PENDAHULUAN
A. JUDUL
2. Aktualitas
2
SDGs (Sustainable Development Goals) merupakan sebuah program
pembangunan berkelanjutan berupa pembangunan dunia yang bertujuan untuk
kesejahteraan manusia dan planet bumi yang diterbitkan pada tanggal 21
Oktober 2015. Program ini menggantikan program sebelumnya yaitu MDGs
yang berlaku mulai tahun 2000-2015. MDGs merupakan sebuah paradigma
pembangunan global yang dideklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi Milenium
oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada
bulan September 2000. Adanya MDGs diintegrasikan dengan pembangunan
nasional dalam upaya menangani penyelesaian terkait dengan isu-isu yang
sangat mendasar tentang pemenuhan hak asasi dan kebebasan manusia,
perdamaian, keamanan, dan pembangunan.
2 Lihat http://jabarprov.go.id/index.php/news/10386/2014/12/16/Desa-Ciporeat-Desa-Pertama-SBS-Di-Kabupaten-Bandung
3
berupa partisipasi aktif dalam kegiatan gotong royong serta swadaya
pembiayaan pembangunan jamban sehat.
3. Orisinalitas
C. LATAR BELAKANG
Melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era digital saat ini,
permasalahan-permasalahan sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan, gejolak politik
hingga degradasi lingkungan menuai munculnya isu-isu pembangunan dan
kesejahteraan bagi masyarakat. Negara-negara di dunia, bahkan setiap wilayah dalam
satu negara pun berlomba-lomba mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui
berbagai kebijakan politik, ekonomi, dan sosial. Utamanya realisasi dari kebijakan di
negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia masih belum optimal antara satu
daerah dengan daerah lain, di mana faktor jumlah penduduk, sumber daya manusia yang
rendah masih menjadi tembok penghalang bagi kesuksesan pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat. Indonesia memiliki jumlah penduduk 257.912.349 jiwa (per
30 Juni 2016)3 yang mana sebagian besar berdomisili di Pulau Jawa. Informasi dan
statistik menunjukkan bahwa selain permasalahan kemiskinan, banyak Provinsi hingga
Desa di Pulau Jawa yang masih berkutat permasalahan kesehatan dan lingkungan yang
sangat sulit untuk diatasi pemerintah.4
3 Pernyataan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI, Tjahjo Kumolo, dikutip dari Harian Online Tribun Jateng Kamis, 1
September 2016
5
Oleh karena itu setiap daerah di Indonesia saat ini memiliki program-program
yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mempermudah
kesempatan bersama dalam mengakses berbagai kebutuhan ekonomi, politik,
pendidikan, kesehatan serta lingkungan. Menajamkan pandangan terhadap permaslahan
di berbagai desa di kabupaten Bandung Kabupaten Bandung merupakan bagian dari
wilayah pengembangan metropolitan Bandung, yang mempunyai luas 176.239 km 2
dengan jumlah penduduk 3.174.499 jiwa terdiri dari 1.617.513 laki-laki dan 1.556.986
perempuan (BPS 2010), yang merupakan hiterland serta daerah penyangga ibukota
Propinsi Jawa Barat. Namun Kabupaten Bandung juga sama seperti daerah lainnya,
masih menghadapi persoalan kesehatan dan lingkungan yang sulit diatasi. Sebagian
masyarakat Kabupaten Bandung memiliki kebiasaan atau perilaku buruk berupa masih
seringnya melakukan buang air besar sembarangan (BABS). Menurut Kepala Bidang
Permukiman, Dinas Perumahan Tata Ruang dan Kebersihan (Dispertasih) Kab.
Bandung, Dedi Mulyadi, pada tahun 2014 terdapat 47,2 persen warga yang tidak
memiliki akses terhadap sanitasi yang layak sehingga sebagian besar dari mereka masih
melakukan buang air besar sembarangan (BABS) di Kabupaten Bandung. Perilaku
buruk tersebut tentu memiliki dampak buruk terhadap lingkungan hidup, lingkungan
akan tercemar dan kemudian memunculkan banyak penyakit yang mengancam warga.
6
pemerintahan daerah dan secara resmi telah dicantumkan dalam Perda Nomor 4/2013
tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik dan Peraturan Bupati Nomor 53/ 2014
tentang Penyelenggaraan Sanitasi Terpadu Berbasis Masyarakat untuk meningkatkan
pola perilaku sehat dan partisipasi aktif masyarakat agar tetap menjaga kebersihan
lingkungan di Kabupaten Bandung.
