Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Lansia

1. Definisi

Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi

manusia. Dalam proses ini , tahap yang paling krusial adalah tahap

lansia (lanjut usia). Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami

terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun

sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu

cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum

(fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu lanjut

usia. Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis

tertentu (Pujiyono, 2007).

Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 55 tahun ke atas

(Hardywinoto, 2008). Pada lanjut usia akan terjadi proses

menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau

mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-

lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang terjadi. Karena itu di dalam tubuh

akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural

disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan

mengakhiri hidup dengan episode terminal (Martono, 2010).

7
Penggolongan lansia dapat dibedakan menjadi tiga kelompok

(Depkes 2009), yakni :

a. Kelompok lansia dini (55 64 tahun), merupakan kelompok yang

baru memasuki lansia.

b. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).

c. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari

70 tahun.

Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu

kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri

dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian. Oleh karena

itu, Usia lanjut disebut juga sebagai suatu proses alami yang tidak

dapat dihindari (Azwar, 2007). Sedangkan Menurut UU no 4 tahun

2003, lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak

berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-

hari dan menerima nafkah dari orang lain.

2. Perkembangan pada Lansia

Membedakan antara usia biologis, usia psikologis dan usia

social menurut Martono (2010), yaitu:

a. Usia biologis yaitu jangka waktu seseorang sejak lahir berbeda,

dalam keadaan hidup atau tidak mati. Aspek biologik dalam

gerontologi mencakup perubahan-perubahan anatomi dalam sel,

jaringan dan organ-organ serta fisiologi yang berhubungan

8
dengan perubahan-perubahan tersebut. Proses penuaan akan di

tandai gejala-gejala kemunduran fisik antara lain:

1) Kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat sebagai

kemunduran fisik :

a) Kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul keriput

serta garis-garis yang menetap

b) Rambut mulai beruban dan menjadi putih

c) Gigi mulai ompong

d) Penglihatan dan pendengaran berkurang

e) Mudah lelah dan cepat mengalami depresi

f) Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah

g) Kerampingan tubuh menghilang, disana-sini terjadi

timbunan lemak terutama di bagian perut dan pinggul

2) Kemunduran akan kemampuan kognitif akibat penuaan pada

usia lanjut ini di tandai sebagai berikut :

a) Suka lupa, ingatan tidak berfungsi baik

b) Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang /

tempat juga mundur yang erat hubungan dengan daya

ingat yang sudah mundur dan juga karena pandangan

biasanya sudah menyempit

c) Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman, skor

yang dicapai dalam tes-tes intelegensi menjadi lebih

rendah

9
d) Tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru.

b. Usia Psikologis yaitu kemampuan seseorang untuk mengadakan

penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya. Pada

umumnya setiap lanjut usia menginginkan keadaan panjang

umur, menghemat tenaga, tetap berperan sosial, meninggal

secara terhormat dan masuk surga. Apabila proses lanjut usia

yang tidak sesuai dengan keinginan-keinginan tersebut maka

akan dirasakan sebagai beban mental yang cukup besar. Penyakit

yang membahayakan , menjalani masa pensiun, ditinggal suami

atau istri dan sebab-sebab lain sering menyebabkan gangguan

dalam keseimbangan mental. Psikologi kehilangan merupakan

salah satu sindroma atau gejala multikompleks dari proses lanjut

usia.

Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan lima

tipe kepribadian lansia adalah sebagai berikut:

1) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction Personality),

biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang,

dan mantap sampai sangat tua.

2) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent Personality), pada

tipe ini biasanya ada Kecenderungan mengalami Post Power

Syndrome. Apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan

kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.

10
3) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent Personality), pada

tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga.

Apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada

lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal

maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana.

Apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

4) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility Personality), pada

tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas

dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-

kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga

menyebabkan kondisi ekonominya menjadi berantakan.

5) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate Personality), pada

lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara karena perilakunya

sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat

susah dirinya.

c. Usia sosial yaitu peran yang diharapkan atau diberikan

masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.

Status sosial seseorang sangat penting bagi kepribadianya.

