Diajukan Sebagai Salah Satu syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Oleh :
1127070025
2017
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Oleh :
Faisal Amir Sopyan
1127070025
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Elektro
Edi Mulyana, MT
NIP.197001062008011025
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT ataas segala rahmat dan hidayah-nya,
hingga proposal tugas akhir dengan judul Analisis Quality Of Service (Qos) Pada
Jaringan Long Term Evolution (LTE) Menggunakan Metode Benchmark Drive Test .
Proposal ini dapat diseesaikan berkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
penulis menyampaikan trima kasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak Edi Mulyana, M.T. selaku ketua jurusan Teknik Elektro Universitas
Islam Negri Sunan Gunung Djati Bandung.
2. Bapak Adam Faruqi, M.T. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penyusun.
3. Ibu Innel Lindra, M.T. selaku dosen pembimbing II yang telah memberi
bimbingan, arahan serta masukan dalam menentukan topik yang di bahas dalam
penelitian ini.
4. Orang tua yang memberikan doa dukungan semanget beserta materi.
5. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu selama penyelesaian
proposal penelitian ini.
Penyusun menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa penyusunan proposal
penelitian ini baik dalam penyusunan baik dalam penyusunan maupun isinya yang
masih terdapat kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk memperbaiki penyusunan proposal penelitian ini. Mudah mudahan
karya ini bermanfaat bagi pembaca.
ii
DAFTAR ISI
iii
2.3.2 Mobile Management Entity (MME)......................................................16
2.3.3. Serving Gateway (SGW) ......................................................................16
2.3.4. Packet Data Network Gateway (P-GW) ..............................................17
2.3.5. Home Subscriber Server (HSS) ...........................................................18
2.3.6. User Equipment (UE)...........................................................................18
2.4 Quality of Service (QoS) ..............................................................................19
2.5 Parameter Quality of Service (QoS) jaringan ...............................................19
2.5.1 Throughput ............................................................................................20
2.5.2 Received Signal Code Power (RSCP)...................................................21
2.5.3 Energy Carrier Per Noise (Ec/No ) ......................................................22
2.6 Jenis jenis layanan QoS.............................................................................23
2.6.1 Best-effort Service .................................................................................23
2.6.2 Integrated Service (IntServ) ..................................................................24
2.6.3 Differentiated Service (DiffServ) ..........................................................24
2.7 Map Info .......................................................................................................25
2.8 Drive Test .....................................................................................................27
2.9 Nemo ............................................................................................................28
2.9.1 Nemo Handy ..........................................................................................28
2.9.2 Nemo Analyze ........................................................................................29
2.10 Kepadatan Penduduk..................................................................................29
BAB III ..................................................................................................................32
3.1 Studi Literatur ..............................................................................................33
3.2 Perumusan Masalah .....................................................................................33
3.3 Penentuan perangkat simulasi dan perhitungan ...........................................33
3.4 Penentuan rute pengambilan data ................................................................35
3.5 Simulasi........................................................................................................34
3.6 Perbandingan hasil .......................................................................................35
3.7 Report dan Plotting Data..............................................................................35
3.8 Analisis.........................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA ........................................ Error! Bookmark not defined.
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Berfikir ................................................................... 7
Gambar 2.1 Blog Diagram Sistem Komunikasi......................................... 10
Gambar 2.2 Arsitektur LTE ....................................................................... 16
Gambar 2.3 eNodeB ................................................................................... 16
Gambar 2.4 MME ...................................................................................... 17
Gambar 2.5 SGW ....................................................................................... 18
Gambar 2.6 P-GW ...................................................................................... 19
Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Penelitian ........................................... 30
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Referensi .................................................................................... 4
Tabel 2.1 Klasifikasi Tipe Area ................................................................. 28
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Kepuasan pelanggan pada teknologi jaringan baru LTE dapat diukur dengan
Quality of Services (QOS), sehingga penting untuk menjaga performansi jaringan
1
tetap baik[12]. Salah satu faktor utama yang dapat menjadikan turunnya kualitas
jaringan LTE adalah pada saat jaringan tersebut digunakan pada wilayah urban
(padat penduduk) dan cuaca yang ekstrem. Kepadatan penduduk adalah
perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas area (Km2) pada suatu daerah.
