FILE
FILE
SKRIPSI
Oleh
i
Digital Repository Universitas Jember
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Pendidikan S-1 Kesehatan Masyarakat
dan mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
ii
Digital Repository Universitas Jember
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas karunia dan nikmat yang telah
diberikan Allah SWT sehingga begitu banyak kemudahan yang dirasakan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Bismillahirrahmanirrahim, skripsi ini saya
persembahkan kepada:
1. Orang tua saya, Didik Sudibyo dan Chandra Harilianti. Terima kasih atas
pengorbanan, jerih payah, dan curahan kasih sayang serta lantunan doa
yang senantiasa mengalir hingga hari ini;
2. Kakak dan adik, Chintia Rhamandica dan Bima Prasetya yang telah
menghadirkan senyum, semangat, suka dan duka;
3. Adhi Suryo Nugroho, terimakasih untuk motivasi, doa, dan semangatnya;
4. Bapak dan Ibu Guru yang telah berjasa dalam membimbing, menasehati,
dan tak henti-hentinya mencurahkan ilmunya yang berharga dengan penuh
kesabaran, baik dalam pendidikan formal maupun non formal;
5. Almamater Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember yang saya
banggakan.
iii
Digital Repository Universitas Jember
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap
(Terjemahan Surat Al-Insyiroh : 5-7) *)
iv
Digital Repository Universitas Jember
HALAMAN PERNYATAAN
v
Digital Repository Universitas Jember
HALAMAN PEMBIMBINGAN
SKRIPSI
Oleh
Pembimbing
vi
Digital Repository Universitas Jember
PENGESAHAN
Tim Penguji:
Ketua, Sekretaris,
Mengesahkan
Dekan,
vii
Digital Repository Universitas Jember
RINGKASAN
viii
Digital Repository Universitas Jember
yang direndam dalam air dengan suhu 40C 2C selama 45 menit. Setelah diberi
perlakuan maka di uji laboratorium untuk mengetahui kadar formalin tahu pada
masing masing perlakuan. Analisis data menggunakan uji hipotesis. Uji
hipotesis dilakukan untuk melihat penurunan kadar formalin antara tahu tanpa
melalui proses perendaman dengan tahu yang direndam dalam air pada suhu 40C
2C selama 15 menit, 30 menit, dan 45 menit yang dilakukan secara statistik
dengan menggunakan uji One Way Anova dengan = 0,05.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
terdapat penurunan kadar formalin pada tahu dengan perendaman dalam air
hangat selama 15 menit, 30 menit, dan 45 menit berturut - turut adalah 16,89%;
37,08% dan 69,13% dengan nilai signifikansi p 0,000. Artinya, dengan nilai
probabilitas lebih kecil daripada 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan
yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok X1, X2, X3;
kelompok X1 dengan kelompok kontrol, X2, X3; kelompok X2 dengan kelompok
kontrol, X1, X3; dan kelompok X3 dengan kelompok kontrol, X1, X2. Penurunan
kadar formalin tertinggi terdapat pada menit ke 45 yaitu 69,13%.
Perendaman menggunakan air mampu mereduksi kadar formalin.
Penurunan kadar formalin pada perlakuan dengan kombinasi suhu hangat dan air
sebagai media penghantar panas disebabkan karena sifat formalin yang larut
dalam air. Senyawa formalin memiliki gugus CH2O yang mudah mengikat air dan
gugus aldehid yang mudah mengikat protein. Formalin mudah mengikat air
menyebabkan terjadinya reaksi hidrolisis, dimana energi atau panas di butuhkan
agar reaksi hidrolisis berlangsung. Maka formalin dalam tahu akan berikatan
dengan air hangat yang menyebabkan kadar formalin pada tahu menjadi
berkurang.
Mengingat adanya fenomena kecenderungan para produsen maupun
pedagang makanan menggunakan formalin sebagai pengawet makanan salah
satunya adalah tahu, maka perendaman dengan air hangat dapat dijadikan
alternatif untuk mengurangi kadar formalin pada tahu sebelum diolah menjadi
makanan lebih lanjut.
ix
Digital Repository Universitas Jember
SUMMARY
x
Digital Repository Universitas Jember
levels of formaldehyde between tofu without going through the process of soaking
and tofu soaked in water at a temperature of 40C 2C for 15 minutes, 30
minutes, and 45 minutes performed statistically using One Way Anova with =
0.05.
Based on the research, it was found that there was a decrease in the levels
of formaldehyde in tofu by soaking in warm water for 15 minutes, 30 minutes and
45 minutes respectively by 16.89%; 37.08% and 69.13% with a significance p
value of 0.000. This means that with a probability value of less than 0.05, it can
be concluded that there is a significant difference between the control group and
groups X1, X2, X3; group X1 and control groups X2, X3; group X2 and the
control groups X1, X3; and group X3 and the control groups X1, X2. The highest
decrease level of formaldehyde was at the 45th minute, that is, 69.13%.
Immersion using water can reduce formaldehyde levels. Decrease in levels
of formaldehyde in the treatment with a combination of warm temperatures and
water as the media of heat transfer is because of the formaldehyde property of
solubleness in water. Formaldehyde compounds have group CH2O that easily
binds water and aldehyde group which easily binds protein. The ease of binding
water causes hydrolysis reaction, where energy or heat is needed in order that the
hydrolysis reaction takes place. Thus, formalin in tofu will be bound with warm
water which causes the reduction in the levels of formaldehyde in tofu.
Considering that food producers or traders tend to use formaldehyde as a
preservative in foods, one of which is tofu, then the immersion in warm water can
be used as an alternative to reduce the levels of formaldehyde in tofu before
further processing into food. In addition, it is important to conduct further
research on the use of natural materials for reducing formaldehyde and the use of
natural food additives as food preservatives.
