Anda di halaman 1dari 35

DIAGNOSIS KOMUNITAS

PENGETAHUAN TENTANG PEMBUANGAN LIMBAH PADA


KELUARGA BINAAN DESA W, KECAMATAN X, KABUPATEN Y,
PROVINSI Z

PERIODE 22 MEI 23 JULI 2017

Disusun Oleh :
KELOMPOK 6

Baiamal Marissa I L (1102011059)


Laksmi R Afiani (1102011140)
Indri Riyani Evelyn (1102012127)
Rizal Fadhlurrahman (1102012250)

Pembimbing :

Dr. Erlina Wijayanti, MPH

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Gambaran Umum Kecamatan Secara Geografis

1.1.1 Situasi Keadaan Umum

Desa W ialah desa yang terletak di kecamatan X. Salah satu wilayah di Kabupaten Y,
Provinsi Z. Mempunyai luas wilayah xx kilometer persegi , berupa dataran rendah dan
mayoritas berupa lahan pertanian.

Peta Desa W

Gambar Peta Desa W

1.1.2 Batas Wilayah

Batas-Batas wilayah Desa W adalah sebagai berikut :


Utara : Desa WU
Timur : Desa WT
Selatan: Desa WY
Barat : Desa WB

1.1.3 Keadaan Umum Secara Demografi

1.1.3.1 Kependudukan

Jumlah penduduk wilayah Desa W xxxxx jiwa yang terdiri dari laki laki xxxxx jiwa dan
perempuan xxxxx jiwa. Jumlah rumah tangga xxxxx kepala keluarga dengan rata-rata per
KK xxxxx jiwa, tingkat kepadatan penduduk mencapai xxxxx jiwa per km2
1.1.3.2 Sosial Ekonomi

Lapangan Pekerjaan Penduduk Desa W cukup beragam, mata pencaharian penduduk


di desa W di dominasi sebagai seorang Petani. Mata pencaharian lainnya seperti Pedagang,
Buruh, Pegawai Negeri Sipil. Namun masih banyak Penduduk yang tidak mempunyai
lapangan kerja.

1.1.3.3 Pendidikan

Tingkat Pendidikan di desa W masih tergolong rendah, dari jumlah


penduduk di desa W hanya sedikit yang menyelesaikan Pendidikan 12
tahun atau setara dengan sekolah menengah atas.

1.2 Puskesmas P

1.2.1 Visi dan Misi

Visi : Pelayanan Prima Menuju Masyarakat Sehat

Misi : Menggerakan Pembangunan masyarakat yang berwawasan


kesehatan
Meningkatankan Upaya Pencegahan Penyakit
Mensejahterakan Masyarakat secara Ekonomi dan Sosial

1.2.2 Wilayah Kerja

Wilayah kerja Puskesmas P berada di wilayah Kecamatan X yang


terdiri dari berbagai desa.

1.2.3 Situasi Derajat Kesahatan

1.2.3.1 Sepuluh Besar Penyakit Puskemas P

Grafik 10 besar penyakit


Berdasarkan grafik 10 besar penyakit di Puskesmas P tahun
2017 didapatkan penyakit Ispa berada di posisi teratas yaitu dengan jumlah
kasus sebanyak xxxx, diikuti gastritis sebanyak xxxx, demam thypoid
sebanyak xxx, diare sebanyak xxx dan Hipertensi xxx.

1.2.3.2 Angka Kematian

Grafik angka kematian

1.2.3.4 Kesehatan Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar


pengaruhnya terhadap derajat kesehatan. Dengan keadaan lingkungan yang
sehat maka status derajat kesehatan akan terpelihara dan dapat lebih
meningkat, sebaliknya bila keadaan lingkungan kurang sehat dapat
mempengaruhi terhadap status kesehatan masyarakat.

1. Rumah Sehat

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang


memenuhi syarat kesehatan yaitu bangunan yang memiliki jamban,
sarana air bersih, tempat sampah dan sarana pengelolaan air limbah,
ventilasi rumah yang cukup, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai
rumah bersih dan kedap air.

2. Akses terhadap air bersih

Dari jumlah penduduk xxxx Jiwa, yang mendapat akses air


bersih ada xxxx Jiwa (xx%), terdiri dari sumur gali terlindung xxxx jiwa,
sumur bor dengan pompa xxxx dan pengguna PDAM sebanyak xxxx jiwa.

3. Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar


Kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi, jamban, tempat
sampah dan pengelolaan air limbah dari jumlah xxxx rumah yang diperiksa
jumlah yang memiliki jamban keluarga xxxx rumah ( xx%).
Tempat tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengolahan
Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang
dan berpotensi menjadi tempat persebaran penyakit. TTU meliputi terminal,
pasar, tempat ibadah, statsiun, tempat rekreasi, dll. Sedangkan TUPM
meliputi hotel, restoran, depot air dll. TTU dan TPM yang sehat adalah yang
memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki sarana air bersih, tempat
pembuangan samah, sarana pembungan air limbah (SPAL), ventilasi yang
baik dan luas lantai ruangan yang sesuai dengan jumlah pengunjung dan
memiliki pencahayaan yang cukup.

