Anda di halaman 1dari 9

MOTIVASI BELAJAR ANAK DALAM PIKIRAN DAPAT

BERKEMBANG DENGAN TIDAK MENINGGALKAN


PENGGUNAAN GADGET

Disusun Oleh :

Terrina Chairulita Handayanti

4401414021

Pendidikan Biologi / 2014

Dosen Pengampu:

Binta Mu'tiya Rizki

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


TAHUN 2015/2016
PENDAHULUAN

Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak di dalam
belajar. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan
berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita . sedangkang faktor ekstrinsik
nya adalah ada nya penghargaan, lingkungan yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Oleh karena itu, hubungan motivasi belajar bagi anak sangatlah besar
pengaruhnya terhadap diri anak untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi
yang baik pula.

Tetapi pada era sekarang seiring dengan meningkatnya perkembangan zaman, motivasi
belajar mengalami kemerosotan. Hal ini terjadi karena meningkatnya perkembangan teknologi
khususnya gadget dalam peggunaannya tidak diimbangi dengan pemanfaatan untuk menunjang
pembelajaran, tetapi sebagian besar digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.

Dengan demikian, motivasi belajar yang ada didalam anak tersebut menjadi condong untuk
mengarah ke dunia gadget. Begitu pentingnya permasalahan tersebut, sehingga saya mengangkat
persoalan tentang bagaimana motivasi belajar dalam pikiran anak-anak dapat berkembang
dengan tidak meninggalkan penggunaan gadget.
PEMBAHASAN

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah
perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari
praktek atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi itu
penting, tanpa kesepakatan tertentu mengenai definisi tersebut.

Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga
memperlancar belajar dan hasil belajar. Secara historik, pendidik selalu mengetahui kapan
peserta didik perlu dimotivasi selama proses belajar, sehingga aktivitas belajar berlangsung lebih
menyenangkan, arus komunikasi lebih lancar, menurunkan kecemasan peserta didik,
meningkatan kreativitas dan aktivitas belajar. Pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik yang
termotivasi akan benar-benar menyenangkan, terutama bagi peserta didik. Peserta didik yang
menyelesaikan tugas belajar dengan perasaan termotivasi terhadap materi yang telah dipelajari,
mereka akan lebih mungkin menggunakan materi yang telah dipelajari. Hal ini juga logis untuk
mengansumsikan bahwa semakin anak memiliki pengalaman belajar ang termotivasi, maka
semakin mungkin akan menjadi peserta didik sepanjang hayat.

Lain halnya dengan peserta didik yang motivasi belajarnya sudah bercabang. Anak yang
dulunya belum mempunyai gambaran motivasi tentang belajar, ketika sudah dihadapkan dengan
gadget maka semakin lama pikiran untuk termotivasi belajar semakin rendah dan pada akhirnya
tidak mempunyai arti dalam dirinya. Rangsangan yang dibawa oleh gadget sangat besar
kaitannya dengan pola pikir anak. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak
memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut.
Apabila motivasi peserta didik anak itu rendah, umumnya diasumsikan bahwa peserta didik anak
yang bersangkutan akan rendah. Motivasi yang ada dalam diri anak tersebut tidak terfokus ke
satu arah, melainkan akan fokus ke sesuatu yang sering digunakan mereka(Dalam hal ini
penggunaan gadget).
ANALISIS KASUS

Dalam membahas permasalahan yang saya ajukan tentang berkurangnya motivasi belajar
pada siswa karena pengaruh gadget, saya mengutip referensi terkait permasalahan tersebut dari
beberapa sumber, yakni :

Motif dan motivasi


Dalam konteks uraian terdahulu, dapat dijelaskan bahwa motif menunjukkan suatu dorongan
yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut nmau bertindak
melakukan sesuatu. sedangkan motivasi adalah pendorongan : suatu usaha yang didasari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan
sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Menurut Vroom, motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan
individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Kemudian Jhon P.
Campbell dan kawan-kawan menambahkan rincian dalam motivasi mencakup didalamnya arah
atau tujuan tingkah laku, kekuatan respons, dan kegigihan tingkah laku. Disamping itu, istilah itu
pun mencakup sejumlah konsep seperti dorongan (drive), kebutuhan (need), rangsangan
(incentive), ganjaran (reward), penguatan (reinforcement), ketetapan tujuan (goal setting),
harapan (expectancy), dan sebagainya.

Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu


menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia.
Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu memimpin seseorang untuk
bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respons-respons
efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan.
Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah aku. Dengan demikian ia
menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap terhadap
sesuatu.
Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan
(reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.
Teori Hedonisme
Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan.
Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang
utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Menurut
pandangan hedonisme, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan
yang penuh kesenangan daripada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan
sebagainya.

Implikasi dari teori ini ialah adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung
menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau yang mengandung risiko berta, dan lebih
suka melakukan sesuatu yag mendatangkan kesenangan baginya. Siswa di suatu kelas merasa
gembira dan bertepuk tangan mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru
matematika mereka tidak dapat mengajar karena sakit. Seorang pegawai segan bekerja dengan
baik dan malas bekerja, tetapi selalu menuntut gaji atau upah yang tinggi. Menurut teori
hedonisme, para siswa dan pegawai tersebut pada contoh di atas harus diberi motivasi secara
tepat agar tidak malas dan mau bekerja dengan baik, dengan memenuhi kesenangannya.

Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini
beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk
memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu, menurut
teori ini, apabila seorang pemimpin ataupun pendidik bermaksud memberikan motivasi kepada
seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang
akan dimotivasinya.
Banyak ahli psikologi yang telah berjasa merumuskan kebutuhan manusia ditinjau dari sudut
psikologi. Sejalan dengan itu pula maka terdapat adanya beberapa teori kebutuhan yang sangat
erat berkaitan dengan kegiatan motivasi. Berikut ini dibicarakan salah satu dari teori kebutuhan
yang dimaksud.
Teori Abraham Maslow
Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan
kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajar motivasi
manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok yang dimaksud adalah :
1) Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan ini merupakan dasar, yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-
fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan
papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks, dsb.
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security) seperti terjamin keamannya,
terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan
tidak adil, dsb.
3) Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai,
diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan,
kerjasama.
4) Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi,
kemampuan, kedudukan atau status, pangkat, dsb.
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) seperti antara lain kebutuhan
mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum,
kreatifitas, dan ekspresi diri.

Tingkatan atau hierarki kebutuhan dari Maslow ini dimaksud sebagai suatu kerangka yang
dapat dipakai setiap saat, tetapi lebih merupakan kerangka acuan yang dapat digunakan sewaktu-
waktu bilamana diperlukan untuk memprakirakan tingkat kebutuhan mana yang mendorong
seseorang yang akan dimotivasi bertindak melakukan sesuatu.

Dari beberapa teori motivasi yang telah diuraikan, kita mengetahui bahwa tiap-tiap teori
memiliki kelemahan dan kekurangannya masing-masing. Namun, jika kita hubungkan dengan
manusia sebagai pribadi dalam kehidupannya sehari-hari, teori-teori motivasi yang telah
dikemukakan ternyata memiliki hubungan yang komplementer yang berarti saling melengkapi
satu sama lain.

Dalam pembelajaran hendaknya mampu meningkatkan motivasi intrinsik peserta didik


sebanyak mungkin. Hal ini berarti bahwa pendidik harus mampu menarik minat dan
meningkatkan hasrat ingin tahu peserta didik terhadap materi yang disajikan (Slavin, 1994).
Untuk mencapai kearah itu ada beberapa cara yang dapat dilakukan pendidik dalam
meningkatkan motivasi intrinsik peserta didik yakni dengan membangkitkan minat belajar.
Pengaitan pembelajaran dengan minat peserta didik adalah sangat penting, dan karena itu
tunjukkanlah bahwa pengetahuan yang dipelajari itu sangat bermanfaat bagi mereka. Karena hal
tersebut mendorong peserta didik dalam mencapai tujuan belajarnya. Kemudian mendorong rasa
ingin tahu, pendidik yang terampil akan mampu menggunakan cara untuk membangkitkan dan
memelihara rasa ingin tahu peserta didik didalam pembelajaran. Ini artinya, para pendidik harus
mampu menyajikan materi yang akan dibahas dengan metode yang menarik, sehingga peserta
didik akan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.

Pada permasalahan ini, kurangnya motivasi peserta didik disebabkan oleh pengaruh
teknologi yang semakin berkembang. Kurangnya motivasi dalam diri peserta didik ini akan
mempengaruhi ketertarikan dalam persaingan belajar. Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam
membantu peserta didik yang mengalami ketidakberdayaan belajar yakni sabagai berikut :

Penekanan pada tindakan positif


Pada dasarnya, masing-masing peserta didik mempunyai kelebihan, kelebihan yang ada
dalam peserta didik tersebut yang harus dipacu oleh pendidik untuk terus digali sehingga tercipta
kelebihan dari peserta didik yang mengarah ke bidang prestasi. Kemudian ikuti alur kesenangan
peserta didik tersebut. Apabila peserta didik tersebut lebih condong untuk memanfaatkan
teknologi, maka ikuti saja. Berikanlah tugas-tugas belajar yang diselesaikan dengan cara
berbicara. Kita bisa memanfaatkan media sosial untuk menunjang proses pembelajaran tersebut.
Apabila kepercayaan dirinya sudah tumbuh, lambat laun perkenalkan peserta didik tersebut pada
tugas-tugas yang harus diselesaikan dengan tulisan.

Pengurangan tindakan negatif


Kelemahan yang terdapat dalam diri peserta didik jangan dipermainkan. Ketika peserta didik
tersebut melakukan kesalahan, maka jelaskan dengan bijaksana dan berikan solusi yang baik.
kemudian berikan kesempatan kepada peserta didik itu untuk melakukan perbaikan selanjutnya
diskusikan bersama-sama untuk menyelesaikan rencana yang telah dibuat.

Ciptakan tantangan dalam belajar


Menciptakan tantangan dalam belajar dimaksudkan agar peserta didik secara aktif
merumuskan masalah dan memecahkannya dengan menggunakan pengetahuan dan
keterampilannya sendiri. Misalnya dalam pembelajaran biologi, peserta didik diberikan kasus
tentang permasalahan polusi udara di lingkungan sekitar. Peserta didik diberikan tugas untuk
mengidentifikasi masalah yang tersaji dalam kasus, kemudian mereka diminta untuk
memecahkannya sendiri.
KESIMPULAN DAN SARAN

Dari permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi yang kurang dari peserta
didik akibat penggunaan gadget dapat ditanggulangi dengan cara-cara berdasarkan teori yang
ada. Peran pendidik dalam hal ini cukup penting untuk mengubah mainset peserta didik tentang
penggunaan gadget yang sebagian besar tidak bermanfaat menjadi lebih bermanfaat. Dalam hal
ini gadget dapat dimanfaatkan untuk menunjang media pembelajaran yakni sebagai media
komunikasi tentang informasi pembelajaran. Selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat
untuk mengumpulkan tugas-tugas.

Untuk mengembangkan motivasi yang baik pada peserta didik, kita sebagai pendidik maupun
keluarga dapat mengatur dan menyediakan situasi-situasi baik dalam lingkungan keluarga
maupun di sekolah yang memungkinkan timbulnya persaingan atau kompetisi yang sehat antar
anak didik kita, membangkitkan self-competition dengan jalan menimbulkan perasaan puas
terhadap hasil-hasil dan prestasi yang telah mereka capai, kemudian menunjukkan contoh
konkret dalam masyarakat bahwa dapat tercapai atau tidaknya suatu tujuan sangat bergantung
pada motivasi yang mendorongnya untuk mencapai maksud dari tujuan itu.

SARAN

Saran yang dapat diberikan dalam permasalahan ini adalah antara keluarga maupun pendidik
harus lebih bekerjasama dan saling berkomunikasi untuk membentuk peserta didik yang tidak
ketergantungan memakai gadget dengan tujuan yang tidak bermanfaat. Kemudian pendidik juga
harus jeli memanfaatkan kondisi yang ada, dalam hal ini penggunaan gadget juga harus
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang bersifat rutin maupun media komunikasi dengan
cara-cara yang menarik sehingga nantinya peserta didik tidak hanya menggunakan gadget untuk
hal yang tidak bermanfaat tetapi juga akan terpacu untuk menjalani aktivitas belajar lewat media
sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Ellis, Robert M., Educational Psychology: A Problem Approach, D. Van Nostrand Company,
Inc., New Jersey, London, New York.

Purwanto, Ngalim. 1984. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Rifai, Achmad dan Catharina T.A. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES PRESS.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. 1995. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.

Anda mungkin juga menyukai