Anda di halaman 1dari 11

ISU-ISU KEUANGAN KONTEMPORER

Balance Scorecard

Disusun oleh:

Aldi Bakhtiar Zein 170610080184

Sukma Pratama 170610080082

Muh. Eko Abrian 170610080036

Naca Gunawan S. 170610080108

Jurusan Administrasi Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Padjadjaran
BALANCE SCORECARD

1. Sejarah Balance Scorecard

Konsep Balanced Scorecard telah lama dikembangkan oleh Robert S.Kaplan dan David

P.Norton (HBR, January,1992). Konsep Balanced Scorecard ini dikembangkan untuk

melengkapi pengukuran kinerja finansial (atau dikenal dengan pengukuran kinerja tradisional)

dan sebagai alat yang cukup penting bagi organisasi perusahaan untuk merefleksikan pemikiran

baru dalam era competitiveness dan efektivitas organisasi.

Pada awalnya, balanced scorecard ditujukan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja

eksekutif. Sebelum tahun 1990-an eksekutif hanya diukur kinerjanya dari aspek keuangan,

akibatnya fokus perhatian dan usaha eksekutif lebih dicurahkan untuk mewujudkan kinerja

keuangan dan kecendrungan mengabaikan kinerja nonkeuangan. Pada tahun 1990, Nolan Norton

Institute, bagian riset kantor akuntan publik KPMG, mensponsori study tentang Mengukur

Kinerja Organisasi Masa Depan(Kaplan and Norton ,1996: vii). Studi ini didorong oleh

kesadaran bahwa pada waktu itu ukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh semua

perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Balanced scorecard

digunakan untuk menyeimbangkan usaha dan perhatian eksekutif ke kinerja keuangan dan

nonkeuangan, serta kinerja jangka pendek. dan kinerja jangka panjang.

Hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif masa depan,

diperlukan ukuran yang komprehensif yang mencakup empat perspektif: keuangan, customer,

proses bisnis/intern, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Ukuran ini disebut dengan balanced

scorecard.
2. Definisi Balance Scorecard

Balance Scorecard (secara literal berarti kartu skor berimbang) terdiri atas kumpulan ukuran

kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan dan mendukung strategi

perusahaan secara keseluruhan. Strategi pada dasarnya adalah suatu teori tentang bagaimana

mencapai sasaran perusahaan. Sebagai contoh, strategi Southwest Airlines adalah menawarkan

harga rendah pada penumpang dan pelayanan penerbangan yang menyenangkan. Harga rendah

tersebut dimungkinkan karena tidak adanya biaya tambahan lain seperti makanan, tempat duduk

khusus, dan pengecekan bagasi antarbagian. Menurut pendekatan balance scorecard, manajemen

puncak menerjemahkan strategi mereka kedalam ukuran kinerja yang dapat dipahami dan

dilakukan oleh para karyawan. Sebagai contoh, jumlah waktu yang dibutuhkan oleh penumpang

untuk antre menunggu pengecekan bagasi dapat merupakan ukuran kinerja bagi supervisor yang

memimpin counter check-in Southwest Airlines di bandara Phoenix. Ukuran kinerja ini mudah

untuk dipahami dan diperbaiki oleh tindakan supervisor.

Konsep balance scorecard memperkenalkan suatu sistem pengukuran kinerja perusahaan

dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria tersebut sebenarnya merupakan

penjabaran dari apa yang menjadi misi dan strategi perusahaan dalam jangka panjang, yang

digolongkan menjadi empat perspektif yang berbeda yaitu :

1. Perspektif finansial

2. Perspektif customer

3. Perspektif proses, bisnis internal

4. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.


Dalam Balanced Scorecard, keempat persektif tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan. Keempat perspektif tersebut juga merupakan indikator pengukuran kinerja

yang saling melengkapi dan saling memiliki hubungan sebab akibat.

Ukuran Kinerja

Keuangan 3. Karakteristik Umum Balanced Scorecard


Apakah kinerja keuangan membaik? Ukuran kinerja yang digunakan oleh pendekatan

balance scorecard dapat dibagi menjadi 4 kelompok


Pelanggan
Apakah pelanggan mengakui bahwa (seperti yang digambarkan pada gambar 1) yaitru:
perusahaan memberi nilai lebih?
keuangan, pelanggan , proses bisnis internal, dan

Proses Bisnis Internal pembelajaran serta pertumbuhan.


