Aldehid dan keton adalah senyawa-senyawa sederhana yang mengandung sebuah gugus
karbonil – sebuah ikatan rangkap C=O. Aldehid dan keton termasuk senyawa yang
sederhana jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif yang lain seperti
-OH atau -Cl yang terikat langsung pada atom karbon di gugus karbonil – seperti yang
bisa ditemukan pada asam-asam karboksilat yang mengandung gugus -COOH.
Pada aldehid, gugus karbonil memiliki satu atom hidrogen yang terikat padanya
bersama dengan salah satu dari gugus berikut:
Pada gambar di atas ditunjukkan bahwa keduanya memiliki ujung molekul yang sama
persis. Yang membedakan hanya kompleksitas gugus lain yang terikat.
Jika kita menuliskan rumus molekul untuk molekul-molekul di atas, maka gugus aldehid
(gugus karbonil yang mengikat atom hidrogen) selalunya dituliskan sebagai -CHO – dan
tidak pernah dituliskan sebagai COH. Oleh karena itu, penulisan rumus molekul aldehid
terkadang sulit dibedakan dengan alkohol. Misalnya etanal dituliskan sebagai CH3CHO
dan metanal sebagai HCHO.
Penamaan aldehid didasarkan pada jumlah total atom karbon yang terdapat dalam rantai
terpanjang – termasuk atom karbon yang terdapat pada gugus karbonil. Jika ada gugus
samping yang terikat pada rantai terpanjang tersebut, maka atom karbon pada gugus
karbonil harus selalu dianggap sebagai atom karbon nomor 1.
Contoh-contoh keton
Pada keton, gugus karbonil memiliki dua gugus hidrokarbon yang terikat padanya.
Sekali lagi, gugus tersebut bisa berupa gugus alkil atau gugus yang mengandung cincin
benzen. Disini kita hanya akan berfokus pada keton yang mengandung gugus alkil untuk
menyederhanakan pembahasan.
Perlu diperhatikan bahwa pada keton tidak pernah ada atom hidrogen yang terikat pada
gugus karbonil.
Propanon biasanya dituliskan sebagai CH3COCH3. Diperlukannya penomoran atom
karbon pada keton-keton yang lebih panjang harus selalu diperhatikan. Pada pentanon,
gugus karbonil bisa terletak di tengah rantai atau di samping karbon ujung –
menghasilkan pentan-3-ena atau pentan-2-on.
Atom karbon yang sedikit bermuatan positif pada gugus karbonil bisa diserang oleh
nukleofil. Nukleofil merupakan sebuah ion bermuatan negatif (misalnya, ion sianida,
CN-), atau bagian yang bermuatan negatif dari sebuah molekul (misalnya, pasangan
elektron bebas pada sebuah atom nitrogen dalam molekul amonia NH3).
Selama reaksi berlangsung, ikatan rangkap C=O terputus. Efek murni dari pemutusan
ikatan ini adalah bahwa gugus karbonil akan mengalami reaksi adisi, seringkali diikuti
dengan hilangnya sebuah molekul air. Ini menghasilkan reaksi yang dikenal sebagai
adisi-eliminasi atau kondensasi. Dalam pembahasan tentang aldehid dan keton anda
akan menemukan banyak contoh reaksi adisi sederhana dan reaksi adisi-eliminasi.
Aldehid dan keton mengandung sebuah gugus karbonil. Ini berarti bahwa reaksi
keduanya sangat mirip jika ditinjau berdasarkan gugus karbonilnya.
Aldehid berbeda dengan keton karena memiliki sebuah atom hidrogen yang terikat pada
gugus karbonilnya. Ini menyebabkan aldehid sangat mudah teroksidasi.
Sebagai contoh, etanal, CH3CHO, sangat mudah dioksiasi baik menjadi asam etanoat,
CH3COOH, atau ion etanoat, CH3COO-.
Keton tidak memiliki atom hidrogen tersebut sehingga tidak mudah dioksidasi. Keton
hanya bisa dioksidasi dengan menggunakan agen pengoksidasi kuat yang memiliki
kemampuan untuk memutus ikatan karbon-karbon.
