Anda di halaman 1dari 24

GAMBARAN SALPINGITIS ISTMICA NODOSA

PADA HISTEROSALPINGOGRAFI
REFERAT

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih


Derajat Dokter Spesialis Radiologi

Oleh : dr Eka Prasetya

NIM : 09/303015/PKU/11453

Pembimbing:

dr Hesti Gunarti, Sp Rad

Bagian Radiologi

Fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada

2013

DAFTAR ISI
Halaman
Judul.........................................................................................................
.............i

Halaman
pengesahan..............................................................................................
............ii

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN...............................................................................
.......................1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI...............................................................................
......................2
B. ANATOMI..............................................................................
....................2
C. EPIDEMIOLOGI......................................................................
....................3
D. ETIOLOGI..............................................................................
.....................3
E. PATOFISIOLOGI.....................................................................
.....................4
F. KLINIS..................................................................................
......................4
G. PEMERIKSAAN
HISTEROSALPINGOGRAFI..................................................5
H. DIAGNOSIS
BANDING..............................................................................
..5
I. TERAPI.................................................................................
......................5
III. PEMBAHASAN.................................................................................
.......................6
IV. KESIMPULAN...................................................................................
.......................9
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................................
...........10

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

Salpingitis Isthmica Nodosa (SIN) pertama kali dideskripsikan


oleh Chiari pada tahun 1887 yang mengamati inklusi epitel pada
dinding tuba fallopii pada enam pasien. SIN merupakan kondisi yang
jarang, mengenai tuba fallopii dan diperkirakan merupakan kondisi
peradangan pada tuba fallopii.1,2,3

SIN merupakan suatu kelainan yang paling banyak terjadi pada


usia subur dan lesi yang ditimbulkan merupakan akibat langsung dari
infeksi atau dapat juga merupakan predisposisi pasien tersebut
mengalami infeksi berikutnya. SIN juga berhubungan serta dengan
infertilitas dan peningkatan resiko kehamilan ektopik. 2

Penegakan diagnosis SIN penting karena hubungannya dengan


peningkatan insidensi infertilitas dan kehamilan ektopik sehingga
terapi yang optimal dan penyuluhan dapat diberikan pada pasien
dengan SIN. Karena itu diperlukan modalitas pemeriksaan yang akurat,
mudah dilakukan dan terjangkau secara ekonomi. 2 Pemeriksaan
radiologi yang memenuhi kriteria tersebut adalah histerosalpingograf
(HSG). HSG masih merupakan metode yang akurat dan efsien untuk
mendiagnosis kelainan intrinsik tuba. 1,4,5,6

HSG telah menjadi pemeriksaan yang umum dan populer


dilakukan karena keuntungan-keuntungan yang diperoleh dan adanya
perkembangan dalam kedokteran reproduksi. HSG memainkan peran
yang penting dalam evaluasi abnormalitas di uterus dan tuba fallopii
terutama untuk evaluasi pada infertilitas. Salah satu abnormalitas tuba
yang dapat dideteksi dengan HSG adalah SIN. 7,8

Melihat bahwa SIN merupakan salah satu penyebab utama


infertilitas maka penulisan referat ini ditujukan untuk mengenal
gambaran HSG SIN dan diagnosis bandingnya sehingga diharapkan
dapat membantu klinisi dalam mengidentifkasi kausa infertilitas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
SIN atau disebut juga divertikulosis tuba fallopii adalah
pembentukan jaringan parut noduler pada tuba fallopii terutama
bagian dua pertiga proksimal dengan ciri adanya divertikel kecil yang
ditemukan pada pemeriksaan patologi dan radiologi. Salpingitis berarti
peradangan pada salping (tuba). Isthmica mengarah pada nama untuk
area anatomi di dekat bagian atas dari uterus (isthmus). Nodosa
berarti bentuk noduler yang terlihat secara makroskopis. 2,3
B. ANATOMI

