Makalah Stroke
Makalah Stroke
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Batticaca,
2008).World Health Organization (WHO) menetapkan bahwa stroke merupakan
suatu sindrom klinis yang ditandai dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara
fokal atau global yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap
lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular (Ovina, 2012).
Sebagai rumah sakit rujukan di Provinsi Riau, RSUD Arifin Achmad juga
memiliki jumlah pasien stroke yang cukup banyak.Tahun 2011 sebanyak 264 kasus
dan pada tahun 2012 sebanyak 329 kasus.Data menujukkan bahwa jumlah penderita
stroke mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
Gangguan yang dialami akibat stroke sangat mempengaruhi dan memberikan
dampak terhadap kehidupan.Sepertiga dari stroke memiliki ketidakmampuan jangka
panjang (Departemen of Health London, 2007).Ketidakmampuan yang terjadi pada
pasien stroke karena kerusakan sel-sel otak saat stroke.Kerusakan sel-sel otak dapat
menyebabkan kecacatan fungsi sensorik, motorik, maupun kognitif (Harsono, 2008).
Untuk itu perlu disusun terapi yang efektif dalam mengurangi angka kematian
akibat penyakit Stroke.Ketepatan pengobatan stroke perlu dilakukan sehingga
diharapkan dapat mengetahui pola penggunaan obat stroke dan seberapa besar tingkat
ketepatan penggunaan obat pada terapi pasien stroke.
1
1. Untuk mengetahui penyakit stroke
2. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit stroke
3. Untuk mengetahui cara menyelesaikan kasus dengan menggunakan
metode SOAP
4. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi terapi yang sudah diberikan.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi
Cerebravasaular Disease (CVD) atau stroke adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan terjadinya penurunan sitem syaraf secara tiba-tiba selama 24
2
jam. Stroke disebabkan oleh gangguan pada aliran darah ke otak baik karena
penyumbatan pembuluh darah atau pecahnya pembuluh darah yang menyebabkan
perdarahan pada otak dan daerah di sekitarnya. (Dipiro et al, 2008)
1. Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi bila pembuluh darah yang memasok darah ke otak
tersumbat. Jenis stroke ini yang paling umum (hampir 90% stroke adalah
iskemik).Kondisi yang mendasari stroke iskemik adalah penumpukan lemak
yang melapisi dinding pembuluh darah (disebut aterosklerosis). Kolesterol,
homocysteine dan zat lainnya dapat melekat pada dinding arteri, membentuk
zat lengket yang disebut plak. Seiring waktu, plak menumpuk. Hal ini sering
membuat darah sulit mengalir dengan baik dan menyebabkan bekuan darah
(trombus).Stroke iskemik dibedakan berdasarkan penyebab sumbatan arteri:
2. Stroke hemoragik.
Stroke hemoragik disebabkan oleh pembuluh darah yang bocor atau pecah di
dalam atau di sekitar otak sehingga menghentikan suplai darah ke jaringan
otak yang dituju. Selain itu, darah membanjiri dan memampatkan jaringan
otak sekitarnya sehingga mengganggu atau mematikan fungsinya.Dua jenis
3
stroke hemoragik:
II.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat frekuensi stroke pertama adalah lebih dari 400.000 per
tahun. Jumlah ini akan meningkat menjadi satu juta per tahun pada tahun 2050.
Namun, insiden stroke di seluruh dunia tidak diketahui.
Sebagai rumah sakit rujukan di Provinsi Riau, RSUD Arifin Achmad juga
memiliki jumlah pasien stroke yang cukup banyak.Tahun 2011 sebanyak 264
kasusdan pada tahun 2012 sebanyak 329 kasus.Data menujukkan bahwa jumlah
penderita stroke mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
4
Resiko stroke lebih tinggi pada pria ketimbang wanita.Walaupun stroke sering
dianggap penyakit yang dialami orang tua, 25% stroke terjadi pada orang yang
berusia di bawah 65 tahun.
5
(Ikawati, 2011). Tanda stroke yang dialami pasien diantaranya
(Ikawati, 2011) :
a. Disfungsi neurologik lebih dari satu (multiple), dan penurunan
fungsi tersebut
b. Bersifat spesifik ditentukan oleh daerah di otak yang terkena.
c. Vertigo dan penglihatan yang kabur (double vision), yang
dapat disebabkan oleh sirkulasi posterior yang terlibat di
dalamnya.
d. Aphasis (kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan).
e. Dysarthria (kesulitan menghafalkan ucapan dengan jelas),
penurunan lapang-pandang visual, dan perubahan tingkat
kesadaran.
f. Jenis stroke dapat ditentukan melalui CT scan. CT Scan
merupakan cara pemeriksaan yang penting untuk stroke.
