M.Ranganathan
C.Mendonca
Tujuan utama dari penanganan jalan napas adalah untuk membebaskan obstruksi jalan napas,
membantu atau mengganti ventilasi spontan dan melindungi paru-paru dari bahaya aspirasi. Jalan
napas yang tersumbat karena gangguan atau kehilangan kesadaran umumnya terjadi pada pasien
yang sakit kritis atau pasien yang memerlukan resusitasi, hal ini dapat menjadi penyebab utama
henti kardiorespirasi namun dalam kasus yang jarang. Penilaian yang cepat dan penanganan jalan
napas paten akan mencegah kerusakan sekunder ke otak dan organ lain akibat hipoksia karena
ventilasi dan oksigenasi paru-paru sangat penting. Berbagai macam perangkat manajemen jalan
nafas dapat dilihat pada Tabel 2.1. Pemilihan perangkat penanganan jalan napas tergantung pada
individu pasien dan pengalaman yang dialami tenaga medis atau paramedis tersebut. Perangkat
penanganan saluran napas secara umum dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok, peralatan
yang kurang invasif dan ditempatkan di atas tingkat glotis yang dikenal sebagai perangkat supra-
glotis. Serta peralatan yang dimasukkan ke dalam trakea (di bawah tingkat glotis) dikenal
sebagai perangkat infra-glotis. Meskipun beberapa dari mereka telah diperkenalkan ke dalam
praktek klinis dalam beberapa tahun terakhir, hanya beberapa perangkat yang disebutkan dalam
tabel di bawah.
Gambar 2.1 manuver Head tilt and Gambar 2.2 Manuver Jaw thrust
chin lift
Chin Lift: Dagu pasien diangkat untuk membuka jalan napas menggunakan ujung jari
tangan yang lain (gambar 2.1).
Jaw thrust: Setelah mengidentifikasi letak sudut mandibula, jari kelingking ditempatkan
di sudut mandibula, indeks dan jari tengah ditempatkan di sepanjang mandibula untuk
mengangkat mandibula ke atas dengan stabil. Kemudian jempol digunakan untuk
membuka mulut (Gambar 2.2). Ini adalah satu-satunya teknik yang bisa dilakukan jika
ada kecurigaan dari cedera tulang belakang leher.
Pastikan lagi setelah melakukan manuver bahwa obstruksi jalan napas sudah teratasi dengan
look, listen and feel. Jika obstruksi tidak teratasi, maka penyebab lain dari obstruksi jalan napas
harus dicari kembali.
Oksigen
Oksigen harus selalu diberikan dalam konsentrasi tertinggi yang tersedia. Masker dengan
reservoir bag dapat memberikan konsentrasi oksigen dari 85% pada arus 10-15 liter / menit.
Dengan arus tinggi, masker oksigen biasa harus memberikan oksigen hingga 50%, venturi mask
memberikan 24-60% tergantung pada masker yang dipilih. Pemberian oksigen tidak boleh
dihentikan kecuali untuk waktu yang singkat dengan tujuan untuk intervensi jalan napas yang
dirancang untuk meningkatkan patensi jalan napas.
Teknik untuk memasukkan oropharyngeal airway: mulut pasien dibuka dan masukkan OPA
hingga menyentuh pertemuan antara palatum durum dan mole kemudian OPA diputar hingga
180 dan dimasukkan hingga terletak pada orofaring. Teknik rotasi ini akan mengurangi
terjadinya lidah terdorong ke belakang dan ke bawah. Posisi yang benar dari pemasangan OPA
ditandai dengan peningkatan kepatenan jalan napas dan dengan posisi ujung OPA yang benar
pada bagian dari saluran udara antara gigi seri pasien atau margin alveolar.
Masalah yang dapat muncul terkait dengan pemasangan OPA:
o Jalan napas yang terlalu kecil dapat mendorong lidah ke belakang dan memperburuk obstruksi
jalan napas. Jalan napas yang terlalu besar dapat melewati inlet laring dan gagal untuk
memperbaiki obstruksi jalan napas.
o Muntah atau spasme laring dapat terjadi jika refleks glossopharingeus dan laring masih ada.
o Kerusakan pada gigi, trauma mukosa dan perdarahan dapat terjadi.
Gambar 2.6 perangkat Self inflating Gambar 2.7 dua orang pemegang bag dan masker
Bag, valve dan masker
Kesulitan sering dijumpai pada saat meletakkan masker pada wajah pasien dan menjaga agar
tidak terjadi kebocoran udara, dan secara bersamaan melakukan ekstensi kepala dan leher dengan
jaw thrust menggunakan satu tangan dan meremas bag dengan tangan lainnya. Setiap kebocoran
akan mengakibatkan hipoventilasi. Oleh sebab itu dapat menggunakan teknik dua orang di mana
satu orang memegang masker dan orang lain meremas kantong (gambar 2.7).
