Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

SDN 01 Dwi Warga Tunggal Jaya adalah sebuah sekolah dasar negri yang

terletak di wilayah Kecamatan Banjar Agung, Kabupatan Tulang Bawang

provinsi Lampung dengan luas tanah 929 m. Sekolah ini telah berdiri sejak

tahun 1976. Berdasarkan data diketahui SDN 01 Dwi Warga Tunggal Jaya

bahwa memiliki sarana dan Prasarana yang cukup baik, semua fasilitas ini

tidak lain untuk menunjang optimalisasi Kegiatan belajar mengajar di SDN 1

Dwi Warga Tunggal. Keadaan Sarana dan Prasarana di SDN 1 Dwi Warga

Tunggal yaitu terdiri dari 6 ruang belajar, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang

dewan guru, 1 ruang UKS, 1 perpustakaan, 2 kantin, 4 kar mandi dan Wc.

Jumlah siswa di SDN 1 Dwi Warga Tunggal yaitu 183 siswa yang terdiri dari

kelas 1 sampai dengan kelas 6. Jumlah pengajar di SDN 1 Dwi Warga

Tunggal yaitu sebanyak 16 orang yang terdiri dari 10 pegawai negri sipil dan

6 diantaranya adalah pegawai honorer.


41

4.2 Analisa Data

4.2.1 Analisa Univariat

A. Kejadian Karies Gigi

Tabel 4.1
Distribusi Frequensi Karies Gigi SDN 01 Dwi Warga Tunggal
Jaya Banjar Agung Tulang Bawang 2016

Jumlah Persen (%)


Karies gigi 42 63.6
Tidak Karies gigi 24 36.4
Total 66 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dari 66 responden 42

(63.6%) responden mengalami karies gigi dan 24 (36.4%)

responden tidak mengalami karies gigi.

B. Pola Makan

Tabel 4.2
Pola Makan Beresiko Karies Gigi SDN 01 Dwi Warga Tunggal
Jaya Banjar Agung Tulang Bawang 2016

Jumlah Persen (%)


Pola makan beresiko 37 56.1
Pola makan tidak beresiko 29 43.9
Total 66 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa dari 66 responden 37

(56.1%) memiliki pola makan beresiko karies gigi dan 29 (43.9%)

responden tidak memiliki pola makan beresiko.


42

4.2.2 Analisa Bivariat


Tabel 4.3
Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Karies Gigi SDN 01
Dwi Warga Tunggal Jaya Banjar Agung Tulang Bawang 2016

Kejadian Karies Gigi


P OR
Tidak Karies Total
Karies gigi Value 95 % CI
Gigi
n % N % N %
Pola makan
35 94.6 2 5.4 37 100
beresiko
55
Pola makan 0.000
7 24.1 22 75.9 29 100 (10.4 -289.1)
tidak beresiko

Total 42 63.6 24 36.4 60 100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa 35 (94.6%) responden yang

memiliki pola makan beresiko mengalami karies gigi dan 2 (5.4%)

responden lainya tidak mengalami karies gigi. 7 (24.1%) responden

yang memiliki pola makan tidak beresiko mengalami karies gigi dan

22 (75.9%) responden yang memiliki pola makan tidak beresiko tidak

mengalami karies gigi.

Dari hasil analisis di dapatkan P Value 0.000 yang berarti pada nilai

0.05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara

pola makan dengan kejadian karies gigi. Dari hasil analisis juga di

dapatkan Hasil OR 55 yang berarti responden yang memiliki pola

makan beresiko memiliki resiko untuk mengalami karies gigi sebesar

55 kali dibandingkan responden yang tidak memiliki pola makan

beresiko.
43

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 66 responden 42 (63.6%)

responden mengalami karies gigi dan 24 (36.4%) responden tidak mengalami

karies gigi. Hal ini menunjukan bahwa lebih banyak responden yang

mengalami karies gigi pada tempat penelitian. Sedangkan diketahui bahwa

dari 66 responden 37 (56.1%) memiliki pola makan beresiko karies gigi dan

29 (43.9%) responden tidak memiliki pola makan beresiko, hal ini

menunjukan bahwa pada tempat penelitian lebih banyak responden yang

mengalami pola makan beresiko, hal ini dikarenakan pada usia anak sekolah,

anak anak akan cenderung menggemari makanan yang manis.

