Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN


Perencanaan Tata Ruang Lahan Pertanian

Disusun oleh:
1. Ivan Fardiansyah 155040201111255
2. Rokibatun Daniyah 155040201111256
3. Nur Affina Safira 155040201111261
4. Ravika Trio Andika 155040201111268
5. Retno Sumiarti S 155040201111271
6. Fuad Dendy Fawaid 155040207111009
7. Yusri nail 155040207111017
8. Katonawang Gellar B 155040207111030
9. Ashim Najib Lil M 155040207111050
10. Agung Bagaskara 155040207111088
11. Novan Rozaq G 155040207111100

PROGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah mata kuliah Survei Tanah
dan Evaluasi Lahan dengan Judul Perencanaan Tata Ruang Lahan Pertanian.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan sehingga kami menerima kritik dan saran yang membangun agar
dapat memberikan hasil yang baik bagi penulisan makalah yang lain. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
sehingga penulisan laporan akhir ini dapat diselesaikan dengan lancar.
Makalah ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah
Survei Tanah dan Evaluasi Lahan yang diberikan oleh dosen, dalam proses
pendalaman materi tentang mata kuliah Survei Tanah dan Evaluasi Lahan.
Semoga penulisan laporan kahir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
terutama untuk penulisan laporan akhir selanjutnya.

Malang, 30 Mei 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii

DAFTAR TABEL...................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Tujuan.............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

2.1 Pengertian Tata Ruang Lahan........................................................................2

2.2 Inventarisasi Sumber Daya Lahan.................................................................3

2.2.1 Evaluasi Lahan.......................................................................................3

2.2.2 Evaluasi Sosial Ekonomi........................................................................3

2.2.3 Evaluasi Kemampuan Lahan dan Kesesuaian Lahan.............................4

2.2.4 Evaluasi Potensi Lahan...........................................................................6

2.4 Tata Ruang Lahan Pertanian..........................................................................7

BAB III PENUTUP...............................................................................................10

3.1 Kesimpulan..................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur penerapan tata guna lahan pertanian............................................9


Gambar 2. Kontruksi GIS/LIS..............................................................................10
Gambar 3. Pola Ruang Kabupaten Kudus...........................................................11

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan....................................................8


Tabel 2. Kesesuaian Lahan Jagung..........................................................................9

4
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lahan merupakan salah sumber daya yang sangat terbatas. Lahan


mencakup komponen penting dalam kehidupan manusis pada kondisi pengelolaan
dan penggunaannya. Kegiatan manusia, pertambahan penduduk, dan
pembangunan ekonomi dapat menimbulkan tekanan penggunaan lahan,
menimbulkan berbagai konflik, dan pemanfaatan lahan yang tidak optimal. Agar
kebutuhan penduduk masa kini dan akan datang dapat dipenuhi secara
berkelanjutan, dan terhindar dari berbagai konflik penggunaan sumber daya lahan,
air, dan sumber daya genetika tersebut harus diselesaikan secara efektif dan
efisien.
Lahan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan terutama pertanian.
Pertanian merupakan aspek penting dalam negara Indonesia. Indonesia merupakan
negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermatapancaharian sebagai
petani. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan tata guna lahan pertanian yang
mempertimbangkan berbagai aspek surnber daya lahan yang mencakup aspek
sumber daya tanah, sumber daya genetika, sumber daya air, dan lingkungan
hidup; yang kesemuanya ini harus ditumpang tindihkan (super imposed) dengan
aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup.
Penataan ruang pertanian diselenggarakan untuk mengembangkan tata
ruang kawasan yang strategis dan masuk prioritas utama untuk menunjang tata
ruang wilayah Nasional, Kabupetn/Kota, atau guna meningkatkan fungsi kawasan
lindung dan budidaya, serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, atau
untuk pertahanan keamanan negara. Dalam makalah ini akan dibahas secara lebih
mendalam tentang perencanaan tata ruang lahan pertanian.
1.2 Tujuan

1. Dapat mengetahui tentang perencanaa tata ruang lahan pertanian


2. Dapat mengetahui tahapan dalam perencanaa tata ruang lahan pertanian
3. Dapat mengetahui tentang penerapan tata ruang pertanian dalam suatu wilayah

