Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PENGELASAN SMAW GUNA


MEMENUHI KELENGKAPAN ALAT LABORATORIUM LAS DI
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

Disusun Oleh :

1. IDAM OCTA FALIQ 3.21.14.6.11 / ME-


3B
2. RIO ARMAN SAPUTRA 3.21.14.6.20 / ME-3B
3. TARIS ZIHNI Y. 3.21.14.6.22 / ME-3B
4. ZULFIKAR BAYU H. 3.21.14.6.24 / ME-
3E

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akhir


Program Pendidikan Ahli Madya Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Semarang

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2016
LEMBAR PENGESAHAN

a) Judul : ALAT BANTU PENGELASAN GUNA MEMENUHI


KELENGKAPAN ALAT LABORATORIUM LAS DI
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
b) Jurusan/Prodi : Teknik Mesin / DIII Teknik Mesin

Semarang, November
2016

Idam Octa Faliq Rio Arman Saputra

NIM 3.21.14.6.11 NIM 3.21.14.6.20

Taris Zihni Yunanto Zulfikar Bayu H.

NIM 3.21.14.6.22 NIM.3.21.14.6.24

Calon Pembimbing 1 Kaprodi DIII Teknik


Mesin
Hartono, S.T., M.T. Ir. Riles Melvy Wattimena,M.T.

NIP 195903281989031001 NIP. 196709031994031001

A. Latar belakang

Ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi semakin pesat, sehingga dituntut


sarana dan prasarana yang menunjang proses produksi secara optimal. Prubahan-
perubahan yang terjadi seperti perkembangan teknologi mesin yang semakin canggih,
yang dapat dimanfaatkan untuk mempermudah manusia dalam memenuhi
kebutuhanya, untuk mendapatkan nilai lebih, serta memudahkan manusia dalam
memperoleh hasil yang diharapkan seoptimal mungkin

Dalam hal ini faktor alat bantu mempunyai peranan penting untuk menghasilkan
suatu produk yang berkualitas. Alat bantu dapat digunakan untuk mempermudah
proses produksi. Salah satu jenis proses produki yang membutuhkan alat bantu yaitu
pengelasan.

Pengelasan adalah membuat sambungan tetap antara dua buah logam padat
dengan cara melelehkanya, baik dengan bahan tambahan ataupun tanpa bahan
tambah. Ada beberapa jenis pengelasan, salah satu yang digunakan dalam praktikum
praktikum pengelasan di Politeknik Negeri Semarang (POLINES) adalah las SMAW.
Las SMAW adalah adalah las busur nyala api listrik terlindung dengan
mempergunagakan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam. Panas
yang timbul pada busur listrik yang terjadi antara elektroda karbon dengan benda
kerja mencairkan ujung elektroda karbon dan benda kerja setempat, kemudian
membentuk paduan dan membeku menjadi sambungan tetap. Di dalam pengelasan di
terdapat berbagai macam jenis sambungan las, diantaranya adalah sambungan
tumpul, sambungan T, sambungan silang dan sambungan sudut.
Gambar 1. Jenis Jenis Pengelasan

Dalam prktikum pengelasan, mahasiswa ditutuntu agar bisa menguasai beberapa


teknik dan posisi pengelasan. Dengan adanya alat bantu pengelasan yang memadai,
mahasiswa bisa lebih mudah dan cepat mnguasai beberapa teknik pengelasan yang
baik. Alat bantu ini berguna sebagai sarana praktikum mahasiswa di laboratorium
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang dalam Praktikum Pengelasan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, kami menemukan berbagai
permasalahan, antara lain :
1. Bagaimana cara merangkai atau membuat alat bantu pengelasan yang dapat
memudahkan mahasiswa dalam menguasai beberapa teknik dan posisi
pengelasan ?
2. Apa saja keunggulan dengan menggunakan alat bantu tersebut, dibandingkan
dengan tanpa menggunakan alat bantu ?
C. Tujuan
1. Membuat alat bantu pengelasan untuk melancarkan program pengelasan
dalam praktikum pengelasan.
2. Menambah efisiensi waktu pada saat praktikum pengelasan.
D. Batasan Masalah
1. Alat bantu pengelasan ini digunakan skala laboratorium Politeknik Negeri
Semarang Jurusan Teknik Mesin.
2. Alat bantu pengelasan ini digunakan untuk benda kerja berbahan pelat dan
pipa baja karbon dengan ukuran diameter maksimal 4,5.
3. Alat bantu pengelasan ini dapat digunakan dalam praktikum pengelasan
dengan berbagai posisi yaitu :
a) Posisi datar bawah tangan (flat)
b) Posisi horizontal
c) Posisi vertical
d) Posisi diatas kepala (overhead)
e) Posisi sumbu vertical dan horizontal dapat diputar