Kota Bandung memiliki Jumlah penduduk sebanyak 2.481.469 jiwa pada tahun
2015. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya cukup besar. Meskipun
mengalami penurunan jumlah penduduk di tahun 2014, namun tercatat Laju
Pertumbuhan Penduduk (LPP) menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Bandung mencapai 3,715%[17]. Kepadatan pengguna dalam suatu wilayah akan
mempengaruhi kecepatan koneksi yang di terima masing-masing pengguna karena
jumlah pengguna yang terkoneksi secara bersamaan, semakin banyak jumlah
pengguna yang terkoneksi dalam sebuah jaringan maka kecepatan koneksi yang
diterima masing-masing pengguna semakin menurun.
Metode drive test dapat mengukur kualitas jaringan, sehingga dapat dilakukan
perbaikan atau optimalisasi jaringan untuk meningkatkan QOS. Sejauh ini layanan
LTE sudah banyak diterapkan di kota-kota yang mempunyai kepadatan trafik yang
tinggi seperti gedung yang ramai pengunjung. QOS dari sebuah jaringan LTE
sangat dipengaruhi oleh Performansinya. Maka dari itu analisa Quality of Service
(QoS) dilakukan untuk menghasilkan informasi, berupa hasil analisis jaringan LTE
yang sesuai dengan standar QoS (Quality of Service) di Bandung. Pada QoS
terdapat 3 parameter utama yang diamati berdasarkan sudut pandang user yang
yaitu Received Signal Code Power (RSCP), Energy Carrier Per Noise (Ec/No) dan
throughput. Parameter parameter ini dibutuhkan untuk proses optimasi jaringan
yang nanti nya akan meningkatkan QOS, meyakinkan performance, mixing paket
data dan suara pada jaringan yang padat [3].
Drive test adalah metode pengukuran pada sistem komunikasi bergerak yang
bertujuan untuk mengumpulkan data hasil pengukuran kualitas sinyal suatu
jaringan dari arah Node B ke UE, sehingga dapat diketahui bagaimana performansi
dari jaringan tersebut. Drive test dilakukan di luar ruangan (outdoor) dan diterapkan
pada saat berkendara (drive) mobil yang dikemudikan pada sepanjang area cakupan
2
operator[2]. Nilai parameter dari hasil pengukuran menggunakan Drive Test
dibandingkan dengan hasil perhitungan untuk mengetahui validitas data. Metode
drive test yang digunakan pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan proses
download file melalui Hyper Text Transfer Protocol (HTTP) dan melakukan
pengukuran parameter RSCP, Ec/No, dan throughput kemudian akan diketahui
kualitas nya berdasarkan dengan standar KPI.
Pada penelitian ini akan dilakukan perhitungan tentang analisis kualitas jaringan 4G
LTE pada beberapa operator telekomunikasi di kota Bandung. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar hasil pengukuran kualitas
jaringan internet pada teknologi LTE berdasarkan parameter RSCP, Ec/No dan
throughput. Hasil pengukuran ini dapat digunakan untuk optimasi jaringan dengan
tepat.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Mengetahui nilai dan presentase yang dihasilkan dari simulasi drive test
benchmark pada operator operator telekomunikasi berdasarkan parameter
kualitas sinyal, level sinyal dan layanan data (throughput uplink dan
downlink) pada jaringan LTE 4G di wilayah kota Bandung
3
1. Penelitian dilakukan untuk wilayah dense urban di kota Bandung
2. Teknologi yang di analisis adalah teknologi jaringan 4G (LTE)
3. Parameter yang diteliti adalah Throughput, RSCP, dan Ec/no.
4. Menggunakan metode pengukuran drive test menggunakan software Nemo
Handy.
5. Standar kualitas parameter penelitian menggunakan KPI.
1.5 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini bersifat praktis dan akademis. Adapun manfaat yang
ingin dicapai adalah :
1. Manfaat Akademis
Mampu mengaplikasikan bidang pengetahuan Jaringan Telekomunikasi,
Jaringan Pita Lebar dan Rekayasa Trafik yang sudah didapat pada
perkuliahan.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan perusahaan
penyedia layanan telekomunikasi untuk mengetahui dan meningkatkan
kualitas pelayanan jaringan 4G khusus nya di wilayah kota Bandung.
4
Analisa Unjuk Kerja Heri Kiswanto, pengukuran di area Surabaya Tengah, Timur,
Jaringan Operator 3G Arifin Utara, Selatan, dan Barat dengan metode
(WCDMA-UMTS) normal(dapat menangkap sinyal GSM dan
Menggunakan Metode 3G/UMTS) dan metode lock(hanya menerima
Drivetest sinyal 3G/UMTS).