Didalam pekerjaan, status tertentu mempunyai akibat suatu citra

tertentu pula.

d. Perubahan status sosial lanjut usia pasti akan membawa akibat

bagi yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan

yang baik dalam menghadapi perubahan terebut. Aspek social

11
tidak dapat diabaikan dan sebaiknya diketahui oleh lanjut usia

sedini mungkin, sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik

mungkin. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat lanjut

usia di masyarakat. Perubahan psikososial masyarakat lanjut usia

baik yang datang dari dalam dirinya, keluarga maupun

lingkungan masyarakat akan membawa dampak bagi derajat

kesehatan jiwa lansia yang bersangkutan. Sebagai penyebab

adalah pesatnya kegiatan pembangunan yang membawa dampak

terhadap lingkungan baik berupa urbanisasi dan polusi maupun

perubahan perilaku yang secara tidak langsung berpengaruh pada

kehidupan lansia.

3. Program Kesehatan Pada Lansia

Pada umunya para lanjut usia (lansia) yang berumur 71 ke atas

mudah terkena depresi. Oleh karena itu, program pembinaan

kesahatan lanjut usia merupakan upaya kesehatan pengembangan

dapat dilakukan dengan berbagai cara (Pujiyono, 2007), sebagai

berikut :

a. Upaya Promotif

Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga

ataupun masyarakat di sekitarnya, antara lain berupa

penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi untuk lanjut usia,

proses degeneratif seperti katarak, presbikusis dan lain-lain.

12
Upaya peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan

kemandirian serta produktivitas masyarakat lanjut usia.

1) Perilaku Hidup Sehat

Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku

yang dipraktekan atas dasar kesadaran sebagai hasil

pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga

dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan

berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakatnya. Menurut Winslow (2010), Perilaku Hidup

Bersi dan Sehat (PHBS) erat kaitanya dengan

pemberdayaan masyarakat karena bidang garapanya

adalah membantu masyarakat yang seterusnya bermuara

pada pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan perilaku

positif dalam bidang kesehatan. Perilaku hidup bersih dan

sehat ini sesuai dengan visi Promosi Kesehatan dan dapat

di praktekan pada masing-masing tatanan. Gaya hidup

sehat untuk lansia yang terpenting seperti tidak merokok,

melakukan aktivitas 30 menit sehari, personal higiene,

mengatur kesehatan lingkungan seperti rumah sehat dan

membuang kotoran pada tempatnya.

2) Gizi untuk Lanjut Usia

Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan

bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah atau

13
mengurangi kemungkinan penyakit kekurangan gizi, yang

seyogyanya telah dilakukan sejak muda dengan tujuan

agar tercapai kondisi kesehatan yang prima dan tetap

produktif di hari tua. Hidangan gizi seimbang adalah

makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun,

dan zat pengatur.

b. Upaya Preventif

Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin

terjadinya penyakit dan komplikasinya akibat proses

degeneratif. Kegiatan berupa deteksi dini dan pemantauan

kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di kelompok lanjut

usia ( posyandu lansia ) atau Puskesmas dengan menggunakan

Kartu Menuju Sehat ( KMS ) lanjut usia.

c. Upaya Kuratif

Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit

bila dimungkinan dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau

Posyandu lansia. Pengobatan lebih lanjut ataupun perawatan

bagi lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di fasilitas pelayanan

seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos

Kesehatan Desa. Bila sakit yang diderita lanjut usia

membutuhkan penanganan dengan fasilitas lebih lengkap, maka

dilakukan rujukan ke Rumah Sakit setempat.

14
d. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis,

psikososial, edukatif maupun upaya-upaya lain yang dapat

semaksimal mungkin mengembalikan kemampuan fungsional

dan kepercayaan diri lanjut usia.

B. Tinjauan Tentang Poyandu Lansia

1. Pengertian

Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk

masyarakat usia lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah

disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa

mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan

pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan

kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program

Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga,

tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya

(Erfandi, 2008).

Posyandu juga merupakan wadah kegiatan berbasis masyarakat

untuk bersama-sama menghimpun seluruh kekuatan dan

kemampuan masyarakat untuk melaksanakan, memberikan serta

memperoleh informasi dan pelayanan sesuai kebutuhan dalam upaya

peningkatan status gizi masyarakat secara umum (Henniwati, 2008).