Jumlah Tempat-tempat Umum yang ada di Kecamatan x


sebanyak xx unit sedang yang memenuhi syarat kesehatan x unit (xx %).
Untuk Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) berjumlah xx unit TPM
semuanya memenuhi syarat kesehatan (xx%).

1.3 Gambaran Keluarga Binaan

1.3.1 Lokasi Keluarga Binaan

Denah keluarga Binaan

1.3.2 Keluarga Binaan Tn. A

Daftar keluarga Binaan Tn. A

Daftar keluarga Binaan Tn. A


Permasalahan Keluarga Binaan Tn. A

No. Faktor Internal Permasalahan


1. Kebiasaan Merokok Tn. A mengkonsumsi rokok 1 bungkus
sehari (@12 batang).
2. Olah raga Keluarga Tn. A tidak ada yang memiliki
kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak
pernah melakukan olahraga.
3. Pola Makan Keluarga Tn A makan tiga kali sehari
dengan komposisi makanan biasanya nasi,
tahu, tempe, dan sayur. Mereka jarang makan
daging, ikan, buah dan susu.
4. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka pergi berobat ke dokter
umum setempat.
5. Aktivitas sehari-hari 1) Tn. A bekerja sebagai buruh gaji rendah
2) Ny. B bekerja sebagai ibu rumah
tangga.
3) An. satu bekerja sebagai buruh
4) bekerja sebagai buruh
5) An. dua berkerja sebagai karyawan
swasta
6) An. tiga bekerja sebagai buruh
7) An. empat bekerja sebagai buruh
8) An. lima sebagai pelajar SLTP
9) An. enam sebagai pelajar SD
Faktor Eksternal Keluarga Tn. A
No Kriteria Permasalahan
2
1. Luas Bangunan Luas rumah 8 x 6 m dengan lantai sebagian
keramik/ubin dan sebagian semen.
2. Ruangan dalam rumah Teras, satu ruang tengah, satu kamar tidur,
satu ruang dapur dan kamar mandi yang
menjadi satu ruangan, satu ruang ibadah,
dan satu ruang kosong. Sebagian ruangan di
dalam rumah ini berlantaikan keramik dan
beratapkan genteng. Hanya ruangan mandi
dan dapur yang berlantaikan semen.
Dinding rumah terbuat dari bata dan bercat
berwarna hijau.
3. Ventilasi Sebagian ruangan memiliki jendela/ventilasi
udara memungkinkan cahaya matahari
untuk masuk kedalam rumah. Namun,
jendela tidak pernah dibuka setiap harinya.
4. Pencahayaan a. Terdapat satu buah pintu depan
b. Terdapat dua buah jendela.
c. Terdapat 4 buah lampu di dalam
rumah, berwarna putih
5. MCK Memiliki kamar mandi dan jamban di dalam
rumah yang bergabung dengan dapur.
6. Sumber Air Menggunakan air sungai. Biasanya
digunakan untuk mandi, mencuci, dan
memasak.
7. Saluran pembuangan Limbah rumah tangga cair di buang ke
limbah empang
8. Tempat pembuangan Sampah rumah tangga dibuang di samping
sampah rumah. Sampah ditumpuk terlebih dahulu
hingga banyak lalu dibakar.
No Kriteria Permasalahan
9. Lingkungan sekitar rumah Di samping kanan rumah terdapat tempat
pembuangan sampah dan kolam. Di depan
rumah terdapat warung. Di lingkungan
sekitar rumah terdapat tetangga-tetangga.

Masalah medis : -

Masalah Non Medis :

Jumlah anggota keluarga yang banyak


Pendidikan anggota keluarga yang rendah
Ekonomi keluarga yang rendah
Kurangnya kesadaraan akan bahaya merokok dalam keluarga
e. Ketidaktersediannya tempat sampah yang sesuai standart
pengelolaan sampah, Tidak terdapat saluran pembuangan
Kurangnya kebiasaan untuk berolahraga

1.3.3 Keluarga Binaan Tn. B

Daftar keluarga Binaan Tn. B

Daftar keluarga Binaan Tn. B


Permasalahan keluarga binaan Tn. B
No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tn. B masih merokok secara rutin tiap harinya
2 Olah raga Semua anggota keluarga jarang berolahraga
3 Pola Makan Ny. C, istri Tn. B memasak makanan sendiri
untuk keluarganya. Makan 3 kali dalam sehari. Sering
mengkonsumsi tahu, tempe, sayur, ikan asin dan
telur dan jarang mengkonsumsi ayam, daging dan
buah.
4 Pola Pencarian Apabila sakit, mereka memilih untuk membeli obat
Pengobatan sendiri sebagai pilihan pengobatan pertama
5 Menabung Hampir tidak pernah menabung
6 Aktivitas sehari-hari a. Tn. B bekerja sebagai buruh harian dan bekerja
setiap hari mulai jam 08.00-16.00.
b. ny. C bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga
c. Anak pertama dan kedua membantu pekerjaan ibu
dirumah
d. Anak keempat masih bersekolah di MTS (kelas 2)
e. anak kelimamasih bersekolah di SD (kelas 6)