Oksidasi aldehid dan keton juga dibahas dalam modul belajar online ini pada sebuah
halaman khusus di topik aldehid dan keton.
Sifat-sifat fisik
Titik didih
Aldehid sederhana seperti metanal memiliki wujud gas (titik didih -21°C), dan etanal
memiliki titik didih +21°C. Ini berarti bahwa etanal akan mendidih pada suhu yang
mendekati suhu kamar.
Aladehid dan keton lainnya berwujud cair, dengan titik didih yang semakin meningkat
apabila molekul semakin besar.
Gaya tarik ini menjadi lebih kuat apabila molekul menjadi lebih panjang dan memiliki
lebih banyak elektron. Peningkatan gaya tarik ini akan meningkatkan ukuran dipol-dipol
temporer yang terbentuk. Inilah sebabnya mengapa titik didih meningkat apabila jumlah
atom karbon dalam rantai juga meningkat – baik pada aldehid maupun pada keton.
Aldehid dan keton adalah molekul polar karena adanya ikatan rangkap C=O. Seperti
halnya gaya-gaya dispersi, juga akan ada gaya tarik antara dipol-dipol permanen pada
molekul-molekul yang berdekatan.
Ini berarti bahwa titik didih akan menjadi lebih tinggi dibanding titik didih hidrokarbon
yang berukuran sama – yang mana hanya memiliki gaya dispersi.
Mari kita membandingkan titik didih dari tiga senyawa hidrokarbon yang memiliki besar
molekul yang mirip. Ketiga senyawa ini memiliki panjang rantai yang sama, dan jumlah
elektronnya juga mirip (walaupun tidak identik).
Pada tabel di atas kita bisa melihat bahwa aldehid (yang memiliki gaya tarik dipol-dipol
dan gaya tarik dispersi) memiliki titik didih yang lebih tinggi dari alkana berukuran
sebanding yang hanya memiliki gaya dispersi.
Akan tetapi, titik didih aldehid lebih rendah dari titik didih alkohol. Pada alkohol,
terdapat ikatan hidrogen ditambah dengan dua jenis gaya-tarik antar molekul lainnya
(gaya-tarik dipol-dipol dan gaya-tarik dispersi).
Walaupun aldehid dan keton merupakan molekul yang sangat polar, namun keduanya
tidak memiliki atom hidrogen yang terikat langsung pada oksigen, sehingga tidak bisa
membentuk ikatan hidrogen sesamanya.
Aldehid dan keton yang kecil dapat larut secara bebas dalam air tetapi kelarutannya
berkurang seiring dengan pertambahan panjang rantai. Sebagai contoh, metanal, etanal
dan propanon – yang merupakan aldehid dan keton berukuran kecil – dapat bercampur
dengan air pada semua perbandingan volume.
Alasan mengapa aldehid dan keton yang kecil dapat larut dalam air adalah bahwa
walaupun aldehid dan keton tidak bisa saling berikatan hidrogen sesamanya, namun
keduanya bisa berikatan hidrogen dengan molekul air.
Salah satu dari atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dalam sebuah molekul air
bisa tertarik dengan baik ke salah satu pasangan elektron bebas pada atom oksigen dari
sebuah aldehid atau keton untuk membentuk sebuah ikatan hidrogen.
Tentunya juga terdapat gaya dispersi dan gaya tarik dipol-dipol antara aldehid atau keton
dengan molekul air.
Pembentukan gaya-gaya tarik ini melepaskan energi yang membantu menyuplai energi
yang diperlukan untuk memisahkan molekul air dan aldehid atau keton satu sama lain
sebelum bisa bercampur.
Halaman ini menjelaskan cara pembuatan aldehid dan keton dalam laboratorium melalui
oksidasi alkohol primer dan sekunder.
Secara umum
Agen pengoksidasi yang digunakan dalam reaksi-reaksi ini biasanya adalah sebuah
larutan natrium dikromat(VI) atau kalium dikromat (VI) yang diasamkan dengan asam
sulfat encer. Jika oksidasi terjadi, larutan oranye yang mengandung ion-ion dikromat(VI)
direduksi menjadi sebuah larutan berwarna hijau yang mengandung ion-ion
kromium(III).