Sepasang tuba fallopii (tuba uterina) berjalan ke lateral dari


cornu uteri pada masing-masing sisi dan berakhir di dekat ovarium.
Panjangnya sekitas 10-14 cm dan diameter luarnya sekitar 1 cm,
menghubungkan ruang peritoneal dengan cavum endometri. Ostium
yang berhubungan dengan cornu berdiameter sekitar 1,5 mm dan
ostium yang berhubungan dengan peritoneum berdiameter 3 mm.
Tuba terletak dalam cavum abdomen dan digantung oleh mesosalpinx
yang mengandung suplai darah dan syaraf. Kecuali bagian
intramuralnya tuba diliputi oleh peritoneum.7,10,11

Tiap tuba fallopii terbagi menjadi 4 regio yaitu berturut-turut dari


proksimal: segmen interstitial, isthmus, ampulla dan infundibulum.
Infundibulum pada pemeriksaan HSG tidak tampak. Segmen interstitial
atau intramural/cornual sepanjang 1-2 cm dan membentuk perbatasan
uterus-tuba (uterine-tubal junction). Bagian ini berjalan melalui dinding
uterus dan ostiumnya terbuka dalam cavum uteri. 7,10,11

Isthmus pendek sekitar 2,5-4 cm dan bermula pada saat tuba


keluar dari uterus. Lumennya sempit dengan diameter sekitar 1-2 mm
dan dinding muskulernya tebal dan terbentuk dengan baik terdiri dari 3
lapis yang berbatas tegas yaitu dari dalam longitudinal, sirkuler dan
longitudinal. 7,10,11

Ampulla memiliki panjang sekitar 4-6 cm dan merupakan bagian


tuba yang terpanjang (sekitar setengah panjang tuba), terlebar (sekitar
6 mm) dan bagian yang paling berkelok-kelok. Diameter lumennya
lebih lebar pada ujung distal daripada ujung proksimalnya. Relatif
berdinding tipis dan dikelilingi oleh 2 lapis otot polos, lapisan
longitudinal dan lapisan luar sirkuler. Fertilisasi terjadi pada regio ini.
7,10,11

Infundibulum merupakan tuba bagian paling distal yang


berbentuk corong dan terletak dekat dengan ovarium. Ostium
peritoneum terletak pada basis infundibulum dan dikelilingi oleh
fmbriae yang menyebar di atas permukaan ovarium dan satu fmbria
yang besar (fmbria ovarica) yang melekat pada ovarium. Fimbria
menjerat ovarium yang mengalami ovulasi dan mendorongnya masuk
melalui ostium tuba ke ampulla. Infundibulum dikelilingi oleh lapisan
muskuler longitudinal yang tipis. 7,10,11
Kontraksi otot yang kompleks dan terkoordinasi diperkirakan
penting untuk pergerakan ovum dari ujung distal tuba sementara pada
saat yang sama membantu pergerakan sperma dari ujung proksimal ke
10,11
ujung distal oviduct.

C. EPIDEMIOLOGI

Pertama didiagnosis pada tahun 1951 dengan pemeriksaan HSG,


SIN mengenai sekitar 5% perempuan muda dengan rerata usia 26
tahun dan banyak terjadi di Jamaica dan pada 85% kasus terjadi
uniteral.11

Suatu penelitian prospektif dan retrospektif telah dilakukan


untuk menganalisa lesi patologis pada tuba fallopii pada 200
kehamilan tuba. Pada suatu analisa retrospektif terhadap 100 kasus
kehamilan tuba, 27 kasus ditemukan SIN. Penelitian prospektif
terhadap 100 kehamilan tuba dengan pemeriksaan mikroskopis
ditemukan 57 SIN. Suatu penelitian terhadap 100 tuba fallopii yang
diperoleh dari otopsi dan spesimen bedah, 5 tuba menunjukkan SIN.
Pengamatan ini mengindikasikan suatu hubungan yang bermakna
antara kehamilan tuba dan SIN.12