Faktor Eksternal Keluarga Tn. B


No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 8 x 6 m

2. Ruangan dalam rumah Ruang tamu sekaligus sebagai ruang tv dengan


ukuran 3x 2 m. 2 kamar tidur masing-masing
berukuran 4x2 m dan 2x2 m, ruang dapur berukuran
3x2 m dan kamar mandi yang terbuka manjadi satu di
dalam rumah yang berukuran 1x1m
3. Jamban Keluarga Tn. B masih menumpang jamban milik
tetangga di dekat kolam ikan
4. Ventilasi dan jendela Terbuat dari kaca disetiap ruangan namun jarang
dibuka baik pagi hari ataupun sepanjang hari.
No Kriteria Permasalahan
5. Pencahayaan Di beberapa ruangan terdapat lampu yang tidak
terlalu terang seperti pada kedua kamar tidur
6. MCK Tempat cuci piring dan cuci pakaian digabung
dengan tempat mandi
7. Sumber Air Dari sumur
8. Saluran pembuangan Terdapat saluran pembuangan limbah
limbah

9. Tempat pembuangan Tidak memiliki tempat pembuangan sampah


sampah dirumahnya, mereka membuang sampah rumah
tangga dan sampah pekarangan dan menumpuknya di
area samping rumah
10. Lingkungan sekitar Di samping kanan dan kiri, depan dan belakang,
rumah rumah terdapat rumah tetangga yang berdekatan
hanya berjarak 1 2 meter.

Masalah Non Medis


a Kurangnya ventilasi udara dan pencahayaan yang ada di
rumah keluarga binaan
b Kurangnya kesadaraan akan bahaya merokok bagi dirinya,
keluarga, dan lingkungan sekitar
c Ketidak tersediannya tempat sampah dan pengelolaan sampah
d Ketidak tersediaan jamban di dalam rumah
e Kurangnya kebiasaan untuk berolahraga

1.3.4 Keluarga Binaan Tn. C

Daftar keluarga Binaan Tn. C

Daftar keluarga Binaan Tn. C


Permasalahan keluarga binaan Tn. C
No Faktor Internal Permasalahan
1 Alat kontrasepsi Ny D sedang tidak menggunakan KB
2 Olah raga Semua anggota keluarga jarang berolahraga
3 Pola Makan Ny. D istri Tn.Saiban memasak makanan sendiri
untuk keluarganya. Makan 3 kali dalam sehari
4 Pola Pencarian Apabila sakit, mereka memilih untuk meracik
Pengobatan obat tradisional
5 Menabung Hampir tidak pernah menabung
6 Aktivitas sehari- a.Tn. C saat ini bekerja sebagai buruh harian
hari b. Ny. D bekerja sebagai ibu Rumah tangga
c. kelima anak mereka bersekolah

Faktor Eksternal Keluarga Tn. C


No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 10 x 8 m

2. Ruangan dalam Ukuran ruang tamu 4 x 4 m, setiap ruangan


rumah kamar berukuran 2 x 2 m,
3. Jamban Keluarga Tn.C sudah memiliki 2 jamban
di dalam rumahnya
4. Ventilasi Terdapat jendela di bagian depan rumah
5. Pencahayaan Cahaya menerangi seluruh rumah, Terdapat 1
lampu pada setiap ruangan dan kamar
6. MCK Di dalam rumah di kamar mandi
7. Sumber Air Dari PDAM
8. Saluran pembuangan Tidak terdapat saluran pembuangan khusus
limbah limbah hanya disalurkan ke sawah

9. Tempat pembuangan Tidak memiliki tempat pembuangan sampah


sampah dirumahnya, mereka menimbun sampah di area
depan rumah dan membakarnya
10. Lingkungan sekitar Di samping kanan dan kiri, depan dan
rumah belakang, rumah terdapat rumah tetangga yang
berdekatan hanya berjarak 1 2 meter.
Masalah Non Medis
1 Jumlah penduduk dalam satu rumah yang terlalu banyak
2 Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit-penyakit
3 Kurangnya kesadaran tentang menabung dalam keluarga
4 Kebiasaan olahraga yang kurang
5 Kurangnya pengetahuan mengenai pembuangan dan
pengelolaan sampah maupun limbah rumah tangga
6 Bangunan rumah yang belum sepenuhnya jadi

