Anda di halaman 1dari 18

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

2016

Accounting Theory
Construction

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori


Akuntansi
dari Ibu Dyah Purwanti

Disusun Oleh Kelompok 2


1. Adi Cahyo Utomo
2. M. Agnansah Herliananda
3. Nur Fitriadi Pralambang

9B DIV Akuntansi Alih Program

Halaman 1 dari 18
Resume
ACCOUNTING THEORY CONSTRUCTION
Oleh: Kelompok 2 (Adi Cahyo Utomo, Muhamad Agnansah Herliananda, Nur Fitriadi
Pralambang
Kelas 9B, DIV Akuntansi Alih Program

C
ara yang paling bermanfaat untuk mempelajari dan menilai
teori-teori akuntansi adalah dengan mengelompokkan teori-
teori tersebut kedalam asumsi-asumsi apa teori tersebut
bersandar, dan pendekatan yang dipakai oleh teori tersebut.
Beberapa klasifikasi yang telah teruji paling bermanfaat adalah
pendekatan pragmatik, sintaktik, semantik, normatif, positif, dan
naturalistik.

A. PENDEKATAN PRAGMATIK, SINTAKTIK, DAN SEMANTIK

Sebelum membahas pengembangan teori akuntansi berdasarkan


pendekatan ini, perlu untuk dipahami terlebih dahulu makna
pragmatik, sintaktik, dan sintaktik dari segi ilmu komunikasi.

Akuntansi berkepentingan dengan penyediaan dan penyampaian


informasi sebagai sarana komunikasi bisnis, sehingga akuntansi dapat
disebut sebagai bahasa bisnis (the language of business) (Suwardjono,
2014). Bahasa merupakan bagian penting dalam komunikasi. Pesan
atau makna yang ada di benak pengirim disimbolkan dalam bentuk
ungkapan bahasa yang tepat agar makna tersebut ditafsirkan sama
persis seperti yang dimaksudkan.

Apa yang terkandung dalam simbol bahasa, itulah yang menjadi


informasi bagi penerima (pembaca). Tanda atau simbol bahasa
(gambar-gambar dan kata-kata) dan tata bahasa membentuk
ungkapan bahasa yang menjadi media komunikasi. Tataran semiotika
dalam teori komunikasi adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. Tataran Semiotika dalam Teori Komunikasi

Tataran Sasaran Penekanan Kandungan


bahasan komunikasi Pesan
Sintaktika Aspek formal Operasional, Informasi

Halaman 2 dari 18
tanda bahasa penandaan sintaktik
(kosa kata, tata
bahasa)
Semantika Aspek isi tanda Penafsiran, Informasi
bahasa pelambangan semantik
Pragmatika Keefektivan Fungsional, Informasi
tanda bahasa pemengaruhan pragmatik
(efek
komunikatif)
Sumber: Suwardjono, 2014

Keterkaitan antara sintaktik, semantik, dan pragmatik digambarkan


sebagai berikut:

Gambar 1.1. Contoh informasi semantik, sintaktik, dan pragmatik

Sumber: Suwardjono, 2014

Contoh penerapan praktek:

Akuntansi keuangan dikembangkan/direkayasa atas dasar premis


bahwa investor dan kreditor adalah pihak yang dituju informasi. Efek
informasi yang ingin dicapai adalah agar pihak yang dituju tersebut,
mau menanamkan dana ke kegiatan ekonomik perusahaan. Karena
investor dan kreditor merupakan sasaran pemengaruhan, pesan
(message) yang ingin disampaikan mengenai perusahaan adalah

Halaman 3 dari 18
likuiditas, solvensi, dan profitabilitas. Pesan tersebut merupakan
masukan dalam pengambilan keputusan investor dan kreditor. Pesan
tersebut disampaikan melalui medium statemen keuangan.