Selain itu CT Scan juga dapat mendeteksi pendarahan di otak,
sehingga dapat menunjukkan stroke hemoragi (Morris, 2005).
Selain CT Scan terdapat beberapa alat yang dapat
mendukung antara lain MRI, Carotid Doppler (CD),
Elektrokardiogram (ECG), Echocardiography Transthoracic
(TTE), Transesophagel echocardiography (TTE), dan
Transcranial Dopller (TCD).
II. 4 Etiologi
6
menit, 2. Reversible Ischaemic Neurological Deficit (RIND): deficit neurologis
membaik kurang dari 1 minggu, 3. Stroke In Evolution (SIE)/Progressing Stroke, 4.
Completed Stroke.Beberapa penyebab stroke iskemik meliputi:
Trombosis Aterosklerosis (tersering); Vaskulitis: arteritis temporalis,
poliarteritis nodosa; Robeknya arteri: karotis, vertebralis (spontan atau
traumatik); Gangguan darah: polisitemia,hemoglobinopati (penyakit sel sabit).
Embolisme Sumber di jantung: fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium,
penyakit jantung rematik, penyakit katup jantung, katup prostetik,
kardiomiopati iskemik; Sumber tromboemboli aterosklerotik di arteri:
bifurkasio karotis komunis, arteri vertebralis distal; Keadaan hiperkoagulasi:
kontrasepsi oral, karsinoma.
Vasokonstriksi
Vasospasme serebrum setelah PSA (Perdarahan Subarakhnoid).
2) Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua stroke,
dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak.
Penyebab perdarahan intraserebrum: perdarahan intraserebrum hipertensif;
perdarahan subarakhnoid (PSA) pada ruptura aneurisma sakular (Berry), ruptura
malformasi arteriovena (MAV. perdarahan akibat tumor otak; infark hemoragik;
penyakit perdarahan sistemik termasuk terapi antikoagulan (Price, 2005).
Faktor Risiko terjadinya Stroke
Tidak dapat dimodifikasi, meliputi: usia, jenis kelamin, herediter, ras/etnik. Dapat
dimodifikasi, meliputi: riwayat stroke, hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus,
Transient Ischemic Attack (TIA), hiperkolesterol, obesitas, merokok, alkoholik,
hiperurisemia, peninggian hematokrit (Mansjoer, 2000)
7
Konsekuensi fungsional
Kecepatan onset dan perjalanan gejala neurolgis
Apakah ada kemungkinan presipitasi (apa yang pasien sedang lakukan
pada saat onset dan tidak lama sebelum onset)
Apakah ada gejala-gejala lain yang menyertai (misalnya: nyeri kepala,
kejang epileptic, panik dan anxietas, muntah, nyeri dada)
Apakah ada riwayat penyakit dahulu atau riwayat penyakit keluarga yang
relevan. (riwayat TIA/stroke terdahulu, hipertensi, hypercholesterolemia,
DM, infark miokard, arteritis, riwayat penyakit vaskular atau trombolitik
pada keluarga)
Apakah ada perilaku atau gaya hidup yang relevan (merokok, konsumsi
alkohol, diet, aktivitas fisik, obat-obatan seperti: kontrasepsi oral, obat
trombolitik, antikoagulan, amfetamin).
B. Pemeriksaan Fisik
Sistem pembuluh perifer. Lakukan asukultasi pada arteria karotis untuk
mencari adanya bising dan periksa tekanan darah di kedua lengan untuk
diperbandingkan.
Jantung, lakukan pemeriksaan aukultasi jantung untuk mencari murmur
dan disritmia, serta EKG.
Retina, lakukan pemeriksaan ada tidaknya cupping diskus optikus,
perdarahan retina, kelainan diabetes.
Ekstremitas, lakukan evaluasi ada tidaknya sianosis dan infark sebagai
tanda-tanda embolus perifer.
Pemeriksaan neurologik untuk mengetahui letak dan luasnya suatu stroke.
- Fungsi visual, dengan pemeriksaan lapang pandang dan tes
konfrontasi
- Pemeriksaan pupil dan refleks cahaya
- Pemeriksaan dolls eye phenomenon (jika tidak ada kecurigaan cedera
leher)
- Sensasi, dengan memeriksa sensai kornea dan wajah terhadap benda
tajam
- Gerakan wajah mengikuti perintah atau sebagai respon terhadap
stimuli noxious (menggelitik hidung)
8
- Fungsi faring lingual, dengan mendengarkan dan mengevaluasi cara
bicara dan memeriksa mulut.