Masalah Medis
1 Penyakit batuk pilek pada salah satu anggota keluarga
pada 1 bulan terakhir

1.3.5 Keluarga Binaan Tn. D


Daftar keluarga Binaan Tn. D

Daftar keluarga Binaan Tn. D

Permasalahan keluarga binaan Tn. D


No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Tn. D masih merokok secara rutin tiap
Merokok harinya
2 Olah raga Semua anggota keluarga jarang berolahraga
3 Pola Makan Ny. E, istri Tn. D memasak makanan
sendiri untuk keluarganya. Makan 3 kali dalam
sehari. Sering mengkonsumsi tahu, tempe, sayur,
ikan asin dan telur dan jarang mengkonsumsi
ayam, daging dan buah-buahan.
4 Pola Pencarian Apabila sakit, mereka memilih untuk membeli
Pengobatan obat sendiri sebagai pilihan pengobatan pertama
5 Menabung Hampir tidak pernah menabung
6 Aktivitas Tn. D bekerja sebagai petani dan bekerja
sehari-hari setiap hari mulai jam 08.00-16.00.
b. Ny. E bekerja sebagai Ibu Rumah
Tangga
c. Anak pertama bekerja di toko peralatan rumah
tangga, setiap hari mulai jam 08.00-18.00.
d. Anak kedua membantu pekerjaan ibu dirumah
e. Anak ketiga masih bersekolah di SD (kelas 6)
f. anak keempat masih bersekolah di SD (kelas
4)
g. anak kelima belum bersekolah dan dirumah
bersama ibunya
Faktor Eksternal Keluarga Tn. D
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 9 x 6 m

2. Ruangan dalam Ukuran ruang tamu 4 x 2 m, setiap ruangan


rumah kamar berukuran 2 x 2 m,
3. Jamban Keluarga Tn. D masih menumpang
jamban milik tetangga disamping rumahnya
4. Ventilasi Terdapat 1 jendela di bagian depan rumah
dan tidak memiliki jendela di setiap kamar

5. Pencahayaan Hanya terdapat 1 lampu di ruangan tengah

6. MCK Tempat cuci piring dan cuci pakaian


digabung dengan tempat mandi
7. Sumber Air Dari sumur
8. Saluran Tidak terdapat saluran pembuangan
pembuangan
limbah
9. Tempat Tidak memiliki tempat pembuangan sampah
pembuangan dirumahnya, mereka menimbun sampah di
sampah area depan rumah dan membakarnya
10. Lingkungan Di samping kanan dan kiri, depan dan
sekitar rumah belakang, rumah terdapat rumah tetangga
yang berdekatan hanya berjarak 1 2 meter.
Masalah Non Medis
1) Jumlah penduduk dalam satu rumah yang terlalu banyak
2) Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit-penyakit
3) Kurangnya kesadaran tentang menabung dalam keluarga
4) Kebiasaan olahraga yang kurang
5) Kurangnya pengetahuan mengenai pembuangan dan pengelolaan
sampah maupun limbah rumah tangga
6) Tidak terdapat saluran pembuangan

Masalah Medis
1 Penyakit maag yang sering kambuh pada anggota keluarga
1.4. Penetapan Area Masalah Sebagai Diagnosis Komunitas Penentuan Area Masalah

Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh
suatu kelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama. Proses penetapan Metode
Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari penyelesaiannya. (Harold,
et all, 1975).

Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, kami memutuskan untuk
mengangkat permasalahan PENGETAHUAN TENTANG PEMBUANGAN
LIMBAH PADA KELUARGA BINAAN DESA W, KECAMATAN X,
KABUPATEN Y, PROVINSI Z

Pemilihan area masalah ini didasarkan atas metode Delphi dan melalui berbagai
pertimbangan, yaitu :
1. Selama melakukan kunjungan beberapa kali ke keluarga binaan, kami
menemukan bahwa keempat keluarga binaan tidak mengerti ataupun
mengetahui mengenai pembuangan limbah dengan baik.
2. Keempat keluarga binaan memiliki masalah yang sama, yaitu tidak
memiliki saluran pembuangan limbah
3. Akibat pengetahuan yang kurang sering menyebabkan masalah medis
yang berulang di keluarga binaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas


Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk
menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat
dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan
intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi
komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu
kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan
intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah
komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis
komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat
(epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan,
promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
gizi) (Anonim, 2014).
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga (Notoadmodjo, 2003 : 121).
Pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan
pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek tetentu dapat
menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007).
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses
pembelajaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005)
2.2.2 Jenis Pengetahuan
Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks
kesehatan sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian perilaku
kesehatan.
Jenis pengetahuan di antaranya sebagai berikut :
1. Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam
bentuk pengalaman seseorang yang berisi faktor-faktor yang bersifat nyata,
seperti keyakinan pribadi perspektif, dan prinsip. Pengetahuan seseorang
biasanya sulit ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.
Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak
disadari
Contoh sederhana yaitu seseorang yang telah mengetahui tentang
bahaya merokok bagi kesehatan, namun ternyata dia merokok
2. Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan ekspilisit adalah pengetahuan yang telah
didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud
perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan
yang berhubungan dengan kesehatan.
Contoh sederhana yaitu seseorang yang telah mengetahui tentang
bahaya merokok bagi kesehatan dan ternyata dia tidak merokok.