Gambar 1.2. Akuntansi sebagai bisnis dalam teori komunikasi

Fenomena atau dunia


nyata/realitas (real Keputusan/
Kegiatan world)
Pragmatik tindakan
Perusahaan Bagaimana berpengaruh?
Reaksi terhadap
Likuiditas,
Semantik pesan informasi
solvabilitas, Bagaimana menyimbolkan ?
profitabilitas
Laporan Keuangan sbg Media
Komunikasi
ASET
=
KEWAJIBAN + EKUITAS
Dunia Abstrak (abstract
Investor dan Kreditur
world) (pengguna informasi)
Perekayasa Sintaktik
Akuntansi Bagaimana diukur dan disajikan

Sumber: Suwardjono, 2014

Pemahaman teori akuntani dapat dicapai dengan mengidentifikasi


teori akuntansi atas dasar tataran semiotika di atas. Dengan demikian,
teori akuntansi dapat dibedakan atas dasar sasaran bahasan dan
pemahaman menjadi teori akuntansi semantik, sintaktik, dan
pragmatik.

1. Teori Akuntansi Semantik

Definisi

Halaman 4 dari 18
Teori akuntansi semantik menekankan pembahasan pada masalah
penyimbolan dunia nyata atau realitas (kegiatan perusahaan) ke
dalam tanda-tanda bahasa akuntansi (elemen laporan keuangan)
(Suwardjono, 2014).

Tujuan

a. Orang dapat membayangkan kegiatan fisis perusahaan tanpa


harus secara langsung menyaksikan kegiatan tersebut.

b. Teori ini berusaha untuk menjawab apakah elemen-elemen


laporan keuangan benar-benar merepresentasikan apa yang
memang dimaksudkan, dan meyakinkan bahwa makna yang
dikandung dalam simbol pelaporan tidak disalahartikan oleh
pemakai.

c. Teori ini berusaha menemukan dan merumuskan makna-makna


penting pelaporan keuangan.

Oleh karenanya pendefinisian itu penting.

Contoh

Pendefinisian aset. Penguasaan (control), bukan kepemilikan


(ownership) yang dijadikan kriteria, karena jika pemilikan menjadi
kriteria aset, akan banyak objek yang tidak masuk sebagai aset.

Secara konseptual, informasi akuntansi dalam laporan terefleksi


dalam tiga unsur, yakni elemen (objek), jumlah rupiah sebagai
pengukur (size), dan hubungan (relationship) antar elemen. Ketiga
elemen tersebut saling berhubungan yang membentuk informasi.

Jadi, teori akuntansi semantik berkepentingan dengan


pelambangan dan penafsiran objek akuntansi untuk menghasilkan
informasi semantik yang bermakna bagi pemakai laporan. Agar
komunikasi akuntansi efektif, penyampaian informasi semantik
(makna suatu objek) tidak dapat dipisahkan dengan
informasi sintaktik (struktur akuntansi).

2. Teori Akuntansi Sintaktik

Halaman 5 dari 18
Teori yang berorientasi untuk membahas masalah-masalah tentang
bagaimana kegiatan-kegiatan perusahaan yang telah disimbolkan
secara semantik dalam elemen-elemen keuangan dapat diwujudkan
dalam bentuk statemen keuangan.

Simbol tersebut (misal aset, kewajiban, pendapatan) harus


berkaitan secara logis sehingga informasi semantik dapat
dikandung dalam statemen keuangan. Cakupan teori akuntansi
sintaktik lebih luas dari sekadar menentukan hubungan struktural
antarelemen statemen keuangan, melainkan meliputi juga
hubungan antara unsur-unsur yang membentuk struktur pelaporan
keuangan atau struktur akuntansi dalam suatu negara yaitu,
manajemen, entitas pelapor (pelaporan), pemakai informasi ,
sistem akuntansi, dan pedoman penyusunan.

Dengan kata lain, dari segi sintaktik, teori akuntansi berusaha


untuk memberi penjelasan dan penalaran tentang apa yang harus
dilaporkan, siapa melaporkan, kapan dilaporkan, dan bagaimana
melaporkannya.

3. Teori Akuntansi Pragmatik

Teori akuntansi pragmatik memusatkan perhatiannya pada penaruh


informasi terhadap perubahan perilaku pemakai laporan. Dengan
kata lain, teori ini membahas reaksi pihak yang dituju oleh
informasi akuntansi. Apakah informasi sampai kepada pihak yang
dituju dan diinterpretasikan dengan tepat, merupakan masalah
keefektifan informasi. Apakah akhirnya pihak yang dituju informasi
memakai informasi tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan,
merupakan masalah kebermanfaatan (usefulness informasi). Pada
gilirannya, kebermanfaatan informasi akan menetukan keefektivan
pencapaian tujuan pelaporan keuangan.

