Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Anamnesis
Seorang anak berusia 18 tahun dengan keluhan utama sering bengong sejak 2
tahun yang lalu. Keluhan disertai bicara menjadi tidak karuan dan jalan suka
berputar-putar. Keluhan dirasa semakin sering. Saat ini pasien bersekolah di SMA.
meliputi:
Frekuensi serangan
Lama serangan
Faktor pencetus
sebelumnya
1
Dalam 24 jam berapa kali frekuensi kejang saat kejang demam
Genetik
Infeksi
Intoksikasi obat
mendasari terjadinya epilepsi, contohnya pada kasus ini pasien memiliki riwayat
kejang demam.
Lihat adanya tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi seperti
trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital, gangguan neurologik
fokal atau difus, kecanduan alkohol, obat terlarang dan kanker. .Pemeriksaan kulit
Juga perlu dilihat apakah ada bekas gigitan dilidah yang bisa terjadi pada waktu
serangan kejang berlangsung atau apakah ada bekas luka lecet yang disebabkan
pasien jatuh akibat serangan kejang, kemudian apakah ada hiperplasi ginggiva yang
2
dapat terlihat oleh karena pemberian obat fenitoin dan pengaruh pemberian
fungsi motorik dan sensorik, serta refleks tendon. Adanya defisit neurologi seperti
menunjukkan adanya lateralisasi atau lesi struktur di area otak yang terbatas. Adanya
nystagmus , diplopia atau ataksia mungkin oleh karena efek toksis dari obat anti
pada waktu serangan kejang terjadi. Dysmorphism dan gangguan belajar mungkin
Pemeriksaan Penunjang
refrakter.
3
Diagnosis
Jika bangkitan epilepsi berulang lebih dari dua kali dan gambaran EEG
adalah epilepsi.
4
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Epilepsi
Definisi epilepsi menurut kelompok studi epilepsi PERDOSSI 2011 adalah suatu
keadaan yang ditandai oleh bangkitan berulang akibat lepas muatan listrik abnormal
berbagai etiologi, bukan disebabkan oleh penyakit otak akut. Gejala yang paling
umum adalah adanya kejang, karena itu epilepsi juga sering dikenal sebagai penyakit
kejang.
berlebihan dan abnormal, berlangsung secara mendadak dan sementara, dengan atau
saraf di otak yang bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut. Lepasnya muatan
listrik yang berlebihan ini dapat terjadi di berbagai bagian pada otak dan
5
menimbulkan gejala seperti berkurangnya perhatian dan kehilangan ingatan jangka
epilepsi yang terjadi bersama-sama meliputi berbagai etiologi, umur, onset, jenis
Epilepsi merupakan salah satu penyakit otak yang sering ditemukan di dunia.
penduduk. Epilepsi dapat terjadi pada siapa saja di seluruh dunia tanpa batasan ras
dan sosial ekonomi. Angka kejadian epilepsi masih tinggi terutama di negara
berkembang yang mencapai 114 per 100.000 penduduk per tahun. Angka tersebut
tergolong tinggi dibandingkan dengan negara yang maju dimana angka kejadian
epilepsi berkisar antara 24-53 per 100.000 penduduk per tahun. Angka prevalensi
penderita epilepsi aktif berkisar antara 4-10 per 1000 penderita epilepsi. Bila jumlah
penduduk Indonesia berkisar 220 juta, maka diperkirakan jumlah penderita epilepsi
baru 250.000 per tahun. Dari berbagai studi diperkirakan prevalensi epilepsi berkisar
antara 0,5-4%. Rata-rata prevalensi epilepsi 8,2 per 1000 penduduk. Prevalensi
epilepsi pada bayi dan anak-anak cukup tinggi, menurun pada dewasa muda dan
6
Data epilepsi yang dihimpun dari 108 negara mencakup 85,4% dari populasi
dunia terdapat 43.704.000 orang menderita epilepsi. Rata-rata jumlah orang penderita
epilepsi per 1000 penduduk 8,93 dari 108negara responden.