xi
Digital Repository Universitas Jember
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya skripsi dengan judul Penurunan
Kadar Formalin Pada Tahu Dengan Perendaman Dalam Air Hangat, sebagai
salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan Program
Pendidikan S-1 Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada Dr. Isa Marufi, S.KM., M.Kes. selaku dosen
pembimbing utama (DPU) dan Ibu Prehatin Trirahayu Ningrum, S.KM.,
M.Kes. selaku dosen pembimbing anggota (DPA) yang telah memberikan
petunjuk, koreksi serta saran hingga terwujudnya skripsi ini. Terimakasih dan
penghargaan penulis sampaikan pula kepada:
1. Drs. Husni Abdul Gani, MS. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember;
2. Anita Dewi PS, S.KM, M.Sc selaku Ketua Bagian Kesehatan Lingkungan dan
Kesehatan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Jember;
3. Bapak Erwan Widiyatmoko, S.T., selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis
Laboratorium Kesehatan Daerah, Kabupaten Jember;
4. Laboratorium Analisa Pangan Politeknik Negeri Jember yang telah membantu
dan bekerjasama demi terselesainya penelitian ini;
5. Ayahanda Didik Sudibyo, Ibunda Chandra Harilianti serta kakak dan adik.
Terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala doa, kasih sayang, perhatian
serta dukungan selama ini;
6. Adhi Suryo Nugroho yang tiada hentinya memberikan kasih sayang, motivasi,
dan semangat;
7. Sahabatku Yevi Dwi Y, Hanifah Nurnawati, Andila R, dan Anita;
xii
Digital Repository Universitas Jember
Penulis
xiii
Digital Repository Universitas Jember
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. ii
HALAMAN MOTTO .............................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................................. iv
HALAMAN PEMBIMBINGAN ............................................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. vi
RINGKASAN ........................................................................................................... vii
SUMMARY ................................................................................................................ ix
PRAKATA ................................................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xviii
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xix
DAFTAR ARTI LAMBANG .................................................................................. xx
BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................................. 5
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................ 5
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................... 5
1.4 Manfaat ............................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................................ 5
1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
2.1 Bahan Tambahan Pangan .................................................................. 7
2.1.1. Pengertian Bahan Tambahan Pangan ......................................... 7
2.1.2. Tujuan Bahan Tambahan Pangan ............................................... 8
xiv
Digital Repository Universitas Jember
xv
Digital Repository Universitas Jember
xvi
Digital Repository Universitas Jember
xvii
Digital Repository Universitas Jember
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Komposisi zat gizi tahu per 100 gram berat badan .......................................... 21
2.2 Syarat mutu tahu berdasarkan SNI 01-3142-1998............................................ 22
3.1 Variabel dan Definisi Operasional.................................................................... 33
4.1 Rata - rata Penurunan Kadar Formalin pada Tiap Kelompok Penelitian ......... 48
4.2 Tingkat Perbedaan Kadar Formalin pada Kelompok Kontrol .......................... 52
4.3 Tingkat Perbedaan Kadar Formalin pada Kelompok X1 ................................. 53
4.4 Tingkat Perbedaan Kadar Formalin pada Kelompok X2 ................................. 54
4.5 Tingkat Perbedaan Kadar Formalin pada Kelompok X3 ................................. 56
xviii
Digital Repository Universitas Jember
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Struktur Formalin ............................................................................................. 15
2.2 Reaksi antara protein dan formalin membentuk senyawa methylene .............. 23
2.3 Reaksi senyawa methylene kembali menjadi formalin dan protein ................. 24
2.4 Kerangka Teori.................................................................................................. 25
2.5 Kerangka Konseptual ........................................................................................ 26
3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................................ 29
3.2 Ilustrasi Perendaman Tahu Dalam Air Pada Suhu 40C2C .......................... 35
3.3 Kerangka Alur Prosedur Penelitian ................................................................... 37
3.4 Kerangka Alur Penelitian .................................................................................. 39
4.1 Kadar Formalin Pada Kelompok Kontrol Sebelum Tahu Direndam Dalam
Air Hangat ....................................................................................................... 40
4.2 Kadar Formalin Pada Kelompok Perlakuan Dengan Perendaman Tahu
Dalam Air Hangat Selama 15 Menit ................................................................ 42
4.3 Kadar Formalin Pada Kelompok Perlakuan Dengan Perendaman Tahu
Dalam Air Hangat Selama 30 Menit ................................................................ 44
4.4 Kadar Formalin Pada Kelompok Perlakuan Dengan Perendaman Tahu
Dalam Air Hangat Selama 45 Menit ................................................................ 47
4.5 Penurunan Kadar Formalin Pada Tahu Dengan Perendaman Dalam Air
Hangat Selama 15 Menit, 30 Menit, dan 45 Menit........................................... 50
4.6 Reaksi Antara Protein Dan Formalin Membentuk Senyawa Methylene .......... 58
4.7 Reaksi Senyawa Methylene Kembali Menjadi Formalin Dan Methylene ....... 59
xix
Digital Repository Universitas Jember
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Uji Statistika .................................................................................................... 67
B. Hasil Pengukuran Kadar Formalin di Laboratorium ....................................... 69
C. Dokumentasi Penelitian ................................................................................... 71
xx
Digital Repository Universitas Jember
DAFTAR SINGKATAN
xxi
Digital Repository Universitas Jember
% = persen
= kurang lebih
= kurang
= derajat
= lebih dari sama dengan
/ = per
x = kali
= = sama dengan
+ = tambah
xxii
Digital Repository Universitas Jember
BAB 1. PENDAHULUAN
1
Digital Repository Universitas Jember
2
sehingga tahu tidak dapat bertahan lama. Kerusakan tahu ditandai dengan bau
asam dan berlendir. Perendaman tahu dalam air yang diberi formalin akan
membuat tahu menjadi lebih keras, tidak mudah hancur, tahan terhadap
mikroorganisme, dan dapat bertahan hingga tujuh hari (Widyaningsih, 2006:36).
Oleh karena itu pedagang tahu sering melakukan kecurangan dengan
menambahkan bahan pengawet formalin. Apabila tahu tersebut tidak laku dalam
sehari, maka dapat disimpan hingga beberapa hari. Hal ini yang mengakibatkan
para pedagang tidak mau rugi.
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Budiarti (2009:5),
menyebutkan bahwa perendaman mie basah dalam air hangat dengan suhu 40C
selama 15 menit, terjadi penurunan kadar formalin sebesar 39,77%. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Kusmadina dkk (2006:32), perebusan tahu dapat
menurunkan kadar formalin tahu sebesar 37,86%, namun dalam penelitian
tersebut tidak memperhitungkan waktu perebusan.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan penulis, selama waktu 45 menit
suhu air hangat dalam wadah turun dari 40C menjadi 38C , sehingga penulis
mengambil rentang suhu penelitian 40C 2C. Perendaman tahu pada suhu 40C
2C tidak menyebabkan perubahan tektstur pada tahu. Maka penulis ingin
mengetahui bagaimana penurunan kadar formalin pada tahu dengan perendaman
dalam air hangat pada suhu 40C 2C selama 15 menit, 30 menit dan 45 menit.
Selain itu penulis telah melakukan uji kandungan formalin pada tiga sampel tahu
di pasar modern, dan hasil dari laboratorium analisa pangan menunjukkan bahwa
ketiga sampel tersebut positif mengandung formalin.
Perendaman menggunakan air mampu mereduksi kadar formalin. Senyawa
formalin memiliki gugus CH2O yang mudah mengikat air dan gugus aldehid yang
mudah mengikat protein (Sugiarti dkk, 2014:93). Berdasarkan uraian di atas,
maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui penurunan kadar formalin pada
tahu dengan perendaman dalam air hangat pada suhu 40C 2C.