2.2.3 Cara Mendapatkan Pengetahuan


Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran, pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua,
yakni :
1. Cara Tradisional
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum
ditemukan metode ilmiah, yang meliputi :
a. Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak
berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai
didapatkan hasil mencapai kebenaran.
b. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama,
maupun ahli ilmu pengetahuan.
c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada
masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang
dapat memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula menggunakan
cara tersebut.
d. Melalui Jalan Pikiran
Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya
dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam
memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan
fikiran.
2. Cara Modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode ilmiah.
(Notoadmodjo, 2005)

4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


a. Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja
dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya
dari pada orang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai
akibat dari pengalaman jiwa.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu.
Pendidikan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
(Notoatmodjo, 2005). Pendidikan mempengaruhi proses belajar, menurut IB
Marta (1997), makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut
untuk menerima informasi.
Pendidikan diklasifikasikan menjadi :
a Pendidikan tinggi: akademi/ PT
b Pendidikan menengah: SLTP/SLTA
c Pendidikan dasar : SD
Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media masa,
sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
c. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is the best
teacher). Pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh
suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat
dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2002).

Menurut Sukmadinata (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi


pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut :
1 Faktor internal
a Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang.
b Rohani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu
2 Faktor eksternal
a Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.
b Paparan media massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang
lebih sering terpapar media massa yaitu televisi (TV), radio,majalah,
pamflet, dan lain-lain akan memperoleh informasi lebih banyak jika
dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi
media. Hal ini berarti paparan media massa mempengaruhi
pengetahuan yang dimiliki seseorang.
c Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan
sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan lebih mudah
tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi yang lebih
rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan
informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder
d Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi,
sementara faktor hubungan social juga mempengaruhi kemampuan
individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model
komunikasi media.
e Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya
seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik seperti seminar
dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas pengalamannya, karena
dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal
dapat diperoleh.
5 Tingkat Pengetahuan
Dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih baik dibandingkan perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan karena didasari oleh kesadaran, rasa tertarik, dan adanya
pertimbangan dan sikap positif. Tingkatan pengetahuan terdiri atas enam
tingkat, yaitu :
a Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah mengingat kembali (Recall)
terhadap suatu yang khusus dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, Tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah gunanya untuk mengukur bahwa orang tahu
yang dipelajari seperti menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan,
menyatakan, dan sebagainya.
b Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan secara benar tentang objek
yang diketahui, dapat menjelaskan materi tersebut dengan benar.
c Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
d Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tetapi masih ada kaitannya satu sama lain.
e Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
f Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakriteria yang ada.
(Notoatmodjo, 2005 : 122).

6 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
(kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan
dengan tingkatan-tingkatan di atas. Pengukuran tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk
mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
(Notoatmodjo, 2005).

2.3 Limbah Rumah Tangga

2.3.1 Definisi

Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur,


kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan
kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang
tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah
terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya.
Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman
penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air
limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak
membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola
untuk mengurangi pencemaran.

2.3.2 Dampak

Sudah kita sadari bahwa pencemaran lingkungan


akibat aktivitas rumah tangga sangat merugikan manusia, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Melalui kegiatan
perindustrian dan teknologi diharapkan kualitas kehidupan dapat
lebih ditingkatkan. Namun seringkali peningkatan teknologi juga
menyebabkan dampak negatif yang tidak sedikit. Salah satu
contohnya pembuangan sampah yang tidak memenuhi persyaratan
dapat menimbulkan dampak negative pada lingkungan. Dampak yang
ditimbulkan sampah dan limbah antara lain :
1. Pencemaran Lingkungan
Sampah dari berbagai sumber dapat mencemari lingkungan,
baik lingkungan darat, udara maupun perairan. Pencemaran darat
yang dapat ditimbulkan oleh sampah misalnya ditinjau dari segi
kesehatan sebagai tempat bersarang dan menyebarnya bibit
penyakit, sedangkan ditinjau dari segi keindahan, tentu saja
menurunnya estetika (tidak sedap dipandang mata). Macam
pencemaran udara yang ditimbulkannya misalnya mengeluarkan bau
yang tidak sedap, debu gas-gas beracun. Macam pencemaran
perairan yang ditimbulkan oleh sampah misalnya terjadinya
perubahan warna dan bau pada air sungai, penyebaran bahan kimia
dan mikroorganisme yang terbawa air hujan dan meresapnya bahan-
bahan berbahaya sehingga mencemari sumur dan sumber air.