Jika dilihat dari gerakan pembangunan desa yang dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Bandung, maka tidak jauh berbeda dengan gerakan pembangunan desa yang
cukup terkenal di Korea Selatan. Pemerintah Korea Selatan pada tahun 1970 pernah
mengembangkan sebuah program bernama Saemul Undong yaitu strategi untuk
membangun serta meningkatkan perekonomian, sosial dan budaya masyarakat Korea.
5 Sumber : http://www.bandungkab.go.id/arsip/desa-ciporeat-desa-sbs-pertama-di-kabupaten-bandung
7
Hadirnya gerakan pembangunan desa tersebut membuat Korea Selatan bangkit dari
keterpurukan dan kemiskinan yang melilit masyarakat Korea sampai pada akhir tahun
1960 dan setelah tahun itu negaranya bangkit dan mampu menjadikan Korea Selatan
sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Prinsip Saemul
Undong sendiri hampir sama dengan program Sabilulungan yaitu mengedepankan kerja
sama, gotong royong maupun kemandirian masyarakat dalam membangun dan
mengerahkan berbagai potensi daerahnya masing-masing.
Persoalan rumah tidak layak huni, perilaku tidak sehat warga, serta
pencemaran lingkungan di desa-desa merupakan pekerjaan rumah berat bagi Pemerintah
Kabupaten Bandung. Penerbitan Kebijakan Sabilulungan RAKSA Desa merupakan
salah satu upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung untuk mengatasi masalah-
masalah kesehatan lingkungan dan mayarakat. Pemerintah, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM/NGO), dan masyarakat itu sendiri harus intensif mengawal kebijakan
yang diluncurkan tahun 2010 tersebut agar dapat mencapai tujuannya, yakni terciptanya
masyarakat serta lingkungan rumah tinggal yang layak dan sehat agar masyarakat lebih
sejahtera.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah yang muncul yaitu:
E. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Substansial
2. Tujuan Operasional
8
- Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam
pengembangan studi Departemen Pembangunan Sosial dan
Kesejahteraan. Kemudian, penelitian ini diharapkan mampu
menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.
F. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Substansial
2. Manfaat Operasional
G. KERANGKA TEORI
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Fungsional Struktural.
Teori ini dipelopori oleh Talcott Parson yang memandang masyarakat sebagai sebuah
sistem yang terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur sistem yang saling terkait dan
bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing, sehingga setiap sistem yang ada
9
memberikan kontribusi agar terjadi suatu keseimbangan (equilibrium). Kemudian teori
ini menyatakan apabila sebuah sistem dalam masyarakat terjadi kerusakan maka sistem
yang lain tidak akan berfungsi dengan baik. Berdasarkan asumsi yang dipaparkan oleh
Talcott Parson bahwa sistem yang berlangsung di dalam masyarakat akan mempengaruhi
fungsi-fungsi dari pihak terkait seperti hubungan masyarakat dengan pemerintah serta
lembaga-lembaga lain yang saling membentuk sistem masyarakat. Pada pembahasannya
Parson mendefinisikan sistem sosial sebagai sistem yang terdiri dari sejumlah aktor-
aktor individual yang saling berinteraksi dalam situasi yang sekurang-kurangnya
mempunyai aspek lingkungan atau fisik, aktor-aktor yang mempunyai motivasi dalam
arti mempunyai kecendrungan untuk mengoptimalkan kepuasan yang hubungannya
dengan situasi mereka didefinisikan dan dimediasi dalam term system simbol bersama
yang terstruktur secara kultural (Parsons, 1951:5-6). Adapun empat skema yang menjadi
acuan untuk dapat mempertahankan fungsi sistem sosial di dalam masyarakat yaitu:
b) Goal Attainment : fungsinya sangat penting untuk pencapain tujuan utama sebuah
sistem dan memperoleh hasil yang akan dicapai.
10
kebijakan diperlukan mengetahui pengertian kebijakan sosial. Kebijakan sosial adalah
penyediaan publik atas barang (privat atau publik) dan pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia (Devereux dan Cook, 2000). Menurut Mkandawire (2001),
kebijakan sosial adalah intervensi-intervensi kolektif yang secara langsung berpengaruh
pada transformasi kesejahteraan sosial, institusi-institusi sosial, dan hubungan-
hubungan sosial. Kemudian secara teknis implementasi kebijakan menurut Merilee S.