Teori pragramtik membahas berbagai hal dan masalah yang


berkaitan dengan pengujian kebermanfaatan informasi, baik dalam

Halaman 6 dari 18
konteks pelaporan keuangan eksternal maupun manajerial.
Perubahan perilaku yang diharapkan terjadi akibat informasi
akuntansi tertentu merupakan bahan kajian teori ini. Teori
pragmatik akan banyak berisi pengujian-pengujian teori tentang
hubungan antara variabel akuntansi dengan variabel perubahan
atau perbedaan perilaku pemakai. Subjek atau pemakai yang
diukur perilakunya dapat berupa akuntan, pelaku pasar modal,
manajer, dan auditor. Yang dapat menjadi indikator perubahan
perilaku antara lain perubahan harga saham, volume saham,
kinerja manajer, kinerja karyawan, kinerja perusahaan, dan
perbedaan pemilihan metoda akuntansi. Pengujian semacam itu
melibatkan pengamatan terhadap apa yang nyatanya terjadi (data
empirirs) dan memerlukan metoda pengujian tertentu (biasanya
metoda ilmiah).

Teori Pragmatis dibedakan menjadi 2 (dua) menurut Godfrey, yakni


Pendekatan Pragmatis Deskriptif dan Pendekatan Pragmatis
Psikologis.

a. Pragmatis Deskriptif

Suatu pendekatan pembentukan teori yang mendasarkan pada


teknik dan metode pengamatan berulang terhadap praktik
akuntan (pendekatan induktif). Teori dapat diuji dengan
mengamati apakah tindakan akuntan sesuai dengan yang
disarankan oleh teori. Pendekatan ini disebut juga
anthropological approach oleh Sterling.

Pendekatan deskriptif mungkin adalah metode tertua dan paling


universal digunakan dalam konstruksi teori akuntansi.

Kritik terhadap pendekatan descriptive pragmatic:

1. Descriptive pragmatic approach tidak melibatkan suatu


pertimbangan analitis terhadap kualitas tindakan akuntan
dan tidak ada penilaian apakah laporan akuntan sesuai
dengan yang seharusnya.

Halaman 7 dari 18
2. Descriptive pragmatic approach tidak menyediakan teknik-
teknik akuntansi untuk diuji, sehingga tidak memungkinkan
adanya perubahan.

3. Descriptive pragmatic approach memfokuskan perhatian


pada perilaku akuntan, dan tidak pada pengukuran atribut
perusahaan, seperti aset, liabilitas, dan laba. Pendekatan ini
juga tidak berhubungan dengan aspek semantik fenomena
akuntansi.

Sterling (1975) menyimpulkan bahwa descriptive pragmatic


approach tidak sesuai untuk penyusunan teori akuntansi.
Sterling cenderung menggunakan normative theories
(bagaimana akuntansi seharusnya dilaksanakan) daripada
pragmatic theories (yang menggambarkan praktik di dunia
nyata).

b. Pragmatis Psikologis

Pada pendekatan ini akuntan akan menghitung transaksi


keuangan untuk menunjukkan perbedaan sintaksis yang
berguna untuk membuat laporan keuangan yang kemudian akan
dipakai oleh penggunanya. Psychological pragmatic approaches
meminta teoritisi untuk mengamati respon pemakai informasi
yang dihasilkan oleh akuntan, misalnya laporan keuangan.
Reaksi pemakai dipakai sebagai bukti bahwa laporan keuangan
bermanfaat dan berisi informasi yang relevan. Masalah dalam
psychological pragmatic approach adalah bahwa sebagian
pemakai mungkin bereaksi secara tidak rasional, sebagian lain
mungkin bereaksi dalam situasi kondisional, dan sebagian lain
tidak beraksi padahal seharusnya bereaksi. Kelemahan ini
diatasi dengan berkonsentrasi pada teori keputusan dan
pengujian reaksi dengan sampel besar dan bukannya
berkonsentrasi pada respon individual.