2. Penyebab Penyakit
Tempat-tempat penumpukan sampah dan air limbah dari air
buangan rumah tangga merupakan lingkungan yang baik bagi hewan
penyebar penyakit penyakit misalnya : lalat, nyamuk, tikus, dan
bakteri patogen (penyebab penyakit). Adanya hewan-hewan
penyebar penyakit tersebut mudah tersebar dan menjalar ke
lingkungan sekitar. Penyakit-penyakit itu misalnya kolera, disentri,
tipus, diare, dan malaria.

3. Penyumbatan Saluran Air dan Pemicu Banjir


Sampah jalanan dan sampah rumah tangga sering bertaburan di
jalan serta sampah yang tidak dibuang pada tempatnya, jika turun
hujan akan terbawa ke selokan atau sungai, akibatnya sungai akan
tersumbat dan timbul banjir. Selanjutnya banjir dapat menyebarkan
penyakit dan kemudaratan bagi manusia sendiri. Kemudian banyak
selokan di musim hujan menjadi mampet karena penduduk
membuang sampah disembarang tempat.

4. Gangguan Infrastruktur
Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan
sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan
untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau
tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di
jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan
diperbaiki.

2.3.3 Pengelolaan

Masalah sampah menjadi salah satu permasalahan di


setiap kota, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia.
Penangangan masalah sampah yang tidak baik akan
menimbulkan dampak yang luas, tidak saja bagi lingkungan,
tetapi juga berdampak buruk bagi perekonomian, dan sosial.
Untuk mengolah sampah menjadi kompos, diperlukan pemilahan
dan pemisahan sampah organic dan sampah anorganik.
Pada pengolahan dan pengelolaan sampah, bak sampah
dapat dipakai untuk membuang kotoran seperti daun, plastik,
kertas. Pembakaran kotoran dari sampah untuk bak yang dibuat
dari kayu diambil dahulu lalu dibakar di tempat. Sampah
kompleks perumahan biasanya diambil dengan gerobak sampah
atau truk sampah dan dibuang ke tempat lain. Dapat dibuat bak,
bisa dari kayu bekas atau batu bata, bisa juga dari porselin. Bak
dari kayu lebih sederhana tetapi kotoran tidak dapat dibakar,
karena bak akan terbakar. Bak yang dari batu bata kotorannya
bisa dibakar. Agar supaya kayu bawah tidak terkena rayap dapat
dibuatkan kaki. Begitu pula pada bak batu bata, agar mudah
memindahkan bak.

Bak sampah tersebut digunakan untuk membuang kotoran


sampah seperti kertas, daun, dll. Agar tetap terawat, maka perlu
diperhatikan hal, yaitu :
a. Bak kayu perlu di cat
b. Setelah penuh diambil terus dibakar
c. Jangan membuang yang berbau busuk seperti bangkai, dsb.

Berikut ini beberapa cara pengolahan dan pengelolaan sampah


rumah tangga:
1. Mendaur Ulang Sampah Rumah Tangga
Mendaur ulang sampah merupakan salah satu cara yang
perlu mendapat prioritas utama dalam pengelolaan sampah
rumah tangga, karena gangguan pencemarannya tinggi.
Pengomposan sebaiknya dilakukan di dalam wadah untuk
mencegah pencemaran lingkungan, gangguan binatang dan
menjaga estetika.
Bahan wadah tempat sampah :
Wadah portable dapat menggunakan drum, plastik,
kayu, anyaman bambu, dsb.
Wadah permanen dapat menggunakan pasangan semen
dengan ukuran: panjang dan lebar minimal 75 cm, sedangkan
tingginya lebih kurang 100 cm. Bagian atas dibuatkan tutup yang
mudah dibuka/tutup, bagian depan bawah diberi lobang panen
kompos.
Alat yang telah diuji coba dengan hasil baik adalah drum 200
liter, diberi pasangan pipa PVC berlubang-lubang untuk
penghawaan. Bahan yang dikomposkan berupa sampah daun
dan sisa makanan dapur.

Cara Pengomposan Sampah Rumah Tangga :


