Anda di halaman 1dari 9

Sistem merupakan sekelompok komponen yang bekerja bersama-sama untuk

tujuan tetentu. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem Terbuka (open) dan sistem

Umpan Balik (feedback) atau sistem Tertutup (closed). Dalam sistem Terbuka,

kegiatan sebelumnya tidak mempengaruhi kegiatan selanjutnya. Sebuah sistem

terbuka tidak ada saling mempengaruhi terhadap kinerja sistem itu sendiri. Sedangkan

pada sistem tertutup kegiatan berikutnya dipengaruhi oleh kegiatan sebelumnya.

Sebuah sistem umpan balik memiliki struktur loop tertutup yang menggambarkan

hasil kejadian sebelumnya mengontrol/mempengaruhi kejadian berikutnya. Sistem

umpan balik dibagi menjadi umpan balik negatif dan umpan balik positif (Forrester,

1968)..

Systems Thinking adalah sebuah sebuah konsep untuk memahami permasalahan-

permasalahan yang kompleks dan perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya.

Systems Thinking mempunyai 3 dimensi, yaitu; paradigma, bahasa, dan metodologi.

Syarat awal untuk memulai systems thinking adalah adanya kesadaran untuk

mengapresiasi dan memikirkan suatu kejadian sebagai sebuah sistem (systemic

approach). Kejadian apapun, baik fisik maupun non fisik, dipikirkan sebagai unjuk

kerja atau dapat berkaitan dengan unjuk kerja dan keseluruhan interaksi antar unsur

dalam batas lingkungan tertentu (Forrester, 1968).

Berdasarkan pemahaman tentang kejadian sistemik tersebut, maka ada lima

langkah yang harus ditempuh untuk menghasilkan model (bangunan pemikiran) yang

bersifat sistemik. Kelima langkah tersebut adalah:


1. Identifikasi proses untuk menghasilkan kejadian nyata.

2. Identifikasi kejadian yang diinginkan (desired state).

3. Identifikasi kesenjangan antara kenyataan dengan keinginan.

4. Identifikasi mekanisme untuk menutup kesenjangan.

5. Analisis kebijakan.

Endang dan Lukmanulhakim (2008) menambahkan beberapa poin mengenai

definisi systems thinking diantarannya yaitu, Systems thinking merupakan suatu

kerangka kerja untuk melihat hubungan saling keterkaitan dan pola-pola daripada

potret sesaat dan systems thinking berisi sekumpulan prinsip, perangkat, dan teknik

yang memungkinkan kita dapat memahami permasalahan-permasalahan system

dengan lebih baik.

Berpikir sistem berarti menggunakan konsep sistem dalam


memandang sesuatu (tangible ataupun intangible) sebagai sebuah
sistem. Dengan berpikir sistem, manusia diharapkan tidak melihat
masalah dari satu sisi, tetapi mempertimbangkan banyak sisi
masalah dan memahami pengaruh dari setiap sisi masalah.

Selain itu kita akan mampu memahami kebijakan pembuat


keputusan lebih baik dari berbagai sisi masalah, sehingga kita akan
lebih baik dalam bersikap (mendukung atau menolak) terhadap
kebijakan pembuat keputusan.
Dan dari berpikir sistem itulah kita bisa mengintegrasikan berbagai
potensi organisasi, sehingga organisasi mampu menghadirkan nilai
tambah yang lebih berkualitas bagi para stakeholder.
2. Komponen sistem
Pada prinsipnya, setiap sistem selalu terdiri atas empat komponen:

Objek: berupa bagian, elemen, ataupun variabel. Ia dapat benda fisik, abstrak,
ataupun keduanya sekaligus; tergantung kepada sifat sistem tersebut.

Atribut: menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan objeknya.

Hubungan internal, di antara objek-objek di dalamnya.

Lingkungan, tempat di mana sistem berada.

3. Konsep sistem
Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu : tujuan,

masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta

lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah

sistem :

a. Tujuan

Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), baik hanya satu atau mungkin banyak.

Tujuan inilah yang menjadi motivasi yang akan mengarahkan sistem. Tanpa

tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan

antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.

b. Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem

dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-

hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak.

Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh

yang tidak berwujud adalah informasi. Input berupa komponen komponen

yang membentuk suau kesatuan yang akan diproses ini, diklasifikasikan

berdasar kegunaannya dalam sistem tersebut, yaitu :

Komponen esensial

Merupakan komponen yang penting dan harus ada dalam

menjalankan fungsi dan mencapai tujuan dari sistem tersebut.

Komponen aksesoris

Merupakan komponen yang boleh ada, namun tidak vital dalam

fungsi suatu sistem menjalankan tugasnya.

Suatu komponen sistem, dapat digolongkan menjadi esensial dan

aksesoris tergantung tujuan dari sistem itu sendiri. Sebuah komponen

dapat saja menjadi esensial bagi suatu sistem, namun di sistem lain bisa

saja menjadi tidak esensial. Seperti halnya antara sistem sepeda motor dan

sistem pembelajaran, di lihat dari tujuannya kedua sistem tersebut memiliki

tujuan yang berbeda, maka komponen misalnya sumber bahan ajar yang

merupakan komponen esensial di sistem pembelajaran yang bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan seseorang, menjadi tidak esensial pada

sistem sepeda motor yang tujuannya sebagai alat transportasi.