Implementasi dan QoS Rizal Broer Penelitian untuk memeriksa Quality of
Analisis Pada Sistem Bahaweres, Service (QoS) kelayakan Sistem Telecitologi
Teknologi Broadband Nge Beni menggunakan Wireshark, Essential NetTools
Yang Dinamis dan Pada Santoso dan Ping Plotter. Penelitian ini dilakukan di
Jaringan 3G/4G di Jabodetabek, Indonesia.
Indonesia
Analisis Kualitas Dista Narulina Hasil analisis didapatkan, jika semakin besar
Jaringan Internet Riyasa, Wahyu faktor utilisasi, maka semakin besar nilai
Berbasis High Speed Adi Priyono, delay end-to-end, hal tersebut ditunjukkan
Downlink Packet Gaguk Asmugi pada saat faktor utilisasi mengalami kenaikan
Access (HSDPA) Pada sebesar 88,89 %, maka nilai delay end-to-end
Wilayah Urban Di Kota mengalami kenaikan sebesar 27,78 %.
Malang Dengan Metode Semakin besar nilai pathloss, maka semakin
Drive Test besar nilai probabilitas packet loss yang
menyebabkan menurunnya nilai throughput,
hal tersebut ditunjukkan pada saat nilai
pathloss mengalami kenaikan sebesar 9,07 %,
maka nilai throughput mengalami penurunan
sebesar 56 %
Berdasarkan pada tabel 1.1 diatas terdapat penelitian sejenis Analisis QoS pada
Jaringan Internet di SMK Telkom Medan oleh Rahmad Shaleh Lubis, Maksum Pinem. Lalu
pada penelitian selanjutnya yaitu Analisa Unjuk Kerja Jaringan Operator 3G (WCDMA-
UMTS) Menggunakan Metode Drivetest oleh Heri Kiswanto, Arifin. Rizal Broer
Bahaweres dan Nge Beni Santoso melakukan Penelitian untuk memeriksa Quality of
Service (QoS) kelayakan Sistem Telecitologi menggunakan Wireshark, Essential NetTools
dan Ping Plotter. Penelitian ini dilakukan di Jabodetabek, Indonesia. Pada referensi
penelitian terakhir yaitu Analisis Kualitas Jaringan Internet Berbasis High Speed
5
Downlink Packet Access (HSDPA) Pada Wilayah Urban Di KotaMalang Dengan Metode
Drive Test, oleh Dista Narulina Riyasa, Wahyu Adi Priyono, Gaguk Asmugi.
Beberapa penelitian tentang anlisis QoS dan kinerja jaringan HSDPA sudah
pernah dilakukan sebelum nya namun pada penelitian ini akan menggunakan
jaringan 4G LTE untuk kota Bandung. Penelitian ini akan membahas Simulasi
Pengukuran dan perhitungan QoS pada jaringan internet 4G LTEA yang meliputi
Received Signal Code Power (RSCP), Energy chips per Noise (Ec/No) dan
throughput dengan menggunakan metode drive test benchmark untuk
membandingkan kualitas jaringan operator-operator di kota Bandung yang akan
disimulasikan menggunakan software NEMO HANDY. Dengan demikian,
penelitian tentang Analisis Quality of Service (QoS) dengan menggunakan metode
benchmark drive test pada jaringan internet berbasis 4G LTE berdasarkan wilayah
urban di kota Bandung belum pernah dilakukan sebelumnya.
6
Gambar 1.1 Kerangka Berfikir
BAB 1 Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, manfaat,
kerangka pemikiran, state of the art , dan sistematika penulisan.
Bab ini berisikan teori yang menjadi dasar penelitian yang dilakukan dengan
melakukan studi pustaka. Bab ini membahas mengenai teori dasar dalam penelitian.