Grindle (1980) menjelaskan bahwa dalam implementasi kebijakan merupakan sebuah
upaya untuk menciptakan hubungan yang memungkinkan tujuan dari kebijakan dapat
terealisasikan sehingga dapat mewujudkan hasil akhir yang diinginkan. Adapun deskripsi
dari model kebijakan yang di paparkan oleh Grindle yaitu:
a. Tujuan yang ingin dicapai ialah bagian dari tujuan kebijakan yang mengarah pada
tujuan atau fokus kebijakan tersebut.
b. Program aksi dan proyek individu yang didesain dan dibiayai, dalam hal ini
pemerintah memberikan program yang melibatkan partisispasi masyarakat serta
individu untuk memperoleh hasil akhir dari tujuan yang ingin dicapai bersama.
Adapun pelaksanaan program aksi dan proyek individu tersebut dipengaruhi oleh
dua kerangka kebijakan:
2.Tipe manfaat
5.Pelaksana program
c. Hasil dari kebijakan menurut Grindle yaitu akan berdampak pada masyarakat,
individu, dan kelompok serta perubahan maupun penerimaan oleh masyarakat.
Proposisi Pengetahuan
7Notoatmodjo S, 2003, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta:
Rineke Cipta Jakarta.
12
dalam penelitian ini sehingga proposisi pengetahuan diturunkan menjadi variabel tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat, sanitasi air, dan lingkungan.
Proposisi Komunikasi
Proposisi Tujuan
13
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin didapat atau dicapai. Beberapa tujuan dari
dibuatnya sebuah kebijakan adalah untuk membantu masyarakat agar dapat terbebas dari
masalah dan berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Masyarakat yang mendapat
manfaat positif dari kebijakan tentunya akan menjadi lebih baik. Keberhasilan program
Sabilulungan RAKSA Desa di Desa Ciporeat, diharapkan mampu membuat seluruh
warganya mempunyai kesadaran penuh terhadap perilaku hidup sehat, utamanya tidak
lagi buang air besar sembarangan. Dalam kata lain, tujuan pemerintah melalui kebijakan
ini tercapai dan masyarakat pun puas serta mengalami perubahan ke arah yang lebih
baik. Dalam menjelaskan proposisi tujuan ini, maka kami menurunkannya menjadi
variabel tingkat keberhasilan implementasi program.
14
H. HUBUNGAN ANTAR VARIABEL
Pengetahuan akan pentingnya lingkungan bersih dan sehat tidak akan berarti
tanpa adanya partisipasi aktif masyarakat untuk mengaplikasikan pemahaman akan
lingkungan yang sehat tersebut. Semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat
melalui tingkat pastisipasi, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan
implementasi program yang dapat dilaksanakan.
15
Sosialisasi merupakan suatu proses belajar seseorang untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan norma-norma supaya bisa berpartisispasi
sebagai anggota dalam kelompok masyarakat. Sosialisasi diyakini dapat
meningkatkan integritas masyarakat sebagai satu kesatuan yang memiliki kesamaan
nilai-nilai dan norma-norma dalam suatu lingkup kehidupan. Dalam program
Sabilulungan RAKSA Desa ini, sosialisasi merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan program. Sosialisasi yang dilakukan dalam rangka meningkatkan
integritas serta pengetahuan masyarakat akan program yang sedang dilaksanakan.
Keberhasilan suatu program kerja dapat dipengaruhi oleh sejauh apa sosialisasi yang
dilakukan guna mendukung program yang sedang dilaksanakan tersebut. Semakin
sering tinggi intensitas sosialisasi melalui tingkat partisipasi, maka semakin tinggi
pula tingkat keberhasilan implementasi program Sabilulungan RAKSA Desa ini.
I. DEFINISI KONSEP
Tahu (Know). Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menyatakan (Notoatmodjo, 1993).
16
Penerapan (Application). Penerapan adalah kemampuan menggunakan atau
menafsirkan suatu bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru atau konkrit, seperti
menerapkan suatu dalil, metode, konsep, prinsip, dan teori. Kemampuan ini lebih tinggi
nilainya daripada pemahaman (Notoatmodjo, 1993).
17
c.) Tingkat Partisipasi (Z)
J. DEFINISI OPERASIONAL
18
Sabilulungan RAKSA
Desa.