Tidak hanya di antara sistem yang berbeda, dalam sistem yang sama

pun, bila tujuannya berbeda, maka komponen yang tadinya esensial dapat

juga menjadi aksesoris, misalnya pada sistem telepon genggam, bila

tujuannya sebagai alat komunikasi dan penghubung antar pengguna, maka

komponen pemutar musik menjadi tidak esensial bila dibandingakan

dengan sistem telepon genggam yang pembuatan dan pemasarannya

ditujukan sebagai alat penghibur dengan spesifikasi edisi musik. Begitulah

contoh sederhananya.

c. Proses

Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari

masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya

berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak

berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia,

proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa

aktivitas pembedahan pasien.

d. Keluaran

Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem

Kesehatan, keluaran bisa berupa kesembuhan pasien atau malah perburukan

kondisi pasien.

e. Batas

Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan

daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi,


ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Sebagai contoh, rumah sakit

memiliki aturan aturan yang mengatur jalannya fungsi sistem di rumah

sakit tersebut. Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau

dimodifikasi sehingga akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh,

dengan memilih program program prefentif dan mengeliminasi program

yang kurang di butuhkan saat itu, rumah sakit dapat menghindar dari adanya

keterbatasan biaya.

f. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik

Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan

menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan

balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses.

Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan

tujuan.

g. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan

bisa berpengaruh terhadap fungsi suatu sistem, dalam arti bisa merugikan

atau menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu

saja harus ditahan dan dikendalikan supaya tidak mengganggu

kelangsungan fungsional sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap

harus terus dijaga, karena akan memacu terhadap kelangsungan hidup

sistem.

Delapan (8) pola dasar system dalam systems thinking yaitu :


Perbaikan yang gagal (Fixes That Fail)
Pemindahan beban (Shifting The Burden)
Sasaran yang berubah (Drifting Goal)
Persaingan (Escalation)
Pertumbuhan yang terbatas (Limit to Success/Growth)
Pertumbuhan dengan keterbatasan investasi (Growth and Under Investment)
Kesulitan Bersama (Tragedy of The Commons)
Sukses bagi yang sukses (Success to The Successful )

4. Peran Berpikir Sistemik Dalam Sistem Kesehatan

Adanya tanggung jawab besar dalam memajukan kesehatan masyarakat,


membuat pemerintah menjadi konsen pada sistem kesehatan. Berbagi upaya
telah dilakukan namun dari tahun ke tahun tingkat kesehatan masyarakat
masih belum dapat ditingkatkan secara bermakna, sehingga terjadi
ketidakpuasan masyarakat terhadap sistem kesehatan yang ada.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi ini ialah
mencoba merubah cara pandang, perumusan dan analisa masalah di dalam
sistem kesehatan tersebut. Sebab, permaslahan yang ada saat ini telah
membuat sistem kesehatan yang ada seharusnya memandang lebih holistik
yang tidak hanya berfokus pada analisa satu bagian sistem, tapi lebih ke
arah bagaimana menyatukan seluruh komponen subsistem tersebut dan
saling menghubungkannya satu sama lain. Hal ini sangatlah penting, sebab
dengan hanya menganalisa dan melakukan perbaikan pada satu sector saja,
dapat mengakibatkan gangguan terhadap keseimbangan keseluruhan sistem
yang sudah dibangun sejak awal san menyebabkan bagian sistem yang lain
menjadi menolak bahkan melakukan tindakan yang melawan terhadap aksi
perbaikan tersebut. Oleh karena itulah saat ini pendekatan masalah yang
paling memungkinkan terhadap situasi tersebut ialah melalui Systems
Thinking, dimana kita memandang satu masalah sebagai suatu bagian dari
keseluruhan sistem, yang keseluruhan komponen sistem tersebut juga harus
ditinjau lagi, guna perbaikan ke depannya.
Penerapan Systemic thinking pada sistem kesehatan nasional ditujukan
untuk membantu tercapainya tujuan dari sistem kesehatan nasional itu
sendiri. Karena sistem kesehatan adalah suatu sistem yang kompleks dan
luas sehingga harus disusun secara sistematik agar dapat tercipta suatu cara
pandang yang dapat mencakup semua aspek yang berhubungan dengan
terciptanya kesehatan di Indonesia. Dengan menerapkan kerangka konsep
dari pemikiran yang sistemik, akan membantu pelaksanaan sistem dan
meminimalisir kemungkinan kegagalan sistem. Pemikiran secara sistemik
akan memberikan wawasan yang luas sehingga dalam perencanaan dan
pelaksanaannya dapat lebih mencakup seluruh aspek sehingga tidak ada
yang terlewatkan dan lebih sistematis dan terkonsep dengan baik. Dengan
penerapan pemikiran sistemik yang baik dalam sistem kesehatan nasional
akan memudahkan komponen - komponen dalam sistem kesehatan baik
yang esensial maupun yang non-esensial dalam menyatukan visi dan misi.

Peter Senge dalam bukunya Disiplin ke Lima (Five Dicipline) menyatakan mengapa
harus berfikir sistem (System thingking) dan menurutnya ada beberapa alasan :
1. Karena menghadapi kompleksitas
2. Karena persaingan yang keras
3. Karena dapat mengubah cara berfikir yang mendasar
4. Dapat mendorong proses belajar
5. Masalah tak dapat diselesaikan dengan cara berfikir yang menciptakan masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Endang Wirjatmi Trilestari, Lukmanulhakim Almamalik, (2008). Systems Thinking.

STIA LAN Bandung Press. Bandung.

Forrester, J..W., (1968). Principles of Systems. Pegasus Communication, Inc. New

York.

Anda mungkin juga menyukai