruktur dengan baik yang dapat dipelajari
selangkah demi selangkah. Fokus utama dari pembelajaran ini adalah pelatihan
pelatihan yang dapat diterapkan dari keadaan nyata yang sederhana sampai yang lebih
kompleks. Pengajaran langsung berpusat pada guru, tetapi harus menjamin terjadinya
keterlibatan siswa. Disini guru menyampaikan isi akademik dalam format yang
terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa dan menguji keterampilan siswa
melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Jadi lingkungannya
harus diciptakan yang berorientasi pada tugas tugas yang diberikan pada siswa.
Ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
a. Adanya tujuan pembelajaran
Pembelajaran langsung ini menekankan tujuan pembelajaran yang harus berorientasi
kepada siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian
dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (kriteria keberhasilan).

8
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting.
Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau
praktek, dan kerja kelompok. Pembelajaran langsung digunakan untuk
menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung
Keberhasilan metode pembelajaran langsung memerlukan lingkungan yang
baik untuk presentasi dan demonstrasi, yakni ruangan yang tenang dengan penerapan
cukup, termasuk alat atau media yang sesuai. Di samping itu, metode pembelajaran
langsung juga bergantung pada motivasi siswa yang memadai untuk mengamati
kegiatan yang dilakukan guru dan mendengarkan segala sesuatu yang dikatakannya.
Pada hakikatnya, pembelajaran langsung memerlukan kaidah yang mengatur
bagaimana siswa yang suka berbicara, prosedur untuk menjamin tempo pembelajaran
yang baik, strategi khusus untuk mengatur giliran keterlibatan siswa, dan untuk
menanggulangi tingkah laku siswa yang menyimpang.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung


Secara umum tiap-tiap model pembelajaran tentu terdapat kelebihan-
kelebihan yang membuat model pembelajaran tersebut lebih baik digunakan
dibanding dengan model pembelajaran yang lainnya. Seperti halnya pada Model
Direct Instruction atau model pembelajaran langsung pun mempunyai beberapa
kelebihan yaitu sebagai berikut:
a. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan
informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai
apa yang harus dicapai oleh siswa
b. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil
Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-
keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah

9
c. Model Pembelajaran Direct Instruction menekankan kegiatan mendengarkan
(melalui ceramah) sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara cara
ini. Dengan Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa
yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun
dan menafsirkan informasi, serta untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak
tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-
hasil penelitian terkini.
d. Model Pembelajaran Direct Instruction (terutama kegiatan demonstrasi) dapat
memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan
observasi. Dengan ini memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil hasil
dari suatu tugas dan bukan teknik teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting
terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam
melakukan tugas tersebut
e. Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila
model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
Selain memiliki kelebihan kelebihan tersebut pembelajaran langsung juga memiliki
kekurangan-kekurangan diantaranya sebagai berikut:
1. Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal
kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar,
atau ketertarikan siswa
2. Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit
bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka
3. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi
pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap,
berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan,
teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat
4. Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru.
Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan

10
model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan
banyak perilaku komunikasi positif
5. Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan
kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi
yang disampaikan.
No. Langkah-langkah Peran Guru
1 Menjelaskan tujuan pembela- Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang
jaran dan mempersiapkan pembelajaran, pentingnya pelajaran dan
siswa memotivasi siswa
2
Mendemonstrasikan Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan
pengetahuan atau keterampilan benar, atau memberi informasi tahap demi tahap
3
Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan
pelatihan awal
4
Menelaah pemahaman dan
memberikan umpan balik Guru mengecek apakah siswa telah berhasil
5 melakukan tugas dengan baik dan memberikan
Memberikan kesempatan untuk umpan balik
pelatihan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan, khusus penerapan pada situasi
kompleks dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Langsung

2.5. Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning )


Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok kelompok. Setiap siswa yang ada dalam
kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda beda (tinggi, sedang dan
rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku
yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif

11
mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa
meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta
pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif memiliki unsur unsur.

Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif tersebut adalah :


1. Saling Ketergantungan Positif
Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang
memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar
yang optimal. Tiap siswa tergantung pada anggota lainnya karena tiap siswa
mendapat materi yang berbeda atau tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa satu
dengan lainnya saling membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapat
mengerjakan tugas tersebut maka tugas kelompoknya tidak dapat diselesaikan.
2. Tanggung Jawab Perseorangan
Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian individual tersebut
selanjutnya disampaikan guru kepada kelompok agar semua
kelompok dapat mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan
siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Karena tiap siswa
mendapat tugas yang berbeda secara otomatis siswa tersebut harus mempunyai
tanggung jawab untuk mengerjakan tugas tersebut karena tugas setiap anggota
kelompok mempunyai tugas yang berbeda sesuai dengan kemampuannya yang
dimiliki setiap individu.
3. Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling
bertatap muka sehingga mereka dapat melalukan dialog, tidak hanya dengan guru,
tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan siswa

12
dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi dan ini

juga akan lebih memudahkan siswa dalam belajar.