D. ETIOLOGI

Etiologi SIN tidak diketahui secara pasti meskipun disebutkan


kemungkinan penyebab termasuk post inflamasi, kongenital ataupun
dapatan (tetapi bukan inflamasi).2 Chiari yang pertama kali
mendeskripsikan kelainan ini menyatakan bahwa penyebabnya adalah
salpingitis suatu kondisi peradangan pada tuba fallopii yang
kebanyakan didapat selama usia reproduktif sebagai akibat dari
infeksi. Tetapi hubungan langsung dengan proses infeksi belum dapat
dibuktikan. Beberapa laporan menunjukkan bahwa SIN suatu proses
non-inflamasi serupa dengan adenomyosis uteri dan divertikulosis
pada organ lain. Tetap walaupun begitu pasien biasanya memiliki bukti
biologis salpingitis sebelumnya mungkin memiliki titer antibodi
chlamydial serum yang tinggi dan mungkin terdapat protein membran
luar yang utama dari C.Trachomatis pada tuba yang terkena. 1,11

Creasy et al menemukan bahwa 89% tuba yang terkena SIN


terbukti mempunyai riwayat peradangan, setelah dilakukan tindakan
radiologis, tindakan bedah maupun kondisi histologis. Mereka
menyimpulkan bahwa SIN merupakan kondisi konsekuensi langsung
suatu infeksi atau juga merupakan predisposisi pasien tersebut untuk
terkena infeksi berikutnya akibat stasis dalam divertikel. 2

E. PATOFISIOLOGI

Patofsiologi SIN juga belum diketahui secara pasti. Chiari yang


mengemukakan etiologi post-inflamasi menyatakan bahwa
pertumbuhan epitel tuba yang berlebihan membentuk inklusi dalam
dinding otot yang hipertrof dan hiperplasia diakibatkan riwayat
salpingitis sebelumnya.2

Teori kongenital dikemukakan oleh Von Reclinghausen pada


tahun 1896 yang mengatakan bahwa temuan pada SIN diakibatkan
oleh sisa ductus Wolfi karena secara embriologi isthmus tuba berada
pada tempat persilangan ductus Mulleri dan Wolfi. Teori terbaru oleh
Benjamin dan Beaver memperkirakan bahwa SIN adalah anomali
dapatan, bahwa lesi dimulai sebagai proliferasi dan pembentukan kista
yang lambat dalam dinding tuba yang kemudian diikuti oleh respon
muskuler.2

F. KLINIS

SIN tidak menimbulkan gejala klinis langsung. Pasien


kebanyakan datang untuk pemeriksaan HSG dengan keluhan
infertilitas baik primer maupun sekunder dapat juga diserta dengan
riwayat kehamilan ektopik.1,13
G. PEMERIKSAAN DENGAN HISTEROSALPINGOGRAFI (HSG)

Histerosalpingograf (HSG) merupakan pemeriksaan radiologis


untuk menilai canalis endocervix, cavum uteri dan tuba fallopii dengan
menggunakan bahan kontras radiografk dan dilakukan saat fase
proliferatif pada siklus haid. Peran utama HSG salah satunya adalah
untuk mengetahui patensi tuba fallopii dalam evaluasi infertilitas. HSG
merupakan satu-satunya prosedur radiologis rutin yang dilakukan
sebagai evaluasi awal wanita infertil. 1,6,7,8 Diagnosis SIN paling baik
ditegakkan dengan HSG dimana temuan HSG yang didapatkan adalah
divertikel noduler multipel maupun jalur-jalur linier pada tuba fallopii. 2,7

H. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding SIN adalah salpingitis tuberkulosis/TB.