Digital Repository Universitas Jember
5
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis penurunan kadar formalin pada tahu dengan perendaman
dalam air hangat pada suhu 40C 2C.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan sebagai sumber pengetahuan maupun informasi
mengenai Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dilarang untuk ditambahkan ke
dalam makanan tahu.
Digital Repository Universitas Jember
6
7
Digital Repository Universitas Jember
8
b. Pencelupan
Untuk bahan makanan yang berbentuk padat.
c. Penyemprotan
Sama dengan pencelupan, yaitu untuk bahan makanan padat dan konsentrasi
bahan pengawet yang diperlukan agak tinggi.
d. Pengasapan
Untuk bahan makanan yang dikeringkan, bahan pengawet yang sering
digunakan adalah belerang dioksida atau derivatnya.
e. Pelapisan pada pembungkus
Dengan cara penambahan/pelapisan bahan pengawet pada pembungkus bahan
makanan (Mukono, 2005:149-150).
d. Keasaman
Sebagian besar bahan pengawet aktivitasnya akan naik dalam bahan makanan
yang bersifat asam.
e. Suhu penyimpanan
Pada umunya kenaikan suhu akan menaikan pengaruh bahan pengawet
terhadap mikroba, tetapi pada suhu sangat rendah pertumbuhan mikroba akan
terhambat dengan ataupun tanpa bahan pengawet.
2.3 Formalin
2.3.1 Pengertian Formalin
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehida dalam air dengan
kadar 36-40%. Formalin biasanya juga mengandung alkohol (methanol) sebanyak
10-15% yang berfungsi sebagai stabilitator agar formaldehidanya tidak
mengalami polimerisasi. Di pasaran, formalin dapat juga diperoleh dalam bentuk
diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehida 30%, 20%, dan 10%. Disamping
dalam bentuk di cairan, formalin dapat diperoleh dalam bentuk tablet yang masing
masing mempunyai berat 5 gram (Winarno, 2004:11).
pemakaian dalam waktu lama (lebih dari 5 tahun) dapat menyebabkan penyakit
kanker, liver, gagal ginjal, dan gangguan saraf pusat.
Menurut International Programe on Chemical Safety dalam Winarno
(2004:11), bahwa batas toleransi formalin yang dapat diterima oleh tubuh adalah
0,1 mg/l atau batas penggunaan formalin dalam makanan yang diperbolehkan
masuk ke dalam tubuh orang dewasa sebesar 1,5 mg hingga 14 mg per hari.
Tubuh manusia mempunyai batasan maksimum dalam mentolerir seberapa
banyak konsumsi bahan tambahan makanan, batasan ini disebut ADI atau
Acceptable Daily Intake. ADI menentukan seberapa banyak konsumsi bahan
tambahan makanan setiap hari yang dapat diterima dan dicerna dalam waktu lama
tanpa mengalami resiko kesehtan, atau disebut BPM (Batas Pengguna
Maksimum) (Winarno, 2004:6).
2.4 Tahu
Tahu merupakan produk kedelai non-fermentasi dan salah satu produk
olahan kedelai yang berasal dari daratan Cina. Pembuatan tahu dan susu kedelai
ditemukan oleh Liu An pada zaman pemerintahan Dinasti Han, kira-kira 164
tahun sebelum Masehi. Tahu bersifat mudah rusak. Pada kondisi normal (suhu
kamar) daya tahannya rata-rata sekitar 1 2 hari saja. Setelah lebih dari batas
tersebut rasanya menjadi asam dan terjadi penyimpangan warna, aroma, dan
tekstur sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh kadar air
dan protein tahu relatif tinggi sehingga tahu adalah media yang cocok untuk
pertumbuhan mikroorganisme pembusuk, terutama bakteri (Koswara, 2011:1).
a. Tahu sumedang
Tahu sumedang disebut juga tahu pong. Tahu ini merupakan lembaran
lembaran tahu putih setebal 3 cm dengan tekstur lunak dan kenyal. Tahu putih
ini disimpan dalam wadah yang telah berisi air. Tahu putih yang siap olah
biasanya dipotong kecil kecil sebelum digoreng.
b. Tahu bandung
Tahu bandung berbentuk persegi (kotak), tekstur agak keras dan kenyal,
warnanya kuning karena sebelumnya telah direndam air kunyit. Tahu
digoreng dengan mengoleskan sedikit minyak di wajan.
c. Tahu cina
Tahu cina berupa tahu putih, teksturnya lebih padat, halus, dan kenyal
dibandingkan tahu biasa. Ukurannya sekitar 12 cm x 12 cm x 8 cm. Ukuran
dan bobot tahu relatif seragam karena proses pembuatannya dicetak dan
dipres dengan mesin. Dalam proses pembuatannya, digunakan sioko (kalsium
sulfat) sebagai bahan penggumpal protein sari kedelainya.
d. Tahu kuning
Tahu kuning mirip tahu cina. Bentuknya tipis dan lebar. Warna kuning
dikarenakan sepuhan atau larutan sari kunyit. Tahu ini banyak digunakan
dalam masakan cina.
e. Tahu takwa
Tahu takwa merupakan tahu khas Kediri, Jawa Timur. Proses pengolahan
tahu takwa pada prinsipnya sama dengan tahu biasa, hanya terdapat
perbedaan dalam perlakuan, terutama pada perendaman kedelai dan
pengepresan tahu. Bahan bakunya dipilih kedelai lokal yang berbiji kecil.
Penggumpalan sari kedelai menggunakan asam cuka. Sebelum dipasarkan,
tahu takwa dimasak atau dicelup beberapa menit dalam air kunyit mendidih
sehingga warnanya menjadi kuning. Tahu dijual dan disimpan dalam keadaan
kering tanpa perlu direndam air seperti tahu putih biasa.
Digital Repository Universitas Jember
21
f. Tahu sutera
Tahu ini sangat lembut dan lunak. Dulu, tahu ini mudah sekali rusak sehingga
harus segera diolah. Namun, sekarang proses pembuatannya lebih modern
sehingga produknya lebih tahan lama.
Tabel 2.1. Komposisi zat gizi tahu per 100 gram berat badan
No Zat Gizi Satuan Jumlah
1. Air gr 82,2
2. Energi kkal 80
3. Protein gr 10,9
4. Lemak gr 4,7
5. Karbohidrat gr 0,8
6. Serat gr 0,1
7. Abu gr 1,4
8. Kalsium mg 223
9. Fosfor mg 183
10. Besi mg 3,4
11. Natrium mg -
12. Kalium mg -
13. Tembaga mg -
14. Seng mg -
15. Retinol g -
16. Beta karoten g -
17. Karoten total g -
18. Tiamin mg 0,1
19. Riboflavin mg -
20. Niasin mg -
21. Vitamin C mg -
Sumber: Tabel Komposisi Pangan Indonesia, 2009
Digital Repository Universitas Jember
22
Gambar 2.2 Reaksi antara protein dan formalin membentuk senyawa methylene
demikian diperlukan adanya suatu tambahan energi yaitu berupa panas yang
menyebabkan berkurang atau menghilangnya kandungan formalin pada tahu
(Purawisastra, 2011:72).