Efek murni yang ditimbulkan adalah bahwa sebuah atom oksigen dari agen pengoksidasi
melepaskan satu atom hidrogen dari gugus -OH pada alkohol dan satu lagi hidrogen dari
karbon dimana gugus -OH tersebut terikat.
Penulisan [O] sering digunakan untuk mewakili atom oksigen yang berasal dari sebuah
agen pengoksidasi.
R dan R’ adalah gugus-gugus alkil atau hidrogen. Keduanya juga bisa berupa gugus-
gugus yang mengandung sebuah cincin benzen, tapi disini kita tidak akan membahas
cincin benzen untuk menyederhanakan pembahasan.
Jika sekurang-kurangnya satu dari gugus ini adalah atom hidrogen, maka diperoleh
aldehid. Jika keduanya adalah gugus alkil maka diperoleh keton.
Jika ditinjau dari molekul baku yang dioksidasi, maka akan diperoleh sebuah aldehid jika
bahan baku yang digunakan memiliki rumus struktur seperti berikut:
Dengan kata lain, jika digunaka alkohol primer sebagai bahan baku, maka akan diperoleh
aldehid.
Keton akan diperoleh jika molekul baku yang digunakan memiliki rumus struktur seperti
berikut:
Pembuatan aldehid
Aldehid dibuat dengan cara mengoksidasi alkohol primer, akan tetapi, ada sedikit
masalah pada oksidasi ini.
Aldehid yang dihasilkan bisa dioksidasi lebih lanjut menjadi sebuah asam karboksilat
oleh larutan kalium dikromat(VI) asam yang digunakan sebagai agen pengoksidasi.
Untuk menghentikan reaksi ketika aldehid telah terbentuk, maka reaksi dengan larutan
kalium dikromat(VI) harus dicegah terjadi.
• gunakan alkohol yang berlebih. Ini berarti bahwa tidak ada agen pengoksidasi
yang cukup untuk melakukan tahap kedua dan mengoksidasi aldehid yang
terbentuk menjadi sebuah asam karboksilat.
• pisahkan aldehid dengan distilasi segera setelah terbentuk. Pemisahan aldehid
segera setelah terbentuk berarti bahwa aldehid tidak tinggal dalam campuran
untuk dioksidasi lebih lanjut.
Jika yang digunakan sebagai alkohol primer adalah etanol, maka akan dihasilkan aldehid
etanal, CH3CHO.
Persamaan lengkap untuk reaksi ini cukup rumit, dan anda perlu memahami tentang
persamaan setengah-reaksi untuk bisa menuliskannya.
Dalam kimia organik, versi sederhana dari reaksi ini sering digunakan dengan fokus
utama terhadap apa yang terjadi pada zat-zat organik. Untuk menyederhanakan reaksi ini,
oksigen dari sebuah agen pengoksidasi dituliskan sebagai [O]. Dengan penulisan ini,
persamaan reaksinya menjadi lebih sederhana:
Alkohol sekunder
Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton. Tidak ada reaksi lebih lanjut yang terjadi
seperti pada oksidasi alkohol primer. Sebagai contoh, jika anda memanaskan alkohol
sekunder propan-2-ol dengan natrium dikromat(VI) atau kalium dikromat(VI), maka akan
terbentuk propanon.
Halaman ini menjelaskan tentang cara-cara yang dapat dipakai untuk membedakan antara
aldehid dan keton dengan menggunakan agen-agen pengoksidasi seperti larutan kalium
dikromat(VI) asam, pereaksi Tollens, larutan Fehling dan larutan Benedict.
Latar belakang
Anda akan mengingat dari pembahasan lain di topik aldehid keton bahwa perbedaan
antara aldehid dan keton adalah keberadaan sebuah atom hidrogen yang terikat pada
ikatan rangkap C=O dalam aldehid, sedangkan pada keton tidak ditemukan hidrogen
seperti ini.
Keberadaan atom hidrogen tersebut menjadikan aldehid sangat mudah teroksidasi. Atau
dengan kata lain, aldehid adalah agen pereduksi yang kuat.
