Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS AC PENGUAT BJT SATU TAHAP

Aisyah Nur Hasanah*), Nurul Hanifah


Laboratorium Elektronika Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Makassar

LATAR BELAKANG
Transistor pertama kali ditemukan oleh William Schoktly pada tahun 1951,
komponen semikonduktor yang dapat menguatkan sinyal elektronik seperti sinyal radio
dan televisi. Transistor telah banyak menghasilkan penemuan alat semikonduktor lain
termasuk rangkaian terpadu (Integrated Circuit, IC), suatu komponen kecil yang
mengandung ribuan transistor miniature, karena IC lah komputer modern dan keajaiban
elektronik lainnya dapat terjadi.
Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian
analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio. Dalam
rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. rupa
sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori, dan komponen-komponen lainnya.
Ada dua macam transistor yaitu transistor dwikutub (bipolar) dan transistor
efek medan (FET), dimana pada transistor bipolar mempunyai tiga terminal yaitu basis,
kolektor dan emitor dan memiliki dua tipe yaitu NPN dan PNP. Secara umum transistor
berfungsi sebagai penguat dalam suatu rangkaian, pemutus dan penghubung arus. Dimana pada
praktikum kali ini kita ingin lebih memahami mengenai transistor bjt (bipolar) ketika berfungsi
sebagai penguat dimana sangat penting untuk diketahui karena prinsip dasar ini sangat sering
digunakan di alat-alat elektronika sekarang ini dan merupakan salah satu prinsip dasar dalam
elektronika.

TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami proses kerja transistor bipolar (BJT) sebagai penguat yang dikendalikan oleh arus
2. Merancang amplifier dengan sebuah transistor
3. Menentukan besar penguatan transistor berdasarkan teori dan praktikum

KAJIAN TEORI
Analisis dan perancangan sebuah penguat (amplifier) transistor membutuhkan pemahaman
mendasar tentang dua komponen utama, yaitu : komponen dc dan komponen ac. Komponen ac
merupakan komponen sinyal input yang akan dikuatkan pada outputnya sedangkan komponen
dc merupakan tegangan bias yang harus diterapkan pada rangkaian untuk membuat transistor
dapat bekerja pada daerah aktifnya. Teorema superposisi sangat dibutuhkan dalam hal ini dan
penyelidikan terhadap kondisi-kondisi dc dapat dipisahkan secara total dari respon ac. Akan
tetapi, perlu diingat bahwa setiap tahap selama proses analisis dan perancangan, pemilihan
parameter-parameter dc yang diperlukan akan berakibat pada respon ac, begitu pula sebaliknya.
(Tim Elektronika,2016)
Kunci dalam menganalisis sinyal kecil ac transistor adalah dengan menggunakan rangkaian
setara (model) yang diperkenalkan dalam unit ini. Jika rangkaian setara ac telah ditentukan,
simbol komponen yang digunakan dapat digantikan dalam skema oleh rangkaian setara ini dan
metode dasar dari analisis rangkaian ac (analisis tautan, analisis pusat, teorema Thevenin) dapat
diterapkan untuk menentukan respon rangkaian.
Secara singkat, rangkaian setara ac transistor bipolar dapat ditentukan sebagai berikut.
1 Mengatur semua sumber dc menjadi nol dan mengganti posisinya oleh sebuah rangkaian
hubungsingkat,
2 Mengganti semua kapasitor dengan sebuah rangkaian hubungsingkat,
3 Mengganti semua elemen yang dipintas oleh kapasitor dengan rangkaian hubungsingkat.
Pada bagian ini akan diperkenalkan model re dan rangkaian setara hybrid untuk
menganalisis sinyal ac penguat transistor bipolar untuk konfigurasi common emitter
yang hubungannya dapat dilihat pada gambar berikut. (Tim Elektronika.2016)

1 ro

hoe
(a) (b)

Gambar 3.1. (a) Model setara hybrid, (b) model re.

Berdasarkan Gambar di atas, terlihat adanya kesetaraan antara model setara hybrid dengan
model re sebagai berikut.
1
ro
hoe
hie = re ; hfe = ; (jika diketahui)
26 mV
re
IE
di mana resistansi emitter re ditentukan berdasarkan pendekatan : , di
mana IE adalah arus emitter yang diperoleh dari analisis dc rangkaian.
Sebagai rangkaian uji dalam mengkaji fungsi transistor bipolar sebagai penguat
tegangan, digunakan rangkaian penguat transistor bipolar 1 tahap system pembagi
tegangan seperti pada gambar berikut.
Gambar 3.2. Rangkaian Penguat BJT 1 Tahap dengan Pembagi Tegangan.

Bagian yang berada dalam kotak bergaris putus-putus dapat diganti dengan
rangkaian setara berikut.
Analisis dc rangkaian di atas untuk memperoleh IE menghasilkan :

dengan

dengan demikian, diperoleh :

Selanjutnya, IE dapat ditentukan : IE IC = IB


Penerapan rangkaian setara re pada rangkaian penguat di atas akan menghasilkan rangkaian
pada Gambar berikut.

Gambar 3.3. Rangkaian Setara model re dari Rangkaian Pada Gambar 3.2.

Untuk model rangkaian setara hybrid, cukup mengganti simbol parameternya


berdasarkan kesetaraannya. Besar penguatan tegangan yang dihasilkan berdasarkan
rangkaian setara di atas :
V R || r
AV o C o
Vi re
(jika menggunakan model re)
Vo h fe 1
AV RC ||
Vi hie hoe
(jika menggunakan model hybrid)
Analisis dan perancangan sebuah penguat (amplifier) transistor membutuhkan pemahaman
mendasar tentang dua komponen utama, yaitu : komponen dc dan komponen ac. Komponen ac
merupakan komponen sinyal input yang akan dikuatkan pada outputnya sedangkan komponen
dc merupakan tegangan bias yang harus diterapkan pada rangkaian untuk membuat transistor
dapat bekerja pada daerah aktifnya. Teorema superposisi sangat dibutuhkan dalam hal ini dan
penyelidikan terhadap kondisi-kondisi dc dapat dipisahkan secara total dari respon ac. Akan
tetapi, perlu diingat bahwa setiap tahap selama proses analisis dan perancangan, pemilihan
parameter-parameter dc yang diperlukan akan berakibat pada respon ac, begitu pula sebaliknya.
Sinyal keluaran dari sebuah penguat, selain di harapkan menjadi lebih besar, juga
mempunyai bentuk serupa dengan masukannya. Untuk maksud ini transistor harus dioperasikan
padaa daerah yang paling linear yaitu daerah aktif. Titik operasi tidak lain adalah harga dari arus
dan tegangan dari transistor sebelum adanya sinyal masukan. Harga-harga ini ditentukan oleh
harga dari tahanan dan sumber tegangan luar yang dipasang pada rangkaian (Bambang
Purwadi,1994).
Transistor jenis BJT (bipolar junction transistor) merupakan transistor yang mempunyai dua
diode, terminal posistif atau negatifnya berdempet, sehingga ada tiga terminal. Ketiga terminal
tersebut adalah emitter (E), kolektor (C), dan basis (B). perubahan arus listrik dalam jumlah
kecil pada terminal basis dapat menghasilkan perubahan arus listrik dalam jumlah besarpada
terminal kolektor. Prinsip inilah yang mendasari penggunaan transistor sebagai penguat
elektronik. (Herman Dwi Surjono,2007)

METODE PERCOBAAN
Alat dan bahan
1. Osiloskop Sinar Katoda + Probe 1 buah
2. Audio Function Generator 1 buah
3. Multimeter 2 buah
4. Kit Percobaan Penguat Satu Transistor 1 buah
5. Power Supply 10 Vdc 1 buah
6. Kabel Penghubung 4 buah

Identifikasi variabel
Variabel manipulasi : Frekuensi (f)
Variabel respon : Tegangan Output (Vo)
Variabel kontrol : Resistansi Resistor (RB1, RB2, RE, RC) (), Kapasitansi kapasitor (C1,
C2, C3) (F), Tegangan Input (Vi(p-p)), Tegangan Sumber (VCC), Faktor
Penguatan ()
Definisi operasional variabel
1. Frekuensi adalah besarnya frekuensi yang diubah-ubah pada AFG selama praktikum dengan
satuan Hertz
2. Resistansi Resistor dalam hal ini R B1, RB2, RE, RC adalah besarnya hambatan pada tiap-tiap
kaki transistor yang diperoleh dari pembacaan gelang warna dan khusus untuk RB1
merupakan resistor variabel diukur menggunakan voltmeter dengan satuan ohm
3. Tegangan input adalah tegangan pada saat probe dihubungkan pada input rangkaian diukur
menggunakan CRO dengan satuan Volt.
4. Tegangan output adalah tegangan pada saat probe dihubungkan pada output rangkaian
diukur menggunakan CRO dengan satuan Volt.
5. Kapasitansi kapasitor merupakan kemampuan kapasitor menampung muatan dalam
rangkaian dengan satuan F.
6. Tegangan sumber merupakan tegangan yang diberikan dari luar atau yang digunakan
sebagai sumber tegangan pada rangkaian yang diukur dengan voltmeter dengan satuan Volt.
7. adalah penguatan transistor yang merupakan selisih antara arus collector dengan arus
basis.

Prosedur kerja
Menyiapkan Curve Tracer dan pelajari penggunaanya. lalu melakukan pengukuran
transistor bipolar yang akan digunakan dalam rangkaian penguat. Kemudian, merakit
rangkaian penguat BJT satu tahap seperti gambar berikut diatas papan kit.

Kemudian, menghubungkan output AFG pada frekuensi 100 Hz sinusoidal ke


terminal input penguat dan input CRO dengan terminal output penguat. Lalu amati sinyal
keluaran penguat pada layar CRO. Jika penguatan cacat, berupa gelombang terpotong, maka atur
R1 dan level amplitudo masukan secara perlahan hingga membnetuk gelombang keluaran yang
stabil. Pada kondisi sinyal keluaran stabil, naikkan frekuensi AFG dengan cepat untuk melihat
pada frekuensi berapa penguatan mulai menurun setelah itu turunkan kembali ke frekuensi awal
untuk memulai pengukuran. Setelah itu, mengukur amplitudo keluaran AFG dengan CRO dan
catat sebagai Vi lalu pindahkan probe CRO ke keluaran penguat, ukur sebagai V o. Kemudian
naikkan frekuensi AFG secara logaritmik dan catat amplitudo keluaran penguat setiap perubahan
frekuensi AFG yang dilakukan. Setelah kegiatan selesai, lepaskan sumber sinyal. Cabut R 1 lalu
ukur resistansinya dengan ohmmeter. Catat sebagai RB1

HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA


Hasil Pengamatan
C1 = 47 F = 4710-6 F C2 = 47 F = 4710-6 F C3 = 100 F = 10010-6 F
Vin = 0,14 V = 140
RC = 1 k 5% RE = 1 k 5%
RB1 = 50,9 k RB2 = 1 k 5%
Tabel 1. Hubungan antara frekuensi dengan besar penguatan tegangan
f(Hz) Vo(Volt) Vo/Vi Av(dB)
100 0,6 4,285714 12,64046
200 2,8 20 26,0206
300 3,2 22,85714 27,18044
400 3,6 25,71429 28,20349
500 3,6 25,71429 28,20349
600 3,6 25,71429 28,20349
700 3,8 27,14286 28,67311
800 4 28,57143 29,11864
900 4 28,57143 29,11864
1000 4,2 30 29,54243
2000 4,8 34,28571 30,70226
3000 4,8 34,28571 30,70226
4000 4,8 34,28571 30,70226
5000 4,8 34,28571 30,70226
6000 4,8 34,28571 30,70226
7000 4,8 34,28571 30,70226
8000 4,8 34,28571 30,70226
9000 4,8 34,28571 30,70226
10000 4,8 34,28571 30,70226
20000 4 28,57143 29,11864
30000 4 28,57143 29,11864
40000 4 28,57143 29,11864
50000 4 28,57143 29,11864
60000 4 28,57143 29,11864
70000 4 28,57143 29,11864
80000 4 28,57143 29,11864
90000 4 28,57143 29,11864
100000 4 28,57143 29,11864
200000 3,6 25,71429 28,20349
300000 3,4 24,28571 27,70702
400000 3,2 22,85714 27,18044
500000 3,2 22,85714 27,18044
600000 3,2 22,85714 27,18044
700000 2,8 20 26,0206
800000 2,8 20 26,0206
900000 2,6 18,57143 25,37691
100000
0 2,6 18,57143 25,37691
200000
0 1,6 11,42857 21,15984
Analisis Grafik

35

30

25

20

Av(dB)
15

10

0
100 1000 10000 100000 1000000 10000000

f(Hz)
Grafik 1. Perubahan besar frekuensi (Hz) mempengaruhi besar penguatan tegangan (dB)
Analisis Grafik