Bab ini berisi tentang tahapan tahapan penelitian yang digunakan dalam
penyusunan proposal penelitian ini
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Suatu sistem komunikasi tidak hanya didukung oleh satu atau dua komponen atau
perangkat komunikasi saja. Di dalamnya pasti terdapat banyak paduan komponen-
komponen yang saling bekerja berkaitan satu dengan yang lainnya. Perpaduan dan
kerja sama tersebut akan menghasilkan banyak sekali manfaat bagi kelangsungan
transfer informasi sebuah komunikasi. Dengan demikian , jadilah sebuah sistem
telekomunikasi
Suatu sistem komunikasi terdiri dari Secara umum komponen sistem komunikasi
terdiri dari Pengirim (transmitter), Kanal transmisi (transmission channel), dan
Penerima (receiver) Pengirim (transmitter) berfungsi untuk memproses isyarat
input untuk menghasilkan isyarat yang ditransmisikan dalam bentuk sesuai
karakteristik kanal atau media yang digunakan. Proses yang terjadi pada pengirim
antara lain: isyarat asli diubah oleh transduser menjadi isyarat listrik, kemudian
disandikan oleh encoder dan dimodulasikan dengan isyarat pembawa oleh
modulator, setelah itu dikuatkan oleh amplifier. Setelah isyarat dalam bentuk sesuai
karakteristik kanal maka isyarat siap untuk dikirimkan. Kanal transmisi
(transmission channels) merupakan media elektris yang menghubungkan sumber
dengan tujuan, yang dapat berupa kabel koaksial, serat optik, gelombang radio, dan
lain-lain. Tiap-tiap kanal mempunyai sifat masing-masing mengenai bandwidth,
kapasitas kanal, kecepatan, rugi-rugi, kemudahan instalasi, dan lain-lain. Penerima
(receiver) pada dasarnya memproses isyarat yang datang sehingga menjadi isyarat
yang di inginkan. Proses yang terjadi pada penerima adalah kebalikan proses pada
8
pengirim. Proses yang terjadi antara lain adalah isyarat yang diterima diubah oleh
transduser menjadi isyarat listrik, kemudian di sandikan oleh decoder dan
didemodulasikan oleh demodulator serta dikuatkan kembali oleh amplifier. Setelah
isyarat dalam bentuk yang sesuai dengan yang diinginkan maka isyarat tersebut siap
untuk dinikmati oleh penerima [4].
Seluler sendiri terbentuk dari kata cell yang berarti wilayah cakupan (sel) kecil-
kecil. Dengan adanya pembagian sel itu tadi maka pengguna dapat melakukan
komunikasi tanpa khawatir terjadisuatu pemutusan saat melakukan hubungan
komunikasi itu sendiri. Pembagian wilayah dalam beberapa seldisebut juga cluster,
dalam sistem komunikasi seluler cluster tersebut ada beberapa macam diantaranya
4, 7, dan 12 sel dalam cluster. Berikut ini adalah alur teknologi wireless yang
mengacu kepada konsep dasar cell [17].
Teknologi jaringan seluler berevolusi dari analog menjadi sistem digital, dari circuit
switching menjadi teknologi packet switching. Evolusi terbagi menjadi beberapa
9
generasi, yaitu generasi pertama (1G), generasi kedua (2G/2.5G), generasi ketiga
(3G/3.5G), dan generasi keempat (4G). Teknologi seluler generasi pertama masih
berbasis analog, tetapi seiring dengan perkembangan dan peningkatan jumlah
pengguna telekomunikasi, maka teknologi digital mulai diterapkan, mulai dari
penyandian digital sampai penggunaan sirkuit digital, untuk mendukung kecepatan
dan keandalan sistem telekomunikasi[9].
Tekn ologi generasi kedua muncul karena tuntutan pasar dan kebutuhan akan kualitas
yang semakin baik. Generasi ke-2 sudah menggunakan teknologi digital. Generasi ini
menggunakan mekanisme Time Division Multiple Access (TDMA) dan Code Division
Multiple Access (CDMA) dalam teknik komunikasinya [13]. Yang Termasuk
Teknologi 2G, yaitu[13]:
10
2.2.3 Global System for Mobile Communication (GSM)
GSM (Global System for Mobile Communications) mulai menggeser AMPS diawal
tahun 1995, PT.Telkomsel dan PT.Satelido (sekarang PT.Indosat) adalah dua
operator pelopor teknologi GSM di Indonesia. GSM menggunakan teknologi
digital. Ada beberapa keunggulan menggunakan teknologi digital dibandingkan
dengan analog seperti kapasitas yang besar, sistem security yang lebih baik dan
layanan yang lebih beragam[13].
GPRS merupakan teknologi overlay yang disisipkan di atas jaringan GSM untuk
menangani komunikasi data pada jaringan. Dengan kata lain dengan menggunakan
handset GPRS, komunikasi data tetap berlangsung di atas jaringan GSM dengan GSM
masih menangani komunikasi suara dan transfer data ditangani oleh GPRS.