- Fungsi motorik dengan memeriksa gerakan pronator, kekuatan, tonus,
kekuatan gerakan jari tangan atau jari kaki.
- Fungsi sensoris, dengan cara memeriksa kemampuan pasien untuk
mendeteksi sensoris dengan jarum, rabaan, vibrasi, dan posisi (tingkat
level gangguan sensibilitas pada bagian tubuh sesuai dengan lesi
patologis di medulla spinalis, sesuai dermatomnya)
- Fungsi serebelum, dengan melihat cara berjalan penderita dan
pemeriksaan disdiadokokinesis
- Ataksia pada tungkai, dengan meminta pasien menyentuh jari kaki
pasien ke tangan pemeriksa
- Refleks asimetri (contoh: refleks fisiologis anggota gerak kanan
meningkat, yang kiri normal)
- Refleks babinski.
C. Pemeriksaan penunjang
Analisis laboratorium: urianalisi, HDL, LED, panel metabolik dasar (Na,
K, Cl, bikarbonat, glukosa, nitrogen urea darah, dan kreatinin), profil
lemak serum, dan serologi untuk sifilis.
Pemeriksaan sinar-X toraks untuk mendeteksi pembesaran jantung dan
infiltrat paru yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif.
Pungsi lumbal untuk mendeteksi kemungkinan terdapt darah di LCS pada
stroke hemoragik, terutama pada perdarahan subaraknoid.
USG karotis untuk mendeteksi gangguan aliran darah karotis dan
kemungkinan memperbaiki kausa stroke.
CT-scan merupakan gold standard untuk diagnosis stroke. CT-scan kepala
untuk membedakan stroke perdarahan intraserebral atau stroke infark.
Angiografi serebrum untuk mendeteksi lesi ulseratif, stenosis, displasia
fibromuskular, fistula arteriovena, vaskulitis, dan pembentukan trombus di
pembuluh besar.
Transcranial Doppler (TCD) untuk menilai aliran darah kolateral dan CBF
total di aspek anterior dan posterior sirkulus Wilisi
9
D. Sistem Skoring
Gejala neurologis fokal yang terjadi mendadak seperti pada stroke memiliki
diagnosis banding yang luas, seperti:
1. Penyakit sistemik atau kejang, 2. Kejang epileptik atau kejang
yang menyebabkan perburukan non konvulsif
stroke yang pernah dialami
10
3. Lesi struktural intracranial: ensefalopati hepatic, intoksikasi
hematoma subdural, tumor obat dan alkohol, septikemia.
5. Fungsional/non-neurologis
otak, MAV
6. Migren hemiplegik
4. Ensefalopati metabolic/toksik:
7. Ensefalitis atau abses otak
hipoglikemia, hiperglikemia 8. Cedera kepala
9. Lesi saraf perifer
non-ketotik, hiponatremia,
10. Hypertensive encephalophaty
Wernicke-Korsakoff syndrome, 11. Multiple sclerosis
12. Penyakit Creutzfeldt-Jakob
13. Penyakit Wilsons
11
14. II. 6 Prognosis
21.
22. Stroke hemoragik
23. Strok pendarahan (hemoragik) meliputi pendarahan subarakhnoid,
pendarahan intraserebral dan hematomas subdural. Pendarahan subarakhnoid dapat
terjadi dari luka berat atau rusaknya aneurisme intrakranial atau cacat arteriovena.
Pendarahan intraserebral terjadi ketika pembuluh darah rusak dalam parenkim otak
menyebabkan pembentukan hematoma. Hematoma subdural kebanyakan terjadi
karena luka berat (Dipiro et al, 2008)
24. Adanya darah dalam parenkim otak menyebabkan kerusakan pada
jaringan sekitar melalui efek masa dan komponen darah yang neorotoksik dan produk
urainya. Kematian karena stroke pendarahan kebanyakan disebabkan oleh
peningkatan kerusakan dalam penekanan intrakranial yang mengarah pada herniasi
dan kematian (Dipiro et al, 2008).
25.
