Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di dunia ini kehidupan hewan dimulai di laut pada zaman prakambrium
seiring dengan terjadinya evolusi bentuk multiseluler yang hidup dengan memakan
organisme lain. Gaya hidup baru tersebut memungkinkan terjadinya eksploitasi
sumberdaya yang sebelumnya belum termanfaatkan, dan mengakibatkan radiasi
evolusioner dari bentuk-bentuk yang beranekaragam. Hewan awal menempati laut,
air tawar, dan akhirnya daratan. Keanekaragaman kehidupan hewan yang memesona
di bumi saat ini, beberapa di antaranya diilustrasikan pada terumbu karang di laut
berasal dari evolusi nenek moyang prakambrium yang telah berjalan lebih dari
setengah miliar tahun yang lalu.
Kingdom Protista sendiri terdiri dari organisme eukariotik bersel tunggal.
Protista dapat dijumpai di mana saja, di air (air tawar dan air laut), daerah lembab,
ataupun hidup bersimbioisis dengan organisme lain. Protista umumnya bersifat
aerobik dan menggunakan mitokondria untuk respirasi. Nutrisi yang diperoleh dapat
bersifat fotoautotropik, heterotropik, atau keduanya. Protista mempunyai flagella atau
silia dalam hidupnya. Perkembangbiakannya dapat secara seksual maupun aseksual.
Pada kondisi buruk, protista akan membentuk kistae. Secara taksonomis, protista
dikelompokkan menjadi tiga genera, yaitu protozoa (protista seperti hewan), protista
algae (protista seperti tumbuhan), dan protista seperti jamur.
Semua protista adalah eukariota, akan tetapi protista sangat beraneka ragam,
sehingga hanya sedikit karakteristik umum lain yang dapat disebutkan tanpa
perkecualian. Sesungguhnya, variasi protista dalam hal struktur dan fungsi, melebihi
kelompok organisme lainnya. Sebagian besar dari sekitar 60.000 spesies protista yang
diketahui hidup saat ini bersifat uniseluler, tetapi ada beberapa spesies berkoloni dan
bersifat multiseluler. Karena sebagian besar protista bersifat uniseluler, maka protista
dapat dianggap sebagai organisme eukariotik yang paling sederhana. Tetapi pada
tingkat seluler, kebanyakan protista luar biasa kompleksnya paling rumit diantara
semua sel.
Kingdom Protista mencakup semua spesies uniseluler eukariotik. Sebagian di
antara organisme itu serupa dengan hewan (protozoa), yang lainnya mirip dengan
tumbuhan (protista alga), dan yang lainnya lagi menunjukkan ciri-ciri fungi.
Sejumlah ahli taksonomi menyertakan organisme-organisme yang
membentuk koloni dan yang multiseluler sederhana ke dalam kingdom ini, karena
berkerabat lebih dekat dengan protista daripada dengan ketiga kingdom multiseluler
lainnya.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai protista mirip hewan (protozoa)
maka menjadi latar belakang dilakukannya praktikum ini.
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui beberapa jenis hewan yang termasuk dalam
anggota protozoa
2. Agar mahasiswa mengetahui struktur, bentuk dan cara hidup hewan yang
termasuk anggota protozoa
C. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini ialah dapat menegetahui beberapa jenis
hewan yang termasuk dalam anggota filum protozoa serta mengetahui struktur,
bentuk dan cara hidup hewan yang termasuk protozoa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa berasal dari bahasa Yunani,
yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Hewan filum ini hidup di
daerah lembab, misalnya di air tawar, air laut, air payau, dan tanah, bahkan di dalam
tubuh organisme lain. Protozoa ada yang hidup bebas, komensal maupun parasit pada
hewan lain. Hewan ini ada yang hidup individual (soliter) dan ada pula yang
membentuk koloni (Yusminah, 2007).
Protozoa hidup pada semua habitat yang memungkinkan hewan itu hidup, dan
hubungan hewan itu dengan alam sekitarnya memungkinkan kita mempelajari
ekologinya. Protozoa secara mutlak memerlukan lingkunagn yang basah, misalnya
dalam air tawar, maupun di air laut. Tiap tiap spesies mempunyai peranan dalam
struktur trofik atau siklus energi. Beberapa protozoa yang berflagel yang
mengandung klorofil dapat menyimpan energi dari matahari dalam bentuk bahan
makanan. Tetapi sebagian baesar protozoa sebagai konsumen dari bahan makanan
mahluk hidup lainnya baik sebagai konsumen primer, sekunder pada hewan herbivora
atau karnivora. Protozoa yang hidup di air sebagian akan membentuk plankton
misalnya phitomastigophera (Jasin, 1992).
Pada sebagian protozoa di antaranya hidup bebas, sedangkan yang lainnya
hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan. Sebagaian protozoa juga menjalani gaya
hidup simbiotik berupa komensalisme dan mutualisme. Protozoa parasitik
menyebabkan beberapa penyakit manusia yang paling tersebar luas dan
membahayakan. Pada umumnya, reproduksi protozoa adalah aseksual, tetapi terjadi
juga pola-pola seksual yang kompleks (Fried H George, 2006).
Protozoa adalah hewan-hewan bersel tunggal. Hewan-hewan itu mempunyai
struktur yang lebih majemuk dari sel tunggal hewan multiseluler dan walaupun hanya
terdiri dari satu sel, namun protozoa merupakan organisme sempurna. Karena sifat
struktur yang demikian itu, maka berbagai ahli dalam zoology menamakan protozoa
itu selular tetapi keseluruhan organisme itu dibungkus dengan satu plasma
membrane. Protozoa itu kecil, berukuran kurang dari sepuluh micron dan, walaupun
jarang ada yang mencapai 6 milimeter (Rohmimohtarto, 2007).
Protozoa membentuk suatu subkerajaan dari kerajaan protista dalam
klasifikasi lima kerajaan makhluk-makhluk hidup (Monera, protista, Plantae, Fungi,
dan Animalia). Mereka lebih primitive dari hewan. Bagaimanapun kompleks badan-
badan mereka dan banyak dari mereka sangat kompleks, semua struktur berbeda
tersebut berada di dalam satu sel. Tetapi beberapa protozoa mempunyai stadium di
dalam siklus hidupnya di mana tidak ada dinding-dinding sel diantara nukleit, dan
beberapa spesies membentuk koloni-koloni yang berenang sebagai satu unit dan
berisi organisme somatic dan reproduktif yang kelihatannya berbeda. Protozoa
berukuran mikroskopik, hanya sedikit yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
Beberapa flagelata berisi klorofil dan oleh beberapa dianggap sebagai algae, banyak
species protozoa yang tidak berwarna, berbeda dari yang hijau karena tidak
mempunyai kromator, namun kehilangan kromator itu dapat dibuat secara
eksperimental (Radiopoetro, 1996).
Menurut Lahay (2009), berdasarkan struktur dan alat gerak atau berdasarkan
fase yang dominan selama siklus hidupny, protozoa dibedakan atas: Klas 1: Sarcodina
atau Rhizopoda. Klas 2: Mastigophora atau Flagellata. Klas 3: Sporozoa. Klas 4:
Ciliata atau Infuzoria. Klas 5: Suktoria Tiap-tiap spesies mempunyai peranan dalam
struktur tropik (makanan), atau siklus energi.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan tempat


Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya percobaan ini yaitu :
Hari/tanggal : Sabtu, 13 Mei 2017
Pukul : 08.00-10.00 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi, Universitas Muhammadiyah Makassar.
B. Alat dan bahan
1. Alat
a. Mikroskop
b. Kaca objek
c. Kaca penutup
d. Pipet tetes
e. Kompor
f. Panci
g. Pengaduk
h. Penyaring
i. Botol
2. Bahan
a. Air kolam
b. Air laut
c. Air sawah
d. Air suling
e. Air sungai
f. Air sumur
g. Daun seledri
h. Daun selada
i. Kotoran sapi
j. Kotoran kuda
k. Jerami
l. Lumpur
C. Prosedur kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu :
Kelas Sarcodina
1. Memasak air sumur sebanyak satu liter, memasukkan seledri/selada dan di
didihkan sekitar 10 menit.
2. Mendinginkan air selada/seledri kemudian disaring menggunakan alat saring
dan airnya di tuang ke dalam botol.
3. Memasukkan lumpur sawah kedalam botol dan membiarkannya selama 3 hari.
4. Setelah tiga hari air di amati dibawah mikroskop.
5. Menggambarkan hasil pengamatan ke dalam laporan sementara.
Kelas Mastigofora / Flagellata
Pembuatan kultur
1. Memasukkan air suling dan kotoran sapi/kuda ke dalam panci.
2. Dimasak selama 30 menit hingga mendidih.
3. Setelah airnya dingin kemudian disaring dan dimasukkan ke dalam botol.
4. Memasukkan lumpur sawah ke dalam botol.
5. Membiarkan selama 3 hari.
6. Setelah tiga hari air di amati dibawah mikroskop.
7. Menggambarkan hasil pengamatan ke dalam laporan sementara.
Sediaan air kolam, air kali, dan air sungai
Mengamati sediaan air kolam, air kali, dan air sungai menggunakan
mikroskop cahaya.
Kelas ciliata
1. Memasukkan 1 liter air sumur dan jerami ke dalam panci dan memasaknya
selama 30 menit hingga mendidih.
2. Mendinginkan air yang telah dimasak lalu menyaringnya.
3. Air yang telah disaring dimasukkan ke dalam botol bersama lumpur sawah,
membiarkannya selama 3 hari.
4. Setelah 3 hari air diamati menggunakan mikroskop.
5. Menggambarkan hasil pengamatan kedalam laporan sementara.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan
Dari prakitkum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
Paramecium caudatum Gambar Pembanding Keterangan
1. Silia
2. Vakuola kontraktil
3. Selaput sel
4. Makronukleus
5. Mikronukleus
6. Makanan
7. Pori-pori mulut
8. Vakuola makanan
Paramecium putrinum Gambar Pembanding Keterangan
1. Rongga bucai
2. Cytopharyx
3. Vakuola kontraktil
4. Makronukleus
5. Mikronukleus
6. Silia

Euglena acus Gambar Pembanding Keterangan


1. Flagel
2. Stigma
3. Kloroplas
4. Nukleus

Glaucoma scintillans Gambar Pembanding Keterangan


1. Vakuola makanan
2. Mulut daun
3. Dinding sel

Vorticella microstoma Gambar Pembanding Keterangan


1. Vestribulum
2. Perotom
3. Vakuola kontraktil
4. Cytostome
5. Makronukleus
6. Scapula

Cinetochilum
Gambar Pembanding Keterangan
margaritaceum
1. Silia
2. Mulut daun

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada sampel bahan
diatas, ditemukan beberapa jenis protozoa yaitu, Paramecium caudatum,
Paramecium putrinum, Euglena acus, Vorticella microstoma, Cinetochilum
margaritaceum, dan Glaucoma scintillans.
Adapun penjelasan tentang klasifikasi, struktur, bentuk dan habitat tiap jenis
protozoa adalah sebagai berikut :
1. Paramecium caudatum
a. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari Paramecium caudatum yaitu:
Kingdom : Animalia
Philum : Protozoa
Class : Ciliata
Ordo : Hymenostomatida
Family : Paramecidae
Genus : Paramaecium
Species : Paramecium caudatum. (Jasin, 1992).
b. Struktur, bentuk dan habitat.
Dari hasil pengamatan ditemukan spesies Paramecium caudatum pada
sampel air selada dan dan air rendaman jerami.
Paramecium caudatum mempunyai bentuk seperti sendal. Menurut
Radiopoetro (1996: 168), panjang tubuh kurang lebih mm, agak silindris
tetapi permukaan dorsal dan ventral agak memipih dan mempunyai ujung
anterior. Pada permukaan ventral terdapat lekukan serong yang disebut
peristoma yang melanjutkan diri sebagai cytopharynx.
Sifat khas dari kelas ini adanya bulu getar seperti rambut di sekujur
badannya yang digunakan untuk bergerak, menangkap makanan, atau kadang-
kadang hanya untuk menimbulkan arus air untuk pernapasan.
2. Paramecium putrinum
a. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari Paramecium putrinum yaitu:
Kingdom : Animalia
Philum : Protozoa
Class : Ciliata
Ordo : Hymenostomatida
Family : Paramecidae
Genus : Paramaecium
Species : Paramecium putrinum (Rusyianah, 2011).
b. Struktur, bentuk dan habitat
Dari hasil pengamatan, Paramecium putrinum di temukan pada air
sungai dan air selada. Paramecium putrinum merupakan protozoa dengan alat
gerak silia. Bentuknya bulat atau oval seperti sandal, di bagian depan/atas dan
tubuh yang seluruhnya atau sebagian ditutupi oleh cilia atau rambut getar.
Lubang bagian belakang disebut pori anal. Ujung sel bagian anterior lebih
tumpul atau membulat.(Kastawi, 2005). Habitat alami mereka ada di air.
3. Eulena acus
a. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari Eulena acus adalah sebagai berikut :
Kingdom : Excavata
Phylum : Protozoa
Class : Euglenoidea
Ordo : Euglenales
Family : Euglenaceae
Genus : Euglena
Species : Euglena acus (Kastawi, 2005).
b. Struktur, bentuk dan habitat
Dari hasil pengamatan pada Euglena acus terdapat silia yang panjang
di seluruh tubuhnya, dan spesies ini struktur tubuhnya panjang, juga runcing
yang terdapat pada anterior da tumpul nyang terdapat pada posterior.
Euglena acus memilki tubuh yang menyerupai gelendong dan
diselimuti oleh pelikel. Ukuran tubuhnya 35-60 mikron dimana ujung
tubuhnya meruncing dengan satu bulu cambuk.Hewan ini memilki stigma
yang digunakan untuk membedakan gelap dan terang. Menurut Kastawi
(2005) Euglena acus dapat bersifat holofitrik dan holozoic. Acus memilki satu
flagella yaitu ekor sebagai alat gerak, satu panjang dan satu pendek.
Habitat dari Euglena adalah di air tawar dan melimpah di daerah ini,
seperti di kolam peternakan atau parit saluran air, yang mengkonsumsi
kotoran binatang.
4. Glaucoma scintillans
a. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari Glaucoma scintillans adalah sebagai berikut :
Kingdom :Animalia
Phylum : Protozoa
Class : Cilliata
Ordo : Holotrichidia
Family : Parameciceae
Genus : Paramecium
Species : Glaucoma scintillans (Jasin, 1992)
b. Struktur, bentuk dan habitat
Glaucoma scintillans mempunyai bentuk tubuh oval, permukaan
ventral datar sepenuhnya bersilia, permukaan bagian dorsal cekung. Alat
geraknya berupa silia atau rambut getar. Terdapat vakuola kontraktil dan
vakuola makanan.Vakuola kontraktil digunakan untuk mengeluarkan
kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan osmotic. Vakuola
makanan digunakan sebagai tempat penampungan makanan pada proses
endositos.
Glaucoma scintillans, menurut Hausman (2011) mempunyai habitat
pada air yang tidak mengalir atau air kolam yang terdapat proses pembusukan
dari suatu vegetasi air.
5. Vorticella microstoma
a. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari Glaucoma scintillans adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Philum : Protozoa
Class : Cilliata
Ordo : Perittrichida
Family : Vorticellaceae
Genus : Vorticella
Species : Vorticella microstoma (Jasin, 1992)
b. Struktur, bentuk dan habitat
Vorticella microstoma memiliki bentuk guci, luas ditengah, kemudian
menyempit diujungnya serta mempunyai tangkai dibagian bawahnya yang
berfungsi untuk meletakkan diri pada suatu tempat. Tangkai bisa lurus
memanjang dan bisa pula memendek membentuk spiral. Hewan ini
mempunyai dua inti, vakuola kontrakttil, vakuola makanan dan peristom.
Vorticella microstoma banyak ditemukan digenangan air tawar, air
laut, dapat melekat dengan tangkainya pada benda lain.
6. Cinetochilum margaritaceum
a. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari Glaucoma scintillans adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Protozoa
Kelas : Ciliata
Ordo : Hymenostomatida
Famili : Cinetochilidae
Genus : Cinetochilum
Spesies : Cinetochilum margaritaceum.
b. Struktur, bentuk dan habitat
Dari hasil pengamatan pada Cinetochilum margaritaceum terlihat
hewan ini memiliki silia. Vakuola kontraktil terletak di bagian posterior kiri
dan makronukleus bulat disebelah kiri bagian mulut. Habitatnya di air tawar.
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Prortozoa merupakan hewan yang bersel tunggal dengan ukuran mikroskopis.
2. Protozoa terdiri dari beberapa kelas yaitu flagellata (Mastigophora), rhizopoda
(Sarcodina), sporozoa, ciliata, dan suktoria.
3. Protozoa bergerak dengan flagella, pseudopodia, silia atau bergerak sendiri.
4. Protozoa merupakan hewan yang bersifat parasit, mutualistis, komensal, atau
bebas.
5. Protozoa bergerak dengan Flagella (rambut cambuk), Pseudopodia (kaki
semu), silia (rambut getar), atau bergerak sendiri.
6. Protozoa mempunyai peranan penting dalam daur makanan dalam air.
B. Saran
Adapun saran saya yaitu saat melakukan praktikum, sebaiknya semua
praktikan lebih aktif dan teliti dalam melakukan pengamatan agar dapat mengamati
beberapa jenis protozoa.
DAFTAR PUSTAKA

George H, Fried. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga, 2006.

Hala,Yusminah. Dasar Biologi Umum II. Makassar: Alauddin Press. 2007.

Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.

Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta: Erlangga.

Rohmimohtarto, Kasijan. 2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota


Laut .Jakarta: Djambatan.

Shaputra, Riswan Aghan. 2015. http://documents.tips/documents/laporan-protozoa.


html. Diakses pada tanggal 20 Mei 2017.

Anda mungkin juga menyukai