Salipingitis TB memiliki gejala berupa infertilitas, gangguan menstruasi
(terutama amenorrhea) dan nyeri. Kehamilan jarang terjadi dan jika
terjadi biasanya mengalami abortus atau lokasinya ekstrauterin. Pada
pemeriksaan HSG dapat ditemukan sakulasi dengan infltrasi bahan
kontras yang menyerupai temuan pada SIN.14

I. TERAPI

SIN merupakan salah satu bentuk oklusi tuba dan meskipun


beberapa bentuk oklusi tuba berespon terhadap terapi antibiotik
maupun supresi hormon, SIN terkadang memerlukan terapi bedah
karena meningkatnya resiko kehamilan tuba. Kehamilan tuba
(kehamilan ektopik) meningkat akibat jaringan parut pada canalis tuba
yang merupakan saluran yang dilewati sel telur menuju uterus. Terapi
bedah dilakukan dengan laparatomi yang dilanjutkan reseksi dan
anastomosis tuba yang mengalami oklusi. Selain lebih invasif terapi ini
memerlukan rawat inap serta pemulihan yang lebih lama. 3,15

Terapi oklusi secara non-bedah dilakukan pada kasus oklusi tuba


bagian proksimal yaitu kateterisasi tuba fallopii transcervical yang
dipandu oleh fluoroskopi. Prosedur ini dapat dilakukan pada pasien
rawat jalan dengan memakan waktu sekitar 45 menit dengan sedasi
ringan. Pada rekanalisasi tuba ini, suatu kateter dan sistem guide wire
digunakan untuk menghilangkan sumbatan, suatu teknik yang dapat
dikerjakan oleh ahli radiologi intervensional dengan hasil yang
memuaskan.15,16,17

BAB III

PEMBAHASAN

Histerosalpingograf (HSG) sekarang ini telah menjadi


pemeriksaan yang umum dilakukan akibat dari makin berkembangnya
kedokteran reproduksi. HSG berperan penting dalam evaluasi kelainan
yang berhubungan dengan uterus dan tuba fallopii. Kelainan uterus
yang dapat terdeteksi oleh HSG yaitu anomali kongenital, polip,
leiomioma, kelainan pasca pembedahan, sinekia dan adenomiosis.
Kelainan tuba yang dapat terdeteksi dengan HSG yaitu oklusi tuba, SIN,
polip, hidrosalpingx dan adhesi peritubal. Beberapa komplikasi dapat
terjadi akibat HSG terutama perdarahan dan infeksi sehingga penting
untuk waspada terhadap kemungkinan komplikasi HSG. Namun
demikian HSG tetap merupakan pemeriksaan yang berharga untuk
mengevaluasi uterus dan tuba fallopii. Dokter spesialis radiologi
seharusnya menguasai teknik HSG dan interpretasi citra HSG. 2,6,7,8

HSG paling baik dilakukan sesudah menstruasi tetapi sebelum


ovulasi biasanya antara hari ketujuh dan empatbelas dari siklus
menstruasi (fase proliferasi di mana endometrium masih tipis). HSG
tidak boleh dilakukan pada pasien hamil ataupun dengan infeksi pelvis
aktif. Pasien pada posisi lithotomi di meja sinar X. Spekulum dan
cahaya terang digunakan untuk memperlihatkan ostium cervix uteri
yang kemudian diusap dengan larutan betadin. Kanula (misalnya
kanula Leech-Wilkinson, Rubens atau Jarcho) atau kateter (kateter HSG
atau Foley) dipilih dan dipasang pada ostium uteri eksterna. Bahan
kontras diinjeksikan perlahan dengan tekanan lembut di bawah kontrol
fluoroskopi dengan volume yang cukup untuk mengisi tetapi tidak
terlalu mendistensi cavum uteri. Hal ini untuk mengurangi rasa tidak
nyaman yang dialami pasien. Spill intraperitoneal biasanya tampak jika
tuba fallopii paten. Kemudian injeksi dihentikan. Dengan manipulasi
kanula yang halus, dilakukan foto polos pada posisi supine proyeksi
anteroposterior dan oblik untuk memperoleh gambaran cavum uteri. 5,7,9

Komplikasi akibat pemeriksaan HSG antara lain: nyeri,


perdarahan, infeksi, reaksi terhadap bahan kontras serta perforasi.
Pengembangan balon dalam canalis endocervix, distensi usus akibat
pengisian bahan kontras, teknik yang kasar dan penggunaan
tenakulum dapat menambah rasa nyeri. Perdarahan biasanya ringan
dan berlangsung kurang dari 24 jam terutama jika balon kateter
mengiritasi canalis endocervix. Infeksi dapat dicegah dengan
penggunaan instrumen steril. Reaksi terhadap bahan kontras jarang
terjadi dengan penggunaan bahan kontras non-ionik osmolaritas
rendah dan larut air.5,7

Pada pemeriksaan HSG tuba normal akan nampak sebagai garis


tipis, halus dan melebar pada bagian ampula. Tuba fallopii bervariasi
tortousity/kelokannya dan lokasinya dalam cavum pelvis. Tuba paten
ditunjukkan dengan spill/tumpahan bahan kontras ke cavum
peritoneal. 5,7

Diagnosis terbaik SIN secara radiologis diperoleh dari HSG di


mana temuan khas berupa nodul divertikel (ruang yang terisi bahan
kontras di jaringan periluminal yang berhubungan dengan lumen tuba
fallopii), tunggal atau multipel maupun jalur-jalur linier di sekitar lumen
tuba terutama di pars istmica, unilateral maupun bilateral. 1,2,7 Jika
mengikuti teori oleh Chiari bahwa post inflamasi adalah etiologinya
maka gambaran divertikel diakibatkan oleh pertumbuhan epitel tuba
yang berlebihan dan membentuk inklusi dalam dinding otot yang
hipertrof dan hiperplasi mengakibatkan gambaran noduler. 2

Area noduler pada SIN berat menunjukkan beberapa kantung


yang terisi oleh bahan kontras. Tidak terdapat saluran yang dominan
yang terlihat pada saat bahan kontras mengalir di dalam tuba. Hal ini
berarti tidak terdapat saluran langsung untuk berjalannya sperma.
Kondisi ini akan meningkatkan kemungkinan kehamilan tuba. 3

Diagnosis banding SIN terutama salpingitis tuberkulosis. Temuan


HSG salpingitis TB bervariasi sesuai perubahan patologinya.
Keterlibatan tuba pada kasus TB hampir selalu bilateral tetapi
derajatnya dapat bervariasi pada kedua sisi. HSG dapat menunjukkan
sakulasi dengan infltrasi bahan kontras di sekitar tuba yang
memberikan gambaran seperti awan (cloud like appearance) atau
disebutkan sebagai sinus yang halus. Mungkin juga ditemukan
penyebaran bahan kontras yang tidak teratur menyerupai gambaran
kapas (cotton wool plug) yang disebutkan sebagai gambaran khas
salpingitis TB. Pada salpingitis TB dapat ditemukan dapat juga
ditemukan striktur fokal yang menyebabkan gambaran tuba seperti
manik-manik (beaded appearance) dan kalsifkasi dalam lumen tuba.
Tuba dapat mengerut dan kehilangan elastisitas dindingnya. Lumen
tuba mungkin mengalami konstriksi dan sedikit melebar pada bagian
paling distal yang terisi bahan kontras. Obstruksi tuba sering
ditemukan pada TB tetapi bukan patognomonik. Hidrosalping dengan
berbagai derajat dapat dijumpai. Pada tahap fbrotik, tuba kaku seperti
pipa tanpa peristaltik.8,14

Tanda utama yang membedakan SIN dengan salpingitis TB


antara lain konsistensi bentuk noduler dari divertikel pada SIN;
kelainan tuba yang hampir selalu bilateral pada salpingitis TB,
sementara SIN tidak selalu bilateral; dan lesi SIN terutama ditemukan
di bagian proksimal tuba (isthmus), sementara salpingitis TB pertama
dijumpai pada daerah ampulla (distal) dan kemudian isthmus; selain itu
pada salpingitis TB sering dijumpai kalsifkasi tuba, ovarium atau
limfonodi serta deformitas uterus.14,18
BAB IV

KESIMPULAN

Salpingitis isthmica nodosa (SIN) atau divertikulosis tuba fallopii


adalah pembentukan jaringan parut noduler dan divertikel tuba fallopii
terutama bagian proksimal. SIN diperkirakan diakibatkan oleh post
inflamasi, kongenital ataupun dapatan (tetapi bukan post inflamasi)
dan sangat berhubungan dengan kejadian infertilitas dan kehamilan
ektopik.