Halaman 8 dari 18
B. TEORI NORMATIF

Perumusan akuntansi normatif mencapai keemasan pada tahun 1950


dan 1960an. Pada periode tersebut teori normatif lebih berkosentrasi
pada penciptaan laba sesungguhnya dan pengambilan keputusan.
Teori normatif berusaha untuk membenarkan tentang apa saja yang
harus dipraktikan, misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa
laporan keuangan seharusnya didasarkan pada metode pengukuran
aktiva tertentu. Menurut Nelson (1973) teori normatif hanya
menyebutkan hipotesis tentang bagaimana akuntansi seharusnya
dipraktikan tanpa menguji hasil hipotesis tersebut.

Suwardjono mengatakan bahwa sasaran teori akuntansi normatif


hanyalah menghasilkan penjelasan mengapa perlakuan akuntansi
tertentu lebih baik atau lebih efektif dibandingkan dengan perlakuan
akuntansi lainnya, karena tujuan akuntansi tertentu harus dicapai.
Sebagai contoh, teori akuntansi normatif berusaha untuk menjawab
apakah historical cost accounting lebih baik dari current cost
accounting untuk mencapai tujuan akuntansi. Untuk menjawab
masalah tersebut, teori akuntansi normatif mendasarkan
penjelasannya atas dasar tujuan yang telah disepakati untuk
dicapai. Dalam teori akuntansi normatif, isi akuntansi dianggap
sebagai norma peraturan yang harus diikuti, tidak peduli apakah
berlaku atau dipraktikan sekarang atau tidak. Metode ini disebut juga
normative accounting research atau normative theory of accounting,
yang berguna dalam membahas isu true income dan decision
usefulness.

a. True Income

Halaman 9 dari 18
Berfokus pada bagaimana menghasilkan pengukuran yang tunggal
dan unik atas aset dan profit.
b. Decision Usefulness

Tujuan akuntansi ialah menghasilkan proses pengambilan


keputusan dari pengguna tertentu laporan keuangan dengan cara
menyajikan data akuntansi yang relevan dan berguna.

Teori yang berkembang mendasarkan pada konsep ekonomi klasik


tentang laba dan kemakmuran. Para pakar membuat penyesuaian
pada Historical Cost dengan mengukur tingkat inflasi atau market
value suatu aset.

Tujuan yang telah disepakati ini jelas penuh dengan muatan nilai
(values), karena penentuan kesesuaian dengan tujuan merupakan
proses subyektif yang melibatkan kemampuan menimbang (art) antara
manfaat dan risiko, atau keuntungan dan kerugian. Hasil akhir dari
teori akuntansi normatif adalah suatu pernyataan atau proposal yang
menganjurkan tindakan tertentu (prescriptive). Sebagai contoh, teori
akuntansi akan menghasilkan pernyataan bahwa aktiva tetap harus
dinilai dan dicantumkan dalam neraca atas dasar biaya historis. Jika
teori akuntansi normatif ini digunakan sebagai dasar dalam
penyusunan standar akuntansi, maka standar akuntansi tersebut juga
akan bersifat normatif, penuh dengan keharusan atau kewajiban.
Standar akuntansi normatif menjadi tidak peduli tentang apa yang
senyatanya terjadi jika standar akuntansi tersebut diterapkan.

C. TEORI POSITIF

Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang


menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi
serta penggunaan kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk
menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang. Teori akuntansi
positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori
akuntansi adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik
akuntansi.

Halaman 10 dari 18
Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan
terhadap teori normatif (Watt & Zimmerman,1986). Selanjutnya
dinyatakan bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi
dalam pendekatan normative terlalu sederhana dan tidak memberikan
dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya
pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu (Watt &
Zimmerman,1986 ):

1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara


empiris, karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah
sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris.
2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran
investor secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas.

3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan


terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar
modal. Hal ini mengingat bahwa dalam sistem perekonomian yang
mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat
menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi
sumber daya ekonomi secara efisien.

Selanjutnya Watt & Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran


untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu
sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Untuk
mengurangi kesenjangan dalam pendekatan normatif, Watt &
Zimmerman mengembangkan pendekatan positif yang lebih
berorientasi pada penelitian empiric dan menjustifikasi berbagai
teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan atau mencari
model baru untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian hari.