Jadi, Posyandu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan

yang berada di desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan

15
kesehatan masyarakat khususnya bagi warga yang sudah berusia

lanjut.

2. Tujuan Posyandu Lansia

Menurut Erfandi (2008), Tujuan Posyandu Lansia secara garis

besar adalah

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia

dimasyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang

sesuai dengan kebutuhan lansia.

b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta

masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan, disamping

meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.

3. Manfaat Posyandu Lansia

Manfaat dari posyandu lansia adalah pengetahuan lansia

menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan

dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti

kegiatan posyandu lansia sehingga lebih percaya diri dihari tuanya.

4. Sasaran Posayandu Lansia

Sasaran posyandu lansia adalah :

a. Kelompok lansia dini (55 64 tahun), merupakan kelompok yang

baru memasuki lansia.

b. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).

c. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih

dari 70 tahun (Departemen Kesehatan RI, 2009).

16
5. Kegiatan Posyandu Lansia

Bentuk pelayanan pada posyandu lansia meliputi pemeriksaan

kesehatan fisik dan mental emosional, yang dicatat dan dipantau

dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal

penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan yang

dialami. Beberapa kegiatan pada posyandu lansia adalah (Henniwati,

2008):

a. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa

tubuh (IMT).

b. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan

stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.

c. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal

adanya penyakit gula (diabetes melitus).

d. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni

sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.

e. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan

atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir-butir diatas.

f. Penyuluhan Kesehatan, biasa dilakukan didalam atau diluar

kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling

kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang

dihadapi oleh individu dan kelompok usia lanjut.

17
Selain itu banyak juga posyandu lansia yang mengadakan

kegiatan tambahan seperti senam lansia, pengajian, membuat

kerajinan ataupun kegiatan silahturahmi antar lansia. Kegiatan

seperti ini tergantung dari kreasi kader posyandu yang bertujuan

untuk membuat lansia beraktivitas kembali dan berdisiplin diri.

6. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Mekanisme pelayanan Posyandu Lansia tentu saja berbeda

dengan posyandu balita pada umumnya. Mekanisme pelayanan ini

tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di

suatu wilayah penyelenggara (Henniwati, 2008). Ada yang

menyelenggarakan posyandu lansia ini dengan sistem 5 meja seperti

posyandu balita, ada pula yang hanya 3 meja.

a. Meja I : Pendaftaran

Mendaftarkan lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut.

Lansia yang sudah terdaftar di buku register langsung menuju

meja selanjutnya.

b. Meja II : Pengukuran

Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan.

c. Meja III : Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat)

Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi : Indeks

Massa Tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan.

d. Meja IV : Penyuluhan

18
Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan

pemberian makanan tambahan.

e. Meja V : Pelayanan medis

Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari

Puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan : pemeriksaan dan

pengobatan ringan.

7. Masalah Kesehatan pada Lansia

Masalah kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan

jenjang umur yang lain karena penyakit pada lansia merupakan

gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan

proses menua yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti sel serta

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat

bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Dr. Purma Siburian Sp PD, pemerhati masalah kesehatan pada lansia

menyatakan bahwa ada 14 yang menjadi masalah kesehatan pada

lansia, yaitu :

a. Immobility (kurang bergerak), dimana meliputi gangguan fisik,

jiwa dan faktor lingkungan sehingga dapat menyebabkan lansia

kurang bergerak. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan

tulang, sendi dan otot, gangguan saraf dan penyakit jantung.


b. Instability (tidak stabil/ mudah jatuh), dapat disebabkan oleh

faktor intrinsik (yang berkaitan dengan tubuh penderita), baik

karena proses menua, penyakit maupun ekstrinsik (yang berasal

19
dari luar tubuh) seperti obat-obatan tertentu dan faktor

lingkungan. Akibatnya akan timbul rasa sakit, cedera, patah

tulang yang akan membatasi pergerakan. Keadaan ini akan

menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri

dan perasaan takut akan terjadi.