1. Drum dipasang tegak, diganjal dan di bawah lubang ditaruh
pecahan genteng untuk mencegah tikus masuk.
2. Sampah daun dari pembersihan halaman dikumpulkan di dekat
drum komposter dan dipotong-potong (2,5 - 5 cm) menggunakan
parang atau gunting rumput.
3. Sampah dapur ditampung dulu di dapur dalam dua ember kecil
bertutup, yang satu untuk sisa makanan, yang kedua untuk
plastik dan barang-barang bekas lain. Setiap kali ember sisa
makanan penuh, dibawa ke kebun, dan dimasukkan ke dalam
drum kemudian di atasnya ditutup rapat dengan potongan daun
atau serbuk gergaji untuk mencegah pencemaran lalat dan
menyeimbangkan C2N ratio. Kemudian di atas lapisan ditaburi
aktivator isolar mikroorganisme 2 - 3 sendok besar(antara lain:
orgaded, stardec, dsb.), atau kompos dan terakhir disiram air
agar selalu lembab.
4. Demikian dilakukan setiap hari sampai drum penuh dan
biarkan pengomposan berlanjut. Proses pengomposan akan
merambat dari bawah ke atas seperti yang terjadi di lantai hutan.
5. Untuk mempercepat pengomposan, sejak drum berisi separuh,
perlu sering ditusuk-tusuk agar terjadi lorong-lorong
penghawaan.
6. Setelah lebih kurang 6 minggu, kompos dipanen dengan
mengeluarkannya dari drum, dikering anginkan dan dapat
langsung dipakai. Sesudah itu drum dapat dipakai kembali.

Atau bisa dengan cara :


1. Pengumpulan dan pemisahan sampah
Sampah dikumpulkan dari dalam pasar dan ditampung di
ruang penampungan. Di tempat ini sampah non organik
dipisahkan dengan sampah organik. Karena sebagian besar
sampah pasar adalah sampah organik, tahapan ini mudah
dilakukan secara manual. Menampung sampah sekaligus
menyortir sampah non organik.

2. Pencacahan Sampah
Sampah organik yang sudah terpisah dengan sampah non
organik selanjutnya dicacah dengan menggunakan mesin
pencacah. Tujuan dari pencacahan ini adalah untuk memperkecil
dan menyeragamkan bahan baku kompos.

3. Penyiapan PROMI
Umumnya untuk bahan-bahan lain promi diencerkan
dengan air, tetapi untuk sampah pasar ini promi tidak boleh
diencerkan dengan air. kandungan air di dalam sampah sudah
cukup tinggi sehingga penambahan air akan kurang baik untuk
proses pengomposan. bahan yang digunakan untuk
mengencerkan promi adalah pasir atau tanah kering. tanah/pasir
diayak terlebih dahulu sebelum digunakan. PROMI (Promoting
Microbes) adalah mikroba bahan aktiv yang terdiri dari tiga
macam mikroba, yaitu ; Aspergillus sp, Trichordema harzianum
DT 38 dan Trichordema harziananum DT 39, ditambah dengan
mikroba pelapuk.

4. Pencampuran Promi di dalam Bak pengomposan


Selanjutnya sampah yang telah dicacah dicampurkan
dengan PROMI dan ditampung di bak-bak pengomposan. Sampah
tidak boleh diinjak-injak, karena akan menyebabkan menjadi
padat dan kandungan udara di dalam kompos berkurang. Setelah
penuh, sampah ditutup dengan terpal plastik dan didiamkan
selama 14 hari. Sampah ditutup dengan terpal plastik dan
diikubasi.

5. Panen Kompos
Setelah 14 hari sampah akan berubah warna menjadi
kehitaman dan menjadi lebih lunak. Kompos sampah telah cukup
matang. Kompos selanjutnya dipanen dan dibawa ke tempat
pengolahan lebih lanjut. Di tempat ini kompos dicacah lagi dan
dikemas ke dalam karung-karung plastik. Kompos matang
setelah 14 hari.

6. Pengolahan Pasca Panen


Setelah dipanen kompos dijemur untuk mengurangi kadar
air kompos. Kompos yang telah kering selanjutnya dicacah agar
ukurannya seragam dan menarik. Kemudain kompos dikemas ke
dalam karung-karung plastik. Penyemuran Pengemasan
Pengomposan sampah dalam jumlah banyak:

Apabila tersedia banyak bahan baku sampah, misalnya


setelah pemangkasan tanaman, bahan baku ini dapat
dimasukkan seluruhnya ke dalam wadah dengan menggunakan
sistim berlapis (sandwich system), dengan ketebalan lapisan
kurang lebih 30 cm. Di atas setiap lapisan bahan baku sampah
diberi pupuk kandang, tanah subur, kompos atau ditaburi
aktivator biologis (orgadec, stardec, dll.) kemudian diberi air
supaya lembab. Demikian dilakukan sampai penuh dan wadah
segera ditutup untuk menghindari gangguan berbagai binatang.
Untuk tahap pengomposan selanjutnya lihat poin diatas.

2. Tempat Pembuangan Akhir dan Penerapan Sanitary Landfill


Sanitary Landfill adalah sistem pengelolaan sampah yang
mengembangkan lahan cekungan dengan syarat tertentu, antara
lain jenis dan porositas tanah. Dasar cekungan pada sistem ini
dilapisi geotekstil. Lapisan yang menyerupai plastik ini menahan
peresapan lindi ke tanah. Diatas lapisan ini, dibuat jaringan pipa
yang akan mengalirkan lindi ke kolam penampungan. Lindi yang
telah melalui instalasi pengolahan baru dapat dibuang ke sungai.
Sistem ini juga mensyaratkan sampah diuruk dengan tanah
setebal 15 cm tipa kali timbunan mencapai ketinggian 2 meter.

