SDN 01 Dwi Warga Tunggal Jaya adalah sebuah sekolah dasar negri yang
provinsi Lampung dengan luas tanah 929 m. Sekolah ini telah berdiri sejak
tahun 1976. Berdasarkan data diketahui SDN 01 Dwi Warga Tunggal Jaya
bahwa memiliki sarana dan Prasarana yang cukup baik, semua fasilitas ini
Dwi Warga Tunggal. Keadaan Sarana dan Prasarana di SDN 1 Dwi Warga
Tunggal yaitu terdiri dari 6 ruang belajar, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang
dewan guru, 1 ruang UKS, 1 perpustakaan, 2 kantin, 4 kar mandi dan Wc.
Jumlah siswa di SDN 1 Dwi Warga Tunggal yaitu 183 siswa yang terdiri dari
Tunggal yaitu sebanyak 16 orang yang terdiri dari 10 pegawai negri sipil dan
Tabel 4.1
Distribusi Frequensi Karies Gigi SDN 01 Dwi Warga Tunggal
Jaya Banjar Agung Tulang Bawang 2016
B. Pola Makan
Tabel 4.2
Pola Makan Beresiko Karies Gigi SDN 01 Dwi Warga Tunggal
Jaya Banjar Agung Tulang Bawang 2016
yang memiliki pola makan tidak beresiko mengalami karies gigi dan
Dari hasil analisis di dapatkan P Value 0.000 yang berarti pada nilai
pola makan dengan kejadian karies gigi. Dari hasil analisis juga di
beresiko.
43
4.3 Pembahasan
karies gigi. Hal ini menunjukan bahwa lebih banyak responden yang
dari 66 responden 37 (56.1%) memiliki pola makan beresiko karies gigi dan
mengalami pola makan beresiko, hal ini dikarenakan pada usia anak sekolah,
Value 0.00 yang berarti pada nilai 0.05 dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian karies gigi.
Dari hasil analisis juga di dapatkan Hasil OR 55 yang berarti responden yang
memiliki pola makan beresiko memiliki resiko untuk mengalami karies gigi
Hasil penelitian ini sama dengan pendapat yang di nyatakan oleh sodikin
makanan yang dapat menyebabkan karies gigi (kariogenik) tersebut dan juga
berhubungan dengan oral clearance time, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh
karies lebih tinggi dari pada orang yang mengulum makanan/oral clearance
(Sodikin 2011).
resiko yang tinggi. Makanan kariogenik adalah makanan manis yang dapat
turun dibawah 5.5 ion ion kalsium mulai meninggalkan enamel gigi dan
proses ini di sebut demineralisasi, hal ini sependapat dengan hasil penelitian
45
yang menunjukan OR 55, yang berarti responden yang memiliki pola makan
beresiko, beresiko untuk mengalami karies gigi lebih besar yaitu 55 kali lipat
(Sodikin 2011).
gigi. Gula diyakini sebagai sumber utama masalah pada gigi. Semakin sering
lebih dari 3 kali dan mengkonsumsi makanan manis lebih dari 2 kali perhari
gigi, dalam yang disarankan nasihat berupa 5 & 2 yaitu berupa 5 makanan /
demineralisai enamel gigi selama gigi disikat 2 kali sehari dengan pasta
( Dougal 2014 ).
gigi , termasuk dalam mengkonsumsi permen karet, gula gula dan minuman
mulut seperti apel tidak dianjurkan di konsumsi pada malam hari hal ini
46
merupakan pencegahan bagi anak yang memiliki gigi manis ( sweet tooth )
( Sodikin 2011 ).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh adi nugraha dengan judul hubungan
pola jajan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi terhadap kejadian karies
gigi molar pertama permanen pada anak usia 8-10 tahun di sdn 01 gumpang
terhadap karies gigi molar pertama permanen pada anak usia 8-10 tahun di
positif dan kekuatan sedang dan Terdapat hubungan yang signifikan antara
kebiasaan menggosok gigi terhadap karies gigi molar pertama permanen pada
Pada masa anak-anak akan sangat sulit sekali mengontrol asupan makanan
bekas makanan dalam gigi yang akan membuat bakteri senang berada dalam
gigi tersebut dan merusak bagian gigi itu sendiri. Peneliti berpendapat bahwa
semakin besar pula resiko untuk terjadi karies gigi, karies gigi sangat
berpengaruh pada anak anak usia sekolah karena pada usia ini anak anak
47
kariogenik jika dimbangi dengan menggosok gigi yang baik dan benar maka
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tunggal Jaya selama bulan Juli 2016 peneliti dapat menyimpukan hasil
berarti ada hubungan pola makan dengan kejadian karies gigi pada di
SDN 01 Dwi Warga Tunggal Jaya Banjar Agung Tulang Bawang 2016
5.2 Saran
melakukan penelitian pada populasi yang lebih luas lagi, dan faktor
yang lebih banyak lagi, agar dapat diketahui faktor yang paling
yang dimiliki oleh peneliti sehingga peneliti tidak dapat melakukan penelitian
pada populasi yang lebih luas, dikarenakan terbatasnya ilmu yang dimiliki