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tata Ruang Lahan

Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik
direncanakan maupun yang tidak direncanakan. Yang dimaksud dengan wujud
struktural pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk rona
lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang secara hirarkis
dan struktural berhubungan satu dengan lainnya membentuk tata ruang. Pola
pemanfaatan ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan
ukuran, fungsi, serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam. Wujud
pola pemanfaatan ruang diantaranya meliputi pola lokasi, sebaran permukiman,
tempat kerja, industri, dan pertanian, serta pola penggunaan tanah perdesaan dan
perkotaan.
Menurut Khadiyanto (2005), Rencana tata guna lahan merupakan ekspresi
kehendak lingkungan masyarakat mengenai bagaimana seharusnya pola tata guna
lahan suatu lingkungan pada masa yang akan datang. Dalam rencana itu
ditentukan daerah-daerah yang akan digunakan bagi berbagai jenis, kepadatan dan
intensitas kategori penggunaan, misalnya penggunaan untuk permukiman,
perdagangan, industri dan berbagai kebutuhan umum. Ditentukan pula azas dan
standar yang harus diterapkan pada pemba-ngunan atau pelestarian di daerah itu.
Penataan ruang diselenggarakan untuk mengembangkan tata ruang
kawasan yang strategis dan masuk prioritas utama untuk menunjang tata ruang
wilayah Nasional, Kabupetn/Kota, atau guna meningkatkan fungsi kawasan
lindung dan budidaya, serta untuk meningkatkan kese-jahteraan masyarakat, atau
untuk pertaha-nan keamanan. Menurut Catanesse (1988), tidak pernah ada
rencana tataguna lahan yang dilaksanakan dengan satu gebrakan. Diperlukan
waktu yang panjang oleh pembuat keputusan dan dijabarkan dalam bagian-bagian
kecil dengan perencanaan yang baik.
Hal yang harus dilakukan dalam penentuan tataruang lahan pertanian
adalah melakukan investarisasi sumber daya Lahan. Investarisasi sumberdaya
lahan mencakup evaluasi lahan, evaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan,
evaluasi potensi lahan, evaluasi sosial ekonomi.

2
2.2 Inventarisasi Sumber Daya Lahan

2.2.1 Evaluasi Lahan

Hal pertama yang diperlukan dalam penentuan tataguna lahan adalah


melakukan evaluasi lahan yang ada pada suatu wilayah yang akan ditgunakan
dalam perencanaan tata guna lahan. Menurut FAO, (1985) (dalam rayes, 2007)
Evaluasi lahan merupakan proses pendugaan keragaan (performance) lahan
apabila lahan digunakan untuk tujuan tertentu. atau sebagai metode yang
menjelaskan atau memprediksi kegunaan potensial dari lahan. Dengan demikian,
evaluasi lahan merupakan alat perencanaan penggunaan lahan lahan yang
strategis. Evaluasi lahan memprediksi keragaan lahan mengenai keuntungan yang
diharapkan dari penggunaan lahan dan kendala penggunaan lahan yang produktif
serta degradasi lingkungan yang di perkirakan akan terjadi karena penggunaan
lahan.
Dalam evaluasi lahan mencakup tentang penggunaan lahan atau
pemanfaatan lahan. Penggunaan/pemanfaatan lahan merupakan suatu
percampuran yang komplek dari berbagai karakteristik kepemilikan, lingkungan
fisik, struktur dan penggunaan ruang (Kaiser, 1995 dalam Eko (2012). Pola
pemanfaatan lahan/tanah adalah pengaturan berbagai kegiatan. Kegiatan sosial
dan kegiatan untuk menunjang keberlanjutan hidup yang membutuhkan jumlah,
jenis dan lokasi.
Arsyad (1989) (dalam Eko, 2012) membagi penggunaan lahan kedalam
dua jenis penggunaan utama yaitu penggunaan lahan pertanian dan lahan non
pertanian. Lahan pertanian meliputi : tegalan, sawah, perkebunan, hutan produksi
dan lindung, padang rumput dan padang alangalang termasuk lahan untuk
peternakan dan perikanan.
2.2.2 Evaluasi Sosial Ekonomi

Menurut Rossiter (1995) didalam Widiatmaka (2014) dalam evaluasi


lahan, selain evaluasi secara fisik, dilakukan pula evaluasi ekonomi untuk melihat
kelayakan pengusahaan komoditas. Salah satu metoda evaluasi lahan fisik dan
ekonomi yang telah dikembangkan adalah Automated Land Evaluation System
(ALES). Menurut Rayes (2007) data-data tentang keadan ekonomi pendudukk di

3
daerah yang disurvei sangat diperlukan, terutama dalam merencanakan
penggunaan lahan yang akan diusulkan di daerah tersebut. Data-data tersebut
meliputi keadaan penduduk (kepadatan, laju perkembangan), kepemilikan tanah
dan sebagainya.
Jadi sebelum melakukan evaluasi lahan perlu ada data sosial ekonomi
penduduk pada lahan yang akan disurvey. Hal ini juga akan menentukan
komoditas yang akan ditanam nantinya. Evaluasi ekonomi perlu untuk melihat
kelayakan pengusahaan komoditas tersebut dilahan yang akan disurvey. Setelah
mengetahaui data sosial ekonomi dapat diberikan saran komoditas yang sesuai
dengan keadaan ekonomi sekitar pada tempat yang disurvey. Setelah menetukan
komoditas yang sesuai dengan keadaan ekonomi sekitar lalu dilakukan evaluasi
lahan yang meliputi kemampuan dan keseuaian lahan fisik.
2.2.3 Evaluasi Kemampuan Lahan dan Kesesuaian Lahan

Menurut Rayes (2007), Klasifikasi kesesuaian lahan atau kemampuan


lahan merupakan pengelompokan lahan (dalam bentuk satuan peta tanah atau
satuan peta lahan) berdasarkan kesesuaian atau kemampuannya untuk tujuan
penggunaan tertentu. Kemampuan lahan lebih menekankan kepada kapasitas
berbagai penggunaan lahan secara umum yang dapat diusahakan di suatu wilayah.
Jadi semakin banyak jenis tanaman yang dapat dikembangkan atau diusahakan di
suatu wilayah, semakin tinggi kemampuan lahan tersebut. Misalnya suatu lahan
yang topografi atau reliefnya datar, tanahnya dalam, tidak terpengaruh oleh banjir
dan iklimnya cukup basah, biasanya memiliki kemampuan lahan yang cukup baik
untuk pengembangan tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Namun jika
kedalaman tanahnya kurang dari 50 cm, lahan tersebut hanya mampu untuk
mengembangkan tanaman semusim atau tanaman lain yang mempunyai mintakat
perakaran dangkal. Sedangkan kesesuaian lahan adalah kesesuaian dari satu
bidang lahan untuk tujuan penggunaan atau komoditas spesifik, misalnya padi,
jagung, kedelai, kelapa sawit, rambutan, durian, mahoni, akasia, meranti dan
sebagainya (Rayes, 2007).
Tabel 1. Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan (Arsyad, 1989 dalam Rayes 2007)

4
5
Tabel 2. Kesesuaian Lahan Jagung ( Djaenudin, 2000 dalam Rayes, 2007 )

Berdasarkan pada tujuan evaluasi, klasifikasi lahan dapat berupa


klasifikasi kemampuan lahan atau klasifikasi kesesuaian lahan. Klasifikasi
kesesuaian lahan bersifat spesifik untuk suatu tanaman atau untuk penggunaan
tertentu, misalnya klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah,
kesesuaian lahan untuk tanaman jati, dan sebagainya. Klasifikasi kemampuan
lahan (land and Capability Clasification) adalah penilaian lahan (komponen-
komponen lahan)secara sistematik dan pengelompokkannya kedalam beberapa
kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat
dalam penggunaannya secara lestari (FAO, 1976 dalam Rayes, 2007).
Notohadiprawiro (1986) (dalam Eko, 2012), berpendapat bahwa kemampuan
lahan (land capability) dan kesesuaian lahan (land suitability) menentukan
kelayakan penggunaan lahan yang menjadi pangkal pertimbangan dalam tata guna
lahan.

2.2.4 Evaluasi Potensi Lahan

Setelah dilakukannya evaluasi lahan termasuk klasifikasi kemampuan dan


kesesuaian lahan maka akan didapatkan hasil berupa potensi lahan yang dapat

6
digunakan dalam perencanaan tata ruang pertanian. Informasi potensi sumber
daya lahan berisi informasi mengenai berbagai aspek sumberdaya yang berguna
sebagai bahan untuk mengkaji kecocokan peruntukan lahan. Lahan dapat
dikatakan sebagai lahan yang potensial apabila lahan tersebut mempunyai tingkat
kesuburan yang tinggi dan mempunyai daya dukung terhadap kebutuhan manusia,
sehingga banyak pula lahan potensial yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi
(Dilang, 2008).
Apabila potensi lahan sudah dapat di tentukan, maka perencanaan
penggunaan lahan dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan yang rasional,
paling tidak mengenai apa yang dapat ditawarkan oleh sumber daya lahan tersebut
(FAO, 1993).
2.4 Tata Ruang Lahan Pertanian

Gambar 1. Alur penerapan tata guna lahan pertanian (Menurut Kasryno, 2012).
Perencanaan tata ruang penggunaan lahan memerlukan seperangkat data
dasar yang mencakup: (a) karakteristik fisik, kimia, biologi, sumber daya genetika

7
yang berada dalam lingkungan lahan, (b) budi daya dan sumber daya genetika
yang berada di atas lahan saat ini, (c) kondisi sosial budaya masyarakat, (d)
keberadaan hak ulayat masyarakat adat, (e) potensi ekonomi dan teknologi budi
daya yang mungkin dikembangkan.
Dalam pengolahan data untuk tata guna lahan pertanian digunakan metode
GIS. Dalam FAO 1995, Planning for Sustainable Use of Land Resources)
disajikan "Digitized Geographical Information System" (GIS) dari metoda
perencanaan pengelolaan sumber daya lahan dan air. Delineasi unit perencanaan
tata guna lahan atau tata ruang dapat berupa daerah administrasi pemerintahan,
daerah aliran sungai, daerah irigasi (hidrologi), atau subdaerah aliran sungai, atau
berdasarkan topografi/bentang alam suatu wilayah. Setiap satu unit pengelolaan
ini dimasukan ke dalam kesatuan data dasar untuk perencanaan. Semua data dasar
ini diintegrasikan untuk kebutuhan perencanaan dan pengambilan keputusan
pengelolaan sumber daya lahan dan air.
Menurut Kasryno (2012) Dalam analisis digital GIS semua data tersebut
saling ditumpang tindihkan ("overlaid'). Pengembangan data informasi sistem
penataan lahan ("Land Information System" (LIS) dan informasi system geografi
("Geographical Information System"/GIS) sangat menolong dalam perencanaan
pengelolaan tata guna lahan atau tata ruang. Kontruksi GIS/LIS penggabungan
data untuk perencanaan tata ruang lahan pertanian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kontruksi GIS/LIS (Menurut Kasryno, 2012)

8
Dalam studi kasus yang kami dapat tentang perencanaan tata ruang lahan
pertanian dalam jurnal berjudul Kajian Spasial Evaluasi Rencana Tata Ruang
Berbasis Kebencanaan di Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah. Dalam jurnal
ini membahas tentang analisis tata ruang pertanian berdasarkan tingkat
kerawanan terjadinya bencana pada suatu daerah di kabupaten Kudus. Dalam
kaitannya tentang pertanian, perencanaan yang digunakan untuk menganalisis
presentase wilayah pertanian dalam kaitannya dengan rawan terkena bencana
seperti banjir dan longsor.
Dalam jurnal ini mendapatkan hasil wilayah rawan banjir berdampak pada
lahan pertanian sawah 9.497,83 ha (85,32%), sedangkan rawan longsor pada
kawasan pertanian tanaman pangan sebesar 524,90 ha (39,43%) dan kawasan
hutan produksi sebesar 120,89 ha (13,32%). Hasil penelitian menunjukkan kondisi
sawah dan kawasan hutan masih tinggi dalam untuk terkena bencana.
Perencanaan tata ruang lahan perlu ditinjau ulang agar tidak menjadi suatu
masalah dikemudian hari.

Gambar 3. Pola Ruang


Kabupaten Kudus

9
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perencanaan tata ruang penggunaan lahan memerlukan seperangkat data


dasar yang mencakup: (a) karakteristik fisik, kimia, biologi, sumber daya genetika
yang berada dalam lingkungan lahan, (b) budi daya dan sumber daya genetika
yang berada di atas lahan saat ini, (c) kondisi sosial budaya masyarakat, (d)
keberadaan hak ulayat masyarakat adat, (e) potensi ekonomi dan teknologi budi
daya yang mungkin dikembangkan. Hal yang harus dilakukan dalam penentuan
tataruang lahan pertanian adalah melakukan investarisasi sumber daya Lahan.
Investarisasi sumberdaya lahan mencakup evaluasi lahan, evaluasi kemampuan
dan kesesuaian lahan, evaluasi potensi lahan, evaluasi sosial ekonomi. Penataan
ruang pertanian diselenggarakan untuk mengembangkan tata ruang kawasan yang
strategis dan masuk prioritas utama untuk menunjang tata ruang wilayah
Nasional, Kabupeten/Kota, atau guna meningkatkan fungsi kawasan lindung dan
budidaya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Khadiyanto, Parfi. 2005. Tata Ruang Berbasis Kesesuaian Lahan. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro: Semarang.
Eko, Trigus. 2012. Perubahan Penggunaan Lahan dan Kesesuaiannya terhadap
RDTR di Wilayah Peri-Urban, Studi Kasus: Kecamatan Mlati. Jurnal
Pembangunan Wilayah dan Kota Volume 8 (4): 330-340.
Dilang, Merisa. 2008. Implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Suryanta, jaka. 2016. .Kajian Spasial Evaluasi Rencana Tata Ruang Berbasis
Kebencanaan Di Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah. Journal
Majalah Ilmiah Glob Volume 18 No.1 April 2016: 33- 42

11

Anda mungkin juga menyukai