Anda di halaman 1dari 7

PENCATATAN KEHAMILAN DAN KEMATIAN IBU BAYI

1. Pengertian
Pencatatan adalah suatu kegiatan pokok baik di dalam maupun di luar
gedung puskesmas, puskesmas pembantu, dan bidan di desa harus dicatat.
Kehamilan Ibu adalah dimulainya pembuahan sel telur oleh sperma sampai
dengan lahirnya janin; kehamilan normal 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7
hari ); dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kematian ibu adalah kematian seorang perempuan saat hamil atau dalam
42 minggu setelah berhentinya kehamilan, tanpa memandang durasi atau lokasi
kehamilan, karena berbagai penyebab yang berhubungan dengan distimulasi
oleh kehamilan dan penanganannya, tetapi tidak dari kasus kasus kecelakaan
atau incidental ( Depkes RI, 1998 )
Angka Kematian Ibu ( AKI ) adalah jumlah kematian ibu ( 15 49 tahun ) per
100.000 perempuan per tahun. Ukuran ini merefleksikan, baik resiko kematian
ibu hamil dan baru saja hamil, serta proporsi perempuan menjadi hamil pada
tahun tersebut ( Depkes RI, 1998 ).
Angka Kematian Bayi ( AKB ) adalah jumlah kematian bayi sebelum
mencapai umur tepat satu tahun per 1.000 kelahiran hidup ( BPS, 2003 )
2. Tingginya AKI dan AKB di Indonesia
AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi. Tingginya angka kematian ibu dan
kematian bayi menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanan
kesehatan ( Maternal mortality is an indicator of how well the entire health care
system is functioning ).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 1994,
AKI adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 40 per 1.000 kelahiran
hidup.
3. Penyebab Kematian Ibu dan Bayi
Penyebab kematian ibu diantaranya adalah perdarahan ( 42 % ), eklamsia
( 13 % ), aborsi ( 11 % ), infeksi ( 10 % ), partus lama ( 9 % ), dan lain lain ( 15
% ). Sedangkan AKI berdasarkan BPS ( 2003 ) adalah 35 per 1.000 kelahiran
hidup, dengan penyebab gangguan perinatal 34,7 %; sistem pernapasan 27,6 %;
diare 9,4 %; sistem pencernaan 4,3 %; tetanus 3,4 %; saraf 3,2 %; dan gejala
tidak jelas 4,1 %.
pencatatan kelahiran dan kematian ibu/bayi
Dari hasil sensus 1971 dan 1980 diperkirakan bahwa tingkat kelahiran kasar di indonesia
pada tahun 1971 dan 1980 masing-masing 44 dan 36 /1000 penduduk.Pada tahun 1988
tingkat kelahiran kasar diperkirakan menjadi 28,7/1000 penduduk.Jumlah kelahiran total
atau (total pertility rate) pada tahun 1971 5,6/wanita ,pada tahun 1980 menjadi 46/wanita
dan pada tahun 1988 diperkirakan menjadi 3,48/wanita.Tingakat kematian kasar pada 1971
dan 1980 adalah 19/1000 dan 12,5/1000.Pada tahun 1988 angka ini di perkirakan menjadi
7,9/1000 penduduk.Tingkat kematian bayi (infant mortility rate) yang pada 1971 sebesar
140/1000 kelahiran hidup menjadi 100/1000 kelahiran hidup pada tahun 1980.Pada tahun
1988 diperkirakan dapat turun menjadi 60/1000.(Anita L,2008).
Penyebab langsung: berhubungan dengan komplikasi obstetrik selama
masa kehamilan, persalinan dan masa nifas (post-partum). Mayoritas
penyebab kematian ibu adalah penyebab langsung.
Penyebab tidak langsung: diakibatkan oleh penyakit yang telah
diderita ibu, atau penyakit yang timbul selama kehamilan dan tidak ada
kaitannya dengan penyebab langsung obstetrik, tapi penyakit tersebut
diperberat oleh efek fisiologik kehamilan.

Lima besar

Menurut hasil kajian kinerja IGD Obstetri-Ginekologi dari RSUP Cipto


Mangunkusumo, yang merupakan RS rujukan nasional, lima besar
penyebab kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia, sepsis, infeksi dan
gagal paru.