Terapi SIN yang merupakan salah satu bentuk oklusi tuba dapat
dilakukan dengan bedah maupun non-bedah. Terapi non-bedah
dilakukan pada kasus oklusi tuba bagian proksimal yaitu kateterisasi
tuba fallopii transcervical yang dipandu oleh fluoroskopi.
Diagnosis SIN paling baik ditegakkan dengan HSG di mana
temuan HSG yang didapatkan adalah divertikel noduler tunggal
ataupun multipel maupun jalur-jalur linier pada tuba fallopii
uni/bilateral.

Diagnosis banding SIN adalah salpingitis TB di mana pada HSG


dapat ditemukan sakulasi dengan infltrasi bahan kontras menyerupai
SIN. Tanda utama yang membedakan SIN dengan salpingitis TB antara
lain adanya konsistensi bentuk noduler dari divertikel pada SIN;
kelainan tuba yang hampir selalu bilateral; dan lesi SIN terutama
ditemukan di bagian proksimal tuba (isthmus), sementara salpingitis
TB pertama dijumpai pada daerah ampulla (distal) dan kemudian
isthmus; selain itu pada salpingitis TB sering dijumpai kalsifkasi tuba,
ovarium atau lmfonodi serta deformitas uterus.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sathyamoorthy P. Salpingitis Isthmica Nodosa: Review of Four Cases


from the General Hospital, Kota Bharu. Singapore Med J 1994; 35:65-
66.
2. Creasy JL, Clark RL, Cuttino JT, Groff TR. Salpingitis Isthmica Nodosa:
Radiologic and Clinical Correlates. Radiology 1985; 154:597-600.
3. Martin D. Cornual Occlusion. Available from:
http://www.danmartinmd.com
4. Rajah R, McHugo JM, Obhrai M. The Role of Hysterosalpingography in
Modern Gynaecological Practice. The British Journal of Radiology
1992; 65:849-51.
5. Wolf DM, Spataro RF. The Current State of Hysterosalpingography.
Radiographics 1988; 8:1041-58.
6. Dalfo AR, Ubeda B, Ubeda A, Monzo M, Rotger R, Ramos R, et al.
Diagnostic Value of Hysterosalpingography in the Detection of
Intrauterine Abnormalities: A Comparison with Hysteroscopy. AJR
2004;183:1405-09.
7. Simpson WL, Beitia LG, Mester J. Hysterosalpingography: A
Reemerging Study. RadioGraphics 2006;26:419-31.
8. Mesbahi S, Pourissa M, Refahi S, Tabarraei Y. Hysterosalpingographic
Abnormalities Infertile Women. Res.J.Biol.Sci. 2009;4:430-2.
9. Lindheim SR, Sprague C, Winter TC. Hysterosalpingography and
Sonohysterography: Lesson in Technique. AJR 2006;186:24-9.
10.Ryan S, McNicholas M, Eustace S. Anatomy for Diagnostic Imaging.
2004, Saunders, p162-6.
11.Bardawil T, Chelmow D. Fallopian Tube Disorders. 2009. Available
from http://eMedicine.com
12.Majmudar B, Henderson PH, Semple E. Salpingitis Isthmica Nodosa:
a High Risk Factor for Tubal Pregnancy. Obstet Gynecol 1983;62:73-
8.
13.Chawla N, Kudesia S, Azad S, Singhal M, Rai SML. Salpingitis Ishmica
Nodosa. J Pathol Microbiol 2009;52:434-5.
14.Tuberculous Salpingitis. Available from
http://www.medcyclopedia.com
15.Thurmond AS, Rosch J, Patton PE, Burry KA, Novy M. Fluoroscopic
Transcervical Fallopian Tube Catheterization for Diagnosis and
Treatment of Female Infertility Caused by Tubal Obstruction.
RadioGraphics 1988;8:621-40.
16.Thurmond AS, Machan LS, Maubon AJ, Hovsepian DM, Zagoria RJ, et
al. A Review of Selective Salpingography and Fallopian Tube
Catheherization. RadioGraphics 2000;20:1759-68.
17.Thurmond AS. Interventional Radiology In the Treatment of Infertility:
Fallopian Tube Catheterization. RadioGraphics 1998;18:919-22.
18.Meschan I, Nelson LH, Watson NE, Ott DJ. Obstetric and Gynecology.
In: Roentgen Signs in Diagnostic Imaging. Meschan I, editor.2nd
ed.Vol.1. Philadelphia: Saunders, 1984;317-88.
LAMPIRAN