Karena keton tidak memiliki atom hidrogen istimewa ini, maka keton sangat sulit
dioksidasi. Hanya agen pengoksidasi sangat kuat seperti larutan kalium manganat(VII)
(larutan kalium permanganat) yang bisa mengoksidasi keton – itupun dengan mekanisme
yang tidak rapi, dengan memutus ikatan-ikatan C-C.
Dengan tidak memperhitungkan agen pengoksidasi yang kuat ini, anda bisa dengan
mudah menjelaskan perbedaan antara sebuah aldehid dengan sebuah keton. Aldehid
dapat dioksidasi dengan mudah menggunakan semua jenis agen pengoksidasi; sedangkan
keton tidak.
Rincian reaksi-reaksi ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian-bagian bawah halaman
ini.
Hasil yang terbentuk tergantung pada apakah reaksi dilakukan pada kondisi asam atau
basa. Pada kondisi asam, aldehid dioksidasi menjadi sebuah asam karboksilat. Pada
kondisi basa, asam karboksilat tidak bisa terbentuk karena dapat bereaksi dengan logam
alkali. Olehnya itu yang terbentuk adalah garam dari asam karboksilat.
Jika anda ingin mengetahui persamaan untuk reaksi-reaksi oksidasi ini, maka satu-
satunya cara yang tepat digunakan untuk menuliskannya adalah dengan menggunakan
persamaan setengah reaksi.
Persamaan setengah reaksi untuk oksidasi aldehid berbeda-beda tergantung pada kondisi
reaksi (apakah asam atau basa).
Pada masing-masing contoh berikut, kami berasumsi bahwa anda telah mengetahui
apakah yang terbentuk adalah aldehid atau keton. Ada banyak hal lain yang juga dapat
memberikan hasil positif.
Dengan mengasumsikan bahwa anda mengetahui apa yang harus terbentuk (aldehid atau
keton), pada masing-masing contoh, keton tidak memberikan hasil positif. Hanya aldehid
yang memberikan hasil positif.
Sedikit larutan kalium dikromat(VI) diasamkan dengan asam sulfat encer dan beberapa
tetes aldehid atau keton ditambahkan. Jika tidak ada yang terjadi pada suhu biasa,
campuran dipanaskan secara perlahan selama beberapa menit – misalnya, dalam sebuah
labu kimia berisi air panas.
Ion-ion dikromat (VI) telah direduksi menjadi ion-ion kromium(III) yang berwarna hijau
oleh aldehid. Selanjutnya aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat yang sesuai.
Ion ini dibuat dari larutan perak(I) nitrat. Caranya dengan memasukkan setetes larutan
natrium hidroksida ke dalam larutan perak(I) nitrat yang menghasilkan sebuah endapan
perak(I) oksida, dan selanjutnya tambahkan larutan amonia encer secukupnya untuk
melarutkan ulang endapan tersebut.
Untuk melakukan uji dengan pereaksi Tollens, beberapa tetes aldehid atau keton
dimasukkan ke dalam pereaksi Tollens yang baru dibuat, dan dipanaskan secara perlahan
dalam sebuah penangas air panas selama beberapa menit.
Aldehid mereduksi ion diamminperak(I) menjadi logam perak. Karena larutan bersifat
basa, maka aldehid dengan sendirinya dioksidasi menjadi sebuah garam dari asam
karboksilat yang sesuai.
Persamaan setengah reaksi untuk reduksi ion diamminperak(I) menjadi perak adalah
sebagai berikut:
Larutan Fehling dan larutan Benedict adalah varian dari larutan yang secara ensensial
sama. Keduanya mengandung ion-ion tembaga(II) yang dikompleks dalam sebuah larutan
basa.
Larutan Fehling mengandung ion tembaga(II) yang dikompleks dengan ion tartrat dalam
larutan natrium hidroksida. Pengompleksan ion tembaga(II) dengan ion tartrat dapat
mencegah terjadinya endapan tembaga(II) hidroksida.
aldehid Larutan biru menghasilkan sebuah endapan merah gelap dari tembaga(I) oksida.