Pengembangan teknologi GPRS di atas GSM dapat dilakukan secara efektif tanpa
menghilangkan infrastruktur lama, yaitu dengan penambahan beberapa hardware dan
upgrade software baru pada terminal/station dan server GSM. Kecepatan transfer data
GPRS dapat mencapai hingga 160 kbps[13].
11
nirkabel (broadband wireless data), dan semuanya itu berkerja dalam perangkat
bergerak (mobile). Fasilitas tambahan juga meliputi transmisi data HSPA yang
mampu untuk mengirim data dengan kecepatan sampai 14,4 Mbps untuk downlink
dan 5,8 Mbps untuk uplink [13].
Teknologi 3G diperkenalkan pada awalnya adalah sebagai berikut[13]:
1. Menambah efisiensi dan kapasitas jaringan
2. Menambah kemampuan jelajah (roaming)
3. Untuk mencapai kecepatan transfer data yang lebih tinggi
4. Peningkatan kualitas layanan.
Teknologi 3.5 G atau disebut juga super 3G merupakan peningkatan dari teknologi 3G,
terutama dalam peningkatan kecepatan transfer data yang lebih dari teknologi 3G (>2
Mbps) sehingga dapat melayani komunikasi multimedia seperti akses internet dan
video sharing[13].
12
ditinggkatkan sampai kecepatan 14.4 Mbps dengan maksimum uplink 384
kbps.
2. High Speed Uplink Packet Access (HSUPA)
Sisi kecepatan transfer uplinknya (dari handset ke jaringan) dapat mencapai
kecepatan uplink secara teori sampai kecepatan 5.76 Mbps.
13
Project). LTE memungkinkan layanan komunikasi yang lebih fleksibel dan rendah
biaya penyebaran bila dibandingkan teknologi seluler sebelumnya dengan cara
meningkatkan Orthogonal frequency-Division Multiple Access (OFDMA) dan
memperbesar bandwidth LTE.
LTE hanya bekerja pada spektrum frekuensi tertentu seperti spectrum standar IMT-
2000 (450, 850, 900, 1800, 1900, 2100 MHz) ataupun pada spektrum baru seperti
700 MHz dan 2,5 GHz [2].
LTE merupakan teknologi pertama yang diratifikasi sebagai teknologi radio Next
Generation oleh Aliansi NGMN, dimana teknologi ini memenuhi persyaratan
Aliansi NGMN berupa latency yang kurang dari 5ms dan pengaturan panggilan 100
ms disamping syarat lain seperti kepadatan panggilan dan kecepatan
laju bit maksimum. Dengan bergabungnya LTE dengan varian Frequency Division
Duplex (FDD) dan Time Division Duplex (TDD), maka terjadi evolusi dari UMTS,
HSPA, dan TD-SCDMA. Jaringan Core yang berasosiasi dengan LTE juga
memberikan jalan bagi jaringan CDMA-2000 untuk berintegrasi, sehingga dapat
menjadikan LTE evolusi yang sesuai bagi banyak operator [1].
14
Gambar 2.2 Arsitektur LTE
2.3.1 eNodeB
eNodeB merupakan jaringan akses dari LTE. eNodeB memiliki fungsi untuk
mengawasi dan mengontrol pengiriman sinyal yang dibawa oleh sinyal radio dan
berperan dalan authentikasi atau mengontrol kelayakan data yang melewati
eNodeB.
15
2.3.2 Mobile Management Entity (MME)
Mobile Management Entity berfungsi selayaknya MSC pada teknologi GSM. MME
berfungsi sebagai inti (core) dari teknologi LTE. MME berfungsi untuk:
16
2.5. Gambar SGW
17
2.3.5. Home Subscriber Server (HSS)
HSS merupakan database utama pada jaringan LTE. HSS sama halya dengan HLR
pada teknologi komunikasi GSM dimana HLR berfungsi untuk menyimpan
database pelanggan secara permanen. HSS adalah kombinasi antara HLR dan AuC
untuk autentikasi.
4G LTE merupakan jaringan yang sedang berkembang saat ini sebagai penerus dari
jaringan 3G WCDMA dan EVDO. jaringan LTE ini mampu menawarkan speed
hingga 100Mbps dengan menggunakan teknik modulasi OFDM. Untuk mengukur
kualitas dari jaringan 4G LTE ada beberapa parameter yang paling utama yaitu :
18
test 4G LTE dan digunakan oleh perangkat untuk menentukan titik handover. Pada
teknologi 2G parameter parameter ini bisa dianalogikan seperti RxLevel,
sedangkan pada 3G dianalogikan sebagai RSCP.
Untuk menjaga dan meningkatkan nilai QoS, diperlukan teknik untuk menyediakan
utilitas jaringan, yaitu dengan mengklasifikasikan dan memprioritaskan setiap
informasi sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. QoS sangat ditentukan
oleh kualitas jaringan yang digunakan. Terdapat beberapa faktor yang dapat
menurunkan nilai QoS, seperti : redaman, distorsi, dan noise[3].
19
mempengaruhi performa network tersebut. Berikut ini beberapa parameter yang
digunakan untuk mengetahui performa suatu network yaitu[8]:
2.6.1 Throughput
Throughput merupakan kecepatan data pada data session untuk melihat sesi test
yang dilakukan saat melakukan upload atau download file ke server dan nilai
maksimum dari kedua test tersebut dan untuk mengetahui troughput yang sedang
berlangsng selama sesi tersebut dapat amati pada WCDMA, dalam sesi ini yang
diamati adalah kecepatan dari transfer data tersebut[2]. Throughput memiliki satuan
dan rumus yang sama dengan bandwidth, tetapi throughput lebih pada
menggambarkan bandwidth yang sebenarnya (aktual) pada suatu waktu tertentu dan
pada kondisi dan jaringan internet tertentu yang digunakan untuk mendownload
suatu file dengan ukuran tertentu. Faktor-faktor yang menentukan throughput
adalah piranti jaringan, tipe data yang ditransfer, topologi jaringan, banyaknya
pengguna jaringan, spesifikasi komputer client/server dan beberapa faktor lainnya.
Faktor - faktor yang mempengaruhi Throughput, diantaranya adalah[7]:
1 (1 tot)
= = (2.1)
t t1 [1 ( 1) tot]
Keterangan :
= throughput (paket/s)
t = waktu rata-rata transmisi untuk mengirimkan paket yang benar (s)
t1 = waktu transmisi sebuah paket data atau frame (s)
= konstanta perbandingan
20
Presentase nilai throughput dirumuskan dalam persamaan berikut:
(%) = x 100% (2.2)
C UE
Keterangan :
= throughput
CUE = kecepatan yang ditawarkan oleh operator
2.6.2 Delay
Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ke
tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu
proses yang lama[4]. Media fisik jaringan yang sesuai dengan memperhatikan jarak
antara server dan client, sehingga penentuan media transmisi yang cocok
disesuaikan dengan jarak dapat mengatasi delay. Tentu saja delay dipengaruhi oleh
throughput, karena semakin besar throughput maka delay semakin kecil[7].
net = ED + W + + (2.3)
Keterangan :
21
P = delay propagasi (s)
[
tot = 1 (1- net) (1 TCP/IP)] (2.4)
dengan:
tot = probabilitas packet loss total
net = probabilitas packet loss pada jaringan HSDPA
TCP/IP = probabilitas packet loss TCP/IP
Sedangkan untuk menghitung persentase probabilitas packet loss digunakan
persamaan berikut:
22
Keterangan :
23
Model Best-Effort ini sangat cocok digunakan dalam jaringan dengan koneksi lokal
(LAN) atau jaringan dengan koneksi WAN yang berkecepatan sangat tinggi. Model
ini sangat tepat jika digunakan dalam jaringan yang melewatkan aplikasi dan data
yang bermacam-macam dengan tingkat prioritas yang sama. Jadi semua aplikasi
didalamnya memiliki kualitas yang sama. Contohnya misalnya penggunaan internet
di rumah atau perkantoran yang digunakan untuk browsing, email, chatting, banyak
aplikasi lain. Untuk membuat QoS model Best-Effort ini, biasanya antarmuka
router atau perangkat jaringan berkemampuan QoS dikonfigurasi dengan
menggunakan metode queing First In First Out (FIFO). Dengan begitu data yang
masuk pertama kali akan keluar pertama kali juga, maka terciptalah servis model
Best-Effort yang sangat adil dalam hal perlakuannya di perangkat QoS[7].
24
klasifikasi ini untuk menentukan bagaimana traffic data ini diperlakukan, seperti
misalnya perlakuan queuing, shaping dan policing nya. Setelah melalui semua
proses tersebut, maka akan didapat sebuah aliran data yang sesuai dengan apa yang
dikomitmenkan kepada penggunanya [7].
