Anda di halaman 1dari 6

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

KROMATOGRAFI LAPISAN TIPIS

Tujuan
Untuk menetukan jumlah komponen/senyawa penyusun suatu campuran.

Landasan Teori
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
perambatan komponen dalam medium tertentu. Hampi setiap campuran kimia, mulai dari
bobot molekul rendah sampai tinggi, dapat dipisahkan menjadi komponen-komponennya
dengan beberapa metode kromatografi.
Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung beberapa sifat
fisika umum dari molekul. Sifat utama yang terlibat ialah :
Kecenderungan molekul untuk larut dalam cairan (kelarutan).
Kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorbs,penyerapan).
Kecenderungan molekul untuk menguap (keatsirian).
Pada sistem kromatofrafi, campuran yang akan dipisahkan ditempatkan dalam keadaan
sedemikian rupa sehingga komponen-komponennya harus menunjukkan dua dari ketiga sifat
tersebut.
Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase
diam dan fase gerak. Jiak fase gerak digerakkan melalui fase diam untuk menghasilkan
pemisahan kromatografi. Proses ini dikenal sebagai pengembangan. Setelah senyawa-
senyawa dipisahkan dengan pengembangan, hasilnya dideteksi/divisualisasi (ditampakkan).
Jika senyawa-senyawa yang dipisahkan benar-benar dikeluarkan dari sistem, maka senyawa
itu telah dielusi.
Ada 2 prinsip pemisahan, yaitu :
Partisi, menggunakan fase gerak cair dan fase diam cair.
Adsorbsi, terbagi atas :
Sistem normal, menggunakan fase gerak. Senyawa nonpolar dan fase diam senyawa polar.
Sistem terbalik, menggunakan fase diam. Senyawa nonpolar dan fase gerak senyawa polar.
Kromatografi lapisan tipis merupakan kromatografi adsorbs, tetapi juga merupakan
kromatografi partisi. Adsorbsi secara umum adalah peristiwa berkumpulnya molekul-molekul
suatu zat/senyawa pada permukaan zat lain karena tidak seimbangnya gaya pada permukaan.
Adsorbs pada kromatografi adalah gejala timbulnya kosentrasi zat yang lebih besar daripada
bidang batas antara 2 fase dalam masing-masing fase.
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-
padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan
membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran komponen-komponen yang
berbeda bergerak pada laju yang berbeda.
Pada kromatografi lapisan tipis, adsorben bertindak sebagai fase diam (fase stationer). Ada 4
macam adsorben yang umum dipakai, yaitu ;
Asam silikat (silica gel)
Alumina (aluminium oxyde)
Kieselguhr (diatomeous earth), dan
Selulosa
Dari keempat jenis adsorben tersebut, yang paling banyak dipakai adalah silica gel.

Fase diam untuk kromatografi lapisan tipis seringkali juga mengandung substansi yang dapat
berpendar dalam sina ultraviolet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang
sesuai.
Sampel yang merupakan campuran senyawa yang akan dipisahkan, dilarutkan dalam zat
pelarut yang mudah menguap, misalnya kloroform atau zat pelarut lainnya. Larutan sampel
tersebut diteteskan pada plat yang telah diberi garis (dengan pensil) 8 10 mm dari dasar
plat dengan menggunakan pipet mikro atau syringe.
Diberikan penandaan pada garis di plat untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Ketika
bercak dari campuran itu mongering, plat ditempatkan dalam sebuah gelas kimia tertutup
berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlau banyak. Batas pelarut berada dibawah garis
dimana posisi bercak berbeda.
Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bahwa kondisi dalam gelas
kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap
mencegah penguapan pelarut.
Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari
campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai
perbedaan bercak warna.
Cara yang digunakan untuk melihat noda yang ada pada kromatogram ada 4, yakni :
Melihat/mengamati secara visual (langsung).
Dengan menggunakan lampu UV (ultraviolet)
Dengan pencucian giger miller jika ada zat radioaktif.
Dengan menggunakan uap iodium.
Karena uap dapat diserap dengan kuat oleh senyawa organic disamping adsorben.
Prinsip dari kromatografi lapisan tipis yaitu jika sistemnya melibatkan zat cair sebagai fase
gerak dan zat padat sebagai fase diam maka prinsip pemisahannya adalah adsorbsi. Tetapi,
jika melibatkan cairan yang menutupi permukaan zat padat sebagai fase diam dan fase
geraknya tetap cairan, maka prinsip pemisahannya adalah partisi.
Untuk mengidentifikasi komponen yang satu dengan yang lain, digunakan factor resensi (Rf)
Rf = hK/he