Tiga Hipotesis Teori Akuntansi Positif

Prediksi yang dibuat oleh PAT diorganisasikan secara luas pada tiga
hipotesis yang diformulasikan oleh Watts dan Zimmerman (1986). Kita

Halaman 11 dari 18
akan memberi ketiga hipotesis ini bentuk oportunistik mereka, karena
menurut Watts dan Zimmerman (1990), ini adalah cara yang paling
sering digunakan ketika mereka diinterpretasikan:

1. Hipotesis Rencana Bonus

Dalam hipotesis ini, semua hal lain dalam keadaan tetap, para
manajer perusahaan dengan rencana bonus cenderung untuk
memilih prosedur akuntansi dengan perubahan laba yang
dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini.

Hipotesis ini tampaknya cukup beralasan. Para manajer


perusahaan, seperti orang-orang lain, menginginkan imbalan yang
tinggi. Jika imbalan mereka bergantung, paling tidak sebagian,
pada bonus yang dilaporkan pada pendapatan bersih, maka
kemungkinan mereka bisa meningkatkan bonus mereka pada
periode tersebut dengan melaporkan pendapatan bersih setinggi
mungkin. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan
memilih kebijakan akuntansi yang meningkatkan laba yang
dilaporkan pada periode tersebut. Tentu saja, sesuai dengan
karakter dari proses akrual, hal ini akan cenderung menyebabkan
penurunan pada laba dan bonus-bonus yang dilaporkan pada masa
yang akan datang, dengan taktor-faktor lain tetap sama. Namun
nilai masa kini (present value) dari kegunaan manajer dari lini
bonus masa depan yang dimilikinya akan meningkat dengan
memberikan perubahan menuju masa kini.

2. Hipotesis Kontrak Hutang

Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin
dekat suatu perusahaan terhadap pelanggaran pada akuntansi
yang didasarkan pada kesepakatan utang, maka kecenderungannya
adalah semakin besar kemungkinan manajer perusahaan memilih
prosedur akuntansi dengan perubahan laba yang dilaporkan dari
periode masa depan ke periode masa kini.

Halaman 12 dari 18
Alasannya adalah laba yang dilaporkan yang makin meningkat akan
menurunkan kelalaian teknis. Sebagian besar dari perjanjian
hutang berisi kesepakatan bahwa pemberi pinjaman harus bertemu
selama masa perjanjian. Sebagai contoh, perusahaan yang
mendapat pinjaman boleh sepakat memelihara level tertentu dari
hutang terhadap harta, laporan bunga, modal kerja, dan harta
pemilik saham. Jika kesepakatan semacam itu dikhianati, perjanjian
hutang tersebut bisa memberikan/mengeluarkan penalti, seperti
pembatasan dividen atau tambahan pinjaman.

Dengan jelas, prospek dari pelanggaran kesepakatan membatasi


kegiatan perusahaan dalam operasional perusahaan itu sendiri.
Untuk mencegah, atau paling tidak menunda, pelanggaran
semacam itu, perusahaan bisa memilih kebijakan akuntansi
tertentu yang bisa meningkatkan laba masa kini. Berdasarkan
hipotesis kesepakatan hutang, ketika perusahaan mendekati
kelalaian, atau memang sudah berada dalam lalai/cacat, lebih
cenderung untuk melakukan hal ini.

3. Hipotesis biaya politik

Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin
besar biaya politik yang mesti ditanggung oleh perusahaan,
manajer cenderung lebih memilih prosedur akuntansi yang
menyerah pada laba yang dilaporkan dari masa sekarang menuju
masa depan

Hipotesis biaya politik memperkenalkan suatu dimensi politik pada


pemilihan kebijakan akuntansi. Perusahaan-perusahaan yang
ukurannya sangat besar mungkin dikenakan standar kinerja yang
lebih tinggi, dengan penghargaan terhadap tanggung jawab
lingkungan, hanya karena mereka merasa bahwa mereka besar dan
berkuasa. Jika perusahaan besar juga memiliki kemampuan meraih
profit yang tinggi, maka biaya politik bisa diperbesar.