regional. Sementara itu data di regional Amerika dan Afrika di dapatkan 12,59 dan
11,29. Data di regional Asia Tenggara di dapatkan sebesar 9,97. Sedangkan data
sebesar 8,23 didapatkan di regional Eropa. Jumlah rata-rata orang epilepsi per 1000
dengan insidensi dan prevalensi yang hampir sama, walaupun beberapa penelitian
3. Klasifikasi
A. Bangkitan parsial
1. Motorik
2. Sensorik
3. Otonom
7
4. Psikis
tonik-klonik
B. Bangkitan umum
a. Absens (lena)
b. Mioklonik
c. Klonik
d. Tonik
e. Tonik-klonik
f. Atonik
C. Tak tergolongkan
a. Idiopatik (primer)
8
1. Epilepsi anak benigna dengan gelombang paku di sentrotemporal
(Rolandik benigna)
b. Simtomatik (sekunder)
Kojewnikow)
c. Kriptogenik
B. Umum
a. Idiopatik (primer)
9
6. Epilepsi mioklonik pada remaja
c. Simtomatik
- Sindrom Ohtahara
- Malformasi serebral
- Gangguan metabolism
1. Kejang neonatal
3. Sindroma Taissinare
10
4. Sindroma Landau Kleffner
a. Kejang demam
d. Eklampsi
4. Etiologi Epilepsi
umum dan tidak terdapat penyebab dasar lain selain predisposisi genetik.
neurologis.
disertai lesi yang mendasari atau lesi di otak tidak diketahui. Termasuk
11
disini adalah sindroma West, Sindroma Lennox Gastaut dan epilepsi
trauma kepala, kerusakan otak yang berasal dari kelainan prenatal atau
peronatal seperti trauma saat melahirkan atau bayi dengan berat badan
neurodegeneratif.
5. Faktor Risiko
a. Faktor prenatal : Umur ibu saat hamil, kehamilan primipara atau multipara,
b. Faktor natal : Asfiksia, berat badan lahir rendah, kelahiran Prematur atau
Postmatur , partus lama, persalinan dengan alat (forsep, vakum, seksio sesaria),
12
c. Faktor postnatal : Kejang Demam, trauma kepala/ cedera kepala , infeksi umum
gangguan Metabolik
Cahaya
Suara Bising
Kelelahan
Penurunan Kesadaran
Hipoksemi
Hipoglikemi
dan inhibisi serebral, bangkitan akan muncul pada eksitabilitas yang tidak terkontrol.
Pada sebagian besar kasus tidak dijumpai kelainan anatomi otak, namun pada
beberapa kasus epilepsi disertai oleh kerusakan struktural otak yang mengakibatkan
disfungsi fisik dan retardasi mental. Pada serangan epilepsi, proses eksitasi di dalam
13
aferen, disinhibisi, pergeseran konsentrasi ion ekstraseluler, voltage-gated ion
channel opening, dan menguatnya sinkronisasi neuron sangat penting artinya dalam
hal inisiasi dan perambatan aktivitas serangan epileptik. Aktivitas neuron diatur oleh
konsentrasi ion di dalam ruang ekstraseluler dan intraseluler, dan oleh gerakan
Membran neuron dalam keadaan normal mudah dilalui oleh ion kalium dan
ion klorida, tetapi sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan ion kalsium. Dengan
demikian konsentrasi yang tinggi ion kalium dalam sel (intraseluler), dan konsentrasi
ion natrium dan kalsium ekstraseluler tinggi. Sesuai dengan teori dari Dean (Sodium
pump), sel hidup mendorong ion natrium keluar sel, bila natrium ini memasuki sel,
keadaan ini sama halnya dengan ion kalsium. Keadaan ini terjadi pada chanellopati
yang diakibatkan oleh mutasi genetik sehingga akan terjadi eksitasi atau transimisi
aksi secara tepat dan berulang-ulang. Cetusan listrik abnormal ini kemudian
epilepsi akan tampak apabila cetusan listrik dari sejumlah besar neuron abnormal
muncul secara bersama-sama, membentuk suatu badai aktivitas listrik di dalam otak.
14
berbeda(lebih dari 20 macam), bergantung pada daerah dan fungsi otak yang terkena
dan terlibat.
Bangkitan epilepsi karena transmisi impuls yang berlebihan di dalam otak yang
tidak mengikuti pola yang normal, sehingga terjadi sinkronisasi dari impuls.
Fungsi neuron penghambat bisa kurang optimal antara lain bila konsentrasi
GABA (gamma aminobutyric acid) tidak normal. Pada otak manusia yang menderita
kongenital, hipoksia, infeksi, tumor, vaskuler, obat atau toksin. Kelainan tersebut
dapat mengakibatkan rusaknya faktor inhibisi dan atau meningkatnya fungsi neuron
eksitasi, sehingga mudah timbul epilepsi bila ada rangsangan yang memadai. Daerah
yang rentan terhadap kerusakan bila ada abnormalitas otak antara lain di hipokampus.
15
kerusakan yang lebih luas. Pada pemeriksaan jaringan otak penderita epilepsi yang
mati selalu didapatkan kerusakan di daerah hipokampus. Oleh karena itu tidak
mengherankan bila lebih dari 50% epilepsi parsial, fokus asalnya berada di lobus
temporalis dimana terdapat hipokampus dan merupakan tempat asal epilepsi bawaan.
1. Pastikan epilepsi/bukan
8. Diagnosis
8.1 Anamnesis
Langkah awal adalah menentukan untuk membedakan apakah ini serangan kejang
atau bukan, dalam hal ini memastikannya biasanya dengan melakukan anamnesis
baik dengan pasien, orangtua atau orang yang merawat dan saksi mata yang
mengetahui serangan kejang itu terjadi. Beberapa pertanyaan yang perlu diajukan
tersebut biasanya dapat memberikan informasi yang lengkap dan baik mengingat
pada kebanyakan kasus, dokter tidak melihat sendiri serangan kejang yang dialami.
16
Anamnesis yang ditanyakan meliputi :
b. Lama bangkitan
d. Frekuensi bangkitan
e. Faktor pencetus
dengan menggunakan umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada pasien
yang berusia lebih tua sebaiknya dilakukan auskultasi didaerah leher untuk
dilakukan pada pertama kali serangan kejang itu muncul oleh karena banyak kejadian
yang mirip dengan serangan kejang tetapi penyebabnya kardiovaskular seperti sinkop
17
kardiovaskular. Pemeriksaan kulit juga untuk mendeteksi apakah ada sindrom
neurokutaneus. Bekas gigitan dilidah yang bisa terjadi pada waktu serangan kejang
berlangsung atau apakah ada bekas luka lecet yang disebabkan pasien jatuh akibat
serangan kejang, kemudian apakah ada hiperplasi ginggiva yang dapat terlihat oleh
karena pemberian obat fenitoin dan apakah ada dupytrens contractures yang dapat
terlihat oleh karena pemberian fenobarbital jangka lama. Melihat adanya tanda-tanda
dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi, seperti trauma kepala, infeksi
telinga atau sinus, gangguan kongenital, gangguan neurologik fokal atau difus,
fungsi motorik dan sensorik, serta refleks tendon. Adanya defisit neurologi seperti
dapat menunjukkan adanya lateralisasi atau lesi struktur di area otak yang terbatas.
Adanya nystagmus , diplopia atau ataksia mungkin oleh karena efek toksis dari obat
pada waktu serangan kejang terjadi. Dysmorphism dan gangguan belajar mungkin
ada kelainan kromosom dan gambaran progresif seperti demensia, mioklonus yang
18
sedangkan adanya distonia bisa menggambarkan kelainan fokus kontralateral dilobus
temporalis.
a. Laboratorium.
dengan glukose, kalsium, magnesium, Blood Urea Nitrogen , kreatinin dan test
fungsi hepar mungkin dapat memberikan petunjuk yang sangat berguna. Pemeriksaan
toksikologi serum dan urin juga sebaiknya dilakukan bila dicurigai adanya drug
abuse .
b. Elektroensefalografi (EEG).
pada wktu sadar dalam keadaan istirahat, pada waktu tidur, dengan stimulasi fotik
penting untuk membantu diagnosis epilepsi dengan beberapa alasan sebagai berikut
dengan serangan kejang yang jelas atau yang meragukan. Hasil pemeriksaan
19
EEG akan membantu dalam membuat diagnosis, mebgklarifikasikan jenis
epileptiform pada EEG (spikes and sharp waves) sangat mendukung diagnosis
Pada pasien yang akan dilakukan operasi, pemeriksaan EEG ini selalu
Sebaliknya harus diketahui pula bahwa terdapat beberapa alasan keterbatasan dalam
memperlihatkan hasil EEG yang normal, sehingga dalam hal ini hasil
2. Gambaran EEG yang abnormal interiktal bisa saja tidak menunjukkan adanya
epilepsi sebab hal demikian dapat terjadi pada sebagian kecil orang-orang
20
normal oleh karena itu hasil pemeriksaan EEG saja tidak dapat digunakan
saja dapat berubah menjadi multifokus atau menyebar secara difus pada
4. Pada EEG ada dua jenis kelainan utama yaitu aktivitas yang lambat dan
c. Video-EEG
epilepsi atau serangan kejang yang bukan oleh karena epilepsi atau bila pada
pemeriksaan rutin EEG hasilnya negatif tetapi serangan kejang masih saja terjadi,
atau juga perlu dikerjakan bila pasien epilepsi dipertimbangkan akan dilakukan terapi
serangan kejang oleh karena epilepsi atau bukan dan biasanya selama perekaman
dilakukan secara terus-menerus dalam waktu 72 jam, sekitar 50-70% dari hasil
21
d. Radiologi
Resonance Imaging) kepala adalah untuk melihat apakah ada atau tidaknya kelainan
struktural diotak Indikasi CT Scan kepala adalahSemua kasus serangan kejang yang
CT Scan kepala ini dilakukan bila pada MRI ada kontra indikasi namun demikian
pemeriksaan MRI kepala ini merupakan prosedur pencitraan otak pilihan untuk
epilepsi dengan sensitivitas tinggi dan lebih spesifik dibanding dengan CT Scan. Oleh
karena dapat mendeteksi lesi kecil diotak, sklerosis hipokampus, disgenesis kortikal,
tumor dan hemangioma kavernosa, maupun epilepsi refrakter yang sangat mungkin
dilakukan terapi pembedahan. Pemeriksaan MRI kepala ini biasanya meliputi:T1 dan
T2 weighted dengan minimal dua irisan yaitu irisan axial, irisan coronal dan irisan
sagital.
22
e. Pemeriksaan Neuropsikologi
dengan pertimbangan bila ternyata diagnosisnya ada dugaan serangan kejang yang
bukan epilepsi.
9. Penatalaksanaan
(ODE) terbebas dari serangan epilepsinya, terutama terbebas dari serangan kejang
sedini mungkin.
faktor penyebab dan faktor pencetus, serta pengaturan aktivitas fisik dan mental.
1. Terapi medikamentosa
Terapi medikamentosa adalah terapi lini pertama yang dipilih dalam menangani
23
pasien epilepsi, memberikan keberhasilan yang sama dan tolerabilitas yang unggul
dibandingkan politerapi .
1. Dijumpai fokus epilepsi yang jelas pada EEG, CT scan atau MRI otak.
kerusakan otak.
4. Ada riwayat infeksi otak atau trauma kapitis terutama yang disertai penurunan
kesadaran.
Kejang parsial
Oxcarbazepine Phenobarbitone
Topiramate Phenytoin
Valproate
24
Kejang umum
Topiramate Phenobarbitone
Valproate Phenytoin
Lamotrigine Clonazepam
Valproate
Atonik, Clonazepam
Tonik lamotrigine
Phenytoin
Topiramate
Clonazepam
Lamotrigine
Levetiracetam
Phenobarbitone
Piracetam
25
Tabel 2. Pedoman dosis obat anti-epilepsi lini pertama pada orang dewasa
Dosis Waktu
Jumlah
Dosis harian Dosis paruh
Obat Indikasi dosis per
awal umum rumatan plasma
hari
(mg) (jam)
KUTK
atau status
epilepticus
KUTK 1000
kejang neonatal, 48
atau status
epilepticus
125
umum
26
Clonazepam Epilepsi 1 4 2-8 1 or 2
mioklonik,
sindroma L-G,
spasme infantil,
atau status
epilepsticus
: anak-anak
Dibawah ini merupakan pedoman dosis obat anti-epileptik yang baru yang
Waktu paruh
dalam
Obat Indikasi Dosis awal Dosis rumatan
plasma
(jam)
wk
27
Gabapentin Parsial & 300 mg/hari ; 900-3600 6
(dewasa) 3d
dengan VPA)
28
Felbamate Parsial & 2-3 X 400 1800-4800 20-23
CBZ,VPA tiap
20-33%) dengan
( concomitant
PHT, CBZ,VPA
tiap 20-33%),
dengan dosis 15
mg/kg/d q1-2 wk
KUTKS 2400mg/hari
KUTKS
29
Topiramate Parsial & 100 mg/hari ; 400- 20-24
tiap minggu
KUTKS berlangsung
untuk spasme
infantile
wk obat induksi
enzim)
every ; qb = at bedtime
Catatan : ada obat yang sudah diakui sebagai mono terapi yaitu oxcarbazepine,
30
Obat anti-epilepsi memiliki beberapa efek samping yang dapat dilihat pada tabel
4 dibawah ini.
Side effect
Drug
Terkait dosis Idiosinkretik
Sindroma Stevens-
Johnson, teratogenicity
hepatotoksik,
teratogenicity
31
mual, muntah, kebotakan, trombositopenia,
syndrome, agranulositosis,
anemia aplastic
mengantuk, dizziness,
32
Tabel 5. Efek samping obat anti-epilepsi baru
hematokrit.
saluran cerna
depresi,disinhibition
cerna
33
kepala, kelemahan, ruam,
hiponatremia
kelelahan
34
Penghentian OAE dapat didiskusikan dengan pasien maupun keluarganya
bangkitan, maka penghentian OAE dilakukan bertahap dimulai dari 1 OAE yang
bukan utama.Pada umumnya penghentian OAE dimulai dari 25% dari dosis semula,
setiap bulan dalam jangka waktu 3-6 bulan.Gambaran EEG normal / membaik
Mekanisme kerja obat anti epilepsi dibagi menjadi dua cara, yakni
neurotransmitter, meliputi:
1. Inhibisi kanal Na pada membrane sel akson. Obat yang bekerja pada tahap ini
2. Inhibisi kanal Ca tipe T pada neuron thalamus (yang berperan sebagai pacemaker
35
b. Menghambat degradasi GABA dengan cara mengambil kembali atau reuptake dan
kualitas hidup pasien epilepsi yang refrakter. Pasien epilepsi dikatakan refrakter
apabila kejang menetap meskipun telah diterapi selama 2 tahun dengan sedikitnya 2
OAE yang paling sesuai untuk jenis kejangnya atau jika terapi medikamentosa
menghasilkan efek samping yang tidak dapat diterima. Terapi bedah epilepsi
36
10. Komplikasi
tepat adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi dan situasi yang dapat
Masalah kesehatan mental yang muncul akibat epilepsi juga tidak boleh
merasa depresi dengan kondisinya tersebut.Dalam hal ini, peran keluarga dan orang-
orang yang dekat dengan penderita sangat dibutuhkan untuk selalu memberikan
kejang selama lebih dari lima menit atau mengalami serangkaian kejang pendek tanpa
masyarakat umum, seperti isolasi sosial (dikucilkan), kurang percaya diri, kecemasan,
dan depresi. Masalah psikososial menjadi sangat penting karena berdampak pada
37
1. Aspek sosial
Pada penderita epilepsi kurang memiliki hubungan sosial kurang baik dengan
Adanya komorbiditas.
38
- Sosialisasi penyakit pada keluarga dan instansi terkait
- Menjelaskan pengaruh epilepsi dan efek OAE pada ibu dan anak, serta
berbagi tipe bangkitan yang dapat terjadi pasien epilepsi dan tindakan yang harus
dilakukan.