+ Energi +
Gambar 2.3 Reaksi senyawa methylene kembali menjadi formalin dan protein
Digital Repository Universitas Jember
25
Formalin
Cara Penurunan Kadar
Formalin:
1. Penambahan larutan
lidah buaya
2. Penambahan
belimbing wuluh
3. Penurunan keasaman
makanan
4. Suhu (Perendaman
dengan air hangat) Makanan tahu Asam amino +
berformalin Formaldehid
Proses pengikatan protein
tahu dengan formalin
Suhu (Air hangat) Energi (+) Methylene
Proses pelepasan protein
tahu dengan formalin
Asam amino +
Formaldehid
Penurunan kadar
formalin pada tahu
Penjelasan :
Tahu merupakan salah satu bahan makanan yang terbuat dari kacang
kedelai yang mempunyai nilai gizi seperti protein, lemak, vitamin dan mineral
dalam jumlah yang cukup tinggi. Selain memiliki kelebihan, tahu juga
mempunyai kelemahan, yaitu kandungan airnya yang tinggi menyebabkan tahu
cepat rusak karena mudah ditumbuhi mikroba. Untuk memperpanjang masa
penyimpanannya, kebanyakan para pedagang tahu yang ada di Indonesia
menambahkan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dilarang, yaitu formalin
sebagai bahan pengawet. Perendaman tahu berformalin menggunakan air hangat
dengan suhu 40C 2C selama 15 menit, 30 menit dan 45 menit diharapkan
dapat menurunkan kadar formalin pada tahu.
28
Digital Repository Universitas Jember
29
O11
O12
K O1 O13
O14
O15
O16
O21
O22
X1 O2 O23
O24
O25
O26
P R O31
O32
X2 O3 O33
O34
O35
O36
O41
O42
X3 O4 O43
O44
O45
O46
Keterangan :
P : Populasi
R : Random
K : Tahu berformalin yang di celupkan dengan air biasa selama
2 detik
X1 : Tahu berformalin dengan perendaman dalam air pada suhu 40C
2C selama 15 menit (yang telah di celupkan dengan air biasa
selama 2 detik)
X2 : Tahu berformalin dengan perendaman dalam air pada suhu 40C
2C selama 30 menit (yang telah di celupkan dengan air biasa
selama 2 detik)
X3 : Tahu berformalin dengan perendaman dalam air pada suhu 40C
2C selama 45 menit (yang telah di celupkan dengan air biasa
selama 2 detik)
O1 : Kadar formalin pada tahu yang dicelupkan dengan air biasa
O2-O4 : Kadar formalin pada tahu yang direndam menggunakan air hangat
O11-O16 : Pengulangan/replikasi tahu berformalin yang dicelupkan dengan
air biasa
O21-O26 : Pengulangan/replikasi tahu berformalin dengan perendaman
dalam air pada suhu 40C 2C selama 15 menit
O31-O36 : Pengulangan/replikasi tahu berformalin dengan perendaman
dalam air pada suhu 40C 2C selama 30 menit
O41-O46 : Pengulangan/replikasi tahu berformalin dengan perendaman
dalam air pada suhu 40C 2C selama 45 menit.
Penjelasan:
Pada penelitian ini dibagi menjadi empat kelompok, yaitu satu kelompok
kontrol (K) dan tiga kelompok perlakuan (X1, X2, dan X3). Kelompok kontrol
(K) adalah tahu berformalin yang dicelupkan dengan air biasa selama 2 detik.
Kelompok perlakuan pertama (X1) adalah tahu berformalin yang direndam dalam
air dengan suhu 40C 2C selama 15 menit, kelompok perlakuan kedua (X2)
Digital Repository Universitas Jember
31
adalah tahu berformalin yang direndam dalam air dengan suhu 40C 2C selama
30 menit, dan kelompok perlakuan ketiga (X3) adalah tahu berformalin yang
direndam dalam air dengan suhu 40C 2C selama 45 menit. Setelah diberi
perlakuan maka di uji laboratorium untuk mengetahui kadar formalin tahu pada
masing masing perlakuan.
3.3.2 Replikasi
Jumlah pengulangan/replikasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini
ditentukan berdasarkan perhitungan menurut Kemas (1995:9), dengan rumus:
(t-1) (r-1) 15
Digital Repository Universitas Jember
32
Keterangan:
t : perlakuan/treatment, yaitu = 4
r : pengulangan/replikasi
15 : faktor nilai derajat kebebasan
(t 1) (r 1) 15
(4 1) (r 1) 15
(3) (r 1) 15
3r 3 15
r 18/3
r=6
Diketahui nilai r adalah 6, artinya setiap perlakuan dilakukan
pengulangan/replikasi sebanyak 6 kali. Jumlah pengulangan/replikasi ditetapkan
dengan rumus:
Total replikasi = r x t
=6x4
= 24
Jumlah pengulangan/replikasi dari tiga perlakuan adalah 24
pengulangan/replikasi. Jadi, jumlah sampel pada penelitian ini adalah 24 sampel.
b. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2010:39).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah waktu perendaman menggunakan
air hangat dengan suhu 40C 2C pada tahu selama 15 menit, 30 menit dan
45 menit.
12) Label
b. Bahan
1) Akuades
2) H2SO4 (asam sulfat)
3) H3PO4 (asam fosfat)
4) Formalin 40 %
5) Sampel tahu sutra dengan berat 43 gr (p = 3,5 cm; l = 3,5 cm; t = 3,5 cm)
Kontrol X1 X2 X3
Gambar 3.2 Ilustrasi perendaman tahu dalam air pada suhu 40C 2C
Digital Repository Universitas Jember
36
Menyiapkan wadah
Studi Pendahuluan
Identifikasi Masalah
4.1 Analisis Kadar Formalin pada Tahu Sebelum Direndam dalam Air pada
Suhu 40C 2C
Penelitian ini dilakukan untuk menguji penurunan kadar formalin pada
tahu dengan perendaman dalam air hangat. Pemeriksaan kadar formalin pada tahu
dilakukan di laboratorium analisa pangan Politeknik Negeri Jember. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa rata rata kadar formalin
sebelum direndam dengan air hangat sebesar 16,10 ppm sebagaimana ditampilkan
pada gambar 4.1.