Kemampuan masyarakat
Penerapan Kualitas penerapan dalam menerapkan hasil
(Application) pengetahuan dari pemahamannya
mengenai program
Menangkap permasalahan
serta kemampuan
masyarakat Desa Ciporeat
membedakan pokok
persoalan dan yang bukan
Analisis Kemampuan pokok persoalan (prioritas
Bagaimana cara
pemerintah melakukan
19
sosialisasi kepada
masyarakat
20
Bagaimana interaksi antar
kelompok dan membangun
Partisipasi Interaksi, kerjasama/
potensi gotong royong
Tingkat Kolektif gotong royong
Melihat kontribusi individu
Partisipasi Partisipasi Kesadaran dan
dalam pelaksanaan
Individu kemandirian individu
pembangunan Jamban
Sehat
Gambaran kebersihan
lingkungan, sanitasi air
yang baik dan rumah layak
huni, juga penyampaian
Tingkat
informasi dan pengelolaan
Keberhasilan komponen
yang baik oleh pemerintah
Program keberhasilan seperti
- kepada masyarakat.
Sabilulungan lingkungan, sanitasi
Sebaliknya melihat indikasi
RAKSA air, rumah layak huni.
perubahan pola perilaku
Desa
masyarakat yang lebih
kondusif sebagai dampak
dari program Sabilulungan
RAKSA Desa.
K. ASUMSI
21
mempunyai tujuan tertentu yang harus diikuti dan dilakukan oleh pelakunya untuk
memecahkan suatu masalah. Program Sabilulungan RAKSA Desa merupakan kebijakan
yang hadir sebagai betuk upaya penyelesaian masalah kesehatan serta kebersihan yang
terjadi di Kabupaten Bandung, dan menjadi daerah fokus penelitian ini adalah Desa
Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang.
Ada beberapa hal yang menjadi fokus dalam penelitian ini: Pertama, tingkat
pengetahuan masyarakat dapat mempengaruhi pengimplementasian program
Sabilulungan RAKSA Desa, khususnya di Desa Ciporeat. Tingkat pemahaman ini
mencakup mengetahui (know), memahami (understanding), menerapkan (application),
menganalisis (analysis), sintesi (synthetic), dan evalusi (evaluation). Kedua, intensitas
sosialisasi dalam masyarakat yang terjadi baik antar warga, maupun warga-pemerintah
dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi program Sabilulungan RAKSA Desa.
Kemudian, tingkat partisipasi masyarakat menjadi tolak ukur dalam menggerakkan
komponen-komponen dalam sistem masyarakat untuk mencapai tujuan program tersebut,
yaitu terciptanya masyarakat dan lingkungan rumah tinggal layak serta sehat yang
merupakan salah satu aspek kesejahtera.
1. Tingkat pengetahuan berlaku apabila masyarakat memiliki pengetahuan dalam hal sanitasi
serta kesehatan lingkungan, baik dalam tingkatan tahu, memahami, menerapkan,
menganalisis, sintesi, maupun evalusi, yang mempengaruhi tingkat keberhasilan
pengimplementasian program Sabilulungan RAKSA Desa melalui tingkat partisipasi.
3. Tingkat partisipasi berlaku apabila masyarakat terlibat dalam segala kegiatan terkait
program Sabilulungan RAKSA Desa yang ada di Desa Ciporeat sehingga berpengaruh
terhadap tingkat keberhasilan implementasi program.
22
L. HIPOTESIS
I. Hipotesis Mayor
- Jika tingkat pengetahuan masyarakat tinggi dan tingkat partisipasi tinggi, maka
tingkat keberhasilan implementasi program akan tinggi.
- Jika intensitas sosialisasi tinggi dan tingkat partisipasi tinggi, maka tingkat
keberhasilan implementasi program akan tinggi.
X1
Z Y
X2
Keterangan :
X2 = Intensitas Sosialisasi
Z = Tingkat Partisipasi
23
c. Dependent Variable / Variabel Terikat
24
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Metode Pelaksanaan
Penelitian ini menggunakan metode survei kuantitatif yang bersifat explanatory survey
(confirmatory), artinya dilakukan untuk menjelaskan hubungan kausal dan menguji
hipotesis. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi dalam bukunya yang berjudul Metode
Penelitian Survai (2008:3) menyatakan bahwa metode penelitian survai adalah informasi
yang dikumpulkan dari responden dengan menggunakan alat pengumpul data utama yaitu
kuesioner. Penelitian survai merupakan penelitan yang mengambil sampel dari keseluruhan
jumlah populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang paling
pokok.
Variabel merupakan salah satu unsur yang terpenting dalam penelitian kuantitatif.
Menurut Hagul, Manning dan Singarimbun (1989) adalah konsep yang diberi lebih
dari satu nilai. Setelah mengemukakan beberapa proposisi berdasarkan konsep dan teori
tertentu, kemudian peneliti akan menentukan variabel-variabel penelitian. Antara
variabel satu dengan variabel yang lain pada dasarnya memiliki hubungan yang dapat
menjelaskan fenomena sosial. Hubungan antar variabel yang paling mendasar adalah
hubungan antar variabel bebas/pengaruh (independent variable) dengan variabel
terikat/terpengaruh (dependent variable). Di samping itu terdapat variabel yang secara
teoritis mempengaruhi hubungan yang tidak langsung dengan variabel terikat dan
variabel bebas, variabel tersebut dinamakan variabel antara (intervening variable).
X1 : Tingkat Pengetahuan/Pemahaman
25
Z : Tingkat Partisipasi
Menurut Ida Bagoes Mantra dan Kasto (dalam Metode Penelitian Survai;
1995), Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-
cirinya akan diduga. Populasi dapat juga dibedakan menjadi 2 yaitu populasi sampel
dengan populasi sasaran. Perbedaan antara populasi sampel dan populasi sasaran terletak
pada jenis spesifikasinya dimana populasi sampel ditujukan pada sebagian kerangka atau
wadah dari suatu unit analisa, sedangkan secara spesifik populasi sasaran ditujukan pada
suatu unit yang menjadi analisa atau sasaran penelitian. Guna memahami ke dua jenis
populasi sekaligus mengetahui populasi yang diambil dalam penelitian ini. maka
populasi sampel dalam penelitian ini adalah penduduk Desa Ciporeat; sedangkan
populasi sasaran adalah penduduk per rumah tangga sesuai dengan data yang tercantum
dalam Kartu Keluarga (KK).
Populasi sasaran yang diambil dalam penelitian ini adalah penduduk per rumah
tangga sesuai dengan data yang tercantum dalam Kartu Keluarga (KK) di Desa Ciporeat.
Hal ini berarti penduduk yang kami jadikan sebagai populasi sasaran adalah sejumlah
total KK di Desa Ciporeat. Populasi sasaran berdasarkan KK ini diambil dengan
pertimbangan bahwa setiap anggota di dalam sebuah keluarga memiliki pola hidup yang
lebih sehat yang diwujudkan melalui Pembangunan Jamban Sehat dalam program
Sabilulungan Raksa Desa yang melibatkan keswadayaan masyarakat di Desa Ciporeat.
Sehingga kami berasumsi bahwa pendapat dari salah satu anggota keluarga akan
merepresentasikan dari keseluruhan anggota keluarga dan populasi sasaran yang
digunakan juga akan merepresentasikan pendapat dari seluruh penduduk Desa Ciporeat
dengan lebih efektif.
Sementara itu, sampel merupakan bagian penting dalam sebuah populasi untuk
menentukan fokus penelitian ini, dalam sampel data yang diambil hanya sebagian dari
keseluruhan populasi yang akan digunakan untuk menentukan sifat atau ciri dari suatu
populasi. Kemudian untuk memastikan bahwa sampel yang diambil dapat mewakili
26
populasi yang kami teliti, maka populasi sasarannya ialah sejumlah 716 KK yang
tersebar di 9 RW Desa Ciporeat.
a. Kepustakaan
Penelitian ini tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak didukung oleh
literatur-literatur lain yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Ketika kondisi
dan situasi tidak memungkinkan peneliti untuk mencari langsung data pada tempat yang
dijadikan objek penelitian, maka metode kepustakaan adalah alternatif lain yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan data serta informasi yang dicari. Metode kepustakaan
tidak hanya dipergunakan pada waktu sebelum peneliti melakukan penelitian, namun
juga digunakan sejak perencanaan hingga pelaporan. Di samping itu studi kepustakaan
juga berperan untuk mengidentifikasi penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, sehingga dapat menjadi informasi tambahan penelitian dan juga dapat
menghindarkan dari tindak plagiarism penelitian sebelumnya. Pengetahuan atau
wawasan teori yang didapat oleh peneliti bersumber dari studi kepustakaan yang
dilakukan. Metode kepustakaan ini dilakukan dengan melakukan kajian terhadap buku-
buku, media, jurnal, web blog serta studi kepustakaan lain yang relevan dengan
27
penelitian. Berkat peran studi kepustakaan, peneliti tidak terhambat oleh masalah
jarak,ruang, dan waktu untuk mendapatkan informasi.
b. Kuesioner
c. Wawancara
Saat melakukan penentuan skor, ada dua hal yang harus diperhatikan oleh
peneliti. Pertama, peneliti harus membuat keputusan tentang jenjang (range score) untuk
indeks yang telah disusunnya. Kedua, peneliti menentukan skor yang akan diberikan
pada setiap jawaban dari masing-masing pertanyaan.
