Balance Scorecard
Disusun oleh:
Universitas Padjadjaran
BALANCE SCORECARD
Konsep Balanced Scorecard telah lama dikembangkan oleh Robert S.Kaplan dan David
melengkapi pengukuran kinerja finansial (atau dikenal dengan pengukuran kinerja tradisional)
dan sebagai alat yang cukup penting bagi organisasi perusahaan untuk merefleksikan pemikiran
Pada awalnya, balanced scorecard ditujukan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja
eksekutif. Sebelum tahun 1990-an eksekutif hanya diukur kinerjanya dari aspek keuangan,
akibatnya fokus perhatian dan usaha eksekutif lebih dicurahkan untuk mewujudkan kinerja
keuangan dan kecendrungan mengabaikan kinerja nonkeuangan. Pada tahun 1990, Nolan Norton
Institute, bagian riset kantor akuntan publik KPMG, mensponsori study tentang Mengukur
Kinerja Organisasi Masa Depan(Kaplan and Norton ,1996: vii). Studi ini didorong oleh
kesadaran bahwa pada waktu itu ukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh semua
perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Balanced scorecard
digunakan untuk menyeimbangkan usaha dan perhatian eksekutif ke kinerja keuangan dan
Hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif masa depan,
diperlukan ukuran yang komprehensif yang mencakup empat perspektif: keuangan, customer,
proses bisnis/intern, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Ukuran ini disebut dengan balanced
scorecard.
2. Definisi Balance Scorecard
Balance Scorecard (secara literal berarti kartu skor berimbang) terdiri atas kumpulan ukuran
kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan dan mendukung strategi
perusahaan secara keseluruhan. Strategi pada dasarnya adalah suatu teori tentang bagaimana
mencapai sasaran perusahaan. Sebagai contoh, strategi Southwest Airlines adalah menawarkan
harga rendah pada penumpang dan pelayanan penerbangan yang menyenangkan. Harga rendah
tersebut dimungkinkan karena tidak adanya biaya tambahan lain seperti makanan, tempat duduk
khusus, dan pengecekan bagasi antarbagian. Menurut pendekatan balance scorecard, manajemen
puncak menerjemahkan strategi mereka kedalam ukuran kinerja yang dapat dipahami dan
dilakukan oleh para karyawan. Sebagai contoh, jumlah waktu yang dibutuhkan oleh penumpang
untuk antre menunggu pengecekan bagasi dapat merupakan ukuran kinerja bagi supervisor yang
memimpin counter check-in Southwest Airlines di bandara Phoenix. Ukuran kinerja ini mudah
penjabaran dari apa yang menjadi misi dan strategi perusahaan dalam jangka panjang, yang
1. Perspektif finansial
2. Perspektif customer
dapat dipisahkan. Keempat perspektif tersebut juga merupakan indikator pengukuran kinerja
Ukuran Kinerja
Proses bisnis internal adalah segala sesuatu yang dilakikan perusahaan dalam usahanya
merupakan proses bisnis internal. Sedangkan dalam perusahaan penerbangan, penanganan bagasi
merupakan proses bisnis. Ide yang mendasari pengelompokan ini adalah bahwa pembelajaran
penting untuk memperbaiki proses bisnis internal, memperbaiki proses bisnis adalah penting
Ukuran kinerja keuangan tampak dibagian atas gambar 1. Pada akhirnya, sebagian besar
perusahaan hidup untuk memberikan imbalan kepada pemiliknya. Tidak ada pengecualian.
Namun demikian, karena beberapa alas an, ukuran kinerja keuangan tidaklah mencukupii dengan
sendirinya melainkan harus diintegrasikan dengan ukuran non keuangan di dalam balance
Pertama, ukuran keuangan merupakan indicator jasa dalam artian melaporkan hasil tindakan
di masa lampau. Sebaliknya, ukuran nonkeuangan yang merupaan beberapa factor keberhasilan
utama seperti kepuasan pelanggan merupakan indicator pengarah (leading indicator) dari kinerja
keuangan di masa akan dating. Kedua, manajer puncaklah yang umumnya bertanggung jawab
atas ukuran kinerja keuangan bukan manajer pada tingkatan yang lebih rendah. Penyelia
bertanggung jawab atas beberapa lama para penumpang harus menunggu dalam antrean. Namun
demikian, penyelia ini tidak bertanggung jawab terhadap keseluruhan laba perusahaan. Ini
hal yang sangat penting, hal ini disebabkan ukuran keuangan merupakan
suatu konsekwensi dari suatu keputusan ekonomi yang diambil dari suatu
on investment.
Selanjutnya Kaplan ( 1996) menjelaskan bahwa ada 3 tahapan siklus bisnis
pertama yang harus dilalui oleh perusahaan dari siklus kehidupan bisnis,
dimana pada saat ini perusahaan memiliki produk yang berpotensi memiliki
rendah. Investasi yang dilakukan oleh perusahaan pada tahap ini relatif
besar dengan biaya yang besar. Hal ini disebabkan produk atau jasa yang
menjelaskan bahwa siklus kehidupan penjualan (sales life cycle) dari suatu
produk terdiri dari 4 fase yaitu: (1) Pengenalan Produk, (2) Pertumbuhan, (3)
kematangan, (4)Penurunan.
Tahap siklus kedua yaitu bertahan ( sustain), dimana pada tahap ini
strategi jangka panjang. Pengukuran pada tahap ini bisa diukur dengan
apa yang telah dilakukan selama ini. Perusahaan tidak lagi melakukan
dimiliki, sedangkan tujuan utama tahap ini adalah memaksimalkan arus kas
ke dalam perusahaan.
mereka dan segmen pasar yang telah dipilih oleh perusahaan untuk bersaing dengan kompetitor
mereka. Segmen yang telah mereka pilih ini mencerminkan keberadaan customer tersebut
sebagai sumber pendapatan mereka. Dalam perspektif ini, pengukuran dilakukan dengan lima
dalam satu area bisnis tertentu yang diungkapkan dalam bentuk uang, jumlah customer,
atau unit volume yang terjual atas setiap unit produk yang terjual.
(2) customer retention
Suatu tingkat tertentu dimana perusahaan dapat hubungan dan mempertahankan
pertumbuhan bisnis dengan jumlah customer yang saat ini dimiliki oleh perusahaan.
(3) Customer Acquisition
Suatu tingkat tertentu dimana perusahaan mampu menarik konsumen baru. Pengukuran
dapat dilakukan melalui prosentase jumlah penambahan customer baru dan perbandingan
tingkat kepuasan pelanggan ini dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik
diantaranya adalah : survei melalui surat (pos), interview melalui telepon, atau personal
interview.
(5) customer profitability
Suatu tingkat laba bersih yang diperoleh perusahaan dari suatu target segmen tertentu.
dilakukan oleh perusahaan baik manajer maupun karyawan untuk menciptakan suatu produk
yang dapat memberikan kepuasan tertentu bagi customer dan juga para pemegang saham. Dalam
hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu: proses inovasi, proses operasi,
kritikal proses, dimana efisiensi dan efektivitas serta ketepatan waktu dari proses inovasi
ini akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilai tambah bagi
customer. Secara garis besar proses inovasi dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1)
Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan, (2)
menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi dan ketepatan waktu dari barang dan
jasa yang diberikan kepada customer. Pada proses operasi, pengukuran terhadap kinerja
dilakukan terhadap tiga dimensi yaitu; time measurement, quality process measurement
terhadap pelayanan purna jual kepada customer. Pengukuran ini menjadi bagian yang
cukup penting dalam proses bisnis internal, karena pelayanan purna jual ini akan
berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pelanggan. Yang termasuk dalam aktivitas purna
jual diantaranya adalah : garansi dan aktivitas reparasi, perlakuan terhadap produk cacat
atau rusak, proses pembayaran yang dilakukan oleh customer pada transaksi penjualan
atas tiga hal pokok yaitu pengukuran terhadap kepuasan karyawan, pengukuran terhadap
karyawan. Pengukuran terhadap tingkat kepuasan karyawan meliputi antara lain tingkat
keterlibatan karyawan dalam proses pengambilan keputusan, pengakuan akan hasil kerja
tingkat dukungan yang diberikan kepada karyawan, tingkat kepuasan karyawan secara
melalui berbagai cara, antara lain melalui gaji yang diperoleh tiap-tiap karyawan, atau bisa
juga diukur dengan menggunakan rasio perbandingan antara kompensasi yang diperoleh
oleh karyawan dibandingkan dengan jumlah karyawan yang ada dalam perusahaan.
b) Kemampuan Sistem Informasi
Peningkatan kualitas karyawan dan produktivitas karyawan juga dipengaruhi oleh akses
terhadap sistem informasi yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin mudah informasi
diperoleh maka karyawan akan memiliki kinerja yang semakin baik. Pengukuran terhadap
akses sistem informasi yang dimiliki perusahaan dapat dilakukan dengan mengukur
apabila karyawan tidak memiliki motivasi untuk meningkatkan kinerjanya maka semua itu
akan sia-sia saja. Sehingga perlu dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan motivasi
Dilakukan melalui pengukuran berapa jumlah saran yang disampaikan oleh masing-
akibat dari adanya keterlambatan pengiriman, jumlah produk yang rusak, bahan sisa