c. Incontinence (buang air) yaitu keluarnya air seni tanpa disadari

dan frekuensinya sering. Meskipun keadaan ini normal pada

lansia tetapi sebenarnya tidak dikehendaki oleh lansia dan

keluarganya. Hal ini akan membuat lansia mengurangi minum

untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan

kekurangan cairan.
d. Intellectual Impairment (gangguan intelektual/ dementia),

merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan

fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga

menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.


e. Infection (infeksi), merupakan salah satu masalah kesehatan yang

penting pada lansia, karena sering didapati juga dengan gejala

tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan

diagnosis dan pengobatan.


f. Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,

convalencence, skin integrity (gangguan panca indera,

komunikasi, penyembuhan dan kulit), merupakan akibat dari

proses menua dimana semua panca indera berkurang fungsinya,

demikian juga pada otak, saraf dan otot-otot yang dipergunakan

20
untuk berbicara, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan

mudah rusak dengan trauma yang minimal.


g. Impaction (konstipasi=sulit buang air besar), sebagai akibat dari

kurangnya gerakan, makanan yang kurang mengandung serat,

kurang minum, dan lainnya.


h. Isolation (depresi), akibat perubahan sosial, bertambahnya

penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial. Pada lansia,

depresi yang muncul adalah depresi yang terselubung, dimana

yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala,

jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pecernaan, dan

lain-lain.
i. Inanition (kurang gizi), dapat disebabkan karena perubahan

lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat

berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi,

isolasi sosial (terasing dari masyarakat), terutama karena

kemiskinan, gangguan panca indera; sedangkan faktor kesehatan

berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, obat-obatan, dan

lainnya.
j. Impecunity (tidak punya uang), semakin bertambahnya usia, maka

kemampuan tubuh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan akan

semaki berkurang, sehingga jika tidak dapat bekerja maka tidak

akan mempunyai penghasilan.


k. Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada

lansia yang mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan

pengobatan dalam waktu yang lama, jika tanpa pengawasan

21
dokter maka akan menyebabkan timbulnya penyakit akibat obat-

obatan.
l. Insomnia (gangguan tidur), sering dilaporkan oleh lansia, dimana

mereka mengalami sulit untukmasuk dalam proses tidur, tidur

tidak nyenyak dan mudah terbangun, tidur dengan banyak mimpi,

jika terbangun susah tidur kembali, terbangun didini hari-lesu

setelah bangun di pagi hari.


m. Immune deficiency (daya tahan tubuh menurun), merupakan salah

satu akibat dari prose menua, meskipun terkadang dapat pula

sebagai akibat dari penyakit menahun, kurang gizi dan lainnya.


n. Impotence (impotensi), merupakan ketidakmampuan untuk

mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk

melakukan senggama yang memuaskan yang terjadi paling

sedikit 3 (tiga) bulan. Hal ini disebabkan karena terjadi hambatan

aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada

dinding pembuluh darah, baik karena proses menua atau penyakit.


o. Menopause merupakan kondisi alamiah tubuh yang terjadi akibat

adanya pertambahan usia. Menopause sendiri ditandai dengan

berhentinya proses menstruasi yang menunjukkan bahwa periode

reproduksinya telah berakhir. Kebanyakan para wanita masih

asing dengan pengertian menopause pada wanita, padahal

menopause harus dipahami dengan benar agar Anda siap

menghadapi segala kemungkinan yang ada. Umumnya, wanita

akan mengalami menopause di usia 50 tahun, namun banyak pula

22
wanita yang mengalami menopause dini, yakni menopause di usia

yang ke 40 tahun.

Data penyakit lansia di Indonesia (umumnya pada lansia

berusia lebih dari 55 tahun) adalah sebagai berikut:

a. Penyakit Cardiovascular
b. Penyakit otot dan persendian
c. Bronchitis, asma dan penyakit respirasi lainnya
d. Penyakit pada mulut, gigi dan saluran cerna
e. Penyakit syaraf
f. Infeksi kulit
g. Malaria dan Lain-lain (Anonim, 2008)

8. Kader Posyandu

Kader posyandu, menurut Departemen Kesehatan RI (2006)

adalah seseorang atau tim sebagai pelaksana posyandu yang berasal

dari dan dipilih oleh masyarakat setempat yang memenuhi ketentuan

dan diberikan tugas serta tanggung jawab untuk pelaksanakan,

pemantauan, dan memfasilitasi kegiatan lainnya (Henniwati, 2008).