Aldehid mereduksi ion tembaga(II) menjadi tembaga(I) oksida. Karena larutan bersifat
basa, maka aldehid dengan sendirinya teroksidasi menjadi sebuah garam dari asam
karboksilat yang sesuai.
Halaman ini menjelaskan tentang reduksi aldehid dan keton dengan dua agen pereduksi
yang mirip, yaitu litium tetrahidridaluminat(III) (juga dikenal sebagai litium aluminium
hidrida) dan natrium tetrahidridborat(III) (natrium borohidrida).
Dasar-dasar reaksi
Agen-agen pereduksi
Meskipun kedua agen pereduksi yang digunakan memiliki nama yang cukup rumit,
namun struktur dari kedua agen pereduksi ini sangat sederhana. Pada masing-masing
pereduksi ada empat hidrogen ("tetrahidrid") mengelilingi aluminium atau boron pada
sebuah ion negatif (ditunjukkan dengan akhiran "at" pada namanya).
Angka romawi "(III)" menunjukkan bilangan oksidasi dari aluminium atau boron, dan
sering tidak dituliskan karena unsur-unsur ini memang hanya menunjukkan bilangan
oksidasi +3 dalam senyawa-senyawanya. Olehnya itu pada penjelasan selanjutnya angka
romawi (III) tidak lagi dituliskan.
Rumus molekul untuk kedua agen pereduksi ini masing-masing adalah LiAlH4 dan
NaBH4.
Pada masing-masing ion negatif, salah satu dari ikatan-ikatan yang ada adalah ikatan
kovalen kordinat (kovalen datif) yang menggunakan pasangan elektron bebas pada
sebuah ion hidrogen (H-) untuk membentuk sebuah ikatan dengan sebuah orbital kosong
pada aluminium atau boron.
Reduksi aldehid
Untuk reduksi aldehid, produk organik yang diperoleh akan sama persis baik agen
pereduksi yang digunakan adalah litium tetrahidridoaluminat atau natrium tetrahidriborat.
Secara umum, reduksi sebuah aldehid akan menghasilkan sebuah alkohol primer.
Reduksi keton
Pada reduksi keton, produk yang dihasilkan tetap sama untuk kedua agen pereduksi.
Rincian reaksi
Reduksi keton biasanya dilakukan dalam larutan dalam sebuah eter yang dikeringkan
dengan hati-hati seperti etoksietana (dietil eter). Reaksi terjadi pada suhu kamar, dan
berlangsung dalam dua tahapan terpisah.
Pada tahap pertama, sebuah garam yang mengandung ion aluminium kompleks terbentuk.
Persamaan-persamaan reaksi berikut menunjukkan apa yang terjadi jika digunakan
aldehid atau keton sederhana yang umum. R dan R’ bisa berupa kombinasi dari hidrogen
atau gugus alkil.
Produk yang terbentuk selanjutnya diperlakukan dengan asam encer (seperti asam sulfat
encer atau asam hidroklorat encer) untuk melepaskan alkohol dari ion kompleks.
Alkohol yang terbentuk bisa direcovery dari campuran dengan metode distilasi
fraksional.
Kami sedikit menemukan kendala dalam menjelaskan kondisi-kondisi reaksi untuk agen
pereduksi ini, karena agen pereduksi ini digunakan dengan berbagai cara yang berbeda-
beda. Rincian praktis yang ditemukan di berbagai situs universitas sangat bervariasi, dan
tidak harus sesuai dengan sumber teori yang ada.
Berikut kami memilih salah satu dari berbagai metode yang ada. Kami memilih kondisi
reaksi berikut utamanya karena kami berpikir bahwa kami memahami proses yang
berlangsung.
Padatan natrium tetrahidridborat dimasukkan ke dalam sebuah larutan aldehid atau keton
dalam sebuah alkohol seperti metanol, etanol atau propan-2-ol. Campuran ini bisa
dipanaskan di bawah refluks atau dibiarkan beberapa waktu pada suhu kamar. Prosedur
yang dipilih berbeda-beda tergantung pada sifat-sifat aldehid atau keton.
Pada akhir prosedur, terbentuk sebuah kompleks yang mirip dengan kompleks yang
terbentuk jika digunakan agen pereduksi litium tetrahidridaluminat.