1. Perdarahan

Perdarahan yang tidak terkontrol menyumbang sekitar 20%-25%


kematian ibu sehingga merupakan risiko yang paling serius. Kehilangan
darah dapat terjadi selama kehamilan, selama persalinan, atau setelah
persalinan (post partum). Perdarahan post partum yang menyebabkan
kehilangan darah lebih dari 1.000 mL adalah penyebab utama kematian.
Meskipun dapat dicegah, tidak semua kasus perdarahan post partum
dapat dihindari. Atonia uterus (uterine atony), yaitu kondisi di mana otot
rahim kehilangan kemampuan untuk berkontraksi setelah melahirkan,
adalah penyebab utama perdarahan post partum. Penyebab lain yang
lebih jarang adalah retensi plasenta (retained placenta), di mana seluruh
atau sebagian jaringan plasenta tertinggal di rahim. Penyebab trauma
termasuk luka, ruptur uterus, dan inversi uterus.
Komplikasi dari perdarahan postpartum termasuk hipotensi ortostatik,
anemia, dan kelelahan, yang dapat menyulitkan perawatan pasca
melahirkan. Anemia post-partum meningkatkan risiko depresi post-
partum.

Perdarahan post partum dapat ditangani dengan pengelolaan yang


melibatkan obat-obatan dan perawatan non obat.

2. Eklampsia

Eklampsia adalah kondisi yang ditandai dengan gagal ginjal, kejang, dan
koma saat kehamilan atau pasca melahirkan, sehingga dapat berujung
pada kematian ibu. Eklampsia biasanya terjadi setelah trimester ketiga
kehamilan, mayoritas pada saat persalinan (intrapartum) dan 48 jam
pertama setelah melahirkan (postpartum). Eklampsia merupakan
komplikasi berat dari kondisi yang mendahuluinya, yaitu preeklampsia.
Preeklampsia, juga dikenal sebagai toxemia kehamilan, ditandai dengan
hipertensi (tekanan darah tinggi), proteinurea (protein dalam urin), edema
(pembengkakan) umum, dan kenaikan berat badan secara tiba-tiba.
Preeklampsia dapat diidentifikasi pada masa kehamilan dengan
memantau tekanan darah, tes protein urin, dan pemeriksaan fisik. Deteksi
dini dan pengelolaan preeklampsia dapat mencegah perkembangannya
menjadi eklampsia.

3. Sepsis

Sepsis maternal adalah infeksi bakteri yang parah, biasanya pada uterus
(rahim), umumnya terjadi beberapa hari setelah melahirkan. Sepsis dapat
menyebar dari rahim ke saluran tuba dan ovarium atau ke dalam aliran
darah. Infeksi yang terjadi setelah melahirkan ini juga dikenal
sebagai sepsis puerperalis. Penyebab utamanya adalah bakteri yang
disebut Group A Streptococcus (GAS) yang memasuki tubuh melalui kulit
atau jaringan yang rusak saat melahirkan.

Sepsis maternal menyebabkan demam dan satu atau lebih gejala berikut:
Menggigil dan perasaan tidak sehat secara umum
Nyeri perut bawah
Keputihan berbau busuk
Perdarahan dari vagina
Pusing dan pingsan

Sepsis umumnya terjadi karena standar kebersihan yang buruk selama


proses persalinan, misalnya persalinan atau aborsi yang dibantu oleh
dukun beranak. Sepsis juga dapat disebabkan oleh infeksi menular
seksual yang tidak diobati selama kehamilan. Penyakit ini dapat dicegah
atau dikelola dengan pemeriksaan lab yang tepat, standar pengendalian
infeksi yang tinggi selama persalinan dan pengobatan antibiotik selama
dan sesudah persalinan.

4. Infeksi

Infeksi yang menyebabkan kematian ibu termasuk dalam kelompok


penyebab tidak langsung. Infeksi yang paling umum adalah malaria,
tuberkulosis, dan hepatitis. Ibu hamil yang terinfeksi penyakit-penyakit
tersebut biasanya memiliki gejala yang lebih parah dan memiliki tingkat
risiko tinggi keguguran, kematian janin, persalinan prematur, berat badan
lahir rendah, kematian bayi dan/atau ibu.

Malaria merupakan infeksi parasit yang ditularkan oleh nyamuk dan


menewaskan lebih dari 1 juta orang setiap tahunnya. Penyakit ini lebih umum
pada wilayah Indonesia bagian timur. Malaria dapat dicegah dengan obat-
obatan yang tepat dan perangkat antinyamuk.
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi yang termasuk dalam target
kedaruratan WHO sejak tahun 2005. Sekitar sepertiga dari populasi dunia
(diperkirakan sekitar 1,75 miliar) terinfeksi basil tuberculosis. Penyakit ini
dapat diperberat oleh kehamilan dan menyebabkan kematian ibu dan/ atau
janin. TB dapat disembuhkan dengan obat-obatan seperti Rifampisin, INH dan
Etambutol.
Hepatitis adalah infeksi virus yang menyerang fungsi hati. Virus hepatitis
B (HBV) adalah penyebab paling umum hepatitis pada ibu hamil, namun virus
hepatitis E (HEV) adalah yang paling dikaitkan dengan peningkatan risiko
kematian ibu. Hepatitis E akut dapat memberikan gejala tiba-tiba dalam
beberapa hari atau minggu sebelum kematian. Hepatitis dapat dicegah
dengan kewaspadaan, imunisasi, dan sanitasi yang lebih baik.
5. Gagal Paru

Kegagalan pernafasan akut adalah salah satu penyebab umum


kedaruratan kebidanan yang berisiko kematian tinggi. Penyebab umum
kegagalan pernapasan akut adalah embolisme paru (pulmonary
embolism) dan paling sering terjadi pada periode setelah melahirkan
(postpartum). Kehamilan meningkatkan risiko embolisme paru karena
peningkatan kemampuan untuk membekukan darah (yang bermanfaat
untuk menghentikan perdarahan saat persalinan). Sayangnya,
kemampuan ini juga meningkatkan risiko trombosis (bekuan) darah yang
secara mendadak menyumbat arteri paru-parukondisi yang disebut
embolisme paru.

Tanda-tanda embolisme paru termasuk sesak napas tiba-tiba dan tanpa


sebab, nyeri dada, dan batuk yang dapat disertai darah. Embolisme paru
dapat dikelola segera dengan obat-obatan anti trombosis dan perawatan
kedaruratan.

penggerakan sasaran agar mau menerima/mencapai pelayanan KIA


PERAN BIDAN KOMUNITI
Membantu keluarga dan masyarakat agar selalu berada dalam kondisi kesehatan
yang optimal
1. Sbg pendidik
berupaya agar sikap dan perilaku komuniti di wilayah Kerjanya dpt berubah sesuai
dengan kaidah kesehatan
2. Sebagai Pelaksana
Bidan hrs mengetahui dan menguasai IPTEK untuk melakukan kegiatan ;
Bimbingan terhadap kelompk remaja masa pra nikah
pemeliharaan kesehatan Bumil, nifas dan mass interval dalam keluarga
pertolongan persalinan di rumah
tindakan pertolpertama pada kasus kegawatan obstetri di keluarga
pemeliharaan kesehatan Kelompk wanita dengan gangguar reproduksi di