26. Stroke iskemia
27. Terdapat 3 mekanisme patofisiologi utama yang mendasari terjadinya
stroke iskemik meliputi penyakit pembuluh darah besar (aterosklerosis), penyakit
pembuluh darah kecil (arteriosklerosis) dan adanya emboli (kardioembolik). Pada
stroke iskemia terdapat gangguan suplai darah ke otak baik disebabkan oleh
pembentukan trombus atau emboli. Kurangnya aliran darah serebral menyebabkan
hipoperfusi jaringan, hipoksia jaringan dan kematian sel otak
1. Terapi Farmakologi
a. Ischemic Stroke
30. The Stroke Council of the American Stroke Association telah membuat
garis pedoman yang ditujukan untuk manajemen stroke iskemik akut. Secara umum,
dua obat yang sangat direkomendasikan (grade A recommendation) adalah t-PA
(tissue-Plasminogen Activator/Alteplase) intravena dalam onset 3 jam dan aspirin
dalam onset 48 jam (DiPiro et al., 2008).
31. Reperfusi (<3 jam dari onset) dengan t-PA intravena telah
menunjukkan pengurangan cacat yang disebabkan oleh stroke iskemik. Harus
diperhatikan apabilamenggunakan terapi ini, dan mengikuti protokol penting untuk
menghasilkan keluaran yang positif. Pentingnya protokol penanganan dapat
dirangkum menjadi (1) aktivasi tim stroke, (2) permulaan gejala dalam 3 jam, (3) CT
scan menandai letak pendarahan, (4) menentukan kriteria inklusi dan eksklusi, (5)
memberikan t-PA 0.9 mg/kg selama 1 jam, dengan 10% diberikan sebagai bolus awal
selama 1 menit, (6) menghindari terapi antitrombotik (antikoagulan atau antiplatelet)
selama 24 jam, dan (7) memantau pasien dari segi respon dan pendarahan (DiPiro et
al., 2008).
32. Terapi aspirin terdahulu dapat mengurangi mortalitas jangka lama dan
cacat, namun pemberian t-PA tidak pernah dilakukan dalam 24 jam karena dapat
meningkatkan risiko pendarahan pada beberapa pasien. Garis pedoman The American
Heart Association/American Stroke Association (AHA/ASA) mengenai seluruh
farmakoterapi dalam pencegahan sekunder untuk stroke iskemik dan diperbarui setiap
3 tahun. Hal ini sangat jelas bahwa terapi antiplatelet merupakan landasan terapi
antitrombotik untuk pencegahan sekunder untuk stroke iskemik dan harus digunakan
pada stroke nonkardioembolik. Tiga obat yang kini digunakan, yaitu aspirin,
clopidogrel, dan dipiridamole dengan pelepasan diperlambat disertai aspirin (ERDP-
ASA), merupakan antiplatelet first-line yang disetujui oleh the American College of
Chest Physicians (ACCP).Pada pasien dengan fibrilasi atrium dan emboli, warfarin
merupakan antitrombotik pilihan pertama.Farmakoterapi lain yang direkomendasikan
untuk stroke adalah penurun tekanan darah dan statin.Rekomendasi saat ini untuk
penanganan stroke akut dan pencegahan sekunder dapat dilihat di tabel berikut
(DiPiro et al., 2008).
74.
77. Alteplase adalah enzim serin-protease dari sel endotel pembuluh yang
dibentuk dengan teknik rekombinan DNA.Waktu paruhnya hanya 5 menit. Alteplase
bekerja sebagai fibrinolitik dengan cara mengikat pada fibrin dan mengaktivasi
plasminogen jaringan. Plasmin yang terbentuk kemudian mendegradasi fibrin
sehingga melarutkan trombus. Efektivitas intravena pada pengobatan stroke iskemik
dipublikasikan pada tahun 1995 oleh National Institutes of Neurologic Disorders and
Stroke (NINDS) pada uji Recombinant Tissue-Type Plasminogen Activator (rt-
PA)Stroke, dari 624 pasien yang diobati dengan jumlah yang sama, baik t-PA 0.9
mg/kg IV atau plasebo dalam 3 jam pada permulaan gejala neurologik, 39% dari
pasien yang diobati memperoleh keluaran yang sangat bagus pada 3 bulan
dibandingkan dengan 26% pasien plasebo. (DiPiro et al., 2008).
78.
79. Aspirin
81. Antiplatelet
82. Semua pasien yang memiliki stroke iskemik akut akan menerima
terapi antitrombosis jangka panjang untuk pencegahan sekunder. Pada pasien dengan
stroke nonkardioembolik, akan terdapat beberapa bentuk terapi antiplatelet. Aspirin
menunjukkan hasil studi yang paling baik, dan menjadi obat pilihan utama.Akan
tetapi, literatur yang telah dipublikasikan mendukung penggunaan clopidogrel dan
produk kombinasi sebagai obat pilihan pertama pada pencegahan stroke sekunder
(DiPiro et al., 2008).