Karakteristik MapInfo[5]:
25
b. Table structure
Struktur data binary MapInfo adalah identik dengan semua platform yang
disupport olehMapInfo. Data dapat dibuka dan dibaca oleh platform yang
berbeda, dan dapat didstribusikan melalui network ke user lain tanpa
diterjemahkan terlebih dahulu.
c. Grafik yang dintegrasikan dengan basis data
Istilah yang paling tepat untuk menggambarkan MapInfo adalah
geographic or graphic database. MapInfo menggunakan basis data
tekstual yang diintegrasikan dengan data grafiknya.
26
2.9 Drive Test
Drive test adalah metode pengukuran pada sistem komunikasi bergerak yang
bertujuan untuk mengumpulkan data hasil pengukuran kualitas sinyal suatu
jaringan dari arah Node B ke UE secara real di lapangan, sehingga dapat diketahui
bagaimana performansi dari jaringan tersebut[18]. Drive test dapat dilakukan
dengan menggunakan sebuah mobil berkecepatan rendah yang di dalamnya telah
dipasang perlengkapan untuk drive test, atau dapat dilakukan secara manual atau
walk test yang biasa nya dilakukan dalam sebuah bangunan atau area di dekat BTS.
Untuk melakukan drive test baik dengan mobil ataupun secara manual diperlukan
beberapa perlengkapan, yaitu[1]:
Terdapat tiga jenis pengamatan drive test yang di bagi mejadi mode pengukuran
dan cara pengambilan data. Pada mode pengukuran yaitu[1]:
27
sebuah site bagus atau tidak.
b. Cluster, merupakan drive test yang mengamati setiap daerah yang terdiri
dari beberapa site namun hanya untuk satu operator saja.
2. Informasi level daya terima, kualitas sinyal terima, mengatahui jarak antara
BTS dan MS, interferensi, serta melihat proses serta kualitas handover
3. Dengan adanya hasil pengukuran maka bias dilihat apakah keadaan radio
suatu BTS masih layak atau perlu dilakukan suatu perbaikan.
2.10 Nemo
Nemo adalah perangkat lunak yang digunakan untuk pengukuran kualitas sinyal
suatu jaringan dari arah Node B ke UE secara real atau lebih dikenal dengan Drive
Test. Nemo terbagi ke dalam 2 jenis yaitu Nemo Outdor (Handy), yang digunakan
monitoring interface jaringan dan Nemo Analyze yang digunakan untuk pengolah
data hasil drive test.
Nemo Handy adalah Software berbasis Android untuk mengukur dan memonitor
interface jaringan GSM, CDMA, EVDO, WCDMA, HSDPA, HSUPA, HSPA +,
LTE / LTE Cat 6, dan WiFi (HetNet) jaringan nirkabel, dan aplikasi mobile QoS /
28
QoE. Nemo fitur Handy-A meliputi POLQA dan PESQ pengujian kualitas suara,
pengukuran dalam ruangan, fitur memaksa, YouTube video streaming, dan
monitoring jaringan outdoor dengan ikon BTS. Nemo Handy-A dapat memberikan
visualisasi pengkuran real time di pada ponsel android. Nemo Handy-A
menawarkan fitur pengujian aplikasi bersifat metrik tingkat aplikasi penuh pada
panggilan suara, kualitas suara, FTP / HTTP transfer data, IPERF, browsing
HTML, YouTube streaming, pengujian Facebook, pengujian LinkedIn, pengujian
Twitter, pengujian Instagram, SMS & MMS , dan ping [15].
Nemo Analyze merupakan software pengolah data hasil drive test yang biasa
digunakan untuk menganalisa logfile dari Tems atau juga software lain khususnya
software drive test Nemo outdoor atau indoor yang digunakan untuk melakukan
drive test. Selain untuk memplotting hasil drive test juga dapat digunakan untuk
melihat Key Performance Indicator (KPI) yang dapat langsung diproses dengan
software tersebut sehingga memudahkan dalam melihat hasil[12].
29
Tabel 2.1 Klasifikasi tipe area
1. Dense Urban merupakan wilayah yang memiliki banyak gedung tinggi dan
kegiatan ekonomi, sinyal komunikasi tidak dapat berdifraksi dari atap
gedung.