2. Aspek Pekerjaan
menurunkan kesempatan dan efisiensi kerja. Pada usia produktif perlu diberikan
Sebaiknya lingkungan kerja seperti atasan dan rekan kerja tahu tentang
3. Aspek Olahraga
39
Pengawasan khusus atau alat bantu diperlukan untuk beberapa jenis
4. Aspek mengemudi
penyakit epilepsi tidak meningkatkan kejadian kecelakaan lebih besar dari penyakit
Pemberian SIM pada pasien epilepsi bervariasi sesuai hukum tiap negara, dengan
prinsip :
pertimbangan :
waktu tertentu
Bagi pengemudi pribadi dengan asisten masa bebas serangan lebih pendek
dapat dipertimbangkan
40
Hiposeksual orang terjadi pada pasien epilepsi. Khususnya lobus
temporalis
Disfungsi menstruasi dan reproduksi sering terjadi pada ELT dan epilepsi
umum primer
dan DHEAS
41
karbamazepin, fenitoin, fenobarbital menurun secara berturut-turut,
6. Aspek Medikolegal
umum lainnya akan menjadi beban masyarakat, pemerintah, dan penyandang epilepsi.
Karena sampai saat ini belum ada pasal perundang-undangan dan peraturan yang
epilepsi; dan penyandang epilepsi hanya ditempatkan pada pasal gangguan kejiwaan
sehingga dokter spesialis saraf hanya dapat memberikan keterangan medis yang tidak
mempunyai konsekuensi hukum akibat apa yang dialaminya, maka perlu dilakukan
revisi perundang undangan serta peraturan asuransi yang berlaku saat ini
dialaminya. Tentu diharapkan keluarga tidak akan meninggalkan begitu saja, yang
aspek legal yang berlaku saat ini, mereka tidak mendapatkan akses
pekerjaan, pendidikan maupun aspek emosional karena suatu perkawinan yang baik.
42
Para praktisi medik secara tidak sengaja karena sistem kesehatan, kemajuuan
kedokteran, dan rumah sakit mungkin dapat menikmati biaya langsung maupun tidak
epilepsi yang luas dibidang transportasi, asuransi, dan tindak pidana yang
melibatkannya. Kita patut memikirkan dan merasakan hal ini serta ikut bersama
kesehatan, UU No. 36 tahun 2009, dan Permenkes 512 tahn 2007, tidak satupun pasal
a. Masalah pekerjaan
43
Diberhentikan dari pekerjaan karena mengelola mesin yang berbahaya
kimia tertentu, atau bersifat menetap (tidak dalam kerja shift) untuk
b. Masalah Sipil
Pada kasus perebutan hak asuh anak maka orang tua yang menderita epilepsi
kepada anaknya.
Bila anak yang menderita epilepsi maka dapat dituduh bahwa ini bukan akibat
kecelakaan dan bahwa orang tua tidak mampu merawatnya dengan baik.
c. Kecelakaan
d. Kelalaian Medis
Kesalahan diagnosis
44
Bangkitan non-epileptik yang didiagnosis sebagai epilepsi dapat
samping OAE, terapi pembedahan yang diberikan, reaksi alergi, efek kronis
OAE, interaksi OAE dengan obat lain serta potensi teratogenik OAE.
OAE.
Standar pelayanan medik pada kasus kelalaian medis, hampir selalu dinilai
dari apa yang tertulis pada catatan medis, oleh karena itu sangatlah perlu
untuk mempunyai catatan medik yang lengkap seta tertulis dan terbaca
dengan jelas.
45
pengacaranya guna tujuan penuntutan, maka perlu kiranya dokter
11. Pencegahan
Pencegahan pada prinsipnya adalah menghindari faktor pencetus agar tidak terjadi
6. Buatlah tanda pengenal kepada penderita dan catatan obat yang biasa
diminum.
12. Prognosis
Pada sekitar 70% kasus epilepsi serangan dapat dicegah dengan obat anti
epilepsi. Namun prognosis tergantung jenis serangan, usia, waktu serangan pertama
terjadi, saat dimulai pengobatan, ada tidaknya kelainan neurologik atau mental dan
faktor etiologik. Prognosis terbaik adalah untuk serangan umum primer seperti kejang
tonik klonik dan serangan petit mal, sedangkan serangan parsial dengan
46
simptomatologi kompleks kurang baik prognosisnya. Juga serangan epilepsi yang
mulai pada waktu bayi dan usia dibawah tiga tahun prognosisnya relatif buruk.
47
DAFTAR PUSTAKA
http://www.who.int/entity/mediacentre /factsheets/fs999/en/index.html
http://eprints.undip.ac.id/31219/2/Bab_1.pdf
48