Dalam penelitian survei ini, jawaban yang diberikan oleh responden memiliki
skor tertentu yang bergerak antara 1 sampai 3. Peneliti memberikan penentuan skor
28
menggunakan skala, salah satunya dengan menentukan range yang lebih besar sehingga
informasi yang dikumpulkan lebih lengkap sebagai berikut :
Untuk menentukan tinggi rendah atau baik buruknya suatu variabel tertentu,
maka terlebih dulu ditentukan interval kategori, yakni selisih antara skor tertinggi
dengan skor terendah dibagi dengan banyaknya alternatif jawaban dalam skala.
a Statistika Deskriptif
Statistika deskriptif menurut Purwanto S.K (2012) adalah metode statistika yang
digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan
menjadi sebuah informasi.
29
Statistika deskriptif memberikan informasi mengenai data yang dipunyai dan
sama sekali tidak menarik kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar.
Pembahasan selanjutnya adalah berkaitan statistika deskriptif yang meliputi:
- Tabel
- Ukuran Pemusatan
- Ukuran Penyebaran
b Chi Square
Berfungsi untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara variabel data yang
diperoleh melalui observasi.
Rumus:
X 2
fo fh
Fh
Keterangan:
Db = (baris-1) (kolom-1)
F = frekuensi observasi
Fh = frekuensi harapan
X2
CC
NX2
Keterangan:
N = Jumlah total
30
Sedang untuk mengetahui tingkat asosiasi digunakan rumus sebagai berikut:
Cc max 1 1 / m
Keterangan:
Analisa ini digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara dua variabel
(variabel bebas dan variabel terikat).
Rumus:
n XY X Y
rxy
n X X n Y Y
2 2 2 2
Keterangan:
n = jumlah sampel
X = variabel bebas
Y = variabel terikat
d Korelasi Ganda
Analisis ini digunakan untuk mengukur derajat hubungan antara satu variable
terikat dengan kombinasi keseluruhan variabel bebas secara bersama-sama. Rumus yang
digunakan sebagai berikut :
a1 X 1Y a 2 X 2Y a3 X 3Y
R
Y 2
31
Untuk mengetahui taraf signifikan korelasi berganda tersebut digunakan tes
signifikasi dengan rumus :
Freg = R2(N-k-1)
(1-R)2k
Keterangan :
N = jumlah sample
(Sudjana, 1989)
e Korelasi Parsial
Rumus:
Rumus:
rY .1 2 r1.3 2 r3.Y 2
rY 1 2.3
1 r 2
1.3 2 1 r 2
3.Y 2
32
33
DATAR PUSTAKA
Buku Bacaan:
Martanto, Ucu. 2008. Kebijakan Sosial dan Kesejahteraan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada
Maslow, Abraham. 2006. On Dominace, Self Esteen and Self Actualization. Ann Kaplan:
Maurice Basset. Hlm. 153, 168, 170-172, 299-342
Suharto, Edi. 2006. Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan
Kebijakan Sosial. Bandung: Alfabeta
Unggah Laman:
Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Cilengkrang dalam Angka 2015. Diakses dari laman
https://bandungkab.bps.go.id/new/website/pdf_publikasi/Kecamatan-Cilengkrang-
Dalam-Angka-2015.pdf
Suharto, Edi. 2006. Materi Latihan: Analisis Kebijakan Sosial. Diunggah pada laman
http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_17.htm
Tribun Jateng. 2016. Data Terkini, Jumlah Penduduk Indonesia 257.9 Juta, yang Wajib KTP
182,5 Juta. Diakses pada laman http://jateng.tribunnews.com/2016/09/01/data-terkini-
jumlah-penduduk-indonesia-2579-juta-yang-wajib-ktp-1825-juta
34
Website Resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2014. Desa Ciporeat Desa Pertama SBS Di
Kabupaten Bandung. Diunggah pada laman
http://jabarprov.go.id/index.php/news/10386/2014/12/16/Desa-Ciporeat-Desa-Pertama-
SBS-Di-Kabupaten-Bandung
http://digilib.uinsby.ac.id/872/5/Bab%202.pdf
http://eprints.ung.ac.id/86/3/2013-2-86205-121409006-bab2-10012014041048.pdf
35