16,2 16,04
15,97
16
15,8
15,6 15,54
15,6
15,4
15,2
15
14,8
1 2 3 4 5 6
Ulangan
Rata - rata : 16,1
SD : 0,52
Gambar 4.1 Kadar formalin pada kelompok kontrol sebelum tahu direndam dalam air
hangat
40
Digital Repository Universitas Jember
41
formalin tidak dilakukan pada waktu bersamaan, dan dalam satu wadah dapat di
isi dengan beberapa tahu sehingga penyerapan formalin dalam tahu tidak sama.
Formalin ditambahkan ke dalam tahu pada proses perendaman ketika tahu sudah
jadi. Hal tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Widyaningsih
(2006:54), bahwa formalin digunakan pada proses perendaman tahu. Untuk lebih
lanjutnya penulis tidak menemukan teori yang menyatakan bahwa formalin di
tambahkan pada tahu yang sudah jadi dimana waktu dan wadah mempengaruhi
perbedaan kadar formalin walaupun dalam satu produk dan tanggal kadaluwarsa
yang sama. Karena formalin sangat dilarang penggunaannya dalam makanan,
sehingga tidak mungkin dipublikasikan dan penelitian penulis mengenai
pengurangan kadar formalin pada tahu dengan perendaman dalam air hangat
tidak pernah dilakukan sebelumnya. Tetapi terdapat penelitian yang di lakukan
oleh purawisastra (2011:71) yaitu mengenai penyerapan formalin pada tahu,
daging dada ayam, dan mie basah dimana peneliti dengan sengaja menambahkan
larutan formalin 1% (salah satu sampel adalah tahu) dan didapatkan kadar
formalin pada tiap sampel tahu berbeda. Purawisastra (2011:71) menjelaskan
penyerapan formalin selama perendaman tidak sama, faktor yang mungkin
berpengaruh adalah kandungan airnya. Formalin mudah mengikat air. Ketika
kandungan air dalam tahu tinggi maka formalin akan lebih banyak terikat dari
pada tahu dengan kandungan air yang rendah. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Midayanto (2014:263), kandungan air pada tahu dipengaruhi ketika proses
pencetakan (penekanan) dan pada proses perendaman biji kedelai. Diduga waktu
dan lama pencetakan (penekanan) dalam pembuatan tahu dapat menghilangkan
sebagian air. Semakin lama waktu yang digunakan maka banyak air yang keluar
dan menurunkan kadar air tahu. Proses perendaman biji kedelai yang terlalu lama
juga dapat mengakibatkan lunaknya struktur biji kedelai sehingga air lebih mudah
masuk ke dalam struktur selnya sehingga kadar air tahu menjadi tinggi.
Hasil pengukuran memberikan gambaran bahwa terdapat kadar formalin
yang tinggi dalam tahu dimana formalin seharusnya tidak boleh ada dalam
makanan. Hal ini sesuai dengan peraturan menteri kesehatan nomor 33 tahun
2012, yang menjelaskan bahwa formalin merupakan bahan yang dilarang untuk
Digital Repository Universitas Jember
42
digunakan sebagai bahan tambahan makanan dan didukung pula dalam SNI 01-
3142-1998 tentang tahu bahwa formalin tidak boleh ada dalam tahu.
4.2 Analisis Kadar Formalin pada Tahu dengan Perendaman dalam Air
pada Suhu 40C 2C Selama 15 Menit
Hasil penelitian eksperimen penurunan kadar formalin pada tahu dengan
perendaman dalam air hangat selama 15 menit adalah sebagai berikut.
13,4
13,2
13
12,8
12,6 12,52
12,4
12,2
12
11,8
1 2 3 4 5 6
Ulangan
Rata - rata : 13,38
SD : 0,45
Gambar 4.2 Kadar formalin pada kelompok perlakuan dengan perendaman tahu dalam air
hangat selama 15 menit
dilakukan pada waktu bersamaan, dan dalam satu wadah dapat di isi dengan
beberapa tahu sehingga penyerapan formalin dalam tahu tidak sama. Formalin
ditambahkan ke dalam tahu pada proses perendaman ketika tahu sudah jadi. Hal
tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Widyaningsih (2006:54),
bahwa formalin digunakan pada proses perendaman tahu. Untuk lebih lanjutnya
penulis tidak menemukan teori yang menyatakan bahwa formalin di tambahkan
pada tahu yang sudah jadi dimana waktu dan wadah mempengaruhi perbedaan
kadar formalin walaupun dalam satu produk dan tanggal kadaluwarsa yang sama.
Karena formalin sangat dilarang penggunaannya dalam makanan, sehingga tidak
mungkin dipublikasikan dan penelitian penulis mengenai pengurangan kadar
formalin pada tahu dengan perendaman dalam air hangat tidak pernah dilakukan
sebelumnya. Tetapi terdapat penelitian yang di lakukan oleh purawisastra
(2011:71) yaitu mengenai penyerapan formalin pada tahu, daging dada ayam, dan
mie basah dimana peneliti dengan sengaja menambahkan larutan formalin 1%
(salah satu sampel adalah tahu) dan didapatkan kadar formalin pada tiap sampel
tahu berbeda. Purawisastra (2011:71) menjelaskan penyerapan formalin selama
perendaman tidak sama, faktor yang mungkin berpengaruh adalah kandungan
airnya. Formalin mudah mengikat air. Ketika kandungan air dalam tahu tinggi
maka formalin akan lebih banyak terikat dari pada tahu dengan kandungan air
yang rendah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Midayanto (2014:263),
kandungan air pada tahu dipengaruhi ketika proses pencetakan (penekanan) dan
pada proses perendaman biji kedelai. Diduga waktu dan lama pencetakan
(penekanan) dalam pembuatan tahu dapat menghilangkan sebagian air. Semakin
lama waktu yang digunakan maka banyak air yang keluar dan menurunkan kadar
air tahu. Proses perendaman biji kedelai yang terlalu lama juga dapat
mengakibatkan lunaknya struktur biji kedelai sehingga air lebih mudah masuk ke
dalam struktur selnya sehingga kadar air tahu menjadi tinggi.
Apabila dibandingkan dengan kadar formalin sebelum dilakukan
perlakuan yaitu 16,10 ppm, maka kelompok perlakuan dengan perendaman dalam
air hangat selama 15 menit mampu menurunkan kadar formalin sebesar 2,72 ppm
atau 16,89%. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa dengan
Digital Repository Universitas Jember
44
perendaman dalam air hangat pada suhu 40C 2C selama 15 menit mampu
menurunkan kadar formalin pada tahu. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Budiarti (2009:5), menjelaskan bahwa perendaman mie basah dalam air
hangat dengan suhu 40C selama 15 menit, terjadi penurunan kadar formalin
sebesar 39,77%. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kusmadina (2006:32),
perebusan tahu dapat menurunkan kadar formalin tahu sebesar 37,86%. Namun
tahu tersebut masih tidak layak jika di konsumsi karena masih mengandung
formalin yang cukup tinggi dimana seharusnya tidak boleh ada kandungan
formalin sama sekali. Hal ini sesuai dengan peraturan menteri kesehatan nomor 33
tahun 2012, yang menjelaskan bahwa formalin merupakan bahan yang dilarang
untuk digunakan sebagai bahan tambahan makanan dan disebutkan juga dalam
SNI 01-3142-1998 tentang tahu bahwa formalin tidak boleh ada dalam tahu.