Gambar 1. Gambaran SIN tuba fallopii kanan pada laparoskopi.


Laparoskop diarahkan ke caudal dan vesica urinaria (B) di anterior, di
sisi atas gambar. Uterus (U) di sisi kiri gambar. Bagian proksimal tuba
yang terkena membesar, noduler dan berwarna putih (panah). Area
berwarna biru adalah pewarna yang dinjeksikan lewat analis cervix
yang mengisi divertikel serosa (kepala panah).

(Sumber: Creasy JL, Clark RL, Cuttino JT, Groff TR. Salpingitis Isthmica
Nodosa: Radiologic and Clinical Correlates. Radiology 1985; 154:597-
600)

Gambar 2. Anatomi vagina, uterus, tuba fallopii dan sruktur


pendukungnya

(Sumber: Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4 th ed. Philadelphia:


Saunders, 2006;271)

Gambar 3A. Mikroradiograf potongan transversal pada spesimen tuba


fallopii yang mengalami SIN yang diisi dengan jel barium mikro.
Gambar 3B. Foto mikrograf spesimen SIN menunjukkan lumen tuba
yang sesungguhnya (L) dan banyak divertikel yang dilapisi epitel (D)

(Sumber: Creasy JL, Clark RL, Cuttino JT, Groff TR. Salpingitis Isthmica
Nodosa: Radiologic and Clinical Correlates. Radiology 1985; 154:597-
600)

Gambar 5. Histerosalpingogram normal menunjukkan lipatan canalis


endocervix normal, kontur uterus licin dan tuba fallopii normal. Kedua
tuba tampak jelas bagian interstitial, isthmus dan ampulla.

(Sumber: Simpson WL, Beitia LG, Mester J. Hysterosalpingography: A


Reemerging Study. RadioGraphics 2006;26:419-31
Gambar 6. SIN sebagai divertikel multipel yang keluar dari pars
isthmica tuba fallopii. SIN dapat unilateral maupun bilateral.

(Sumber: Simpson WL, Beitia LG, Mester J. Hysterosalpingography: A


Reemerging Study. RadioGraphics 2006;26:419-31.

Gambar 7. HSG menunjukkan SIN pada bagian proksimal tuba fallopii


sinistra (panah)

(Sumber: Creasy JL, Clark RL, Cuttino JT, Groff TR. Salpingitis Isthmica
Nodosa: Radiologic and Clinical Correlates. Radiology 1985; 154:597-
600)
Gambar 8. Divertikulosis tuba bilateral disertai hidrosalping dextra.
Salpingektomi sinistra akibat kehamilan tuba telah dilakukan
sebelumnya

(Sumber: Sathyamoorthy P. Salpingitis Isthmica Nodosa: Review of Four


Cases from the General Hospital, Kota Bharu. Singapore Med J 1994;
35:65-66)

Gambar 9. Divertikulosis tuba bilateral (panah). Pasien ini mengalami


kehamilan tuba 1 tahun setelah pemeriksaan HSG

(Sumber: Sathyamoorthy P. Salpingitis Isthmica Nodosa: Review of Four


Cases from the General Hospital, Kota Bharu. Singapore Med J 1994;
35:65-66)
Gambar 10. SIN pada pasien dengan riwayat PID (Pelvic Inflammatory
Disease). Divertikel kecil ditemukan pada pars isthmica tuba bilateral
(panah).

(Sumber: The Current State of Hysterosalpingography. Radiographics


1998;8:1041-58)

Gambar 11. Pasien dengan riwayat PID. Terdapat clubbing fmbria


sinistra (hidrosalping), divertikel SIN, dan intravasasi bahan kontras
masuk saluran limfatik

(Sumber: The Current State of Hysterosalpingography. Radiographics


1998;8:1041-58)
Gambar 12. Hidrosalping/clubbing fmbria sinistra, adhesi peritubal dan
divertikel SIN, semuanya berhubungan dengan riwayat PID

(Sumber: The Current State of Hysterosalpingography. Radiographics


1998;8:1041-58)

Gambar 13. Gambaran close-up tuba fallopii sinistra menunjukkan


divertikel

(Sumber: The Current State of Hysterosalpingography. Radiographics


1998;8:1041-58)
Gambar 14. Rekanalisasituba yang berhasil pada pasien wanita dengan
SIN

A. HSG dengan alat vacuum-cup


B. Salpingogram selektif dextra mengkonfrmasi obstruksi tuba
proksimal
C. Salpingogram selektif sinistra jga mengkonfrmasi obstruksi tuba
proksimal dan menunjukkan divertikel SIN (panah)
D. Salpingogram intratubal yang dilakukan setelah rekanalisasi
yang berhasil dengan guide wire
E. Salpingogram selektif yang dilakukan setelah rekanalisasi
menunjukkan tuba yang paten dengan nodul isthmic samar
(panah)
F. HSG yang dilakukan setelah rekanalisasi

(Sumber: Thurmond AS. Interventional Radiology In the Treatment of


Infertility: Fallopian Tube Catheterization. RadioGraphics 1998;18:919-
22)

Gambar 15. Wanita usia 28 tahun dengan TB genital

(a) Foto polos menunjukkan kalsifkasi pada sisi kiri (panah)


(b) HSG menunjukkan obstruksi isthmus tuba kiri tepat di proksimal
kalsifkasi tersebut. Terdapat juga obstruksi pars interstisialis
tuba kanan. Cavitas endometrium tampak ireguler.

(Sumber: Chavan GB, Hira P, Rathod K, Zacharia T, Chawla A, Badhe P,


et al. Female Genital Tuberkulosis: Hysterosalpingographic
Appearances, The British Journal of Radiology, 2004;77:164-9)
Gambar 16. Wanita usia 30 tahun dengan TB genital. HSG
menunjukkan oklusi tuba bilateral pada regio ampulla dengan
divertikel multipel (panah kecil). Panah kecil tebal menunjukkan
adanya hidrosalping.

(Sumber: Chavan GB, Hira P, Rathod K, Zacharia T, Chawla A, Badhe P,


et al. Female Genital Tuberkulosis: Hysterosalpingographic
Appearances, The British Journal of Radiology, 2004;77:164-9)

Gambar 17. Wanita 27 tahun dengan TB genital

(a) HSG menunjukkan obstruksi kedua tuba. Tuba kiri tampak


beaded (panah kecil). Juga tampak iregulartas cavitas
endometrium dan intravasasi bahan kontras
(b) HSG berikutnya menunjkkan divertikel multipel di pars isthmica
tuba kanan (kepala panah) mirip dengan temuan pada
salpingitis isthmica nodosa
(Sumber: Chavan GB, Hira P, Rathod K, Zacharia T, Chawla A, Badhe P,
et al. Female Genital Tuberkulosis: Hysterosalpingographic
Appearances, The British Journal of Radiology, 2004;77:164-9)

Anda mungkin juga menyukai