Pada tahap-kedua reaksi, air ditambahkan dan campuran dididihkan untuk melepaskan
alkohol dari kompleks yang terbentuk.
Alkohol kembali terbentuk dan bisa direcovery dari campuran dengan metode distilasi
fraksional.
Pengertian 2,4-dinitrofenilhidrazin
Walaupun namanya kedengaran rumit, dan strukturnya terlihat agak kompleks, namun
sebenarnya sangat mudah untuk dibuat.
Pada fenilhidrazin, salah satu atom hidrogen dalam hidrazin digantikan oleh sebuah
gugus fenil, C6H5. Ini didasarkan pada sebuah cincin benzen.
Pada 2,4-dinitrofenilhidrazin, ada dua gugus nitro, NO2, yang terikat pada gugus fenil di
posisi karbon 2 dan 4. Sudut yang padanya terikat nitrogen dianggap sebagai atom karbon
nomor 1, dan perhitungan dilakukan searah arah jarum jam.
Melangsugkan reaksi
Rincian reaksi antara aldehid atau keton dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin sedikit bervariasi
tergantung pada sifat-sifat aldehid atau keton yang terlibat, dan pelarut yang didalamnya
dilarutkan 2,4-dinitrofenilhidrazin. Pada prosedur berikut, anggap kita menggunakan 2,4-
dinitrofenilhidrazin dalam bentuk pereaksi Brady (sebuah larutan 2,4-dinitrofenilhidrazin
dalam metanol dan asam sulfat):
Masukkan beberapa tetes aldehid atau keton, atau bisa juga larutan aldehid atau keton
dalam metanol, ke dalam pereaksi Brady. Terbentuknya endapan kuning atau oranye
terang mengindikasikan adanya ikatan rangkap C=O dalam sebuah aldehid atau keton.
Reaksi uji ini adalah yang paling sederhana untuk sebuah aldehid atau keton.
R dan R’ bisa berupa kombinasi dari gugus-gugus hidrogen atau hidrokarbon (seperti
gugus alkil). Jika sekurang-kurangnya satu dari kedua gugus tersebut adalah hidrogen,
maka senyawa asalnya adalah aldehid. Jika kedua gugus tersebut adalah gugus
hidrokarbon, maka senyawa asalnya adalah keton.
Jika kedua molekul pereaksi digambarkan berderet, maka struktur produk reaksi dapat
ditentukan dengan mudah.
Produk reaksi dikenal sebagai "2,4-dinitrofenilhidrazon". Perlu diperhatikan bahwa yang
berubah hanya akhiran saja, dari akhiran "-in" menjadi "-on". Ini kemungkinan
membingungkan.
Produk dari reaksi dengan etanal disebut sebagai etanal 2,4-dinitrofenilhidrazon; produk
dari reaksi dengan propanon disebut propanon 2,4-dinitrofenilhidrazon – dan seterusnya.
Ini tidak terlalu sulit.
Reaksi ini dikenal sebagai reaksi kondensasi. Reaksi kondensasi merupakan reaksi
dimana dua molekul bergabung bersama disertai dengan hilangnya sebuah molekul kecil
dalam proses tersebut. Dalam hal ini, molekul kecil tersebut adalah air.
Dari segi mekanisme, reaksi ini adalah reaksi adisi-eliminasi nukleofilik. 2,4-
dinitrofenilhidrazin pertama-pertama memasuki ikatan rangkap C=O (tahap adisi)
menghasilkan sebuah senyawa intermediet yang selanjutnya kehilangan sebuah molekul
air (tahap eliminasi).
Kegunaan reaksi
Reaksi adisi-eliminasi aldehid dan keton memiliki dua kegunaan dalam pengujian aldehid
dan keton.
• Pertama, reaksi ini bisa digunakan untuk menguji keberadaan ikatan rangkap
C=O. Ikatan rangkap C=O dalam sebuah aldehid atau keton hanya memiliki
endapan berwarna oranye atau kuning.
• Kedua, reaksi ini bisa digunakan untuk membantu mengidentifikasi aldehid atau
keton tertentu.
Kristal-kristal yang terbentuk dilarutkan dalam pelarut panas dengan jumlah yang
minimum. Jika larutan telah dingin, kristal-kristal diendapkan ulang dan bisa
disaring, dicuci dengan sedikit pelarut dan dikeringkan. Kristal-kristal ini akan
menjadi murni.
dengan hidrazin
Produk di atas adalah "hidrazon". Jika anda menggunakan propanon, maka produk itu
adalah propanon hidrazon.
dengan fenilhidrazin
dengan hidroksilamin
Reaksi
Hidrogen sanida akan masuk ke ikatan rangkap C=O pada aldehid dan keton
menghasilkan senyawa yang dikenal sebagai hidroksinitril. Senyawa-senyawa ini biasa
juga disebut sebagai sianohidrin.
Sebagai contoh, jika hidrogen sianida diadisi ke etanal (sebuah aldehid) maka diperoleh
2-hidroksipropananitril:
Reaksi ini tidak biasanya dilakukan dengan menggunakan hidrogen sianida saja, karena
hidrogen sianida merupakan sebuah gas yang sangat beracun. Olehnya itu, aldehid dan
keton dicampur dengan sebuah larutan natrium atau kalium sianida dalam air yang telah
ditambahkan sedikit asam sulfat. pH larutan disesuaikan menjadi sekitar 4 sampai 5
karena pada pH ini reaksi berlangsung paling cepat. Reaksi terjadi pada suhu kamar.
Larutan ini akan mengandung hidrogen sianida (hasil dari reaksi antara natrium atau
kalium sianida dengan asam sulfat), tetapi juga masih mengandung beberapa ion sianida
bebas. Ini penting untuk mekanisme reaksi.
Kegunaan reaksi
• gugus -OH yang berperilaku sebagai sebuah alkohol sederhana dan bisa
digantikan dengan spesies lain seperti klorin, yang selanjutnya bisa diganti lagi
menghasilkan, misalnya, gugus -NH2;
• gugus -CN yang mudah diubah menjadi sebuah gugus asam karboksilat -COOH.
Sebagai contoh, hidroksinitril yang dibuat dari sebuah aldehid bisa digunakan untuk
menghasilkan molekul yang relatif rumit dengan mudah, misalnya molekul asam 2-amino
– asam amino yang digunakan untuk menyusun protein.
Natrium hidrogensulfit biasa juga dikenal sebagai natrium bisulfit, bahkan pada beberapa
buku-teks organik masih digunakan nama natrium bisulfit.
Reaksi
Reaksi ini hanya berlangsug dengan baik untuk aldehid. Untuk keton, salah satu gugus
hidrokarbon yang terikat pada gugus karbonil harus berupa gugus metil. Gugus-gugus
besar yang terikat pada gugus karbonil terlibat dalam proses reaksi yang berlangsung.
Aldehid atau keton dikocok dengan sebuah larutan jenuh dari natrium hidrogensulfit
dalam air. Jika produk telah terbentuk, produk tersebut akan terpisah sebagai kristal
putih.
Senyawa-senyawa yang dihasilkan ini jarang diberi nama secara sistematis, dan biasanya
dikenal sebagai senyawa adisi "hdrogensulfit (atau bisulfit)".
Kegunaan reaksi
Reaksi adisi natrium hidrogensulfit pada aldehid dan keton biasanya digunakan dalam
pemurnian aldehid (dan keton dimana reaksi ini berlangsung baik). Senyawa adisi yang
dihasilkan bisa diurai dengan mudah untuk menghasilkan kembali aldehid atau keton
dengan memperlakukannya dengan asam encer atau basa encer.
Misalnya, jika kita ingin memurnikan aldehid yang tidak murni, kita bisa mengocoknya
dengan sebuah larutan jenuh dari natrium hidrogensulfit untuk menghasilkan kristal.
Kristal-kristal ini bisa disaring dengan mudah dan dicuci untuk menghilangkan setiap zat
pengotor. Adisi asam encer, misalnya, selanjutnya dapat menghasilkan kembali aldehid
awal.
Tentunya aldehid ini masih perlu dipisahkan dari asam yang berlebih dan berbagai
macam produk anorganik dari reaksi.