Teknik jalan napas lanjutan
Laryngeal mask airway (gambar 2.8)
Apabila digunakan oleh petugas yang tidak berpengalaman cenderung mengakibatkan
hipoventilasi karena volume tidal tidak efektif dan inflasi lambung oleh udara dengan perangkat
bag-mask. LMA dan pipa endotrakeal adalah perangkat jalan napas alternatif yang apabila
dibandingkan dengan mengurangi kemungkinan inflasi lambung dapat memungkinkan ventilasi
yang lebih efektif pula.
Perangkat ini terdiri dari tabung silikon lebar berlubang yang terhubung ke masker berbentuk
sendok elips distal yang dapat dikembangkan seperti balon, yang diposisikan ke faring untuk
membentuk tekanan rendah segel terhadap jalan masuk laring. Hasilnya ventilasi yang lebih
efisien dan lebih mudah dihasilkan dan kesempatan regurgitasi lebih kecil selama henti jantung
dibandingkan dengan bag-mask. Jika tekanan tinggi (> 20 cm H2O) dihindari, inflasi lambung
dapat diminimalkan bila digunakan untuk ventilasi tekanan positif yang sebentar. Aspirasi paru
jarang terjadi dengan penggunaan LMA meskipun tidak ada jaminan mutlak terhadap aspirasi
paru. Penggunaan LMA memerlukan lebih sedikit gerakan kepala dan leher sehingga LMA dapat
menjadi perangkat jalan napas pilihan pada pasien dengan dugaan cedera tulang belakang leher.
Seperti intubasi trakea yang membutuhkan pasien tidak sadar yang dalam. LMA juga
diindikasikan untuk mengelola kesulitan jalan napas di mana masker ventilasi atau intubasi
endotrakeal mungkin sulit untuk dilakukan.
Tabel 2.2. Pemilihan ukuran yang sesuai dari LMA menurut berat badan pasien.
Berat pasien (kg <5 5-10 10-20 20-30 30-50 50-70 70-100
Ukuran LMA 1 1,5 2 2,5 3 4 5
Pengembangan balon maksimal (ml) 4 7 10 14 20 30 40
Teknik memasukkan LMA: ukuran LMA yang sesuai harus dipilih terlebih dahulu(tabel 2.2) dan
balon harus diperiksa dahulu dengan mengembangkan balon dengan volume yang sesuai.
Kemudian balon kembali dikempeskan dan permukaan luar dari balon dilumasi menggunakan
jeli. Idealnya kepala dan leher harus sejajar dengan leher sedikit menekuk dan kepala
diekstensikan pada sendi atlanto-oksipital (posisi sniffing). Posisi ini kontraindikasi pada pasien
dengan dugaan cedera tulang belakang leher atau tulang belakang leher yang tidak stabil dimana
LMA dapat dimasukkan dengan posisi kepala netral dengan stabilisasi manual.
Teknik pemasangan LMA didasarkan pada mekanisme menelan, dengan tujuan mencegah
tabrakan dengan struktur faring anterior seperti epiglotis, laring dan aritenoid. LMA dimasukkan
ke mulut pasien dengan lubang pipa menghadap ke depan, (garis hitam menghadap ke arah bibir
atas pasien) pegang pipa menggunakan jari telunjuk dan ibu jari di pertemuan antara masker dan
tabung. Ujung LMA pertama-tama dimasukkan melalui belakang gigi seri atas kemudian
menempel menyusuri palatum durum (gambar 2.9a), kemudian dengan lembut
dorong ke orofaring. Jari telunjuk kanan digunakan untuk memandu masker sepanjang axis
palato-faring dan kemudian dorong dengan lembut lebih dalam (gambar 2.9b) sampai dirasakan
tahanan yang keras. Sebaiknya tidak menggunakan kekuatan apapun untuk mendorong LMA
yang dapat mengakibatkan salah penempatan dan trauma. Sekarang jari telunjuk ditarik dari
orofaring dengan lembut, genggam pipa bagian dari LMA dengan sisi lain. Kemudian
kembangkan balon, apabila posisi LMA benar maka pipa akan terangkat sedikit sekitar 1 atau 2
cm dari insersi awal. Apabila LMA dimasukkan dengan benar maka ujung LMA akan bertumpu
pada sfingter esofagus bagian atas (gambar 2.9c). Jika LMA tidak dapat dimasukkan setelah 30
detik usaha pemasangan, maka pasien perlu reoksigenasi sebelum upaya pemasangan LMA
berikutnya. Untuk memastikan jalan napas sudah bebas maka dilakukan auskultasi selama
inspirasi, mencatat pergerakan dada bilateral dan dengan kapnografi. Kebocoran sedikit udara
masih dapat ditoleransi asalkan masuknya udara masih memadai.