Perusahaan-perusahaan juga mungkin akan menghadapi biaya


politik pada poin-poin waktu tertentu. Persaingan luar negeri

Halaman 13 dari 18
mungkin mengarah pada menurunnya profitabilitas kecuali
perusahaan yang terkena dampaknya ini bisa mempengaruhi
proses politik untuk bisa melindungi impor secara keseluruhan.
Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan mengadopsi
kebijakan akuntansi income-decreasing (pendapatan menurun)
dalam rangka meyakinkan pemerintah bahwa profit sedang turun.

D. PERSPEKTIF YANG BERBEDA

Pendekatan ilmiah memiliki asumsi bahwa dunia yang diteliti


merupakan suatu realitas yang objektif. Sehingga suatu praktik yang
tidak sesuai dengan teori merupakan anomali, dan merupakan
masalah penelitian yang harus ditindaklanjuti. Suatu penelitian
dibangun dari teori yang didasarkan pengetahuan sebelumnya atau
diterima secara ilmiah konstruksi teorinya.

Kemudian, praktik-praktik anomali yang tidak sesuai dengan teori


yang telah ada diperlakukan sebagai masalah penelitian. Pada tahap
ini, teori dikembangkan untuk menjelaskan perilaku yang diamati dan
menghasilkan suatu hipotesis yang perlu diuji. Prosedur pengujian
hipotesis dilakukan secara terstruktur dengan mengumpulkan data
lalu menerjemahkannya melalui teknik matematis atau statistic untuk
menentukan apakah hipotesi dapat diterima atau ditolak. Asumsi yang
tersirat dari sini, teori yang baik adalah teori yang dapat diberlakukan
dalam lintas perusahaan, industri, dan waktu.

Pendekatan penelitian umumnya digambarkan sebagai pendekatan


ilmiah dan merupakan pendekatan yang dominan saat ini digunakan
oleh para peneliti di bidang akuntansi. Penelitian ini dilakukan
berdasarkan asumsi ontologi (cara melihat sesuatu) yang kemudian
menyebabkan terjadinya perbedaan epistemologi (cara mendapatkan
pengetahuan atau pembelajaran) dan metode penelitian yang
berbeda.

Halaman 14 dari 18
Kritik terhadap penelitian ilmiah yaitu penelitian skala besar statistik
cenderung menyatukan segala hal bersama-sama. Selain itu, hipotesis
yang seringkali menggunakan survey harga pasar saham
menyebabkan penelitian akuntansi jauh dari dunia praktisi, sehingga
banyak pihak menganjurkan pendekatan naturalistik digunakan Perlu
bagi peneliti akuntansi untuk menentukan asumsi apa yang digunakan
dalam penelitian serta alternatif pendekatan apa yang lebih sesuai,
pendekatan ilmiah atau pendekatan naturalistik.

Pendekatan naturalistik mempunyai dua pengertian, yaitu:

1. Peneliti tidak mempunyai asumsi atau teori awal


2. Peneliti memfokuskan penelitian pada masalah spesifik perusahaan.

Pendekatan naturalistik dilakukan secara fleksibel, menggunakan


pengamatan langsung atas studi kasus yang rinci, tanpa
menitikberatkan pada analisis matematis, pemodelan, uji statistik,
survey, atau tes laboratorium. Pendekatan penelitian naturalistik
dilakukan melalui studi kasus yang spesifik sehingga hasil penelitian
akan sulit untuk digeneralisasi. Penelitian naturalistik dimulai dari
situasi spesifik dunia nyata yang tujuan utamanya adalah untuk
menjawab permasalahan yang terjadi pada suatu kondisi di suatu
tempat tertentu. Bukan untuk memberikan kondisi yang dapat
digeneralisasikan untuk segmen masyarakat luas.

Tomkins and Groves berpendapat bahwa pendekatan naturalistik


merupakan cara untuk menghadapi perbedaan asumsi ontologi.
Perbedaan asumsi ontologi akan menimbulkan gaya penelitian yang
berbeda serta akan memaksa peneliti untuk bertanya dan
menginvestigasi. Terdapat enam kategori asumsi dasar antologi
(Tomkins and Groves) , yaitu:

1. Realitas sebagai sebuah struktur konkret


2. Realitas sebagai sebuah proses konkret

Halaman 15 dari 18
3. Realitas sebagai sebuah bidang informasi yang kontekstual
4. Realitas sebagai wacana simbolik
5. Realitas sebagai konstruksi sosial
6. Realitas sebagai proyeksi dari imajinasi manusia