keluarga
Pemeliharan kes anak balita

3. Sebagai PENGELOLA
Bidan sebagai pengelola kegiatan kebidanan unit kesehatan ibu dan anak di
puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan, memimpin dan mengelola
bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah. Bidan yang
bekerja di komuniti harus mampu mengenali kondisi kesehatan masyarakat yang
selalu mengalami perubahan. Kesehatan komuniti dipengaruhi oleh
perkembangan yang terjadi baik di masyarakat itu sendiri maupun IPTEK serta
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
4 Sebagai PENELITI
Peran peneliti yang dilakukan oleh bidan bukanlah seperti yang dilakukan oleh
peneliti profesional. Dasar-dasar dalam penelitian perlu diketahui oleh bidan
seperti pencatatan, pengolahan dan analisis data. Secara sederhana bidan dapat
memberikan kesimpulan atau hipotesa atas hasil analisisnya. Berdasarkan data
ia dapat menyusun rencana dan tinakan sesuai dengan permasalahan yang
ditemu. Bidan juga harus dapat melaksanakan evaluasi atas tindakan yang
dilakukannya tersebut.
A. Pergerakan Sasaran Agar Mau Menerima/Mencapai Pelayanan KIA
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang
dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka
menolong mereka sendiri mereka sendiri mengenal, memecahkan masalah, dan
kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun
dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara
kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Bidan bersama sektor yang bersangkutan menggerakan
peran serta masyarakat dalam bentuk Pengorganisasian Masyarakat.
Pengorganisasian masyarakat adalah proses pembentukan organisasi di
masyarakat dan dapat mengidentifikasi kebutuhan prioritas dari kebutuhan tersebut,
serta mengembangkan keyakinan dan berusaha memenuhi atas sumber sumber
yang ada di masyarakat.
Macam macam organisasi yang ada dimasyarakat adalah:
Kader.
Karang taruna.
Kelompok pengajian.
1. Tujuan
1. Tujuan umum
Meningkatkan jumlah dan mutu upaya masyarakat dibidang kesehatan.
2. Tujuan khusus
Meningkatkan kemampuan tokoh masyarakat dalam merintis dan menggerakan
usaha kesehatan di masyarakatnya.
Meningkatkan kemampuan organisasi masyarakat dalam kegiatan
penyelenggaraan upaya kesehatan.
Meningkatnya kemampuan masyarakat dan organisasi masyarakat dalam menggali,
menghimpun dan mengelola dana/sarana masyarakat untuk upaya kesehatan.
(Syafrudin, SKM, M.Kes, 2010)
Tujuan peran serta masyarakat adalah tujuan prograam peran serta masyarakat
yang meningkatkan peran dan kemandirian dan kerja sama dengan lembaga -
lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai meningkatkan kuantitas dan
kualitas kelembagaan dan organisasi non pemerintah dan masyarakat, memperkuat
peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dalam proses pembangunan melalui
peningkatan jaringan kemitraan dengan masyarakat. (Laluna A, 2008)
Penggerakan Sasaran
Penggerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai pelayanan KIA
adalah dilihat dari peran bidan komunitas, yang tidak lain adalah membantu keluarga
dan masyarakat agar selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal.
Sebagai Pendidik
Berupaya agar sikap dan perilaku komuniti diwilayah kerjanya dapat berubah sesuai
dengan kaidah kesehatan.
Sebagai Pelaksana
Bidan harus mengetahui dan menguasai IPTEK untuk melakukan kegiatan
bimbingan terhadap kelompok remaja pra nikah, pemeliharaan kesehatan bumil,
nifas, dan masa interval dalam keluarga, pertolongan persalinan di rumah, tindakan
pertolongan pertama pada kasus kegawatan obstetrik di keluarga, pemeliharaan
kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi dikeluarga, pemeliharaan
kesehatan anak balita.
Sebagai Pengelola
Bidan sebagai pengelola kegiatan kebidanan unit kesehatan ibu dan anak di
puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan, memimpin dan mengelola bidan
lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah. Bidan yang bekerja di
komuniti harus mampu mengenali kondisi kesehatan masyarakat yang selalu
mengalami perubahan. Kesehatan komuniti dipengaruhi oleh perkembangan yang
terjadi baik di masyarakat itu sendiri maupun IPTEK serta kebijakan-kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah.
Sebagai Peneliti
Peran peneliti yang dilakukan oleh bidan bukanlah seperti yang dilakukan
peneliti professional. Dasar-dasar dalam penelitian perlu diketahui oleh bidan seperti
pencatatan pengolshsn dan analisis data. Secara sederhana bidan dapat
memberikan kesimpulan atau hipotesa atas hasil analisisnya. Berdasarkan data ia
dapat menyusun rencana dan tindakan sesuai dengn permasalahan yang
ditemukan. Bidan juga harus dapat melaksanakan evaluasi atas tindakan yang
dilakukannya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai