Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No.

2 Tahun 2013 ISSN 2337-9995


Program Studi Pendidikan Kimia jpk.pkimiauns@ymail.com
Universitas Sebelas Maret

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE INQUIRY


TERBIMBING DILENGKAPI KEGIATAN LABORATORIUM
REAL DAN VIRTUAL PADA POKOK BAHASAN
PEMISAHAN CAMPURAN

Ratri Argandi 1,* , Kus Sri Martini,2 dan Agung Nugroho Catur Saputro2
1
Mahasiswa S1 Prodi Pendidikan Kimia ,Jurusan PMIPA, FKIP, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta, Indonesia
2
Dosen Prodi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta,
Indonesia

* Keperluan korespondensi, telp : 085725553452, email: ratriargandi@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) prestasi belajar aspek kognitif siswa yang diajar
dengan metode inquiry terbimbing menggunakan kegiatan laboratorium real dan laboratorium
virtual pada pokok bahasan Pemisahan Campuran, (2) prestasi belajar aspek afektif siswa yang
diajar dengan metode inquiry terbimbing menggunakan kegiatan laboratorium real dan
laboratorium virtual pada pokok bahasan Pemisahan Campuran . Penelitian ini menggunakan
metode eksperimen semu dengan rancangan penelitian Randomized Pretest-postest
Comparison Group Design untuk prestasi belajar kognitif . Sedangkan prestasi belajar afektif
menggunakan Randomized Postest Only Comparison Group De sign. Sampel diambil dengan
teknik Cluster Random Sampling. Analisis data menggunakan Uji t -pihak kanan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) prestasi belajar aspek kognitif pada siswa yang diajar menggunakan
metode inquiry terbimbing yang didukung dengan kegiatan laboratorium virtual lebih baik
daripada laboratorium real pada pokok bahasan pemisahan campuran . Hal ini dilihat dari harga
thitung yang diperoleh, thitung >t(0,05; 54) = 4,464 > 1,6725, (2) prestasi belajar aspek afektif pada
siswa yang diajar menggunakan metode inquiry terbimbing yang didukung dengan kegiatan
laboratorium virtual lebih lebih baik daripada laboratorium real pada pokok bahasan pemisahan
campuran. Hal ini dilihat dari harga t hitung yang diperoleh, thitung > t(0,05; 54) = 3,669 > 1,6725.

Kata Kunci: inquiry terbimbing, laboratorium real, laboratorium virtual, pemisahan campuran,
prestasi belajar

PENDAHULUAN disusun oleh dan dilaksanakan di


masing-masing satuan pendidikan.
Pendidikan merupakan sesuatu Sehingga dalam KTSP ini setiap sekolah
yang sangat penting dalam diberikan keluwesan untuk
menghadapi perkembangan era mengembangkan kurikulum sesuai
globalisasi saat ini. Untuk menunjang dengan karakteristik, kebutuhan dan
tercapainya tujuan pendidikan nasional potensi masing-masing sekolah dan
tersebut, pemerintah telah melakukan daerah [1].
upaya perbaikan kurikulum pendidikan Ilmu kimia, seperti halnya IPA, juga
di Indonesia. Kurikulum di Indonesia mempelajari gejala-gejala alam, tetapi
telah melalui tahap perbaikan beberapa mengkhususkan diri di dalam
kali, dan kurikulum terbaru yang mempelajari struktur, susunan, sifat dan
digunakan saat ini adalah kurikulum perubahan materi, serta energi yang
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan menyertai perubahan materi.
Pendidikan). Berdasarkan Undang- Pembahasan tentang struktur materi
Undang No. 20 tahun 2003 bab I pasal mencakup struktur partikel-partikel
1 ayat 15 menyatakan bahwa KTSP penyusun materi (molekul, atom, ion) dan
merupakan kurikulum operasional yang bagaimana partikel-partikel penyusun

Copyright 2013 44
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Hal. 44-49

materi yang sangat kecil itu bergabung Proses pembelajaran yang baik
satu sama lain membentuk materi yang dapat diperoleh dengan menggunakan
berukuran besar yang dapat diamati media yang menarik, seperti laboratorium
[2]. real dan virtual. Keterkaitan antara
Selama ini pembelajaran pada permainan kimia dengan praktikum
pokok bahasan pemisahan campuran, adalah dimana dalam permainan kimia
siswa lebih cenderung untuk menerima merupakan suatu percobaan yang
informasi, tidak mencari informasi) menarik menggunakan bahan dan alat-
sehingga materi tersebut kurang alat yang mudah didapat, sehingga dapat
membekas dalam diri siswa. Siswa dikatakan sebagai media yang
cenderung menghafal bukan menghibur dan inovatif [6]. Pembelajaran
memahami konsep sehingga informasi yang dikemas secara menarik
atau ilmu yang diperoleh akan lebih diharapkan mampu memberikan suasana
cepat luntur. Pengembangan aspek pembelajaran yang berbeda dan
kognitif, afektif dan psikomotor dalam membekas bagi peserta didik tetapi yang
pengajaran kimia dapat dilakukan paling utama adalah membantu peserta
dengan meningkatkan kemampuan didik memahami materi kimia.
dalam proses sains yang didapat Tujuan yang ingin dicapai pada
melalui aktivitas belajar. Contoh dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
proses sains yang dapat dikembangkan (1) Prestasi belajar aspek kognitif siswa
adalah eksperimen atau percobaan [3]. yang diajar dengan metode inquiry
Pengalaman yang dialami oleh peserta terbimbing menggunakan kegiatan
didik dapat digunakan sebagai sumber laboratorium real dan siswa yang diajar
belajar, dan yang paling berpengaruh dengan metode inquiry terbimbing
adalah pengalaman langsung menggunakan kegiatan laboratorium
contohnya melalui eksperimen atau virtual pada pokok bahasan Pemisahan
percobaan [4]. Pemisahan campuran Campuran kelas VII semester genap
merupakan pokok bahasan yang berisi SMP Negeri 1 Nguter tahun pelajaran
metode-metode pemisahan campuran, 2011/2012. (2) Prestasi belajar aspek
dimana metode tersebut digolongkan afektif siswa yang diajar dengan metode
menjadi dua macam yaitu pemisahan inquiry terbimbing menggunakan
campuran secara fisika dan pemisahan kegiatan laboratorium real dan siswa
campuran secara kimia. Hal ini yang diajar dengan metode inquiry
membuat siswa kurang paham dan terbimbing menggunakan kegiatan
cenderung hanya menghafal teori-teori laboratorium virtual pada pokok bahasan
yang ada tanpa memahami konsep Pemisahan Campuran kelas VII
yang ada. Untuk membantu mengatasi semester genap SMP Negeri 1 Nguter
kesulitan belajar tersebut diperlukan tahun pelajaran 2011/2012.
suatu metode yang mampu menunjang
keberhasilan proses belajar mengajar. METODE PENELITIAN
Metode inquiry terbimbing merupakan Metode penelitian yang digunakan
salah satu metode yang dapat pada penelitian ini adalah metode quasi
membantu siswa untuk berpikir kritis eksperimental dengan desain penelitian
dan kreatif, sehingga siswa mampu Randomized Pretest - postest
memahami materi dengan baik. Riza Comparison Group Design untuk
(2012) melakukan penelitian yang prestasi belajar kognitif. Sedangkan
menunjukkan bahwa pembelajaran prestasi belajar afektif menggunakan
Inkuiri terbimbing dengan metode Randomized Postest Only Comparison
eksperimen dan demonstrasi terhadap Group Design. Obyek dalam penelitian
prestasi belajar siswa pada pokok ini adalah siswa kelas VII semester
bahasan laju reaksi kelas XI semester genap SMP Negeri 1 Nguter Tahun
1 SMA N 1 Mojolaban tahun ajaran Pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 7
2011/2012, dapat menaikkan kelas. Sampel diambil dengan teknik
ketuntasan belajar siswa dari 62,50 % Cluster Random Sampling. Sampel terdiri
menjadi 84,38 %[5]. dari 2 kelas yaitu kelas eksperimen I

Copyright 2013 45
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Hal. 44-49

(metode inquiry terbimbing kelas eksperimen I sebanyak 28 siswa


menggunakan laboratorium real), dan dan kelas eksperimen II sebanyak 28
kelas eksperimen II (metode inquiry siswa sebagai berikut :
terbimbing menggunakan laboratorium
virtual). Tabel 1. Rangkuman Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini Penelitian
dikumpulkan dengan menggunakan
metode tes dan metode angket. Jenis Nilai Rata-Rata
Instrumen yang digunakan dalam Penilaian Eksperimen Eksperimen
penilaian aspek kognitif berupa soal- I II
soal obyektif materi Pemisahan Pretest 50,28 52
Campuran. Pengukuran validitas soal Kognitif
kognitif dapat diketahui dengan Posttest 77,42 84,28
menghitung harga rxy yang diperoleh Kognitif
dengan menggunakan rumus korelasi Selisih Nilai 26,85 32,28
product moment formula Pearson [7]. Rata2
Untuk mengetahui koefisien reliabilitas Kognitif
tes soal bentuk pilihan ganda Posttest 68,57 75,53
digunakan rumus Kuder Richardson 20 Afektif
(KR-20). Tingkat kesukaran dapat
diketahui dari banyaknya siswa yang Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa
menjawab benar soal yang selisih nilai rata-rata kognitif kelas
bersangkutan. Selain itu juga perlu eksperimen II lebih tinggi dari kelas
mengetahui daya beda soalnya. Daya eksperimen I. Hal ini berarti pada kelas
pembeda soal adalah kemampuan eksperimen II memberikan kontribusi
suatu soal untuk membedakan antara pencapaian prestasi kognitif yang lebih
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi dari pada kelas eksperimen I. Pada
tinggi) dengan siswa yang bodoh aspek afektif, nilai rata-rata kelas
(berkemampuan rendah) Angka yang eksperimen II menunjukkan angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda lebih tinggi dibanding kelas eksperimen I.
disebut indeks diskriminasi (D). Hal ini berarti pada kelas eksperimen II
Sedangkan instrumen penilaian afektif memberikan kontribusi pencapaian
yang digunakan dalam penelitian ini prestasi afektif yang lebih tinggi daripada
berupa angket. Jenis angket yang kelas eksperimen I.
digunakan adalah angket langsung dan
1. Prestasi Kognitif
sekaligus menyediakan alternatif
Perbandingan distribusi frekuensi selisih
jawaban. Validitas butir soal angket
nilai pretest dan posttest untuk masing-
dapat diketahui dengan menggunakan
masing kelas eksperimen pada pokok
product moment Formula Pearson.
bahasan pemisahan campuran disajikan
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas
dalam Tabel 2. Sedangkan untuk
digunakan rumus alpha [8].
memperoleh gambaran yang lebih jelas
Teknik analisis data untuk
tentang data pada Tabel 2 dapat dilihat
penelitian ini menggunakan uji t-pihak
pada Gambar 1.
kanan. Uji prasyarat yang digunakan
adalah uji normalitas, uji homogenitas,
dan uji keseimbangan. Uji normalitas
menggunakan uji Liliefiors. Sedangkan
untuk uji homogenitas menggunakan uji
Bartlett. Dan untuk uji keseimbangan
menggunakan uji-t [9].

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data prestasi belajar siswa pada
pokok bahasan pemisahan campuran
yang meliputi aspek kognitif dan afektif

Copyright 2013 46
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Hal. 44-49

Tabel 2. Perbandingan Distribusi Nilai nilai pretest siswa kela eksperimen I


Pretest Kognitif Kelas adalah 50,2857 dan kelas eksperimen II
Eksperimen I dan Kelas adalah 52. Rata-rata posstest kelas
Eksperimen II pada Pokok eksperimen I adalah 77,4285 dan kelas
bahasan pemisahan campuran eksperimen II adalah 84,2857. Rata-rata
Interval Nilai Kelas Kelas selisish nilai pretest-posstest untuk kelas
Tengah Ekspe- Ekspe- eksperimen I adalah 26,8571 dan kelas
rimen I rimen II eksperimen II adalah 32,2857. Untuk
Frekuensi Frekuensi membuktikan apakah prestasi kognitif
12-17 14,5 4 0 kelas eksperimen II lebih baik daripada
18-23 20,5 5 1 kelas eksperimen I maka dilakukan uji t-
24-29 26,5 11 10 pihak kanan. Hasil analisis yang telah
30-35 32,5 1 7 dilakukan diperoleh thitung (4,464) > ttabel
36-41 38,5 5 7 (1,6725) yang berarti bahwa hipotesis nol
42-47 43,5 2 1 (H0) ditolak dan H1 diterima. Hal ini
48-52 49,5 0 2 menunjukkan bahwa kelas eksperimen II
Jumlah 28 28 lebih baik daripada kelas eksperimen I
eksperimen untuk prestasi belajar aspek
12
kognitif.
Frekuen Rata-rata prestasi kognitif siswa
10 si Kelas lebih tinggi untuk pembelajaran kimia
8 Eksperi dengan laboratorium virtual daripada
men I laboratorium real. Hal ini dikarenakan
6 Frekuen dengan laboratorium virtual siswa lebih
4 si Kelas tertarik dengan adanya penyajian materi
Eksperi dalam bentuk animasi yang merupakan
2 men II hal baru bagi siswa sehingga
0 meningkatkan ketertarikan dan keinginan
siswa untuk mempelajari materi
26,5
14,5
20,5

32,5
38,5
43,5
49,5

pemisahan campuran. Laboratorium


virtual mampu meningkatkan
Gambar 1. Histrogram Perbandingan
keterampilan, sikap, dan pemahaman
Selisih Prestasi Belajar
konseptual [10]. Dalam laboratorium real
Kognitif Siswa Kelas
siswa cenderung merasa takut untuk
Eksperimen I dan Kelas
memegang alat dan bahan kimia
Eksperimen II pada Pokok
sehingga siswa kurang fokus pada materi
Bahasan Pemisahan
pemisahan campuran. Sedangkan pada
Campuran
laboratorium virtual siswa merasa lebih
Dari Gambar 1 terlihat bahwa nyaman dalam melakukan praktikum
frekuensi paling tinggi terdapat pada sehingga siswa lebih fokus pada materi
interval 24-29 untuk kelas eksperimen I pemisahan campuran. Dengan demikian
dan eksperimen II. Sedangkan pada siswa lebih memahami materi yang
nilai tengah 32,8, 38,5 dan 49,5 berakibat meningkatnya prestasi belajar
frekuensi terbanyak dimiliki oleh kelas kognitifnya untuk kelas virtual.
eksperimen II. Semakin banyak selisih
prestasi belajar, terlihat bahwa kelas 2. Prestasi Afektif
eksperimen II lebih mendominasi, Perbandingan distribusi frekuensi nilai
sehingga dapat dikatakan prestasi afektif kelas eksperimen I dan kelas
belajar pada kelas eksperimen II lebih eksperimen II pada pokok bahasan
baik daripada kelas eksperimen I. pemisahan campuran disajikan dalam
Dari data penelitian yang telah Tabel 3. Sedangkan untuk memperoleh
diperoleh diketahui bahwa kelas gambaran yang lebih jelas tentang data
eksperimen II memiliki prestasi kognitif pada Tabel 3 disajikan dalam bentuk
yang lebih tinggi daripada kelas histogram pada Gambar 2.
eksperimen I. Berdasarkan rata-rata

Copyright 2013 47
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Hal. 44-49

Tabel 3. Perbandingan Distribusi Nilai disajikan dalam bentuk yang menarik


Afektif Kelas Eksperimen I sehingga meningkatkan keingintahuan
dan Kelas Eksperimen II siswa untuk mempelajari materi
pada Pokok bahasan pemisahan campuran sehingga
pemisahan campuran menyebabkan terjadinya afeksi/ sikap
Interval Nilai Kelas Kelas yang berbeda ketika pembelajaran
Tengah Ekspe- Ekspe- berlangsung.
rimen I rimen II Hasil penelitian ini didukung oleh
Frekuensi Frekuensi hasil penelitian yang dilakukan oleh
61-63 62 3 0 Tuysuz (2010) dimana hasil
64-66 65 4 0 penelitiannya menunjukkan bahwa
67-69 68 11 1 laboratorium virtual memberikan
70-72 71 7 8 kontribusi yang positif dalam
73-75 74 2 9 pembelajaran kimia pada materi
76-78 77 0 7 pemisahan campuran. Laboratorium
79-82 80 1 3 virtual mampu meningkatkan motivasi
Jumlah 28 28 siswa untuk belajar sehingga
meningkatkan prestasi belajar kimianya
12 [11]. Dengan laboratorium virtual
Frekuensi percobaan dapat disajikan dalam bentuk,
10 Kelas warna dan tampilan yang menarik
Eksperim sehingga mudah dipahami.
8
en I Aspek afektif dalam penelitian ini
6
Frekuensi mencakup minat, sikap, nilai, konsep
4 Kelas diri, dan moral dari siswa. Dari hasil
Eksperim angket afektif yang telah diisi oleh siswa,
2 en II dapat ditunjukkan bahwa sikap siswa
0 pada kelas virtual lebih baik (85,71%),
62 65 68 71 74 77 80 dibandingkan kelas real (79,57%). Minat
siswa pada kelas virtual lebih tinggi
Gambar 2. Histogram Perbandingan (85,00%) dibandingkan kelas real
Nilai Afektif Kelas Eksperimen I (78,92%). Konsep diri siswa pada kelas
dan Kelas Eksperimen II pada virtual lebih tinggi (75,44%) dibandingkan
Pokok Bahasan Pemisahan kelas real (67,40%). Nilai siswa pada
Campuran kelas virtual lebih tinggi (80,95%),
Hasil penelitian menunjukkan dibandingkan kelas real (74,40%). Moral
bahwa pada aspek afektif rata - rata siswa pada kelas virtual lebih tinggi
nilai yang diperoleh kelas eksperimen II (87,85%) dibandingkan kelas real
adalah 75,5357 dan untuk kelas (81,78%).
eksperimen I sebesar 68,5714. Dari kelima aspek afektif tersebut
Berdasarkan hasil uji t-pihak kanan dapat diketahui bahwa yang paling besar
yang telah dilakukan terhadap prestasi pengaruhnya dalam prestasi aspek
belajar afektif ini diperoleh thitung (3,669) afektif kelas virtual adalah moral. Dengan
> ttabel (1,6725) yang berarti bahwa adanya interaksi positif antar siswa,
hipotesis nol (H0) ditolak dan H1 siswa mampu berinteraksi dengan siswa
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa lain dalam diskusi kelompok akan
kelas eksperimen II lebih baik daripada membuat siswa lebih aktif saat diskusi
eksperimen I untuk prestasi belajar berlangsung (aspek afektif). Keaktifan
aspek afektif. siswa dalam diskusi ini membuat siswa
Hasil prestasi afektif siswa untuk lebih paham dengan materi pemisahan
laboratorium virtual memiliki rata-rata campuran, sehingga siswa memiliki
yang lebih tinggi daripada laboratorium prestasi aspek kognitif yang lebih tinggi.
real. Hal ini disebabkan karena pada
pembelajaran kimia dengan
menggunakan laboratorium virtual

Copyright 2013 48
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Hal. 44-49

KESIMPULAN [4] Situmorang, R, dkk. (2005). Media


Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Berdasarkan pembahasan yang telah Terbuka.
diuraikan pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan; (1) Prestasi belajar aspek [5] Riza, D. (2012). Studi Komparasi
kognitif pada siswa yang diajar Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
menggunakan metode Inquiry Dengan Metode Eksperimen Dan
Terbimbing yang didukung dengan Demonstrasi Terhadap Prestasi
kegiatan laboratorium virtual lebih baik Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan
daripada yang dilengkapi Laju Reaksi Kelas XI Semester 1
menggunakan laboratorium real pada Sma Negeri 1 Mojolaban Tahun
pokok bahasan pemisahan campuran, Pelajaran 2011/2012. Surakarta:
(2) Prestasi belajar aspek afektif pada FKIP UNS.
siswa yang diajar menggunaan metode
Inquiry Terbimbing yang didukung [6] Yunita. (2006). Panduan Demonstrasi
dengan kegiatan laboratorium virtual dan Percobaan Permainan kimia
lebih lebih baik daripada yang diajar untuk SD, SMP, SMA. Bandung :
menggunakan laboratorium real pada Pudak Scientific.
pokok bahasan pemisahan campuran.
[7] Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar
UCAPAN TERIMA KASIH Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT
Penulis mengucapkan terimakasih Bumi Aksara.
kepada Bapak Wahyu Purwanto, S.Pd
dan Ibu Indrawati Hapsari, S.Pd, selaku [8] Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan
Guru IPA SMP Negeri 1 Nguter atas ijin Validitas. Yogyakarta: Pustaka
yang telah diberikan untuk Pelajar.
menggunakan kelas yang diajar
sebagai objek penelitian ini. [9] Budiyono. (2009). Statistika Dasar
Untuk Penelitian. Surakarta: UNS
DAFTAR RUJUKAN Press.

[1] Anonim. (2011). UUD Sisdiknas. [10] Bhukuvhani, C., Kusure, L.,
Tersedia dalam http:// Munodawafa, V., Sana, A., dan
www.inherent-dikti.net. Diakses Gwizangwe, I.(2010). Pre-service
tanggal 28 Desember 2011 Teachers use of improvised and
virtual laboratory experimentation in
[2] Depdiknas. (2009). Analisis Butir Science teaching. Zimbabwe:
Soal. Jakarta: Departemen (IJEDICT), 6, Issue 4, pp.27-38.
Pendidikan Nasional.
[11] Tuysuz, C.(2010). The Effect of the
[3] Arifin,M. (1995). Pengembangan Virtual Laboratory on Students
Program Pengajaran Bidang Studi Achievement and Attitude in
Kimia. Surabaya: Airlangga Chemistry. Turki: Mustafa Kemal
University Press. University, IOJES, 2010, 2 (1), 37-
53.

Copyright 2013 49

Anda mungkin juga menyukai