Keterangan :
hK = jarak yang ditempuh komponen
he = jarak yang ditempuh eluen
Kelebihan kromatografi lapisan tipis, yakni :
Prosedur sederhana dan berlangsung cukup cepat.
Dihasilkannya pemisahan yang lebih sempurna.
Tidak diperlukan alat atau reagensia khusus yang mahal.
Hanya diperlukan kuantitas kecil dari zat-zat itu.
Kelemahan kromatografi lapisan tipis, yakni ;
Hanya merupakan langkah awal untuk menetukan pelarut yang cocok untuk kromatografi
kolom.
Noda yang terbentuk belum tentu senyawa murni.
Prosedur Percobaan

Alat dan Bahan


Plat KLT/kertas sebagai fase diam
Pipa kapiler untuk menotolkan sampel pada plat
Chamber tempat eluen
Hasil ekstrak soklet sampel yang akan dipisahkan
Pelarut / eluen fase gerak
Lampu UV memflorensikan noda

Skema Kerja
III. PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan
1. Plat KLT / kertas saring : tempat mentotolkan zat
2. Pipa kapiler : untuk mentotolkan noda pada zat
3. Chamber : untuk tempat eluen
4. Pelarut / eluen : untuk melarutkan zat
5. Hasil ekstrak soklet : sebagai bahan untuk melihat noda

Skema Kerja
Plat KLT ditandai dengan garis menggunakan pensil

Ditotolkan dengan menggunakan pipa kapiler

Dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen

Plat KLT tadi dikeluarkan dan dikeringkan

Noda tadi dilihat dibawah sinar ultraviolet dan uap iodium

Noda yang terlihat ditandai menggunakan pensil

Dihitung nilai Rf
Skema Alat

Daftar Pustaka

Adnan,Mochammad.Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan


Makanan.Yogyakarta:Penerbit Andi
Gritter,Roy J,dkk.1991.Pengantar Kromatografi.Bandung:Penerbit ITB
www.chem-is-try.org
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah dilakukan, digunakan hasil ekstraksi sampel melon yang telah
dilakukan dengan cara sokletasi. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis
kualitatif dari suatu sampel yang ingin di deteksi dengan memisahkan komponen-komponen
berdasarkan kepolarannya. Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran
menjadi komponen-komponennya.
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau aluminia
yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastk yang keras. Gel silika
(aluminia) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis sering kali juga
mengandung substansi yang mana dapat berpendar dalam sinar ultraviolet.
Pada percobaan kali ini eluen yang digunakan adalah etil asetat dan pada plat KLT diberi
garis 0,5 cm diatas dan dibagian bawahnya.Sampel ditotolkan dibagian tengah garis bawah
plat KLT,dan juga jangan lupa penyemprotan dengan NaOH 30 %.Kemudian KLT disinari
dengan sinar UV.Didapatkan warna yang berpendar pada jarak 3,3 cm.
Eluen yang praktikan lakukan mengalami perbandingan 1 : 9 antara methanol : etil. Prinsip
kerja dari kromatografi lapis tipis ini adalah dengan memisahkan sampel berdasarkan
perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya
menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis
sampel yang ingin dipisahkan.
Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan mudah terbawa oleh
fase gerak tersebut. Jarak antara jalannya pelarut bersigat relative. Oleh karena itu, diperlukan
suatu perhitungan tertentu untuk memastika spot (noda) yang terbentuk memiliki jarak yang
sama walaupun ukuran jarak platnya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalag Rf. Nilai ini
digunakan sbagai perbandingan relati antara sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi
suatu komponen dalam fasa diam, sehingga nilai Rf sering juga di sebut faktor retensi.
Nilai Rf yang didapatkan pada pratikum kali ini adalah 0,825,karena jarak yang ditempuh
komponen adalah 3,3 cm dan jarak yang ditempuh eluen adalah 4 cm.Sehingga hasil Rf yang
didapatkan adalah 0,825.Karena uji KLT yang dilakukan hanya sekali dan hasil yang didapat
adalah 0,825.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, prakktikan dapat menyimpulkan bahwa KLT
merupakan suatu metoda pemisahan campuran senyawa atau komponen berdasarkan pada
perbedaan distribusi senyawa atau komponen antara dua fasa, yaitu fasa diam dan fasa gerak.
Prinsip kerja dari KLT ini adalah dengan memisahkan sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.
Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen, maka sampel akan mudah
terbawa oleh fase gerak. Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena itu,
diperlukan suatu perhitungan untuk memastikan noda yang terbentuk memiliki jarak yang
sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai perhitungan tersebut disebut dengan Rf.
Dimana Rf merupakan jarak yang ditempuh substansi dibagi dengan jarak yang ditempuh
pelarut.Dan Rf yang didapat adalah 0,825 cm.

Anda mungkin juga menyukai