Gambar 2. Posisi Pengelasan

E. Penjelasan Bagian-Bagian Alat


1. Body
Berfungsi sebagai landasan yang rigid untuk meletakkan lokator, support,
clamp, dan bagian lain yang dibutuhkan. Ukuran, bentuk, bahan, dan metoda
perancangan tool body tergantung dari benda kerja yang akan diproses.
Ukuran dan bentuk dari body ditentukan oleh ukuran benda kerja dan proses
pengerjaanya. Pemilihan bahan dan metoda tergantung pada biaya, kekakuan
yang dibutuhkan, akurasi umur tool yang dibutuhkan.
2. Pencekam
Penepat dan Pencekam adalah alat yang dipakai untuk memposisikan,
mendukung, melindungi dan memegang benda kerja agar bisa diproses
oleh mesin perkakas dan mesin-mesin produksi lainnya termasuk pengelasan.
Di dalam proses pengelasan penepat dan pencekam juga berfungsi untuk
mencegah distorsi benda kerja yang diakibatkan oleh pemuaian dan
penyusutan selama proses pengelasan. Kondisi yang harus dipenuhi dalam
pencekaman adalah :
Cukup kuat untuk menahan benda kerja dan menahan pergeseran benda
kerja.
Tidak merusak atau mendoformasi benda kerja dengan cepat.
Menjamin loading dan unloading benda kerja dengan cepat

Secara umum pencekam atau penepat terdiri dari 3 bagian yaitu bagian
peletak untuk meletakkan benda kerja secara akurat pada bagian pemandu dan
pengatur, bagian pemegang untuk memegang benda kerja secara aman saat
proses pengerjaan berlangsung dan yang terakhir adalah bagian pengatur.

3. Locator
Locator pada alat bantu ini berfungsi untuk meletakkan pencekam pada susut
yang diinginkan. Locator pada alat bantu ini mempunyai bentuk piringan
dengan lubang-lubang penunjuk sudut.
4. Perhitungan dan Analisa Bahan
a. Daya Motor
Untuk menghitung daya ( P ) motor perlu dihitung dulu torsinya ( T),
yaitu:

T =F X R

Keterangan : F=gaya potong ( kg )

R= jari jari lingkaran pisau(mm)

Kecepatan sudut :
2 n
=
60

Keterangan : n=kecepatan putar (rpm)

Selanjutnya dapat dihitung daya mesin (P)


P=T

Keterangan : P=Daya motor (Kw)

T =Torsi(kg . mm)

n=kecepatan putar (rpm)

b) Mekanisme Pulley
Pulley 1, sebagai pulley pengggerak dengan diameter (d pulley ) , dan

pulley 2, sebagai pulley yang digerakkan dengan diameter ( D pulley ) .

Berdasarkan dimensi pulley yang telah ditentukan, selanjutnya dapat


dihitung dengan perbandingan putaran, yaitu sebagai berikut :

d pulley nmotor =D pulley n pulley

d pulley n motor
n pulley =
D pulley

c) Mekanisme Speed Reducer


Setelah di dapatkan hasil putaran dari reduksi pulley pada mekanisme
pulley, kemudian dilanjutkan dengan mekanisme speed reducer dengan
perbandingan i speed reducer . dan selanjutnya dapat dihitung dengan
perbandingan putaran, sebagai berikut :

n speed reducer =i speed reducer n pulley

d) Mekanisme Sprocket
Setelah di dapatkan hasil putaran dari reduksi speed reducer dari
mekanisme speed reducer, kemudian dilanjutkan dengan reduksi
mekanisme sprocket dengan perbandingan i sprocket . Dan selanjutnya

dapat dihitung dengan perbandingan putaran sebagai berikut :


n sprocket =i sprocket nreducer

e) Mekanisme Bevel Gear


Setelah didapatkan hasil putaran dari reduksi sprocket pada mekanisme
sprocket, kemudian dilanjutkan dengan reduksi mekanisme bevel gear.
Dan selanjutnya dapat dihitung dengan perbandingan putaran sebagai
berikut :
nbevel gear =ibevel gear nsprocket
f) Perhitungan Sabuk dan Pulley
Perbandingan Kecepatan Pada Putaran Sabuk :
Apabila tanpa slip maka dapat dibuat persamaan v 1=v 2 , sehingga :

d 1 n1 d 2 n 2 n1 d 1
= = =i
60 60 n2 d 2

Keterangan :
d1 = Diameter puli penggerak (mm)
d2 = Diameter puli yang digerakkan (mm)
n1 = Putaran puli penggerak (rpm)
n2 = Putaran puli yang digerakkan (rpm)

Panjang Sabuk Terbuka :

Gambar 3. Sabuk Terbuka

Panjang sabuk = Busur EJG + Busur FKH + EF + GH

2
( r 1r 2 )
L= ( r 1 +r 2 ) +2 ( r 1r 2 ) +2 x
x

Daya Yang Ditransmisikan Sabuk :


Gambar 4. Transmisi Daya Pada Sabuk

P=( T 1T 2 ) v (Watt)

P = Daya yang ditarnsmisikan (Watt)


T1 = Gaya tegang sabuk pada sisi kencang (N)
T2 = Gaya tegang sabuk poda sisi kendor (N)
r1 = Jari-jari puli penggerak (mm)
r2 = Jari-jari puli yang digerakkan (mm)

Gaya-Gaya Pada Sabuk :

Gambar 5. Gaya-gaya pada Sabuk Datar untuk Puli Pemutar

Dari substitusi gaya-gaya horizontal dan vertikal, didapatkan rumus


akhir sebagai berikut :
T1 T 1 T1
( )
log e
T2
= atau =e atau 2,3 log
T2 ( )T2
=

Keterangan :
T1 = Gaya tegang sabuk pada sisi kencang (N)
T2 = Gaya tegang sabuk poda sisi kendor (N)
r1 = Jari-jari puli penggerak (mm)
r2 = Jari-jari puli yang digerakkan (mm)
e = Bilangan alam = 2,718281828
= Koefisien gesek antara sabuk dan puli
= Sudut kontak antara sabuk dan puli pada puli penggerak (rad)

Gaya Sentrifugal :

Gambar 6. Gaya Sentrifugal

Gaya sentrifugal terjadi karena adanya perputaran pada puli.

w . v2
Fc =
g
Keterangan :
FC = Gaya sentrifugal (N)
M = Massa sabuk (kg)
w = Berat sabuk per satuan panjang (N/m)
g = Gravitasi (m/det2)
v = Kecepatan linear sabuk (m/det)

gayatotal sabuk pada sisi kencang T t 1 =T 1 + F c

gayatotal sabuk pada sisi kendor T t 2=T 2 + Fc

g) Dimensi Roda Gigi Kronis


Diameter Lingkaran Jarak Bagi (d)
Pinion : d p=Z p m (Sularso, 1994 :
268)
Gear : d g =Z g m (Sularso, 1994 :268)

Sudut Kerucut Jarak Bagi ( )


Zp
Pinion : p=arc tg( Zg ) (Sularso, 1994 :269)

Gear : p=90 0p

Sisi Kerucut (R)


d p=2. R . sin p

Factor Perubahan Kepala (x)


Zp 2

Zg
Pinion : 1
xp=0,46.

Gear : xg=xp

Tinggi Kepala (hk)


Pinion : hkp=( 1+ xp ) . m
Gear : hkg=( 1+ xg ) . m+Ck

Tinggi kaki (hf)


Pinion : hfp=( 1xp ) . m
Gear : hfg=( 1+ xg ) . m+ Ck

Kedalaman Gigi Penuh (H)


H=2. m+Ck (Sularso, 1994 :269)
Sudut Kepala (f )
hkp
Pinion : kp=arc tg( R ) (Sularso, 1994 :270)
hkg
Gear : kg=arc tg( R ) (Sularso, 1994 :270)

Sudut Kaki (f )
hfp
Pinion : fp=arc tg ( R ) (Sularso, 1994 :270)

hfg
Gear : fg=arc tg ( R ) (Sularso, 1994 :270)

Sudut Kerucut Kepala (k)


Pinion : kp=p+kp (Sularso, 1994 :270)
Gear : kg=p+kg (Sularso, 1994 :270)

Sudut Kerucut Kaki (f )


Pinion : fp=pfp (Sularso, 1994 :270)
Gear : fg=p +fg (Sularso, 1994 :270)

Diameter Lingkaran Kepala (d k )


Pinion : dkp=dp+2 . hkp . cos p (Sularso, 1994 :270)
Gear : dkg=dg+ 2. hk g .cos g (Sularso, 1994 :270)

Jarak dari puncak sampai puncak gigi luar atau diameter lingkaran
kaki :
dg
Pinion ( )
: Xp= 2 hkp . sin p (Sularso, 1994 :270)

dp
Gear : Xg=( )hkg . sin g (Sularso, 1994 :270)
2

Tebal Gigi (S)


S 1=(0,5 +2. xp . tan 0 . m) (Sularso, 1994 :270)

S 2=(0,5 2. xp . tan 0 . m) (Sularso, 1994 :270)

S 1+ S 2=m
Lebar Sisi Terhadap Modul
b
m

h) Gaya-Gaya Pada Roda Gigi Konis


Gaya yang bekerja pada roda gigi konis adalah gaya tangensial (Ft),
gaya radial (Fr), gaya aksial (Fa) dan gaya tekan normal (Fn). Berikut
penggambarannya :
Kecepatan keliling ( v )
. dp . np
V=
60 .1000
Gaya tangensial ( Ft )
T
Ft=
r
Gaya radial (Fr)
Pinion : Frp = Ft . tan 0 . sin
Gear : Frg = Fap

Gaya aksial (Fa)


Pinion : Frp = Ft . tan 0 . sin
Gear : Fag = Frp

Gaya normal
Ft
Fn=
cos o
i) Perhitungan Sprocket Dan Rantai

Diameter lingkaran jarak bagi sprocket (dp )


P
dp=
1800
sin ( )
z1

Diameter luar sprocket

{
Dk= 0,6+cot
( )}
180
z1
.p

Diameter naf sprocket


{ ( )}

180
Db= 0,6+cot . p0,76
z1

Meghitung panjang rantai


Z 2+ Z 1
( )
Z1 + Z 2 Z
Lp= +2 C P
Z CP

Menghitung kecepatan linier rantai


p . z 1 . n1
v=
60 . 1000

Menghitung gaya tegang rantai


Ft
Ft=
v

Gaya sentrifugal pada rantai kencang


2
Fc=m. v

Gaya sentrifugal pada rantai kendor


Fs=k .m . g . C

Kekuatan rantai saat berhenti


W a =106 . p

Faktor keamanan
Ks K 1. K 2. K 3

Daya yang dibutuhkan rantai


wb . v
Pr=
i. ks
Jadi daya yang ditransmisikan rantai (Ptr)
Ptr = Pt + Pr

j) Roda gigi cacing


Modul aksial ma

mn
m a=
cos

(Sularso, 1994 : 277)


Diameter jarak bagi cacing
Z w . mn
m a=
sin

(Sularso, 1994 : 277)


Jarak sumbu poros
dw . dg
a=
2

(Sularso, 1994 : 277)


Timggi kepala gigi cacing
hk mn

(Sularso, 1994 : 277)


Diameter luar cacing
d kw=d w +2. h k

(Sularso, 1994 : 277)


Diameter inti cacing
d rw =d w +2 . hf

(Sularso, 1994 : 277)


Lebar roda cacing
b=0,577. d kw

F. Deskripsi Kerja
Rancang Bangun Alat Bantu Las Sudut Tumpul Dengan Sudut Tertetu Guna
Memenuhi Kelengkapan Laboraturium Las di Politeknik Negeri Semarang
dirancang untuk membantu kelancaran praktikum pengelasan di Politeknik Negeri
Semarang.
Prinsip Kerja Mesin :
Prinsip kerja alat ini menggunakan dua buah cekam yang bertumpu pada satu
poros guna membantu pengelasan terutama pengelasan tumpul dengan sudut
tertentu. Dan juga dapat ditambahkan alat bantu untuk pengelasan overhead yang
ditempatkan pada poros penyangga utama.

Langkah Kerja Mesin :


Atur sudut dengan memutar ragum lepas dan kunci pada locator sesuai sudut yang
diinginkan, lalu cekam kedua buah benda kerja pada cekam tetap dan cekam
lepas. Dan untuk pengelasan overhead naikkan landasan dan tambahkan alat
bantunya lalu kunci pada ketinggian yang diinginkan.