9. Penilaian Keberhasilam Upaya Pembinaan Lansia melalui

Posyandu Lansia

Menurut Henniwati (2008), penilaian keberhasilan pembinaan

lansia melalui kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu, dilakukan

dengan menggunakan data pencatatan, pelaporan, pengamatan khusus

dan penelitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari :

a. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan

berkembangnya jumlah orang masyarakat lansia dengan berbagai

aktivitas pengembangannya

23
b. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang

memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia


c. Berkembangnya jenis pelayanan konseling pada lembaga
d. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia

e. Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat penyakit pada

lansia

10. Faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan posyandu lansia

Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan posyandu

lansia, antara lain:

a. Umumnya lansia tidak mengetahui keberadaan dan manfaat dari

posyandu lansia.
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu lansia jauh atau sulit

dijangkau. Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia

mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan

atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan

fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini

berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi

lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun

mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu lansia. Dukungan

keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan

lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa

menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan

diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu,

24
mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha

membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.


Keluarga, bagi lansia merupakan sumber kepuasan. Data yang

diambil oleh Henniwati (2008) terhadap lansia berusia 50, 60 dan

70 tahun di Kelurahan Jambangan, menyatakan mereka ingin

tinggal ditengah-tengah keluarga. Mereka tidak ingin tinggal di

Panti Werdha. Para lansia merasa bahwa kehidupan mereka sudah

lengkap, yaitu sebagai orang tua dan juga sebagai kakek dan

nenek, akan tetapi keluarga juga dapat menjadi frustasi bagi

lansia. Hal ini terjadi jika ada hambatan komunikasi antara lansia

dengan anak atau cucu, dimana perbedaan faktor generasi

memegang peranan.
Ada juga lansia yang mempunyai kemandirian yang tinggi untuk

hidup sendiri karena keinginan untuk hidup tanpa merepotkan

orang lain.
d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian

pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar

atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan

posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung

untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di

posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang

adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu

obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk

bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan

pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.

25
e. Kader Posyandu Lansia. Wahyuna (2008) melakukan penelitian

kader di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Ngawi.

Kader-kader tersebut hanya bertugas mencatat dan mengurusi

masalah konsumsi saja, selain itu kader juga bekerja tergantung

perintah petugas kesehatan tanpa ada pelatihan lebih lanjut

sehingga peran kader dalam kegiatan tersebut belum optimal.


Kader juga harus mampu berkomunikasi dengan efektif, baik

dengan individu atau kelompok maupun masyarakat, kader juga

harus dapat membina kerjasama dengan semua pihak yang terkait

dengan pelaksanaan posyandu, serta untuk memantau

pertumbuhan dan perkembangan lansia pada hari buka posyandu

yaitu pendaftaran, penimbangan, pencatatn/ pengisian KMS,

penyuluhan dan pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya dan

pemberian PMT, serta dapat melakukan rujukan jika diperlukan

(Departemen Kesehatan RI, 2006). Untuk meningkatkan citra diri

kader, maka harus dipehatikan dalam hal sebagai berikut:


1) Meningkatkan kualitas diri sebagai seorang yang dianggap

masyarakat, yang dapat memberi informasi terkini tentang

kesehatan
2) Melengkapi diri dengan keterampilan yang memadai dalam

pelayanan di Posyandu
3) Membuat kesam pertama yang baik dan memperhatikan citra

yang positif
4) Menetapkan dan memutuskan perhatian secara cermat pada

kebutuhan masyarakat

26
5) Menampilkan diri sebagai bagian dari anggota masyarakat itu

sendiri
6) Mendorong keinginan masyarakat untuk datang ke Posyandu

(Departemen Kesehatan RI, 2006)

27

Anda mungkin juga menyukai