4.3 Analisis Kadar Formalin pada Tahu dengan Perendaman dalam Air
pada Suhu 40C 2C Selama 30 Menit
Hasil penelitian eksperimen penurunan kadar formalin pada tahu dengan
perendaman dalam air hangat selama 30 menit adalah sebagai berikut.
10,2
10,1
10
9,9 9,86 9,87
9,8
9,7
9,6
1 2 3 4 5 6
Ulangan
Rata - rata : 10,13
SD : 0,2
Gambar 4.3 Kadar formalin pada kelompok perlakuan dengan perendaman tahu dalam air
hangat selama 30 menit
Digital Repository Universitas Jember
45
4.4 Analisis Kadar Formalin pada Tahu dengan Perendaman dalam Air
pada Suhu 40C 2C Selama 45 Menit
Hasil penelitian eksperimen penurunan kadar formalin pada tahu dengan
perendaman dalam air hangat selama 30 menit adalah sebagai berikut.
Digital Repository Universitas Jember
47
5,2
Kadar formalin (ppm)
4,8
4,61 4,62
4,6
4,4
4,2
4
1 2 3 4 5 6
Ulangan
Rata - rata : 4,97
SD : 0,32
Gambar 4.4 Kadar formalin pada kelompok perlakuan dengan perendaman tahu dalam air
hangat selama 45 menit
kadar formalin walaupun dalam satu produk dan tanggal kadaluwarsa yang sama.
Karena formalin sangat dilarang penggunaannya dalam makanan, sehingga tidak
mungkin dipublikasikan dan penelitian penulis mengenai pengurangan kadar
formalin pada tahu dengan perendaman dalam air hangat tidak pernah dilakukan
sebelumnya. Tetapi terdapat penelitian yang di lakukan oleh purawisastra
(2011:71) yaitu mengenai penyerapan formalin pada tahu, daging dada ayam, dan
mie basah dimana peneliti dengan sengaja menambahkan larutan formalin 1%
(salah satu sampel adalah tahu) dan didapatkan kadar formalin pada tiap sampel
tahu berbeda. Purawisastra (2011:71) menjelaskan penyerapan formalin selama
perendaman tidak sama, faktor yang mungkin berpengaruh adalah kandungan
airnya. Formalin mudah mengikat air. Ketika kandungan air dalam tahu tinggi
maka formalin akan lebih banyak terikat dari pada tahu dengan kandungan air
yang rendah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Midayanto (2014:263),
kandungan air pada tahu dipengaruhi ketika proses pencetakan (penekanan) dan
pada proses perendaman biji kedelai. Diduga waktu dan lama pencetakan
(penekanan) dalam pembuatan tahu dapat menghilangkan sebagian air. Semakin
lama waktu yang digunakan maka banyak air yang keluar dan menurunkan kadar
air tahu. Proses perendaman biji kedelai yang terlalu lama juga dapat
mengakibatkan lunaknya struktur biji kedelai sehingga air lebih mudah masuk ke
dalam struktur selnya sehingga kadar air tahu menjadi tinggi.
Apabila dibandingkan dengan kadar formalin sebelum dilakukan
perlakuan yaitu 16,10 ppm, maka kelompok perlakuan dengan perendaman dalam
air hangat selama 45 menit mampu menurunkan kadar formalin sebesar 11,13
ppm atau 69,13%. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiarti
(2009:8), menjelaskan bahwa perendaman mie basah dalam air hangat dengan
suhu 40C selama 15 menit, terjadi penurunan kadar formalin sebesar 39,77%.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kusmadina (2006:32), perebusan tahu
dapat menurunkan kadar formalin tahu sebesar 37,86%. Berdasarkan data tersebut
dapat dikatakan bahwa dengan perendaman dalam air hangat pada suhu 40C
2C selama 45 menit mampu menurunkan kadar formalin pada tahu. Namun tahu
tersebut masih tidak layak jika di konsumsi karena masih mengandung formalin
Digital Repository Universitas Jember
49
yang cukup tinggi dimana seharusnya tidak boleh ada kandungan formalin sama
sekali. Hal ini sesuai dengan peraturan menteri kesehatan nomor 33 tahun 2012,
yang menjelaskan bahwa formalin merupakan bahan yang dilarang untuk
digunakan sebagai bahan tambahan makanan dan disebutkan juga dalam SNI 01-
3142-1998 tentang tahu bahwa formalin tidak boleh ada dalam tahu.
16 16,1
14
13,38
Kadar formalin (ppm)
12
10 10,13
6
4,97
4
0
Kontrol X1 X2 X3
Gambar 4.5 Penurunan kadar formalin pada tahu dengan perendaman dalam air hangat
selama 15 menit, 30 menit, dan 45 menit
Keterangan :
Kontrol : tahu berformalin yang dicelupkan dengan air biasa selama 2
detik
X1 : tahu berformalin yang direndam dalam air dengan suhu 40C
2C selama 15 menit
X2 : tahu berformalin yang direndam dalam air dengan suhu 40C
2C selama 30 menit
X3 : tahu berformalin yang direndam dalam air dengan suhu 40C
2C selama 45 menit
melalui proses perendaman dalam air hangat, dan lebih besarnya kadar formalin
pada perendaman dalam air hangat selama 15 menit dibandingkan dengan
perendaman dalam air hangat selama 45 menit. Penurunan kadar formalin pada
perlakuan dengan kombinasi suhu hangat dan air sebagai media penghantar panas
disebabkan karena sifat formalin yang larut dalam air. Hal tersebut sesuai dengan
teori Fessenden dan Fessenden (1997:7) yang menyatakan bahwa formalin dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan atom hidrogen dari air. Menurut Purawisastra
(2011:72) panas diperlukan untuk membantu menurunkan kadar formalin pada
tahu. Sehingga semakin lama perendaman maka kadar formalin semakin turun
dimana reaksi hidrolisis juga akan berlangsung lebih lama, seperti yang dijelaskan
oleh Wilbraham dan Matta (1992:88) bahwa panas dan katalis biasanya
diperlukan agar reaksi hidrolisis berlangsung.
Untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antar kelompok perlakuan maka
sebelumnya perlu dilakukan beberapa uji diantaranya tes normalitas dan
homogenitas varian serta uji perbedaan populasi. Tes normalitas dan homogenitas
ini bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh varian populasi adalah
berdistribusi normal atau tidak dan sama atau tidak. Hasil tes normalitas dari
kadar formalin pada tahu adalah data berdistribusi normal, sedangkan hasil tes
homogenitas sebesar 0,312. Artinya, populasi yang ada memiliki varian yang
sama karena memiliki nilai tingkat signifikansi lebih besar daripada 0,05. Hasil ini
menunjukkan bahwa salah satu asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam analisis
ANOVA terpenuhi, sehingga dapat menggunakan analisis parametrik, yaitu uji F
dengan uji Post Hoc.
Uji F merupakan salah satu langkah dalam prosedur pengujian ANOVA.
Secara spesifik, uji ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan rerata antara dua
populasi dan dapat dilakukan dengan syarat jika tes homogenitas terpenuhi. Nilai
signifikansi F hitung dari kadar formalin pada tahu adalah 0,000. Hal ini
menunjukkan probabilitasnya lebih kecil daripada 0,05. Artinya, seluruh
kelompok perlakuan memiliki rata rata populasi yang berbeda, baik pada
kelompok kontrol, kelompok X1, kelompok X2, dan kelompok X3. Perbedaan
Digital Repository Universitas Jember
52
antar kelompok perlakuan yang terjadi secara nyata ini disebabkan oleh perbedaan
perlakuan lama perendaman dalam air hangat pada tahu.
Berdasarkan uraian di atas, terjadi tingkat penurunan kadar formalin yang
berbeda dalam tahu. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan
perbedaan yang ada antara kelompok kelompok perlakuan, maka diperlukan uji
Post Hoc untuk mengetahui sejauh mana perbedaan yang terjadi. Uji Post Hoc
merupakan salah satu alternatif uji t minimal dua sampel bebas ketika data
berskala ordinal dan berdistribusi normal.
daripada 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara kelompok kontrol dengan kelompok X3.
Tingkat perbedaan kadar formalin pada kelompok kontrol dengan
kelompok perlakuan dapat dipengaruhi oleh perendaman tahu dalam air hangat.
Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa perendaman tahu dalam air hangat
mampu menurunkan kadar formalin pada tahu. Formalin mengikat protein dalam
tahu, untuk memecahkan formalin dengan protein dalam tahu dibutuhkan energi
yaitu berupa panas dimana menggunakan air sebagai media penghantar panas.
Formalin mudah mengikat air yang menyebabkan terjadinya reaksi hidrolisis. Hal
tersebut sesuai dengan teori Fessenden dan Fessenden (1997:7) yang menyatakan
bahwa formalin dapat membentuk ikatan hidrogen dengan atom hidrogen dari air.
Sedangkan menurut Wilbraham dan Matta (1992:88) bahwa panas dan katalis
biasanya diperlukan agar reaksi hidrolisis berlangsung. Sehingga perbedaan yang
signifikan terjadi antara kadar formalin pada kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan.
dengan nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok X1 dengan kelompok X2.
Perbandingan perbedaan juga dilakukan antara kelompok X1 dengan kelompok
X3 yang hasilnya memiliki nilai signifikansi p 0,000. Artinya, dengan nilai
probabilitas lebih kecil daripada 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok X1 dengan kelompok X3.
Tingkat perbedaan kadar formalin pada kelompok X1 dengan kelompok
kontrol, X2, dan X3 dipengaruhi oleh lamanya perendaman tahu dalam air hangat.
Formalin mengikat protein dalam tahu, untuk memecahkan formalin dengan
protein dalam tahu dibutuhkan energi yaitu berupa panas dimana menggunakan
air sebagai media penghantar panas sehingga terjadi reaksi hidrolisis. Formalin
mudah mengikat air yang menyebabkan terjadinya reaksi hidrolisis. Hal tersebut
sesuai dengan teori Fessenden dan Fessenden (1997:7) yang menyatakan bahwa
formalin dapat membentuk ikatan hidrogen dengan atom hidrogen dari air.
Menurut Wilbraham dan Matta (1992:88) bahwa panas dan katalis biasanya
diperlukan agar reaksi hidrolisis berlangsung. Waktu perendaman antara X2 dan
X3 lebih lama dari pada X1 yaitu dengan jarak waktu 15 menit, sehingga waktu
untuk berlangsungnya reaksi hidrolisis lebih lama, sedangkan pada kelompok
kontrol tidak dilakukan perendaman tahu dalam air hangat sehingga tidak terjadi
reaksi hidrolisis. Maka terjadi perbedaan kadar formlain yang signifikan antara
kelompok X1 dengan kelompok kontrol, X2, dan X3.
terjadi pada X3. Semakin lama waktu perendaman maka reaksi hidrolisis
berlangsung lebih lama, sedangkan pada kelompok kontrol tidak dilakukan
perendaman tahu dalam air hangat sehingga tidak terjadi reaksi hidrolisis. Maka
terjadi perbedaan kadar formalin yang signifikan antara kelompok X3 dengan
kelompok kontrol, X1, dan X2.
formalin pada tahu menjadi berkurang. Hal tersebut sesuai dengan teori Fessenden
dan Fessenden (1997:7) yang menyatakan bahwa formalin dapat membentuk
ikatan hidrogen dengan atom hidrogen dari air. Formalin mempunyai kemampuan
untuk mengawetkan makanan karena memiliki gugus aldehida yang bersifat
mudah bereaksi dengan protein dalam tahu membentuk senyawa methylene (-
NCHOH) (Purawisastra, 2011:71). Mekanisme formaldehid sebagai pengawet
dikarenakan bergabungnya formaldehid dengan asam amino bebas dari
protoplasma sel atau mengkoagulasikan protein (Cahyadi, 2006). Ketika makanan
berprotein disiram atau direndam larutan berformalin, maka gugus aldehida dari
formaldehid akan mengikat unsur protein. Protein yang terikat tersebut tidak dapat
digunakan oleh bakteri pembusuk, sehingga makanan berformalin menjadi lebih
awet. Selain itu, protein dengan unsur methylene tidak dapat dicerna
(Purawisastra, 2011:71). Menurut Wilbraham dan Matta (1992:97), formalin dapat
digunakan untuk mengawetkan spesimen hayati. Formalin dalam larutan
bergabung dengan protein dari jaringan sehingga membuatnya keras, keadaan ini
mencegah pembusukan sel.