Intubasi endotrakeal
intubasi endotrakeal adalah manajemen jalan napas yang optimal dan dilakukan oleh orang yang
terlatih. Intubasi trakeal dianggap unggul dibandingkan penanganan airway lainnya karena
beberapa alasan:
1. Jalan napas terjaga dari benda asing di orofaring.
2. Memungkinkan penghisapan pada saluran napas bawah.
3. Ventilasi yang lebih efektif.
Laryngoscope juga dibutuhkan selain daripada tabung endotrakeal yang berukuran sesuai pada
jalan napas pasien (Gambar 2.8). Pada beberapa situasi laringoskopi dan intubasi tidak
memungkinkan untuk dikerjakan karena epiglotitis, faring yang bentuknya patologi dan lain-lain
dimana obat bius atau laringoskopi serat optik mungkin wajib digunakan. Berikut ini adalah
potensi komplikasi yang dapat terjadi:
1. Kesulitan atau tidak mungkin untuk dilakukan intubasi - dapat terjadi pada kasus epiglotitis,
bentuk faring yang patologi, kelainan anatomi seperti leher gemuk pendek, dagu mundur, gigi
buck, fraktur tulang maxillo-facial, luka bakar di wajah dan lain-lain. Hal ini penting untuk
diingat bahwa kegagalan untuk memberikan oksigen pada pasien dalam kasus kesulitan intubasi
dengan bag dan masker atau cara lain dapat menyebabkan hipoksia dan kerusakan otak.
2. Respon kardiovaskular: Laringoskopi dan intubasi trakeal akan menghasilkan stimulasi
simpatik mengakibatkan takikardia dan hipertensi. Pada anak-anak dapat dikaitkan dengan
bradikardia.
3. Kerusakan gigi, cedera jaringan lunak di orofaring, trauma laring, dan trakea.
4. Aspirasi selama proses induksi anestesi umum
5. intubasi esofageal - intubasi endotrakeal harus dikonfirmasi oleh capnometry selain melihat
tabung melewati pita suara sedapat mungkin. Kegagalan untuk mengenali intubasi esofagus
dapat menyebabkan hipoksia dan kerusakan otak.
6. Pipa trakea yang salah masuk dan tersumbat oleh sekret.
7. Pada pasien dengan tulang belakang leher yang tidak stabil, maka laringoskopi dan intubasi
trakea mungkin menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
pelatihan yang ekstensif dan latihan yang teratur diperlukan untuk memperoleh dan
mempertahankan keterampilan intubasi.
Sukses
Rencana A: Laringoskopi secara langsung Intubasi trakeal
Rencana intubasi trakeal pertama
Gagal intubasi
Sukses
Rencana B: LMA atau ILMA
Intubasi trakeal dengan fibreoptic melalui LMA atau ILMA
Rencana intubasi trakeal kedua
Gagal oksigenasi
Gagal oksigenasi
Intubasi trakea dalam keadaan sadar: biasanya merupakan tindakan antisipasi pada trakea yang
sulit diintubasi. Setelah menjelaskan tekniknya kepada pasien kemudian jalan napas pasien
(nasofaring, orofaring, laring dan bagian dari trakea) dibius menggunakan anestesi lokal. Intubasi
trakea ini dilakukan dengan menggunakan intubasi fibreoptic fleksibel, sebelum induksi anestesi
umum.
Trakeostomi: trakeostomi adalah pembukaan jalan napas melalui proses pembedahan yang
dibuat di leher langsung ke trakea.
Berikut ini adalah indikasi utama untuk trakeostomi.
Untuk menghindari obstruksi jalan napas
Untuk prosedur bedah tertentu - misalnya laryngectomy.
Trauma yang melibatkan saluran napas bagian atas dan intubasi trakea tidak dapat
dilakukan.
Menghirup asap panas atau karat - misalnya setelah luka bakar.
Disfungsi laring karena palsy pita suara atau tracheomalacia.
Anomali kongenital seperti stenosis glotis.
Untuk perawatan jangka panjang pasien dengan kelemahan neuromuskuler atau koma.
Dalam ICU - untuk ventilasi mekanik lebih dari beberapa hari.
Tidak ada kontraindikasi mutlak untuk trakeostomi, meskipun kondisi seperti koagulopati
membutuhkan perhatian khusus sebelum dilakukan prosedur trakeostomi. Trakeostomi dapat
dilakukan dengan metode bedah terbuka di ruang operasi atau trakeostomi bedah perkutan
biasanya dapat dilakukan di ICU. Keuntungan perkutan adalah pasien yang sakit parah di ICU
tidak harus ditransfer ke ruang operasi,pelaksanaannya lebih cepat, memiliki insiden perdarahan
dan infeksi yang lebih rendah.
Ada berbagai komplikasi trakeostomi yang dapat diklasifikasikan sebagai awal dan akhir.
Komplikasi awal utama adalah perdarahan. komplikasi penting lainnya termasuk salah
penempatan tabung trakeostomi, perforasi dinding posterior trakea dan esofagus dan jaringan
parut. Trakeoesofagus fistula merupakan komplikasi yang jarang dihasilkan dari trauma atau
nekrosis dinding posterior trakea. Trakeostomi stoma akan terbentuk dalam waktu 3 hari, ini
memungkinkan penggantian aman dari tabung trakeostomi. Jika tabung copot saat awal 48 jam,
trakea dilator diperlukan untuk mengganti tabung.
Berikut perawatan yang tepat yang harus diambil untuk mencegah infeksi dan atelektasis.
kelembaban buatan, latihan pernapasan dan trakea hisap biasa wajib.