G. METODE RANCANG BANGUN


Metode yang digunakan dalam pembuatan Proyek Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut :

Eksplorasi Masalah

Observasi
Perancangan Dan
Perhitungan Alat

Pembuatan Dan
Perakitan Alat

Pengujian Alat

Evaluasi Dan
Revisi

Eksplorasi Masalah
Langkah pertama dalam membuat alat bantu pengelasan tumpul dengan sudut
tertentu ini adalah eksplorasi masalah. Langkah ini ditempuh untuk mencari
atau mengidentifikasi permasalahan yang muncul, dari masalah tersebut
nantinya dikembangkan sebgai dasar untuk membuat perencanaan.
Perencanaan pembuatan alat bantu pengelasan tumpul dengan sudu tertentu
ini diharapkan dapat memenuhi tujuan yang telah ditulis.
Observasi
Pada tahap ini dilakukan peninjauan alat-alat yang telah ada yang memunyai
fungsi yang hampir sama, dan kemudian digunakan sebagai referensi dalam
perancangan dan perhitungan alat.
Perancangan dan Perhitungan Alat
Pada tahap ini pembuatan design dari alat mulai dibuat. Serta menganalisa
bahan-bahan apa yang sesuai untuk pembuatan alat dan menghitung kekuatan
dari bahan-bahan alat tersebut, agar alat yang dibuat nanti sesuai dengan
tujuan.
Pembuatan dan Perakitan Alat
Langkah selanjutnya adalah pembuatan dan perakitan alat. Metode ini
meliputi pembuatan komponen-komponen alat dan merakitnya menjadi
sebuah alat sesuai dengan rancangan yang diinginkan.
Pengujian Alat
Langkah selanjutnya adalah pengujian alat. Langkah ini bertujuan untuk
mengetahui keberhasilan pembuatan alat secara fungsional maupun secara
operasional rancangan dan pembuatan alat bantu pengelasan. Apabila masih
ada kekurangan saat dilakukan pengujian maka alat dapat diperbaiki dan
disempurnakan kembali sehingga tujuan pembuatan alat ini dapat tercapai.
Evaluasi dan Revisi
Langkah terakhir adalah evaluasi dan revisi. Apabila terdapat kerusakan atau
kekurangan pada alat saat pengujian, maka harus diperbiki kekurangan-
kekurangannya sehingga menjadi alat yang lebih sempurna sesuai dengan
rancangannya.

H. Perhitungan Anggaran Biaya


Total anggaran biaya produksi :
1. Biaya Operator Untuk Proses Permesinan : Rp. 500.000,-
2. Biaya Permesinan : Rp. 625.000,-
3. Biaya Bahan Baku : Rp.4.300.000,-
4. Biaya Perakitan : Rp. 307.500,- +

Rp.5.732.500,-

I. ANGGARAN BIAYA
Perhitungan biaya untuk mengetahui total biaya yang dibutuhkan untuk membuat
mesin ini. Perhitungan ini meliputi :

1. Biaya pembelian bahan baku


Biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan dalam pembuatan komponen-
komponen mesin ini.
2. Biaya pembelian komponen standar
Biaya yang diperlukan untuk membeli komponen-komponen yang ada di
pasaran.

3. Biaya permesinan
Biaya yang diperlukan sebagai ongkos sewa mesin yang digunakan dalam
pembuatan komponen.

4. Biaya pembuatan
Biaya pembuatan merupakan biaya pembuatan mesin di bengkel luar

5. Lain-lain
Biaya yang dikeluarkan di luar perencanaan

J. JADWAL KEGIATAN
N BULAN
JENIS KEGIATAN
O 1 2 3 4 5 6
1 STUDY LITERATUR
2 OBSERVASI BARANG
3 SURVEY BAHAN
PEMILIHAN ALTERNATIF
4
DESIGN
5 PERHITUNGAN DAN GAMBAR
6 PEMBUATAN KOMPONEN
7 ASSEMBLING KOMPONEN
8 PENGUJIAN ALAT
9 MODIFIKASI
10 PENGAMBILAN DATA
11 ANALISA DATA
12 PEMBUATAN LAPORAN

K. PENUTUP
Demikian proposal tugas akhir yang berjudul Rancang Bangun Alat
Bantu Pengelasan Guna Memenuhi Kelengkapan Laboraturium Las di Politeknik
Negeri Semarang sebagai acuan untuk pelaksanaan tugas akhir.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai