Anda di halaman 1dari 2

Pengertian dan Tujuan Penghindaran

Pajak Berganda (P3B)


Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) adalah perjanjian internasional di bidang
perpajakan antar kedua negara guna menghindari pemajakan ganda agar tidak
menghambat perekonomian kedua negara dengan prinsip saling menguntungkan antar
kedua negara dan dilaksanakan oleh penduduk antar kedua negara yang terlibat dalam
perjanjian tersebut. Perjanjian ini digunakan oleh penduduk dua negara untuk
menentukan aspek perpajakan yang timbul dari suatu transaksi di antara mereka.
Penentuan aspek perpajakan tersebut dilakukan berdasarkan klausul-klausul yang terdapat
dalam tax treaty yang bersangkutan sesuai jenis transaksi yang sedang dihadapi.
Payung hukum persetujuan penghindaran pajak berganda atau P3B ini adalah Pasal 32A
Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh). Berdasarkan pasal ini Pemerintah berwenang
untuk melakukan perjanjian dengan pemerintah negara lain dalam rangka penghindaran
pajak berganda dan pencegahan pengelakan pajak.

Tujuan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda


Dari isi Pasal 32A UU PPh ini jelas bahwa dilakukannya perundingan dengan negara lain
untuk membuat perjanjian perpajakan ini memiliki dua tujuan utama yaitu pertama
menghindari pengenaan pajak berganda (avoidance of double taxation) dan yang kedua
adalah mencegah pengelakan pajak (prevention of fiscal evasion). Di samping dua tujuan
utama tersebut, terdapat pula tujuan lain yang sebenarnya merupakan akibat bila dua
tujuan utama di atas dicapai. Dalam penjelasan Pasal 32A UU PPh juga ditegaskan bahwa
perjanjian perpajakan yang dilakukan pemerintah ini adalah dalam rangka peningkatan
hubungan ekonomi dan perdagangan dengan negara lain. Suatu perjanjian perpajakan atau
tax treaty bertujuan pula untuk mendorong arus modal, teknologi, dan keahlian ke suatu
negara. P3B juga akan memberikan kepastian hukum kepada Wajib Pajak, memperlancar
transaksi ekonomi antar negara dan meningkatkan kerjasama antar negara.

Menghindari Pajak Berganda (Double Taxation)


Dalam menerapkan ketentuan perpajakan, yurisdiksi perpajakan suatu negara akan
berinteraksi dengan yurisdiksi perpajakan negara lainnya. Interaksi dua yurisdiksi
perpajakan dua negara ini biasanya akan menimbulkan pajak berganda. Pajak berganda ini
timbul karena dua yurisdiksi perpajakan mengenakan pajak kepada penghasilan yang sama
yang dimiliki oleh subjek pajak yang sama. Misalkan seseorang bernama Mr. X yang
merupakan warga negara A mendapatkan penghasilan yang bersumber dari negara B.
Ketentuan pajak negara A akan mengenakan pajak atas penghasilan yang diterima oleh
warganegaranya dari manapun sumber penghasilan tersebut. Di lain pihak, ketentuan
pajak negara B juga mengenakan pajak terhadap penghasilan yang bersumber dari
negaranya walaupun penerimanya bukan warga negara atau bukan penduduk negara B.
Nah dalam kasus ini Mr. X akan dikenakan pajak dua kali oleh negara A dan negara B.
Pajak berganda juga bisa timbul jika seseorang atau badan memenuhi definisi sebagai
subjek pajak dalam negeri (residence) dua negara. Dengan kondisi ini maka orang atau
badan ini akan dikenakan pajak dua kali juga atas seluruh penghasilannya. Masalah ini
biasa dikenal dengan istilah masalah dual residence. Untuk memecahkan masalah akibat
penerapan ketentuan perpajakan dua negara, maka kedua negara perlu melakukan
perundingan untuk membuat persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B). Dalam P3B
ini nantinya akan diatur tentang hak pemajakan masing-masing negara untuk jenis-jenis
penghasilan tertentu. Dalam kasus dual residence, suatu P3B akan membuat ketentuan
sedemikian sehingga seseorang atau badan hanya akan menjadi residence (subjek pajak
dalam negeri) dari satu negara saja. Ketentuan ini biasa disebut Tie Breaker Rule yang
biasanya dimuat dalam Pasal 2 P3B.
Dalam P3B juga biasanya akan diatur mengenai corresponding adjutment dalam kasus
transfer pricing serta memuat ketentuan tentang metode penghilangan pajak
berganda. Corresponding adjutmentmengandung makna bahwa jika satu negara
melakukan koreksi harga dalam suatu transaksi dengan lawan transaksi di negara lain,
maka negara lain juga harus melakukan koreksi sebaliknya agar pengenaan pajak tidak
berganda.

Mencegah Pengelakan Pajak


Menghindari pajak bisa dilakukan dalam bentuk tax avoidance dan tax evasion. Tax
avoidance biasanya dilakukan masih dalam koridor ketentuan perpajakan. Apabila
penghindaran ini dilakukan masih sesuai dengan maksud dari pembuat ketentuan, maka
penghindaran ini tidak menjadi masalah. Namun demikian, jika penghindaran ini dilakukan
dengan mengakali peraturan yang tidak sesuai dengan maksud pembuat undang-undang
maka jenis penghindaran ini perlu dipermasalahkan.
Contoh dari pengindaran pajak yang mengakali ketentuan ini misalnya dengan membuat
modal sebagai pinjaman dengan harapan dividen bisa disebut bunga sehingga bisa
dibiayakan. Praktek menggunakan harga transfer (transfer pricing) dalam transaksi
internasional dengan menggeser laba ke negara dengan low tax rate juga merupakan salah
satu jenis penghindaran pajak seperti ini. Dalam kasus lain, bentuk penghindaran pajak ini
bisa berupa membuat transaksi yang semu walaupun legal form nya benar. Transaksi semu
ini dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat dari suatu tax treaty dimana jika transaksi
dilakukan dengan cara yang seharusnya maka dia tidak akan mendapat manfaat dari
suatutax treaty. Pendirian conduit company, paperbox company atau special purpose
company biasanya digunakan untuk mendapatkan manfaat suaty tax treaty.
Penghindaran pajak dalam bentuk tax evasion bermakna penghindaran pajak dengan
melanggar ketentuan pajak seperti tidak melaporkan penghasilan atau membebankan
biaya fiktif. Dengan demikian, tax evasion berdimensi illegal dan kriminal. Untuk
mencegah terjadinya penghindaran dan pengelakan pajak dalam suatu transaksi
internasional, suatu perjanjian perpajakan biasanya memuat ketentuan tentang
pertukaran informasi. Informasi dari negara lain dapat digunakan untuk menyelesaikan
kasus-kasus penghindaran atau pengelakan pajak seperti kasus treaty
shopping(memanfaatkan ketentuan tax treaty yang tidak semestinya), kasus transfer
pricing ataupun kasus tindak pidana perpajakan.

http://memebali.blogspot.co.id/2013/06/pengertian-dan-tujuan-
penghindaran.html

Anda mungkin juga menyukai