4. Komunikasi antar Anggota Kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa,
sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani
mempertahan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat
lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi sengaja diajarkan dalam
pembelajaran kooperatif ini. Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali
dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam
kelompok, guru perlu mengajarkan cara cara berkomunikasi, karena tidak semua
siswa mempuanyai keahlian mendengarkan dan berbicara.
5. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya
bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Sintaks dari pembelajaran kooperatif adalah :
1 Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
dan memotivasi siswa ingin dicapai dan memberi motivasi siswa agar
dapat belajar dengan aktif dan kreatif

2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan


cara demonstrasikan atau lewat bahan bacaan

3 Mengorganisasikan Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya


siswa dalam kelompok- membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok kelompok agar melakukan transisi secara efisien
4 Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok belajar pada saat
bekerja dan belajar mereka mengerjakan tugas-tugas

13
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil
kerja masing-masing kelompok

6 Memberi penghargaan Guru mencari cara cara untuk menghargai upaya


atau hasil belajar individu maupun kelompok

Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Kooperatif

2.5.1. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)


Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya,
jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam
tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis
mereka tidak boleh saling membantu.
Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya
kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok
tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa
menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi
saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal.
STAD terdiri dari beberapa tahapan dalam pelaksanaannya. Tahap tahap
tersebut terdiri dari :
1 Langkah 1 Guru menyampaikan materi pembelajaran ke siswa secara
klasikal

2 Langkah 2 Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (setiap


kelompok terdiri dari 4 6 siswa yang heterogen, baik dari
segi kemampuan, agama, jenis kelamin, atau lainnya).

14
3 Langkah 3 Dilanjutkan diskusi kelompok untuk penguatan materi
(saling bantu membantu untuk memperdalam materi yang
sudah diberikan)

4 Langkah 4 Guru memberikan tes individual, masing masing


mengerjakan tes tanpa boleh saling bantu membantu
diantara anggota kelompok.

5 Langkah 5 Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan


perolehan nilai peningkatan individual dari skor dasar ke
skor kuis

Tabel 2.3. Tahapan Pembelajaran kooperatif tipe STAD

2.5.2. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw (Tim Ahli)


Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif
yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab
atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut
kepada orang lain dalam kelompoknya. Dalam teknik ini, siswa dapat bekerja sama
dengan siswa lainnya dan mempunyai tanggung jawab lebih dan mempunyai banyak
kesempatan pula untuk mengolah informasi yang di dapat dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi.
Model pembelajaran seperti ini harus dioptimalkan karena dapat meningkatkan
kemampuan kreatif siswa dan tentunya meningkatkan prestasi siswa. Di samping itu,
pembelajaran ini juga dapat meningkatkan komunikasi siswa karena berani
menyampaikan apa yang telah ia dapat kepada kelompok lain maupun kelompok
sendiri, sehingga siswa yang kurang percaya diri untuk menyampaikan bisa di latih
untuk lebih berani dengan pembelajaran model ini. Disini, peran guru adalah
memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk
memahami materi yang diberikan.

15
Kunci tipe Jigsaw ini adalah kemandirian setiap siswa terhadap anggota tim
yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki
tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk
mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.

Langkah langkah metode pembelajaran tipe Jigsaw ini adalah :

a. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (disebut dengan kelompok asal, setiap
kelompok terdiri dari 4 6 siswa dengan kemampuan yang heterogen). Setiap
anggota kelompok nantinya diberi tugas untuk memilih dan mempelajari materi yang
telah disiapkan oleh guru.
- Misal 1 kelas: 40 anak
- Ada 5 topik yang akan dipelajari
- Kelompok asal ( 40:5 = 8 kel.)
Kelompok Asal

b. Di kelompok asal, setelah masing-masing siswa menentukan pilihannya , mereka


langsung membentuk kelompok ahli berdasarkan materi yang dipilih. Ilustrasinya
adalah sebagai berikut:
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Materi A
Materi B
Materi C
Materi D
Materi E

c. Setelah setiap kelompok ahli mempelajari (berdiskusi) tentang materinya masing-


masing, setiap anggota dalam kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk
menjelaskan/menularkan apa-apa yang telah mereka pelajari/diskusikan di kelompok
ahli. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:
Kelompok Asal
Kelompok Ahli

16
Materi A
Materi B
Materi C
Materi D
Materi E

Gambar 2.1. Tahapan Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

d. Dalam tipe ini peran guru lebih banyak sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi agar
pelaksanaan kegiatan diskusi dalam kelompok ahli maupun penularan dalam
kelompok asal berjalan secara efektif dan optimal.
e. Setelah masing-masing anggota dalam kelompok asal selesai menyampaikan apa
yang dipelajari sewaktu dalam kelompok ahli, guru memberikan soal/kuis pada
seluruh siswa. Soal harus dikerjakan secara individual. Nilai dari pengerjaan kuis
individual digunakan sebagai dasar pemberian nilai penghargaan untuk masing-
masing kelompok.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran tipe Jigsaw
Kelebihan:
a. Ruang lingkup dipenuhi ide ide yang bermanfaat dan menarik untuk di diskusikan.
b. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pemahaman pembelajaran
materi untuk dirinya sendiri dan orang lain.
c. Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang di
tugaskan.
d. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi untuk pengalaman
belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
e. Meningkatkan kreatifitas siswa dalam berpikir kritis dan meningkatkan kemampuan
siswa dalam memecahkan suatu masalah yang di hadapi.
f. Melatih keberanian dan tanggung jawab siswa untuk mengajarkan materi yang
telah ia dapat kepada anggota kelompok lain.
Kelemahan:

17
a. Kondisi kelas yang cenderung ramai karena perpindahan siswa dari kelompok satu
ke kelompok lain.
b. Dirasa sulit meyakinkan untuk berdiskusi menyampaikan materi pada teman jika
tidak punya rasa percaya diri.
c. Kurang partisipasi beberapa siswa yang mungkin masih bergantung pada teman lain,
biasanya terjadi dalam kelompok asal.
d. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi.
e. Awal penggunaan metode ini biasanya sulit di kendalikan, biasanya butuh waktu
yang cukup dan persiapan yang matang agar berjalan dengan baik.
f. Aplikasi model pembelajaran ini pada kelas yang besar (lebih dari 30 siswa)
sangatlah sulit. Tapi bisa diatasi dengan model team teaching.

2.5.3. Pembelajaran Kooperatif tipe Investigasi Kelompok ( Group


Investigation )
Pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) didasari oleh gagasan
John Dewey tentang pendidikan yang menyimpulkan bahwa kelas merupakan cermin
masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di
dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah masalah sosial dan antar
pribadi. Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para siswa
mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai hal mengenai masalah itu,
mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan menguji hipotesis. Tahapan
tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut:
a. Tahap Pengelompokan (Grouping)
Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk
kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap
ini, yang pertama siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori
kategori topik permasalahan kemudian siswa bergabung pada kelompok -

18
kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki.

b. Tahap Perencanaan (Planning)


Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas tugas pembelajaran.
c. Tahap Penyelidikan (Investigation)
Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada
tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut : pertama siswa mengumpulkan
informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan
permasalahan yang diselidiki, kemudian masing masing anggota kelompok
memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, lalu siswa saling bertukar,
berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat.
d. Tahap Pengorganisasian (Organizing)
Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai
berikut : pertama anggota kelompok menentukan pesan pesan penting dalam
proteknya masing masing, kemudian anggota kelompok merencanakan apa yang
akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, lalu wakil dari masing
masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.
e. Tahap Presentasi (Presenting)
Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran
di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut : pertama, penyajian kelompok pada
keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian, kelompok yang tidak
sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, kemudian pendengar
mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap
topik yang disajikan.
f. Tahap Evaluasi (Evaluating)
Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa.

2.5.4. Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share ( TPS )

19
Think-Pair Share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Think
Pair Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon
serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja
menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu
tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara serius
mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca. Tahapan
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah sebagai berikut :
a. Berpikir (Think) : Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan
pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut
secara mandiri.
b. Berpasangan (Pair) : Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini
dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau
penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru
mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c. Berbagi (Share) : Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan pasangan
tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai
apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru
berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau
setengah dari pasangan pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

2.6. Pengajaran berdasarkan masalah ( Problem Based Instruction )


Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan
intelektual ; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau stimulasi dan lain : realistis sesuai kehidupan manusia, konsep
sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk sifat inkuiri siswa, retensi konsep menjadi

20
kuat, memupuk kemampuan memecahkan masalah. Keterbatasan model ini antara
lain :
1. Persiapan pembelajaran kompleks
2. Sulit mencari problem yang relevan
3. Terjadi miss konsepsi
4. Memerlukan waktu yang lama
Kelebihan Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai
berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5. Dapat mendorong siswa / mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara
mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia
lakukan
7. Dengan adanya pembelajaran berdasarkan masalah akan terjadi pembelajaran
bermakna.
8. Dalam situasi pembelajaran berdasarkan masalah, siswa/mahasiswa mengintegrasikan
pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks
yang relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa /
mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Langkah langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Fase Indikator Kegiatan Guru
1 Orientasi siswa kepada Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik
masalah yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif dan kreatif
dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya

21
2 Mengorganisasikan Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
siswa untuk belajar tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3 Membimbing Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
penyelidikan individual sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
maupun kelompok penjelasan dan pemecahan masalah
4 Mengembangkan dan Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
menyajikan hasil karya karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
5 Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
mengevaluasi proses terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
pemecahan masalah gunakan
Tabel 2.4. Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah

2.7. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)


Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan
dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Pembelajaran kontekstual memiliki 5 elemen belajar yang konstrutivistik
yaitu:
1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
2. Pemerolehan pengetahuam yang baru
3. Pemahaman pengetahuan
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman
5. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut
Secara garis besar langkah langkah penerapan pembelajaran kontekstual adalah
sebagai berikut :

22
1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4. Menciptakan masyarakat belajar / belajar berkelompok
5. Menghasilkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Melakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

Komponen-komponen dari CTL (Contextual Teaching and Learning) antara


lain:
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme (Constructivism) adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut
pengembang filsafat konstruktivisme Mark Baldawin dan diperdalam oleh Jean
Piaget menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hannya dari objek
semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap
objek yang diamatinya.
Landasan pembelajaran ini adalah bahwa siswa membangun pemahaman mereka
sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus
dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Oleh
karena itu guru harus memfasilitasi proses tersebut dengan :
Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
Memberi kesempatan siswa menemukan dan menetapkan idenya sendiri
Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar

2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan (Inquiry) adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencapaian
dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah

23
sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
Dalam model inquiry dapat dilakukan melalui beberapa langkah sistematis, yaitu :
a. Merumuskan masalah.
b. Mengajukan hipotesis.
c. Mengumpulkan data.
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan.
e. Membuat kesimpulan.
Langkah langkah kegiatan inquiri adalah sebagai berikut :
Merumuskan masalah
Mengamati atau melakukan observasi
Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan
karya lainnya
Mongkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru
maupun audiens yang lain

3. Bertanya (Quesrioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya
dapat dipandang sebagai refleksi dari keingin tahuan setiap individu. Sedangkan
menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.
Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
a. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.
b. Mengecek pemahaman siswa
c. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar
d. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
e. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang diinginkan.
f. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sendiri.
g. Menggali pemahaman siswa.
h. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa
i. Membangkitkan respon kepada siswa

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

24
Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan
agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama
itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara
formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat
diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antarteman atau antarkelompok; yang
sudah tahu memberi tahu kepada yang belum tahu atau yang pernah memiliki
pengalaman membagi pengalamannya kepada orang lain. Inilah hakekat dari
masyarakat belajar yaitu masyarakat yang saling membagi.

5. Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan modeling adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Proses modeling tidak sebatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan
siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup
penting dalam pembelajaran CTL sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari
pembelajaran yang teoristis abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya
verbalisme. Guru atau ahli lain dapat menjadi model bagi siswa dalam belajar.

6. Refleksi (Reflection)
Refleksi (Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang baru di terima.
Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur
kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang
dimilikinya. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses, sehingga refleksi
diperlukan pada akhir proses. Realisasinya adalah :
Pernyataan langsung tentang apa apa yang diperolehnya hari itu
Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu

25
7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan oleh guru
untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh
siswa. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar
atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap
perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik
dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan
secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu,
tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.
Karakteristik penilaian autentik :
Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
Yang diukur keterampilan dan performansi bukan mengingat fakta
Berkesinambungan
Terintegrasi
Dapat digunakan sebagai feedback

26
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpilan
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya
rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi
dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami
pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Tiap
tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar
yang sedikit berbeda.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok kelompok. Tujuan model pembelajaran kooperatif
adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai
keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Pembelajaran Kooperatif memiliki beberapa tipe diantaranya :
Tipe Jigsaw (Tim Ahli)
Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Tipe STAD (Student Team Achievement Division)
Tipe Think Pair Share (TPS)

27
Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan
intelektual ; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau stimulasi dan lain : realistis sesuai kehidupan manusia, konsep
sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk sifat inkuiri siswa, retensi konsep menjadi
kuat, memupuk kemampuan memecahkan masalah.
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

3.2. Saran

Sebagai calon guru matematika kita harus dapat mengembangkan macam macam
model pembelajaran atau belajar agar dapat di terima dengan baik dan dimengeri oleh
siswa.

28
DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, C. Asri, DR. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Ferdian, Adi. 2013. Modul Belajar dan Pembelajaran. Palangkaraya :
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Grup
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima.
Trianto . 2007. Model Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka
Tim Dosen . 2015. Psikologi Pendidikan. Medan : Unimed Press

29

Anda mungkin juga menyukai