2. Sub Urban merupakan wilayah yang dekat dengan kota dengan memiliki
gedung-gedung dengan ketinggian rendah dan kerapatan kurang.
Daerah Sub-Urban memiliki ciri-ciri antara lain[9]:
a. Tingkat halangan lebih rendah dibanding daerah urban, sehingga
propagasi sinyal radio relatif lebih baik dan median kuat sinyal
tinggi.
b. Gedung-gedung relatif rendah, sehingga sinyal radio mengalami
difraksi oleh puncak gedung.
c. Jalan-jalan lebar.
d. Kecepatan pergerakan (mobilitas) kendaraan lebih tinggi di
bandingkan wilayah urban.
e. Daerah bisnis rendah.
30
b. Gedung-gedungnya tinggi, sehingga kemungkinan terjadinya
difraksi pada propagasi sinyal sangat kecil.
c. Sinyal radio dalam perambatannya mengalami pantulan dengan
redaman tertentu.
d. Redaman oleh pepohonan (foliage loss) diabaikan, karena
pepohonan sangat jarang.
e. Kendaraan yang bergerak banyak, sehingga menyebabkan perubahan
karakteristik kanal secara kontinyu.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang digunakan pada penelitian ini meliputi berbagai tahapan, berikut
tahapan tahapan penelitian nya:
32
3.1 Studi Literatur
Pada tahap kajian literatur dilakukan proses pengkajian terhadap bahasan dalam
penelitian, yaitu mengenai QoS jaringan LTE. Dalam tahapan ini berbagai
referensi dikumpulkan sebagai dasar penelitian dan penunjang pelaksanaan
penelitian sekaligus sebagai tinjauan dalam pemecahan masalah yang akan ditemui
nantinya. Bahan-bahan studi literatur ini berasal dari hasil penelitian - penelitian
yang telah dilakukan maupun jurnal-jurnal ilmiah dan buku.
1. Hardware
a. Laptop/netbook
Perangkat keras ini adalah alat dimana software Nemo Analyzer
yang akan di install.
b. Handset (Handphone)
Digunakan untuk melihat output dan log file data hasil parameter
parameter yang muncul ketika proses dan sesudah simulasi Drive
Test.
c. Kabel data
Kabel data untuk menghubungkan antara laptop dengan ponsel.
Kabel data yang digunakan adalah USB serial.
d. Global positioning system (GPS) external
Perangkat untuk mengetahui koordinat suatu lokasi
33
e. Aksesoris
Perangkat yang mendukung dalam pengamatan menggunakan
Nemo Handy, seperti USB Hub, Inverter, sim card telkomsel dan
Charger Ponsel.
2. Software
a. Nemo Handy
Perangkat lunak ini digunakan untuk drive test atau sebagai media
pengambilan data QoS jaringan 3G dan HSDPA.
b. Nemo Analyzer
Perangkat lunak ini digunakan untuk melakukan report data hasil
drive test
c. Google Earth Pro
Perangkat lunak ini digunakan untuk visualisasi titik dimana kuat
sinyal diambil
d. Map Info
Perangkat lunak untuk output rute yang telah dibuat pada google
earth
e. Global mapper
Perangkat lunak yang digunakan untuk media rute simulasi drive test
f. Microsoft excel
Perangkat lunak ini digunakan untuk mengolah data kuat sinyal
dengan persamaan matematis.
3.5 Simulasi
Tahapan simulasi dan perhitungan ini dilakukan dengan mensimulasi parameter
percobaan pada drive test seperti workspace, cell file, map dan lain sebagainya serta
perhitungan untuk mengolah data kuat sinyal dengan persamaan matematis. Pada
tahapan ini juga dilakukan penyesuaian parameter parameter yang di dapat untuk
menghasilkan hasil yang optimal.
34
3.4 Penentuan rute pengambilan data
Salah satu tahapan penelitian QoS jaringan LTE yang penting adalah menentukan
daerah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini penentuan daerah didasarkan
berdasarkan kepadatan penduduk, aktivitas masyarakat yang paling banyak, serta
daerah perkantoran dengan menggunaakan alat bantu software google Earth.
3.8 Analisis
Hasil perencanaan yang telah di dapat melalui simulasi lalu di analisis untuk
mendapatkan kesimpulan yang tepat dari penelitian yang telah dilakukan.
Kemudian hasil analisis tersebut dimuatkan dalam bentuk laporan penelitian.
35
36