Gambar 4.6 Reaksi antara protein dan formalin membentuk senyawa methylene
+ Energi +
Gambar 4.7 Reaksi senyawa methylene kembali menjadi formalin dan protein
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai Penurunan Kadar
Formalin pada Tahu dengan Perendaman dalam Air Hangat diatas dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Kadar formalin pada tahu sebelum direndam dalam air pada suhu 40C 2C
adalah sebesar 16,10 ppm.
b. Rata - rata kadar formalin pada kelompok perlakuan X1 dengan perendaman
dalam air pada suhu 40C 2C selama 15 menit sebesar 13,38 ppm, dengan
kemampuan dalam menurunkan kadar formalin sebesar 16,89% dari kelompok
kontrol.
c. Rata - rata kadar formalin pada kelompok perlakuan X2 dengan perendaman
dalam air pada suhu 40C 2C selama 30 menit sebesar 10,13 ppm, dengan
kemampuan dalam menurunkan kadar formalin sebesar 37,08% dari kelompok
kontrol.
d. Rata - rata kadar formalin pada kelompok perlakuan X3 dengan perendaman
dalam air pada suhu 40C 2C selama 45 menit sebesar 4,97 ppm, dengan
kemampuan dalam menurunkan kadar formalin sebesar 69,13% dari kelompok
kontrol.
e. Terdapat perbedaan secara signifikan yaitu sebesar p 0,000 antara kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan X1, X2, dan X3. Artinya, terjadi
penurunan kadar formalin secara signifikan antara kelompok kontrol dengan
kelompok perlakuan X1, X2, dan X3.
61
Digital Repository Universitas Jember
62
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan tersebut di atas disarankan
sebagai berikut:
a. Dinas Kesehatan
1) Dilakukan penyuluhan kepada para pedagang dan produsen mengenai
larangan penggunaan formalin pada makanan dan dampak negatif formalin
bagi tubuh.
2) Dilakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai ciri-ciri makanan
termasuk tahu yang mengandung formalin.
b. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
1) Perlu meningkatkan pengawasan/sidak terhadap makanan yang beredar
melalui koordinasi dengan pihak kepolisian, dinas kesehatan, maupun
masyarakat.
2) Melakukan uji laboratorium terhadap penggunaan bahan tambahan pangan
oleh pedagang/produsen.
c. Masyarakat
1) Diharapkan masyarakat tidak menggunakan tahu berformalin.
2) Dilakukan perendaman tahu dalam air hangat sebelum diolah menjadi
makanan lebih lanjut untuk mengantisipasi jika tahu mengandung formalin.
d. Pedagang/Produsen
Diharapkan menggunakan bahan pengawet yang diizinkan sesuai dosis dan
tidak menggunakan formalin sebagai pengawet makanan karena berdampak
negatif bagi kesehatan.
e. Peneliti
1) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut penggunaan bahan pengawet alami
yang baik bagi kesehatan sebagai pengganti formalin.
2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Analisis Resiko Kesehatan
Lingkungan (ARKL) untuk mengetahui berapa lama dampak konsumsi
makanan berformalin dalam menimbulkan penyakit.
Digital Repository Universitas Jember
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z., Murdiati, T., dan Firmansyah, R. 2005. Deteksi Formalin dalam Ayam
Broiler di Pasaran. Jakarta: Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner.
Budiarti, A., Supriyanti, dan Musinah, S. 2009. Pengaruh Perendaman dalam Air
Hangat Terhadap Kandungan Formalin pada Mie Basah Dari Tiga Produsen
Yang Dijual di Pasar Johar Semarang. Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi
Klinik Volume 6, Nomor 1. Semarang: Universitas Wahid Hasyim.
Fadhilah, A., Maruf, W., dan Rianingsih, L. 2013. Efektivitas Lidah Buaya (Aloe
Vera) Di Dalam Mereduksi Formalin Pada Fillet Ikan Bandeng (Chanos
Chanos Forsk) Selama Penyimpanan Suhu Dingin. Jurnal Pengolahan dan
Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman
21-30. UNDIP: Semarang.
Fessenden, R dan Fessenden, J. 1997. Terjemahan oleh Maun, S., Anas, K., dan
Sally. Dasar Dasar Kimia Organik. Jakarta: Binarupa Aksara.
Heruwati, E., Murtini, J., Aryani, F., dan Indriati, N. 2004. Riset Keamanan
Pangan Produk Perikanan. [Serial online]
63
Digital Repository Universitas Jember
64
http://www.apsordkp.com/filesRISETKEAMANAN_PANGANPRODUK_
PERIKANAN.pdf (27 September 2014)
Kemas, A.H. 1995. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali
Press.
Khomsan, A. 2008. Sehat Itu Mudah. Bandung: PT Mizan Publika. [serial online]
https://books.google.co.id/books?id=2gXCSGXtfQAC&pg=PA25&dq=man
faat+tahu&hl=en&sa=X&ei=pzqpVIDwF5bluQSpi4HoCQ&ved=0CCQQ6
AEwAQ#v=onepage&q=manfaat%20tahu&f=false (4 Januari 2014)
Midayanto, D. N., dan Yowono, S.S. 2014. Penentuan Atribut Mutu Tekstur Tahu
Untuk Direkomendasikan Sebagai Syarat Tambahan Dalam Standar
Nasional Indonesia. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4, halaman
259-267. Malang: FTP, Universitas Brawijaya Malang.
Sari, R.W. 2008. Bahaya Makanan Cepat Saji. Yogyakarta: O2 [serial online]
http://books.google.co.id/books?id=RNEU-
aWSE0AC&pg=PA62&dq=jenis+pengawet+makanan&hl=en&sa=X&ei=Z
sb9U_qrJsa9uASyqYLgCg&ved=0CCEQ6AEwAQ#v=onepage&q=jenis%
20pengawet%20makanan&f=false (28 Agustus 2014)
Sarwono, S., dan Saragih, Y. 2003. Membuat Aneka Tahu. Jakarta: Penebar
Swadaya [serial online]
https://books.google.co.id/books?id=HQHRuSkbPPAC&
pg=PA32&dq=jenis+tahu&hl=en&sa=X&ei=8eCTVLPYBIaE8QWgh4Dg
BA&redir_esc=y#v=onepage&q=jenis%20tahu&f=false (19 Desember
2014)
Sugiarti, M., Anggo, A., dan Riyadi, P. 2014. Efek Perendaman pada Suhu
Undercooking dan Metode Cooking terhadap Pengurangan Kadar Formalin
pada Cumi Cumi (Loligo Sp.). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan Volume 3, Nomor 2, Halaman 90-98. Semarang: JPBHP.
ANOVA
Sum of
Df Mean Square F Sig.
Squares
Between Groups 412,581 3 137,527 886,475 0,000
Within Groups 3,103 20 ,155
Total 415,689 23
67
Digital Repository Universitas Jember
68
Multiple Comparisons
Gambar 8. Pembacaan
Gambar 7. Proses destilasi
absorban sampel dengan
spektrofotometer