2.4 Kerangka Teori

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori


Sukmadinata (2009), yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut :
1 Faktor internal
a Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang.
b Rohani
Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu.
2 Faktor eksternal
a Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan
tersebut.
b Paparan media massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang
lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan
lain-lain) akan memperoleh informasi lebih banyak jika
dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi
media. Hal ini berarti paparan media massa mempengaruhi
pengetahuan yang dimiliki seseorang.
c Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan
sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan lebih
mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi yang
lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
akan informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder.
d Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi,
sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan
individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model
komunikasi media.
e Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya
seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik, seperti
seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas
pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut,
informasi tentang suatu hal dapat diperoleh
2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang


berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan.
Kerangka konsep ini terdiri dari variabel independen dari kerangka teori yang
dihubungkan dengan area permasalahan.

Umur

Pendidikan

Social
ekonomi Pengetahua
n
intelegensi

informasi

pengalama
n

2.6 Defini Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang


diamati atau diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional.
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat variabel
yang diamati. Definisi operasional mencakup hal-hal penting dalam penelitian
yang memerlukan penjelasan. Definisi operasional bersifat spesifik, rinci, tegas
dan pasti yang menggambarkan karakteristik variabel-variabel penelitian dan
hal-hal yang dianggap penting. Definisi operasional juga bermanfaat untuk
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamanan terhadap variabel-variabel
yang bersangkutan serta mengembangkan instrumen (alat ukur) (Sukmadinata,
2009). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Variabel D.O Alat Cara Hasil Skala


1 Umur rentang kehidupan yang Data wawa
diukur dengan tahun, identita ncara
dikatakan masa awal s
dewasa adalah usia 18
tahun sampai 40 tahun,
dewasa Madya adalah
41 sampai 60 tahun,
dewasa lanjut >60
tahun
2 Pendidika Data wawa Ordinal
n Jenjang pendidikan formal identita ncara
terakhir yang dijalani oleh
s
keluarga binaan
3 Social Data Wawa Ordinal
Penghasilan rata rata
ekonomi identita ncara
responden berdasarkan
UMR s
4 Informasi Adanya media atau orang Kuision Wawa Nominal
sekitar responden untuk
er ncara
mengetahui pembuangan
limbah
5 Pengala Pengalaman responden Kuision Wawa Nominal
man terhadap pembuangan er ncara
limbah
6 intelegen Mengetahui kemampuan Kuision Wawa Nominal
responden dalam
si er ncara
menghadapi situasi

KUESIONER HUBU KELUARGA BINAAN TENTANG PEMBUANGAN


LIMBAH DI DESA W, KECAMATAN X.

Identitas Responden :
Tanggal Wawancara :

Identitas Responden
1.Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Alamat :
6. Pendapatan sebulan :

Intelegensi
1. Waktu Pendidikan pernahkah masuk 10 besar dalam peringkat
kelas?
a. YA, SELALU
b. YA, JARANG
c. TIDAK PERNAH
2. Apakah anda seorang yang selalu penasaran dengan hal yang
baru?
a. YA
b. TIDAK
3. Apakah anda pernah tidak naik kelas?
a. YA
b. TIDAK
4. Apakah waktu kecil sering menyontek?
a. Sering
b. Jarang
c. Tidak pernah

Informasi
1. Pernah mendengar informasi tentang pembuangan air limbah?
a. Ya
b. Tidak
2. Dari mana informasi yang di dapat?
a. Tetangga
b. Majalah/Berita
3. Apakah pengertian limbah rumah tangga?
a. Semua hasil buangan rumah tangga yang tidak berguna lagi
b. Buangan cair yang berasal dari aktifitas rumah tangga
c. Sampah cair yang berasal dari kamar mandi atau wc
4. Aktifitas rumah tangga yang dapat menimbulkan limbah adalah?
a. Sampah hasil membersihkan ruangan
b. Sampah cair hasil dari cuci piring, cuci pakaian, bilas kendaraan, membilas
WC
c. Debu yang terbuang saat menyapu
5. apakah limbah berbahaya untuk kesehatan dan lingkungan?
a. Ya
b. Tidak

Pengalaman
1. Dimana keluarga biasanya membuang limbah rumah tangga?
a. Tidak tahu
b. Di sungai
c. Tempat sampah
d. Saluran pembuangan air
2. Mencuci piring di ember atau di keran air mengalir?
a. Ember
b. Keran air mengalir
3. Apakah ibu pernah merasa dampak langsung dari limbah rumah tangga?
a. Pernah
b. Tidak pernah

Anda mungkin juga menyukai