Berdasrkan hasil uji statistic Chi-squareDari hasil analisis di dapatkan P

Value 0.00 yang berarti pada nilai 0.05 dapat disimpulkan terdapat

hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian karies gigi.

Dari hasil analisis juga di dapatkan Hasil OR 55 yang berarti responden yang

memiliki pola makan beresiko memiliki resiko untuk mengalami karies gigi

sebesar 55 kali dibandingkan responden yang tidak memiliki pola makan

beresiko. Hasil penelitian diatas menunjukan bahwa responden yang

memiliki pola makan beresiko cenderung untuk mengalami karies gigi.

Hasil penelitian ini sama dengan pendapat yang di nyatakan oleh sodikin

2011 yaitu, karies gigi berhubungan dengan bagaimana cara mengonsumsi

makanan yang dapat menyebabkan karies gigi (kariogenik) tersebut dan juga

berhubungan dengan oral clearance time, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh

seseorang untuk mengeliminasi makanan dari mulut, dan mengurangi


44

konsentrasi karbohidrat sampai pada titik terang. Seseorang yang

mengulum makanan lebih lama didalam mulutnya, mempunyai resiko

karies lebih tinggi dari pada orang yang mengulum makanan/oral clearance

time makanan pendek.

Hasil penelitian padaanak karies biasanya memiliki kegemaran

mengkonsumsi jenis jajanan secara berlebihan sehingga beberapa bakteri

penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam yang

menyebabkan demineralisasi yang berlangsung 20 30 menit setelah makan.

Di antara periode makan saliva akan bekerja menetralisir asam dan

membantu proses remineralisasi. Namun apabila makanan jajanan terlalu

sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan

melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadinya karies

(Sodikin 2011).

Asupan makanan dan minuman kariogenik dapat juga di hubungkan dengan

resiko yang tinggi. Makanan kariogenik adalah makanan manis yang dapat

menyebabkan terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak

mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut. Bakteri

kariogenik strain tertentu seperti streptococcus, lactobacillus, actimonises

adalah bakteri kariogenik. Kuman kuman ini memetabolisme hidrat arang

dan menghasilkan asam . kuman ini memetabolisme sukrosa hingga

menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH sekeliling gigi , sampai pH

turun dibawah 5.5 ion ion kalsium mulai meninggalkan enamel gigi dan

proses ini di sebut demineralisasi, hal ini sependapat dengan hasil penelitian
45

yang menunjukan OR 55, yang berarti responden yang memiliki pola makan

beresiko, beresiko untuk mengalami karies gigi lebih besar yaitu 55 kali lipat

(Sodikin 2011).

Tingginya frekuensi makanan dan camilan dapat meningkatkan resiko karies

gigi. Gula diyakini sebagai sumber utama masalah pada gigi. Semakin sering

anak mengkomsumsi makanan manis (gula) makan anak tersebut berisiko

besar mengalami karies gigi. Mengkonsumsi sumber karbohidrat seperti nasi

lebih dari 3 kali dan mengkonsumsi makanan manis lebih dari 2 kali perhari

dapat meningkatkan resiko karies gigi. Dengan mengurangi sumber

karbohidrat fermentative dapat meningkatkan pencegahan terhadap karies

gigi, dalam yang disarankan nasihat berupa 5 & 2 yaitu berupa 5 makanan /

cemilan ( 3 makanan dan 2 camilan ) aman dikonsumsi tanpa menyebabkan

demineralisai enamel gigi selama gigi disikat 2 kali sehari dengan pasta

berflouride selama 2 menit dengan menggunakan pasta gigi berflouride

( Dougal 2014 ).

Pencegahan terjadinya karies gigi disarankan untuk menghindari makan

makanan kecil diantara sela makan yang mengandung karbohidrat.