Apakah kita telah memperbaiki proses
bisnis kunci sehingga dapat
Apa tujuan Keuangan
memberikan nilai lebih kepada
Perusahaan?
pelanggan?
Pelanggan yang mana
yang ingin kita layani Visi
Pembelajaran dan Pertumbuhan dan bagaimana kita dan
Apakah kita mempertahankan bisa peroleh dan Strategi
kemampuan untuk berubah dan pertahankan
berkembang?
Proses bisnis internal
yang manakah yang
penting dalam
memberikan nilai
kepada konsumen

Proses bisnis internal adalah segala sesuatu yang dilakikan perusahaan dalam usahanya

memuaskan pelanggan. Sebagai contoh, di perusahaan manufaktur, perakitan suatu produk

merupakan proses bisnis internal. Sedangkan dalam perusahaan penerbangan, penanganan bagasi
merupakan proses bisnis. Ide yang mendasari pengelompokan ini adalah bahwa pembelajaran

penting untuk memperbaiki proses bisnis internal, memperbaiki proses bisnis adalah penting

untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, dan meningkatkan kepuasan pelanggan akan

memperbaiki kondisi keuangan.

Ukuran kinerja keuangan tampak dibagian atas gambar 1. Pada akhirnya, sebagian besar

perusahaan hidup untuk memberikan imbalan kepada pemiliknya. Tidak ada pengecualian.

Namun demikian, karena beberapa alas an, ukuran kinerja keuangan tidaklah mencukupii dengan

sendirinya melainkan harus diintegrasikan dengan ukuran non keuangan di dalam balance

scorecard yang dirancang dengan baik.

Pertama, ukuran keuangan merupakan indicator jasa dalam artian melaporkan hasil tindakan

di masa lampau. Sebaliknya, ukuran nonkeuangan yang merupaan beberapa factor keberhasilan

utama seperti kepuasan pelanggan merupakan indicator pengarah (leading indicator) dari kinerja

keuangan di masa akan dating. Kedua, manajer puncaklah yang umumnya bertanggung jawab

atas ukuran kinerja keuangan bukan manajer pada tingkatan yang lebih rendah. Penyelia

bertanggung jawab atas beberapa lama para penumpang harus menunggu dalam antrean. Namun

demikian, penyelia ini tidak bertanggung jawab terhadap keseluruhan laba perusahaan. Ini

merupakan tanggung jawab manajer puncak maskapai penerbangan itu.

4. Perspektif Keuangan dalam Balance Scorecard


Pendekatan perspektif keuangan dalam balanced scorecard merupakan

hal yang sangat penting, hal ini disebabkan ukuran keuangan merupakan

suatu konsekwensi dari suatu keputusan ekonomi yang diambil dari suatu

tindakan ekonomi. Ukuran keuangan ini menunjukkan adanya perencanaan,

implementasi. serta evaluasi dari pelaksanaan strategi yang telah


ditetapkan. Evaluasi ini akan tercermin dari sasaran yang secara khusus

dapat diukur melalui keuntungan yang diperoleh, seperti contohnya Return

on investment.
Selanjutnya Kaplan ( 1996) menjelaskan bahwa ada 3 tahapan siklus bisnis

yang harus dilalui oleh suatu perusahaan yaitu pertumbuhan (growth),

bertahan (sustain) dan panen ( harvest). Pertumbuhan merupakan tahap

pertama yang harus dilalui oleh perusahaan dari siklus kehidupan bisnis,

dimana pada saat ini perusahaan memiliki produk yang berpotensi memiliki

tingkat pertumbuhan yang baik sekali. Dalam tahap ini perusahaan

beroperasi dalam cashflow yang negatif dan tingkat pengembalian yang

rendah. Investasi yang dilakukan oleh perusahaan pada tahap ini relatif

besar dengan biaya yang besar. Hal ini disebabkan produk atau jasa yang

dihasilkan oleh perusahaan mempunyai pasar yang masih sangat terbatas.

Pada tahap ini lebih ditekankan pada pertumbuhan penjualan dengan

mencari pasar dan konsumen baru. Selanjutnya Blocher (2000, 188)

menjelaskan bahwa siklus kehidupan penjualan (sales life cycle) dari suatu

produk terdiri dari 4 fase yaitu: (1) Pengenalan Produk, (2) Pertumbuhan, (3)

kematangan, (4)Penurunan.
Tahap siklus kedua yaitu bertahan ( sustain), dimana pada tahap ini

perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi untuk

mempertahankan pangsa pasar yang telah ada. Investasi umumnya

dilakukan untuk memperlancar kemacetan operasi dan memperbesar

kapasitas produksi serta meningkatkan operasionalisasi. Sasaran keuangan

lebih banyak diarahkan pada tingkat kembalian investasi yang telah


dilakukan, dengan demikian sasaran tidak lagi diarahkan pada strategi

strategi jangka panjang. Pengukuran pada tahap ini bisa diukur dengan

return on invesment, economic value added. Tahap ketiga yaitu tahap

kematangan (mature). Pada tahap ini perusahaan sudah mulai memanen

apa yang telah dilakukan selama ini. Perusahaan tidak lagi melakukan

investasi kecuali untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas yang telah

dimiliki, sedangkan tujuan utama tahap ini adalah memaksimalkan arus kas

ke dalam perusahaan.

5. Perspektif Pelanggan dalam Balance Scorecard


Perspektif customer dalam Balanced Scorecard mengidentifikasi bagaimana kondisi customer

mereka dan segmen pasar yang telah dipilih oleh perusahaan untuk bersaing dengan kompetitor

mereka. Segmen yang telah mereka pilih ini mencerminkan keberadaan customer tersebut
sebagai sumber pendapatan mereka. Dalam perspektif ini, pengukuran dilakukan dengan lima

aspek utama; yaitu:


(1) pengukuran pangsa pasar
Pengukuran terhadap besarnya pangsa pasar perusahaan mencerminkan proporsi bisnis

dalam satu area bisnis tertentu yang diungkapkan dalam bentuk uang, jumlah customer,

atau unit volume yang terjual atas setiap unit produk yang terjual.
(2) customer retention
Suatu tingkat tertentu dimana perusahaan dapat hubungan dan mempertahankan

konsumennya. Pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui besarnya prosentase

pertumbuhan bisnis dengan jumlah customer yang saat ini dimiliki oleh perusahaan.
(3) Customer Acquisition
Suatu tingkat tertentu dimana perusahaan mampu menarik konsumen baru. Pengukuran

dapat dilakukan melalui prosentase jumlah penambahan customer baru dan perbandingan

total penjualan dengan jumlah customer baru yang ada.


(4) customer satisfaction
Tingkat kepuasan konsumen terhadap criteria kinerja tertentu. Pengukuran terhadap

tingkat kepuasan pelanggan ini dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik

diantaranya adalah : survei melalui surat (pos), interview melalui telepon, atau personal

interview.
(5) customer profitability
Suatu tingkat laba bersih yang diperoleh perusahaan dari suatu target segmen tertentu.

Pengukuran terhadap customer profitability dapat dilakukan dengan menggunakan teknik

Activity Based-Costing (ABC).

6. Perspektif Proses Bisnis Internal


Dalam perspektif ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua aktivitas yang

dilakukan oleh perusahaan baik manajer maupun karyawan untuk menciptakan suatu produk

yang dapat memberikan kepuasan tertentu bagi customer dan juga para pemegang saham. Dalam
hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu: proses inovasi, proses operasi,

proses pasca penjualan.


(1) Proses Inovasi
Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi customer, proses inovasi merupakan salah satu

kritikal proses, dimana efisiensi dan efektivitas serta ketepatan waktu dari proses inovasi

ini akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilai tambah bagi

customer. Secara garis besar proses inovasi dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1)

Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan, (2)

Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.


(2) Proses Operasi
Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi bisnis, lebih

menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi dan ketepatan waktu dari barang dan

jasa yang diberikan kepada customer. Pada proses operasi, pengukuran terhadap kinerja

dilakukan terhadap tiga dimensi yaitu; time measurement, quality process measurement

dan process cost measurement.


(3) Pelayanan Purna Jual
Tahap terakhir dalam pengukuran proses bisnis internal adalah dilakukannya pengukuran

terhadap pelayanan purna jual kepada customer. Pengukuran ini menjadi bagian yang

cukup penting dalam proses bisnis internal, karena pelayanan purna jual ini akan

berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pelanggan. Yang termasuk dalam aktivitas purna

jual diantaranya adalah : garansi dan aktivitas reparasi, perlakuan terhadap produk cacat

atau rusak, proses pembayaran yang dilakukan oleh customer pada transaksi penjualan

yang dilakukan secara kredit.

7. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan


Dalam perspektif ini, terdapat tiga dimensi penting yang harus diperhatikan untuk melakukan

pengukuran yaitu; kemampuan karyawan, kemampuan sistem informasi, adanya motivasi,

pemberian wewenang dan pembatasan wewenang kepada karyawan.


a) Kemampuan karyawan
Dalam melakukan pengukuran terhadap kemampuan karyawan, pengukuran dilakukan

atas tiga hal pokok yaitu pengukuran terhadap kepuasan karyawan, pengukuran terhadap

perputaran karyawan dalam perusahaan, dan pengukuran terhadap produktivitas

karyawan. Pengukuran terhadap tingkat kepuasan karyawan meliputi antara lain tingkat

keterlibatan karyawan dalam proses pengambilan keputusan, pengakuan akan hasil kerja

yang baik, kemudahan memperoleh informasi sehingga dapat melakukan pekerjaannya

sebaik mungkin, keaktifan & kreativitas karyawan dalam melakukan pekerjaannya,

tingkat dukungan yang diberikan kepada karyawan, tingkat kepuasan karyawan secara

keseluruhan terhadap perusahaan. Produktivitas karyawan dalam bekerja dapat diukur

melalui berbagai cara, antara lain melalui gaji yang diperoleh tiap-tiap karyawan, atau bisa

juga diukur dengan menggunakan rasio perbandingan antara kompensasi yang diperoleh

oleh karyawan dibandingkan dengan jumlah karyawan yang ada dalam perusahaan.
b) Kemampuan Sistem Informasi
Peningkatan kualitas karyawan dan produktivitas karyawan juga dipengaruhi oleh akses

terhadap sistem informasi yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin mudah informasi

diperoleh maka karyawan akan memiliki kinerja yang semakin baik. Pengukuran terhadap

akses sistem informasi yang dimiliki perusahaan dapat dilakukan dengan mengukur

prosentase ketersediaan informasi yang diperlukan oleh karyawan mengenai

pelanggannya, prosentase ketersediaan informasi mengenai biaya produksi dan lain-lain.


c) Motivasi, Pemberian Wewenang, dan Pembatasan Wewenang Karyawan
Meskipun karyawan sudah dibekali dengan akses informasi yang begitu bagus tetapi

apabila karyawan tidak memiliki motivasi untuk meningkatkan kinerjanya maka semua itu
akan sia-sia saja. Sehingga perlu dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan motivasi

karyawan dalam bekerja. Pengukuran terhadap motivasi karyawan dapat dilakukan

melalui beberapa dimensi, yaitu:


(1) Pengukuran terhadap saran yang diberikan kepada perusahaan dan diimplementasikan.

Dilakukan melalui pengukuran berapa jumlah saran yang disampaikan oleh masing-

masing karyawan kepada perusahaan terutama pengukuran terhadap saran-saran yang

mendukung peningkatan kualitas perusahaan dan peningkatan income perusahaan dan

berhasil diterapkan periode tertentu.


(2) Pengukuran atas perbaikan dan peningkatan kinerja karyawan.
Pengukuran dapat dilakukan dengan mendeteksi seberapa besar biaya yang terbuang

akibat dari adanya keterlambatan pengiriman, jumlah produk yang rusak, bahan sisa

dan kehadiran karyawan (absenteeism).

Anda mungkin juga menyukai