84. Warfarin
87. Kenaikan tekanan darah sudah umum terjadi pada stroke iskemik, dan
pengobatan hipertensi pada pasien tersebut berhubungan dengan
penurunan risiko stroke kambuhan.Populasi stroke multinasional (40%
orang Asia) diberi perlakuan secara acak, yaitu penurun tekanan darah
dengan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor perindopril
(dengan atau tanpa indaimid diuretik tiazida) atau plasebo. Pasien yang
diobati menunjukkan penurunan tekanan darah, 9 poin sistolik dan 4
poin diastolik mm Hg, dan ini berhubungan dengan penurunan stroke
kambuhan 28%. Pasien yang diberi obat kombinasi, rata-rata penurunan
tekanan darah adalah 12 sistolik dan 5 diastolik mm Hg sehingga terjadi
penurunan stroke kambuhan yang lebih besar (43%). Pasien dengan atau
tanpa hipertensi direkomendasikan menggunakan ACE inhibitor dan
diuretik untuk penurunan tekanan darah pasien stroke. Periode penurun
tekanan darah untuk stroke akut (7 hari pertama) menghasilkan
penurunan aliran darah otak dan memperparah gejala; oleh karena itu,
rekomendasi terbatas pada pasien di luar stroke akut (DiPiro et al.,
2008)
88. Statin
89. Golongan statin dapat menurunkan risiko stroke sebesar 30% pada
pasien dengan penyakit jantung koroner dan dislipidimia. Stroke iskemik
direkomendasikan menjadi ekuivalen koroner dan menggunakan obat golongan
statin untuk memperoleh konsentrasi low density lipoprotein (LDL) kurang dari 100
mg/dL (DiPiro et al., 2008).
b. Hemorrhagic Stroke
102. Pada pasien dengan pendarahan subarachnoid yang menunjukkan
rupture aneurism intrakranial, intervensi pembedahan dapat mengurangi mortalitas.
Pada kasus pendarahan intraserebral primer, keuntungan pembedahan tidak
terdokumentasi dengan baik.Meskipun banyak pasien yang menjalani operasi bedah
hematoma intraserebral, belum ada studi yang cukup mengenai uji klinis.Pedoman
telah ditegakkan untuk menggunakan intervensi pembedahan dalam penanganan
pendarahan intraserebral, namun masih terdapat kekurangan data uji klinis yang
mendukung (DiPiro et al., 2008).
104. JK, (54 th), 85 kg, TB = 160 cm, dibawa ke UGD RS setelah tiba-tiba
duduk terkulai ketika sedang memimpin rapat di kantornya. Dia mengalami kejang
sesaat sebelum jatuh terkulai.Kejangnya hanya sekitar 5 detik, kemudian tidak sadar
kurang lebih 10 menit. Setelah sadar, dia tidak bisa bicara. Ketika diberi minum, tidak
bisa menelan. Tangan sebelah kiri tidak bisa digerakkan.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
196. PENUTUP
197. Kesimpulan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
Ada dua jenis utama stroke, yaitu: stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Awalnya pasien menderita stroke iskemik akut, namun dari gejala dan tanda-
tanda saat ini pasien menunjukkan menderita stroke hemoragik. Maka tata
laksana terapinya, yaitu:
Terapi farmakologi
Terapi non-farmakologi
201. Jawaban:
202. Ras kulit putih lebih beresiko terkena stroke karena dari yang
kita ketahui orang barat yang dominan kulit putih gaya hidupnya kurang baik
seperti mengkonsumsi minuman beralkohol, makan makanan junk food yang
memicu terjadinya stroke. Namun di Cina yang dominan ras kulit putih jarang
terkena stroke padahal kita ketahui mereka sering mengkonsumsi alkohol
dikarenakan cuaca dingin.
203. Maka, sebenarnya stroke ini tidak dapat kita patokan bahwa ras
kulit putihlah yang banyak terkena stroke namun semua ini tergantung pola
hidup dari masing-masing individu tersebut.
204. Dikarenakan pasien tidak bisa diberikan obat secara oral maka
sebaiknya pemberiannya dikondisikan, bila pasien sudah bisa menelan barulah
diberikan obat-bat tersebut secara oral.
206. Jawaban:
209.