Lebar Pita (bandwith)


f c1=3000 Hz

f c2=30000 Hz

f =f c 2f c1

f =300003000

f =27000 Hz

Analisis Data

Penguatan Tegangan
1 Berdasarkan Teori
R2 V CC
ETH =V R 2 =
R1 + R2

1 k 10 V

50,9 k+1 k

0,19 V

RTH =R B 1 R B 2

50,9 k1 k

1 k

ETH V BE
I B=
RTH +( +1)R E

0,19V 0,7 V

1 k+(140+ 1)1 k

0,00359 mA I E = I B

1400,00359 mA

0,5026 mA
26 mV
r E=
0,5026 mA

r E=51,7

RC
A v=
rE

1 k
A v=
51,7

A v =19,3 kali

2 Berdasarkan Praktikum

V out =3,726 V

V out
A v=
V

3,726 V
A v=
0,14 V

A v =26,6 kali

% diff = |teori
ratarata |
praktikum
x 100

| |
19,326,6
x 100
% diff = 19,3+26,6
2

% diff = |22,95
7,3
|x 100
% diff = 31,8%

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, telah dilakukan percobaan analisis AC penguat BJT satu tahap,
dimana kita telah merancang sebuah amplifier dengan menggunakan satu transistor BJT.
Percobaan ini dilakukan dengan menghubungkan Audio Function Generator (AFG) dengan input
rangkaian dan Osiloskop Sinar Katoda / CRO dengan output rangkaian. Dimana AFG disini
untuk mengatur besar frekuensi yang akan masuk ke dalam rangkaian, sedangkan CRO
berfungsi sebagai media untuk kita dapat membaca besar gelombang yang terbentuk. Dimana
pada praktikum ini, frekuensi yang masuk pada rangkaian akan dinaikkan secara logaritmik
dengan menggunakan AFG sehingga amplitudo keluaran yang terbaca pada CRO akan
mengalami perubahan. Nilai frekuensi awal yang digunakan yaitu 100 Hz hingga mencapai
2000000 Hz. Pada rentang frekuensi 100 Hz-10000 Hz tegangan output terus mengalami
kenaikan kemudian mengalami penurunan ketika sampai pada frekuensi 20000 Hz dan ketika
sampai 2000000 Hz besar tegangan output tidak lagi bisa terbaca. Dari hasil percobaan ini
diplotlah sebuah grafik frekuensi dengan Av(dB) yang merupakan 20 log(Vo/Vi) seperti yang
terlihat pada grafik 1 di atas. Dari grafik terlihat bahwa terjadi kenaikan penguatan kemudian
penurunan ketika sampai pada titik Av= 30,7 dan frekuensi 20000 Hz.
Pada praktikum kali ini, pengutan tegangan secara teori yang diperoleh sebesar 19,3
sedangkan secara praktikum sebesar 26,6. Dengan membandingkan kedua hasil tersebut, dapat
diperoleh hasil perbandingannya dalam persentase sebesar 31,8%. Dimana persentase tersebut
termasuk cukup besar. Besarnya % diff tersebut dikarenakan karena banyak hal. Seperti
keterbatasan alat yang digunakan serta kekurangan ketelitian oleh praktikan pda saat melakukan
percobaan. Gelombang sinusoidal pada kurva output yang ditampilkan pada osiloskop tidak
benar-benar membentuk gelombang sinusoidal yang sempurna sesuai yang diharapkan.

KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
a Transistor BJT (dwi kutub) merupakan transistor yang berfungsi sebagai penguat yang
dikendalikan oleh arus, yang berarti arus output tergantung dengan arus inputnya.
b Perancangan penguat menggunakan satu transistor BJT yang dalam analisisnya kita
menggunakan prinsip dasar model setara re atau model setara hybrid.
c Penguatan tegangan secara teori diperoleh sebesar 19,3 dan penguatan tegangan
berdasarkan praktikum sebesar 26,6. Sehingga, diperoleh nilai perbandingan teori dan
praktek dalam % diff penguatan tegangan AV sebesar 31,8 %.

DAFTAR PUSTAKA
Tim Elektronika Dasar. 2016. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar 2. Makassar:UNM
Bambang, Purwadi ,dkk. Elektronika 1. Jakarta : Proyek Pendidikan Tenaga Akademik
Surjono D. Herman. 2007. Elektronika : Teori dan Penerapan. Yogyakarta :Cerdas Ulet Kreatif

Anda mungkin juga menyukai