Pengurangan konsumsi karbohidrat juga dapat mencegah terjadinya karies

gigi , termasuk dalam mengkonsumsi permen karet, gula gula dan minuman

yang mengandung gula ( manitol, sorbitol, aspartame ). Dianjurkan untuk

mengkonsumsi buah buahan dan sayur sayuran untuk pencegahan karies

gigi, namun mengkonsumsi makanan yang menimbulkan keasaman pada

mulut seperti apel tidak dianjurkan di konsumsi pada malam hari hal ini
46

merupakan pencegahan bagi anak yang memiliki gigi manis ( sweet tooth )

( Sodikin 2011 ).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh adi nugraha dengan judul hubungan

pola jajan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi terhadap kejadian karies

gigi molar pertama permanen pada anak usia 8-10 tahun di sdn 01 gumpang

kecamatan kartasura, sukoharjo tahun 2015. Dengan menggunakan disaign

crossectional dan mengggunakan uji statistic chi square di dapatkan

kesimpulan Terdapat hubungan yang signifikan antara pola jajan kariogenik

terhadap karies gigi molar pertama permanen pada anak usia 8-10 tahun di

SDN 01 Gumpang, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo dengan arah korelasi

positif dan kekuatan sedang dan Terdapat hubungan yang signifikan antara

kebiasaan menggosok gigi terhadap karies gigi molar pertama permanen pada

anak usia 8-10 tahun di SDN 01 Gumpang, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo

dengan arah korelasi negatif dan kekuatan kuat.

Pada masa anak-anak akan sangat sulit sekali mengontrol asupan makanan

terutama jajanan yang bersifat kariogenik, makanan makanan yang bersifat

kariogenik umumnya berasa manis, sehingga sangat disenangi oleh anak

anak. Konsumsi makanan manis tersebut akan mengakibatnya tersisanya

bekas makanan dalam gigi yang akan membuat bakteri senang berada dalam

gigi tersebut dan merusak bagian gigi itu sendiri. Peneliti berpendapat bahwa

semakin banyak anak anak mengkonsumsi makanan kariogenik maka akan

semakin besar pula resiko untuk terjadi karies gigi, karies gigi sangat

berpengaruh pada anak anak usia sekolah karena pada usia ini anak anak
47

umumnya sangat menyenagi makanan makanan manis dan bersifat

kariogenik. Peneliti berpendapat juga bahwa tingginya konsumsi makanan

kariogenik jika dimbangi dengan menggosok gigi yang baik dan benar maka

akan dapat mengurangi faktor resiko terhadap kejadian karies gigi.


48

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SDN 01 Dwi Warga

Tunggal Jaya selama bulan Juli 2016 peneliti dapat menyimpukan hasil

penelitian sebagai berikut :

1. Distribusi frequensi responden berdasarkan karies gigi yaitu : dari 66

responden 42 (63.6%) responden mengalami karies gigi dan 24 (36.4%)

responden tidak mengalami karies gigi.

2. Distribusi frequensi responden berdasarkan pola makan yaitu : dari 66

responden 37 (56.1%) memiliki pola makan beresiko karies gigi dan 29

(43.9%) responden tidak memiliki pola makan beresiko.

3. Berdasarkan uji statistic Chi Square didapatkan P Value 0.000 yang

berarti ada hubungan pola makan dengan kejadian karies gigi pada di

SDN 01 Dwi Warga Tunggal Jaya Banjar Agung Tulang Bawang 2016

dan Ha dapat diterima.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Aplikatif

Peneliti menyarankan agar dapat melakukan pendidikan kesehatan

tentang pola makan yang beresiko karies gigi khususnya untuk

membatasi konsumsi makanan diantara waktu makan yang

berupa snack, makanan bergula, roti dan coklat. serta memberikan


49

anjuran kepada anak-anak untuk menyikat gigi kurang dari 30 menit

setelah mengkonsumsi makanan-makanan yang bersifat kariogenik.

5.2.2 Saran Teoritis

Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat

melakukan penelitian pada populasi yang lebih luas lagi, dan faktor

yang lebih banyak lagi, agar dapat diketahui faktor yang paling

berpengaruh terhadap karies gigi.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah terbatasnya ilmu dan oprasional

yang dimiliki oleh peneliti sehingga peneliti tidak dapat melakukan penelitian

pada populasi yang lebih luas, dikarenakan terbatasnya ilmu yang dimiliki

oleh peneliti untuk mendeteksi karies gigi sehingga peneliti menggunakan

bantuin perawat gigi yang membutuhkan oprasional lebih.

Anda mungkin juga menyukai