Keenam kategori di atas merupakan berbagai alternatif untuk melihat


realitas dunia. Kategori 1 merupakan sudut pandang objektif yang
baku, di mana praktik akan selalu sesuai dengan pakemnya, sehingga
keputusan dan tindakan yang diambil dapat dengan mudah diprediksi.
Semakin ke bawah, unsur konkret dari objek penelitian semakin
hilang. Jika kategori 1 berasumsi bahwa dunia ini konkret dan stabil,
maka pada kategori 6 berasumsi bahwa dunia tidak stabil, tergantung
pada asumsi masing-masing manusia (individualis). Sehingga, untuk
memahami sebuah proses pengambilan keputusan dari asumsi yang
begitu individualis ini, peneliti perlu untuk memahami persepsi dan
kecenderungan dari setiap individu.

Pada kategori 1 3, pendekatan ilmiah lebih cocok untuk digunakan.


Sementara untuk kategori 4 6, Tomkins dan Grove menganjurkan
dilakukan pendekatan eksplorasi atau naturalistik. Kategori 4 6
(symbolic interactionist) melihat dunia sebagai hasil dari
pembentukan anggapan setiap manusia melalui proses interaksi dan
negosiasi.

Perbandingan penelitian ilmiah dan naturalistik

Asumsi Penelitian ilmiah Penelitian naturalistik


Asumsi Melihat realita secara objektif Melihat realita sebagai
Ontologi dan konkret (berwujud) hasil konstruksi sosial
Melihat akuntansi sebagai dan imajinasi manusia
objek. Melihat akuntansi
sebagai konstruksi.
Pendekata Pengembangan pengetahuan Holistik (realita sebagai

Halaman 16 dari 18
n secara sedikit demi sedikit sesuatu yang utuh,
Reduksionisme (realita terdiri
Epistemol bukan merupakan
ogi dari jumlah minimum dari kesatuan dari bagian-
beberapa jenis entitas atau bagian yang terpisah
substansi) Kompleksitas dunia
Pengujian hipotesis individu tidak bisa dipecahkan
Hukum yang dapat
melalui reduksionisme
tergeneralisasi Hukum tidak dapat
direduksi
Metodolog Terstruktur Tidak terstruktur
i Menggunakan dasar teoritis Tidak ada dasar teoritis
sebelumnya sebelumnya
Validasi empiris atau ekstensi
Metode Model formulasi sintaksis Studi kasus
Eksplorasi yang
(prinsip pembuatan kalimat)
Hipotesis dibuat berdasarkan fleksibel
Mengalami peristiwa
induksi empiris
Penggunaan metode statistik
yang sesuai

E. PENERAPAN PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC APPROACH)


PADA AKUNTANSI

Terdapat suatu kesalahpahaman besar dalam usaha penerapan


pendekatan ilmiah pada akuntansi. Beberapa orang meyakini bahwa
usaha penerapan pendekatan ilmiah bertujuan memisahkan peneliti
dari para praktisi akuntansi. Sudut pandang ini bukanlah tujuan dari
pendekatan tersebut karena pada dasarnya seorang ilmuwan pada
dasarnya adalah seorang peneliti, dengan menggunakan metode
ilmiah.

Halaman 17 dari 18
Kesalahpahaman lain yang umum terjadi tentang penerapan sudut
pandang ilmiah dalam akuntansi adalah keinginan untuk mengetahui
kebenaran mutlak (desire of absolute truth), yang tidak bisa tercapai,
karena Argumen tersebut didasarkan kepada kesalahan konsep bahwa
ilmu pengetahuan dapat menggali dan menemukan kebenaran mutlak.

Metode ilmiah pada dasarnya tidaklah sempurna, mengingat Metode


ini bersumber dari penemuan manusia untuk membantu kita dalam
memastikan apakah sebuah pernyataan (statement) dapat dianggap
realistis atau tidak. Kebenaran ilmiah bersifah sementara. Sebuah
pernyataan atau teori akan diterima hanya jika peneliti-peneliti di
bidang yang sama memutuskan bahwa bukti-bukti yang disertakan
cukup meyakinkan.

***

Halaman 18 dari 18

Anda mungkin juga menyukai